Senangnyaaa liat adegan Do Kyung dan Ji An… Do Kyung kayaknya udah mulai ada rasa nih ke Ji An… Penasaran gimana nanti sama hubungan mereka ke depannya setelah rahasia Ji An bukan Eun Seok terbongkar.. Keluarga Haesung gk akan mungkinlah merestui hubungan mereka…
Oya
guys, yg nungguin lanjutan Ruby Ring sama The King In Love sabar yaa..
kemungkinan bisa sy lanjut lg sinopsisnya minggu2 depan, krna sy mau ngebut
dulu nyelesein synopsis My Golden Life ini, mau ngejar ketertinggalan karena di
Korea sudah tayang sampai episode 20….
Episode ini dibuka dengan scene Ji An yang berhasil merusak mobil Do Kyung. Dengan wajah sumringah, Ji An menunjukkan potongan kabel yang berhasil dipotongnya pada Do Kyung. Do Kyung terpesona. Namun beberapa detik kemudian, ia yang tadinya terpesona melihat senyum Ji An, mulai tersadar dan segera berlalu dari hadapan Ji An.
Ji An
menyusul Do Kyung ke mobil. Do Kyung menstarter mobilnya. Ji An kembali tertawa
karena usahanya merusak mobil Do Kyung berhasil. Do Kyung yang mulai salah
tingkah, langsung menyuruh Ji An berhenti tertawa. Ji An kemudian berkata, akan
menyingkirkan batu yang mengganjal ban belakang mobil Do Kyung. Sontak, Do
Kyung melarang karena takut Ji An terluka.
Saat
mau membantu Ji An menyingkirkan ban itu, ponsel Do Kyung berbunyi. Bibi No
(mulai sekarang sy panggil Jin Hee dengan panggilan Bibi No aja ya. Dan nanti,
Hae Ja juga sy panggil dengan panggilan bibi) yang menelpon, memberitahu Do
Kyung kalau ia batal mengirimkan supirnya untuk menjemput Do Kyung dan Ji An.
Bibi No beralasan, jalanan yang cukup macet lantaran terjadi kecelakaan.
Do
Kyung pun memberikan ponselnya pada Ji An karena kakek ingin bicara. Ji An
minta maaf karena tidak bisa datang menemui kakek. Sambil tertawa, CEO No
bilang akan melihat Ji An nanti di acara ultah Haesung.
Penasaran, Do Kyung mendekatkan telinganya ke Ji An karena pengen tahu apa yang dibilang kakeknya. Sampai2 Ji An selesai menelpon pun, dia tetap masih nempelin telinganya ke Ji An. Pas Ji An balik menatapnya, dia langsung kaget dan buru2 menjauhkan wajahnya dari Ji An. Do Kyung yang salah tingkah pun menutupi perasaannya dengan mengomentari wajah Ji An yg cemong2.
Ji An
buru2 berkaca di kap mobil dan kaget sendiri melihat wajahnya belepotan oli. Do
Kyung memarahi Ji An yang tidak mau mendengarkan kata-katanya. Ji An salah
sangka. Ia pikir, Do Kyung marah karena sia2 saja mobilnya mogok.
“Pikirmu
aku sepelit itu? Hanya karena mobil yang sebenarnya bisa diperbaiki?” protes Do
Kyung.
“Lantas
kau kesal karena aku melakukan sesuatu yang tidak bisa kau lakukan?” tanya Ji
An.
Dibilang gak tahu apa2 soal mobil, Do Kyung tambah kesal. Do Kyung juga mengatai Ji An gadis aneh karena tahu soal mobil, serta mengklaim dirinya gak perlu tahu soal mobil karena bisa membayar orang lain memperbaiki mobilnya.
“Tidak
semua pria mengerti soal mesin mobil. Aku pernah bekerja di sekolah mengemudi sebelum
mulai masuk universitas. Aku mendapatkan semua jenis SIM secara gratis. Aku
pernah mengemudikan bus saat berangkat sekolah. Karena itulah aku tahu lokasi
mesinnya.” Jawab Ji An.
Do
Kyung takjub tahu Ji An pernah melakoni banyak pekerjaan. Ji An lantas meminta
maaf sudah merusak mobil Do Kyung.
Ji An
kemudian mau menyingkirkan batu yang mengganjal ban belakang mobil. Do Kyung
pun melarang Ji An dan langsung menghubungi Seketaris Yoo. Ia menyuruh
Seketaris Yoo memesankan taksi untuk mereka dan menjemput mobilnya.
