Di ending part sebelumnya, Do Kyung mandangin Ji Soo dari luar toko roti dengan tatapan lirih. Setelah itu, Do Kyung menyusul Ji Soo yang lagi makan siang di kafe. Do Kyung pura2 kaget ketemu Ji Soo disana.
“Kau harus memesan. Donkatsu
di sini enak.” Ucap Ji Soo.
“Aku akan memesan
menu serupa.” Jawab Do Kyung.
“Kau menyukai roti,
ya?” tanya Do Kyung.
“Itu alasanku bekerja
di toko roti.” Jawab Ji Soo, lalu mulai melahap rotinya.
Sementara itu, Do
Kyung tak pernah melepaskan pandangannya dari Ji Soo. Ditatap seperti itu,
membuat Ji Soo heran sendiri. Do Kyung pun berkata, Ji Soo pasti hidup
ditengah2 keluarga yang miskin.
“Tidak sama sekali. Hidupku tidak sulit sama sekali. Kembaranku... Tidak, Ji An... Adikmu yang bekerja keras. Kudengar kau memanggilnya Eun Seok.” Jawab Ji Soo.
“Tidak sama sekali. Hidupku tidak sulit sama sekali. Kembaranku... Tidak, Ji An... Adikmu yang bekerja keras. Kudengar kau memanggilnya Eun Seok.” Jawab Ji Soo.
“Kalian hidup sebagai
saudari kembar. Kehidupan kalian pasti sama.” Ucap Do Kyung.
“Kubilang tidak
seperti itu. Jika kupikirkan kembali, aku merasa bersalah kepadanya. Sejujurnya,
aku tidak pernah memberikan satu sen pun kepada keluargaku. Tapi Ji An
memberikan 300 dolar setiap bulan kepada orang tuaku dengan bekerja paruh
waktu. Dia juga biasa memberiku uang jajan. Untuk Ji Ho juga. Sejak kami kecil,
setiap kali aku diganggu oleh anak-anak yang lain, dia selalu datang dan
menghajar mereka.” Jawab Ji Soo.
Habis dari kafe, Ji Soo duduk di depan kafe itu sambil menikmati es krimnya. Padahal Do Kyung sudah mengajaknya ke tempat lain, tapi Ji Soo malah memilih menikmati es krimnya di tempat itu.
“Kalian memang sangat
mirip.” Ucap Do Kyung.
“Benar, bukan? Dahulu
kami sangat dekat. Kami sangat mirip.” Jawab Ji Soo..
Ji Soo kemudian
berkata, kalau Ji An pribadi yang rajin dan penuh ambisi. Tidak seperti dirinya
dan Ji Ho.
“Ji Ho dan aku
berpikir kami tidak perlu kuliah. Maksudku, kami tidak suka belajar.” ucap Ji
Soo.
“Kamu tidak kuliah?”
tanya Do Kyung kaget.
“Aku kuliah. Aku tidak terlalu pintar, jadi, tadinya tidak mau kuliah. Tapi diam-diam, Ji An menyerahkan aplikasiku dan aku bisa masuk ke universitas kejuruan. Dia bilang aku tidak bisa bertahan di Korea tanpa ijazah universitas. Kami bertengkar hebat karena itu.” jawab Ji Soo.
Do Kyung mulai
tersentuh. Ia tidak menyangka Ji An memperlakukan Ji Soo dengan sangat baik. Ji
Soo pun meminta maaf karena merasa sudah banyak menyusahkan Ji An.
Do Kyung lantas
menyuruh Ji Soo memanggilnya kakak. Ji Soo pun setuju memanggil Do Kyung kakak.
Ia bilang, karena Do Kyung kakaknya Ji An berarti Do Kyung kakaknya juga.
“Kami akan
menggantung kain celup berwarna alami dari daun nila sebagai latar belakang. Seperti
saat menjemur cucian. Jadi, kita perlu memasang tali di belakangnya.” Ucap Ji
An.
“Tiangnya dari besi,
bukan? Tampaknya itu tidak pas.” Jawab Hyuk.
“Benar. Tepat sekali.
Ini kain celup tradisional. Tidak cocok dengan tiang besi.” Ucap Ji An.
“Jadi, kau memerlukan
tiang kayu.” Jawab Hyuk.
“Sudah kuduga. Kau
memang anak desain.” Puji An.
“Omong-omong,
peragaan busana pelanggan? Siapa yang mengadakan acara ini?” tanya Hyuk.
“Untuk acara hari
jadi Haesung Apparel yang ke-40.” Jawab Ji An.
“Haesung Apparel? Kau
pernah bekerja di Tim Pemasaran di sana.” Ucap Hyuk kaget.
“Ya. Aku mendapat
pekerjaan lagi di sana.” Jawab Ji An.
“Kapan?” tanya Hyuk.
“Belum lama. Akan
kujelaskan nanti.” Jawab Ji An.