“Tapi
kita bisa diantar pulang dengan asuransimu.” Jawab Ji An.
Tapi
Do Kyung gak peduli dan mengajak Ji An ke jalan raya untuk mencari taksi.
Di taksi, Ji An membersihkan wajahnya dengan tissue. Do Kyung lagi2 mencuri pandang ke arah Ji An. Namun ia langsung memalingkan wajahnya begitu Ji An menatap ke arahnya. Ji An yang masih mengira Do Kyung marah padanya pun berkata dengan hati2 kalau ia harus kembali ke kantor.
Tanpa
mengatakan apapun ke Ji An, Do Kyung langsung menyuruh supir taksi mengantarkan
Ji An ke Haesung. Sebelum turun dari taksi, Ji An minta maaf karena sudah
membuat Do Kyung melewatkan makan malam. Saat Ji An mulai berjalan masuk ke
gedung Haesung, Do Kyung menatap Ji An dengan perasaan tak karuan.
Sampai
di kantor, Ji An langsung menyabun mukanya di toilet. Usai menyabun mukanya, Ji
An menatap dirinya di cermin.
“Syukurlah
aku tidak usah bertemu dengan Pimpinan.” Ucapnya.
Habis
dari toilet, Ji An langsung ke ruangannya. Pandangannya tak sengaja jatuh ke
tanggal ulang tahun Haesung yang ia lingkari di kalender. Ji An kemudian
teringat, kakaknya akan menikah Selasa depan. Ji An menghela napas.
Ji
Tae bersama kedua orang tuanya dan juga Ji Soo sedang melihat kamarnya. Ji Soo
senang karena kamar Ji Tae kini terlihat cocok untuk pengantin baru. Nyonya
Yang memuji Tuan Seo yang pintar menata kamar Ji Tae.
Tuan Seo penasaran, apa Soo Aa menyukai meja rias yang dibelikan Ji Soo. Ia pun menanyakannya pada Ji Tae.
“Aku
menunjukkan fotonya dan katanya dia menyukainya.” Jawab Ji Tae.
“Tentu
saja. Aku sendiri yang memilihnya.” Sahut Ji Soo.
Ponsel Ji Soo berdering. Ji An yang menelponnya, memberitahu kalau ia tidak bisa datang ke pernikahan Ji Tae. Ji An beralasan, kalau ia sudah dijadwalkan untuk perjalanan bisnis jadi tidak bisa datang. Ji An yang nyaris menangis, buru2 menutup teleponnya padahal Ji Soo masih mau bicara.
Ji
Soo memberitahu Ji Tae kalau Ji An tidak bisa datang. Ji Tae kecewa. Tak lama,
Ji Ho datang dengan membawa hadiah sepatu untuk Ji Tae. Ji Tae mengaku, ia
mengirimkan beberapa foto sepatu pada Soo A dan Soo A lah yang memilih sepatu
itu.
“Aku
menabung.” Jawab Ji Ho.
Tuan Choi dan Nyonya No ribut. Nyonya No protes hanya karena Tuan Choi tidak mengantarkan ayahnya ke bandara. Nyonya No bilang, ayahnya itu CEO Haesung. Ia lantas mengaku tak suka melihat Tuan Choi bersikap begitu santai pada ayahnya. Ia minta Tuan Choi agar tidak bersikap bodoh.
“Bodoh...
Kau baru saja bilang bodoh?” protes Tuan Choi.
“Kau
bilang aku dan adikku menjijikkan. Bisa-bisanya kau mengatakan itu kepadaku.”
Balas Nyonya No.
“Itu
salah Pimpinan. Seharusnya kau tahu batasannya. Sikap kalian kakak-beradik
seperti ular. Aku amat muak.” Ucap Tuan Choi.
Nyonya
No syok, Choi Jae Sung-ssi…
“Aku
tidak ingin melihatnya menikmati situasi itu. Haruskah aku mengantarnya jika
benci melakukan itu? Kita menghabiskan 25 tahun mencari putri kita. Aku tidak
sanggup melihat putri kita menjadi seperti dirimu dan adikmu. Aku tidak suka.”
Ucap Tuan Choi.
“Kau seperti ini karena takut ayah tidak
memberikan posisi pimpinan kepadamu?” tuduh Nyonya No.
“Kau
menganggap aku tidak mengenalmu sama sekali? Aku tahu segalanya tentang kau.”
jawab Nyonya No.
Tuan
Choi tidak menjawab lagi. Ia hanya tersenyum kesal, lalu beranjak pergi.
Diam2,
Seketaris Min melihat pertengkaran itu ekspresi mencurigakan.
Do
Kyung baru saja selesai mandi, teringat saat ia mengantarkan Ji An ke kantor
tadi.
Do Kyung nyamperin Ji An ke kantor. Ia menemukan Ji An tertidur di sofa. Tersentuh, Do Kyung pun menyelimuti Ji An dengan kemejanya. Saat mau menyelimuti Ji An, ia sempat tertegun sejenak dan bingung dengan perasaannya.
Tak
lama setelah Do Kyung pergi, Ji An terbangun karena suara alarm ponselnya.
Begitu bangun, Ji An tertegun melihat kemeja Do Kyung yang menyelimuti
tubuhnya.
Beralih ke Hyuk dan noona nya yg lagi menikmati sarapan mereka. Hyuk menyarankan kakaknya untuk mempekerjakan seseorang di kafe. Hyuk juga bilang, akan membantu kakaknya mencari seseorang yang bisa membantu kakaknya di kafe.
Tapi
Hee malah menanyakan soal cinta. Hee tanya, bisakah mereka berteman dengan
sosok yang pernah mereka cintai di masa lalu.
“Tentu
saja. Jika tidak mencintai atau tertarik kepada orang itu, kita bahkan tidak
akan membencinya.” Jawab Hyuk.
Sy
rasanya gk percaya kalimat itu keluar dari mulut Hyuk. Dia sendiri, membenci Ji
Soo… berarti secara gak sadar, Hyuk ngaku dong kalau dia tertarik sama Ji Soo…
“Cinta dan benci itu beda tipis. Karena itulah tidak acuh adalah lawan dari pembalasan.” Sahut sunbae nya Hyuk.
Hmm…
rupanya sunbae nya Hyuk menginap di rumah mereka…
“Tidak
acuh?” tanya Hee.
“Berarti
dia sudah benar-benar melupakanmu. Tidak ada hasrat untuk mencintai, membenci,
atau membalas dendam.” Jawab Hyuk.
“Itulah
yang membuatnya menjadi pemenang sejati.” Sahut sunbae nya Hyuk.
Beralih
ke Hee yang jalan menuju kafenya sambil celingak celinguk mencari Boss Kang.
Udah nyampe kafe pun, Hee masih aja nyariin Boss Kang.
Boss Kang keluar dapur rotinya dgn stelan rapi lagi. Ji Soo heran sendiri melihat bossnya berpenampilan beitu rapi. Boss Kang beralasan, kalau dia mau pergi makan siang.
“Anda
tidak akan makan mi mangkuk?” tanya Ji Soo.
“Tidak
ada aturan aku harus makan mi mangkuk.” Jawab Boss Kang.
“Lantas
bolehkah aku membuat kue di sini selagi anda keluar?” tanya Ji Soo.
“Silakan.”
Jawab Boss Kang.
“Anda
sungguh tidak akan mengajariku cara menguleni?” tanya Ji Soo.
“Harus
berapa kali kubilang?” jawab Boss Kang.
“Jika
begitu, aku akan berhenti bekerja di sini.” Ancam Ji Soo.
Sontak,
Boss Kang kaget. Ji Soo kemudian mengakui alasannya ingin belajar membuat roti
karena roti adalah makanan kesukaannya. Dia juga bilang, bakal belajar membuat
roti dari pembuat roti favoritnya yg nomor dua. Kalo yg pertama, Boss Kang. Tapi
Boss Kang sama sekali gak kemakan ancamannya.
“Dia
sama sekali tidak peduli. Haruskah aku berhenti sekarang?” ucap Ji Soo lemas.
Aaaaah….
Ji Soo cute parah pas scene ini…
Beralih
ke scene Boss Kang dan Hee yang juga gak kalah kocaknya. Hee pura2 kaget
melihat Boss Kang datang ke kafenya, padahal pas awalnya lihat Boss Kang
datang, dia langsung tersenyum senang. Boss Kang juga pura2 gak tahu kalau itu
kafenya Hee. Pas Hee ngaku itu kafenya, dia pura2 kaget.
“aKudengar
kebanyakan wanita mencari pekerjaan setelah suaminya pensiun. Bagaimana
suamimu?” tanya Boss Kang pura2.
“Kami
tidak seperti itu. Bisnis suamiku sukses.” Jawab Hee, bohong.
“Karena
itulah aku turut bersyukur.” Ucap Boss Kang.