Hyuk kemudian
mengajak Ji An ke ruangan yang penuh dengan kayu. Ji An langsung tersenyum
begitu mencium bau kayu. Ia berkata, sudah 10 tahun tapi ia masih menyukai bau
kayu.
Do Kyung mengantarkan
Ji Soo sampai ke toko roti. Sambil memandangi Ji Soo yang berlari menuju toko
roti, Do Kyung mengingat cerita Ji Soo tadi soal Ji An.
“Seo Ji An, kau
sungguh tidak beruntung.” Gumam Do Kyung.
Ji Soo yang baru
keluar dari dapur, terkejut melihat Hyuk yang lagi menyusun meja riasnya. Ji
Soo pun langsung keluar dan bertanya apa yang sedang dilakukan Hyuk.
“Nanti malam akan
hujan. Kayu tidak boleh basah.” Jawab Hyuk.
“Maaf sudah
merepotkanmu.” Ucap Ji Soo.
Hyuk pun beranjak
pergi.Ji Soo seperti biasa, terpesona pada Hyuk. Tapi tak lama kemudian, ia
menepuk2 pipinya, berusaha menyadarkan dirinya. Tapi kemudian, ia tersenyum
lagi menatap kepergian Hyuk.
Di restoran, Hae Ja mengomentari Nyonya Yang yang mendapat untung besar dari Haesung karena sudah membesarkan Ji An. Nyonya Yang pun membela dirinya dengan berkata, kalau mereka tidak membawa Ji An pulang saat itu, entah apa yang akan terjadi pada Ji An.
“Intinya, aku iri
karena kau bisa menghasilkan uang.” ucap Hae Ja.
“Astaga. Aku hanya
mau membelikan perhiasan untuk Soo A sebagai hadiah pernikahan.” Jawab Nyonya
Yang.
“Kau bisa melakukan
itu.” ucap Hae Ja.
“Apa aku bisa membeli
kalung ruby dan bilang kepada Tae Soo bahwa aku meminjam uangmu?” tanya Nyonya
Yang.
“Kenapa harus bilang
begitu?” tanya Hae Ja heran.
“Tae Soo tidak mau
memakai uang dari toko ini? Dia tidak mengerti alasanku melakukan ini.” jawab
Nyonya Yang.
“Aku mengerti. Tae
Soo punya harga diri. Kau tidak boleh melakukan itu. Dengarkan suamimu.” Ucap
Hae Ja.
“Kenapa aku harus
mendengarkan Tae Soo? Ji Tae itu putraku. Kami tidak melakukan apa-apa untuk
pernikahannya.” Jawab Nyonya Yang.
“Biar Tae Soo
mempertahankan harga dirinya. Dia menyayangi dan memedulikanmu seumur hidupnya.”
Ucap Hae Ja.
“Eonni, kau selalu
berpikir positif tentang Tae Soo karena dahulu pernah menyukainya. Pikirmu aku
tidak mengetahuinya? Itulah alasanmu mencoba menjodohkanku dengan suamimu saat
kita berkencan berdua. Kau hanya ingin bertemu dengan Tae Soo.” Jawab Nyonya
Yang.
Hae Ja yang kesal,
lantas beranjak pergi. Nyonya Yang terkejut dan langsung menyusul Hae Ja.
Tuan Seo dan Ji Ho
sibuk menghias kamar yang nantinya akan ditempati Ji Tae dan Soo A setelah
menikah.
Sementara itu, Ji An
sibuk dengan tugasnya di kantor. Ia bahkan hanya makan siang dengan sandwich
saking sibuknya.
Ji Soo kemudian
datang, membawa meja riasnya ke kamar Ji Tae.
Sekarang, Ji An sudah berada di ruangan Do Kyung. Mereka membahas soal Tuan Jung yang tidak bisa dihubungi.
“Kudengar dia
kehilangan istri dan putranya karena kecelakaan mobil beberapa tahun lalu. Setelah
itu, dia menghilang dan pindah ke area pedesaan. Tapi tidak seorang pun tahu
keberadaannya sekarang.” ucap Ji An.
“Sungguh?” Do Kyung
terkejut.
“Kurasa anda harus
memilih antara Tuan Ki atau Tuan Cho. Kami mengubah tata panggungnya menjadi
tiang kayu. Begitu Anda menyetujuinya, kami sudah hampir siap. Anda harus memilih
di antara para ahli ini.” jawab Ji An.
“Aku akan mencarinya
sekali lagi. Aku tidak bisa menyerah akan warna nila ini.” ucap Do Kyung.
Tiba2, ponsel Ji An
berdering. Begitu menjawabnya, Ji An terkejut mendengar suara CEO No. Ia pun
langsung melirik Do Kyung yang juga terkejut. CEO No menyuruh Ji An ke
Yangpyeong. Ia ingin bertemu Ji An karena besok ia akan pergi ke Hawaii.
“Hari ini? Ke
Yangpyeong?” tanya Ji An sambil menatap Do Kyung.