Boss
Kang kemudian pura2 mau minum kopi. Ia mengaku, ada seseorang yang
merekomendasikan kopi itu padanya. Saat Hee sedang menyiapkan kopinya, ia pun diam2
memandang lirih Hee. Saat Hee selesai membuat kopinya, ia kembali berpura-pura.
Hee pun jadi kesal sendiri karena mengira Boss Kang sudah tidak ada perasaan
padanya.
Pas
balik ke toko rotinya, dia menemukan Ji Soo kesulitan melapisi kue dengan cream
putih. Boss Kang pun langsung membantu Ji Soo melapisi kue dengan cream. Ji Soo
takjub melihat Boss Kang melakukannya secepat kilat.
"Yang
penting dari kue pengantin adalah hiasannya.” Ucap Boss Kang
“Pak
Tukang Roti, Anda juga ahli membuat kue.” Puji Ji Soo.
“Jika
aku tidak bisa, orang lain pun tidak akan bisa. Tapi kenapa kau membuat kue
pengantin hari ini? Pernikahannya besok?” ucap Boss Kang.
“Aku
hanya latihan. Aku akan membuat yang sebenarnya besok pagi. Bisakah Anda
membantuku besok?” pinta Ji Soo.
“Untuk
apa aku membantumu? Katamu kamu akan berhenti bekerja.” Jawab Boss Kang.
“Baiklah.
Lupakan saja kalau begitu. Tapi besok aku masih boleh membuat kue di sini,
bukan? Besok kita juga tutup.” Ucap Ji Soo.
“Lakukan
semaumu.” Jawab Boss Kang, lalu pergi ke dapur.
Sebelum
ke dapur, Boss Kang meletakkan kopinya tadi yang belum ia minum di meja dekat
Ji Soo. Ji Soo pun merasa aneh karena setahunya Boss Kang tidak suka kopi. Saat
melihat label nama kafe Hee di cangkir kopinya, Ji Soo makin heran.
Ji An
akhirnya menemukan tempat tinggal Tuan Jung. Senior Jo kaget Ji An berhasil
menemukan alamat pria itu. Sementara Manajer Lee nampak senang dan mengizinkan
Ji An menggunakan mobil kantor untuk menemui Tuan Jung. Tapi Ha Jung malah
mematahkan semangat Ji An.
“Kudengar
kemarin tidak ada hasilnya. Bagaimana jika hari ini juga sama?” tanya Ha Jung.
Tapi
Ji An sama sekali mempedulikan kata2 Ha Jung dan menyuruh Ha Jung mengirimkan
versi akhir dari naskah dan susunan acara kepada agensi.
“Ambil
stiker label untuk lilin dan pewangi ruangan dari tim desain.” Suruh Ji An,
membuat Ha Jung tambah kesal.
Di
lobby, Do Kyung melihat Ji An berlari meninggalkan kantor. Awalnya, Do Kyung
penasaran Ji An mau pergi kemana tapi kemudian ia berusaha tidak mempedulikannya.
Sampai
di ruangannya, Ji An menghubunginya. Seketaris Yoo merasa aneh mendengar Do
Kyung bicara begitu formal pada Ji An.
Do
Kyung terkejut begitu Ji An bilang dalam perjalanan menemui Tuan Jung. Ji An
pun memberitahu Do Kyung bahwa Tuan Jung tinggal di Pyeongchang Provinsi
Gangwon.
“Aku
ingin menemanimu, tapi sudah ada janji.” Jawab Do Kyung.
“Tidak
apa-apa. Aku bisa sendiri.” Ucap Ji An.
“Masalahnya
bukan pergi sendiri, tapi membujuknya.” Jawab Do Kyung.
“Aku
akan berusaha keras membujuknya.” Ucap Ji An.
“Baiklah.
Langsung hubungi aku jika sudah bertemu dengannya.” Jawab Do Kyung.
Habis
menelpon Do Kyung, Ji An menelpon Ji Tae. Ji An meminta maaf karena tidak bisa
datang ke nikahan Ji Tae. Ji Tae yang tahu apa2, berkata, itu salahnya karena
memutuskan untuk menikah secara mendadak. Dengan suara bergetar, Ji An
memberikan ucapan selamat pada kakaknya.
Di
toko roti, Ji Soo keingetan Ji An yang gak bisa datang ke nikahan Ji Tae karena
urusan pekerjaan. Tak lama kemudian, Ji Soo meraih ponselnya dan menghubungi Do
Kyung.