“Datanglah dengan
kakakmu dan menginap di sini.” Suruh CEO No.
Ji An pun langsung
memberikan ponselnya ke Do Kyung. Do Kyung minta maaf pada kakeknya karena
tidak bisa memenuhi undangan sang kakek. Do Kyung membuat alasan kalau besok ia
dan tim pemasaran harus ikut seminar.
“Kami menunda pemasaran
produk-produk musim dingin untuk menyiapkan acara hari jadi ke-40. Kami akan
melakukan semuanya di seminar. Kami akan pergi ke Yangpyeong usai menghadiri
seminar. Ada rapat malam harinya dan kami tidak bisa menginap di sana. Kami
akan menemui perencana acara pada sore hari. Kami hanya bisa mampir untuk
berpamitan.” Ucap Do Kyung.
Ji An pun cemas. Ia takut CEO No tahu kalau sebenarnya mereka tidak ada seminar. Do Kyung berkata, mereka akan pergi.
“Kita bahkan tidak
memesan tempat.” Ucap Ji An.
“Sudah kupesan. Kakek
datang dan pergi kapan pun dia mau tanpa pemberitahuan. Kupikir dia akan segera
pergi, tapi entah kapan, jadi, aku memesan tempat untuk seminar. Kurasa dia mau
menghabiskan waktu dengan dirimu. Kau tidak akan bisa menipu kakekku. Kecuali
untuk sementara.” Jawab Do Kyung.
Keesokan harinya, Do Kyung dan Ji An pamit mau ke seminar. Nyonya No kecewa melihat kesibukan Ji An. Do Kyung berkata, kalau sang ibu akan jarang melihat mereka sampai acara hari jadi perusahaan selesai.
“Lakukan yang terbaik
dalam seminar itu dan bersenang-senanglah dengan kakekmu juga.” jawab Nyonya
No.
Sepeninggalan Ji An, Tuan Choi masuk ke kamar Ji An. Ia mengedarkan pandangannya, mencari hadiah yang ia berikan ke Ji An. Dan pandangannya pun berhenti di lemari. Tuan Choi membuka lemari Ji An dan langsung kecewa melihat hadiahnya yang belum dibuka.
Sy skip lagi yaa,
karena adegan berikutnya isinya hanya Do Kyung dan tim pemasran yang lagi
membahas produk musim dingin mereka.
Lanjut ke adegannya
Tuan Choi yang berdiri di depan halaman perusahaan, menatap sebuah pohon. Tuan
Choi tidak menyangka pohon di depan perusahaannya sudah tumbuh sebesar itu.
Tuan Choi lalu menggumam, kalau sudah 20 tahun sejak ia pindah ke Haesung. Tuan
Choi yang ingin bernostalgia dengan masa lalunya, memutuskan berjalan kaki
menuju restoran.
Do Kyung membuat alasan lagi pada kakeknya demi menghalangi kakeknya bertemu Ji An. Do Kyung beralasan mobilnya rusak, jadi ia dan Ji An tidak bisa ikut melepaskan kepergian CEO No. Tak lama kemudian, ia terkejut mendengar suara bibinya. Sang bibi berkata, akan mengirim supirnya untuk menjemput Ji An dan Do Kyung.
Sontak, Do Kyung
panik dan bergegas menghubungi Ji An.
Singkat, cerita Do Kyung mengajak Ji An merusak mobilnya. Do Kyung bilang bakal gawat kalau kakeknya sampai tahu mereka berbohong. Do Kyung mengambil gunting dan mengajak Ji An mengempeskan ban mobilnya.
“Untuk apa? Kau
bilang mobilmu rusak.” Jawab Ji An.
Do Kyung pun2 nyesel
sendiri udah bilang mobilnya rusak.
Ji An lantas mencari
caranya di internet. Ia mengaku pernah menonton film yang ada adegan seseorang
merusak mobil.
Setelah menemukan caranya, Ji An memberitahu Do Kyung apa yang perlu Do Kyung lakukan. Do Kyung hanya perlu menaikkan sedikit saja bagian depan mobil dan menahannya dengan gundukan tanah yang sudah diberi kayu sebagai jalan mobil.
Setelah itu, Ji An
mulai mengutak ngatik mobil Do Kyung. Cukup lama Ji An melakukannya, sampai
membuat Do Kyung cemas dan memutuskan untuk menyuap supir bibinya saja. Tapi
tak lama kemudian, Ji An bersorak kalau ia berhasil memotong kabelnya.
Ji An lantas keluar dari kolong mobil dan menunjukkan potongan kabel yang berhasil ia putuskan sambil tersenyum cerah. Do Kyung pun terpesona menatap Ji An yang tersenyum cerah ke arahnya.
Sementara itu, Jin
Hee tidak jadi mengirimkan supirnya untuk menjemput Ji An dan Do Kyung karena
jalanan yang cukup macet. CEO No pun memutuskan berangkat ke bandara tanpa
menemui Ji An.
0 Comments:
Post a Comment