Do
Kyung yang saat itu mau menyantap makan siangnya, terkejut membaca nama Ji Soo
di layar ponselnya. Ia pun langsung antusias saat Ji Soo ingin meminta sesuatu
darinya. Setelah Ji Soo mengatakan keinginannya, Do Kyung pun terdiam. Ji Soo
hanya ingin Ji An datang ke nikahan Ji Tae.
“Dia
bilang tidak bisa datang?” tanya Do Kyung kaget.
“Bisakah
kau mengizinkannya datang?” pinta Ji Soo.
“Kurasa
dia tidak bisa.” jawab Do Kyung.
“Tapi
kau wakil presdir.” Ucap Ji Soo.
“Dia
bilang begitu karena punya alasan. Menghadiri pernikahan bukan hal yang
penting. Kau harus mengerti.” Jawab Do Kyung.
Usai
bicara dengan Do Kyung, Ji Soo bergumam kalau Do Kyung itu menyeramkan saat
sedang serius.
Do
Kyung ingin menghubungi Ji An, tapi gak jadi.
Di
ruangannya, Do Kyung lagi membahas konsep desain produk barunya dengan
desainernya. Ia merasa, desain keseluruhan produknya terlalu mirip dengan
dengan desain produk lain. Desainer bernyata Nyonya Oh itu pun berkata, kalau
desain pakaian tidur memang seperti itu.
“Karena
kau memberi batasan?” jawab Do Kyung.
“Tapi
pakaian tidur memang seperti itu.” ucap Nyonya Oh.
“Sesuatu
yang menyehatkan, bukan pakaian tidur. Aku ingin yang seperti itu.” jawab Do
Kyung.
Saat
lagi asyik membahas produk baru mereka, tiba2 saja ruangan Do Kyung menjadi
gelap sehingga Do Kyung terpaksa menyalakan lampu di ruangannya. Do Kyung
langsung kepikiran Ji An pas Nyonya Oh bilang di beberapa provinsi sedang
bersalju.
Cemas,
Do Kyung langsung menghubungi Ji An tapi ponsel Ji An mati.
Ji An
sendiri dalam masalah. Ia terpaksa meninggalkan mobilnya di depan hutan karena
ban mobilnya nyelip di pasir. Ji An juga tidak bisa menghubungi seseorang
karena tidak ada sinyal.
Do
Kyung tambah cemas karena Ji An masih belum bisa dihubungi. Do Kyung pun
menceritakan situasinya ke Seketaris Yoo. Seketaris Yoo langsung bisa kenapa
ponsel Ji An sulit dihubungi karena Ji An ada di daerah terpencil.
“Jika
tetap di mobil, dia tidak akan mati kedinginan.” Jawab Seketaris Yoo.
“Bagaimana
mungkin dia di mobil semalaman?” protes Do Kyung.
Cemas,
Do Kyung pun bergegas menyusul Ji An. Sebelum pergi, ia sempatkan diri mampir
ke outletnya untuk mengambil mantel karena ia ingat Ji An tidak memakai mantel
saat meninggalkan kantor.
Sambil
menyetir, Do Kyung terus berusaha menghubungi Ji An. Namun ponsel Ji An masih
tidak bisa dihubungi, membuat Do Kyung kian cemas.
Beralih
ke adegan si penculik Eun Seok yg kembali muncul. Sun Ok dan suaminya lagi
memikirkan cara mendapatkan uang.
Do
Kyung akhirnya tiba di Gangwon. Ia menanyakan Tuan Jung pada penduduk sekitar.
Awalnya, mereka enggan memberitahu Do Kyung tapi setelah Do Kyung mengatakan
ada seseorang yang akan meninggal jika ia tidak bisa menemukan Tuan Jung,
barulah mereka memberitahukan dimana lokasi Tuan Jung pada Do Kyung.
Berdasarkan
petunjuk dari penduduk sekitar, Do Kyung akhirnya berhasil menemukan mobil yang
dipakai Ji An. Do Kyung memeriksa ke dalam mobil dan terkejut tidak menemukan
Ji An di sana.
“Apa
dia pergi untuk mencari sinyal?” tanya Do Kyung.
Do
Kyung lantas berteriak, memanggil Ji An.
Takut
Ji An kenapa2, akhirnya Do Kyung masuk ke hutan mencari Ji An.
Ji An
sendiri mulai kedinginan di tengah hutan. Meskipun sudah merapatkan
cardigannya, tetap saja ia menggigil kedinginan. Ji An nampak jalan terpincang2
karena sepatunya sobek dan ia mengikat sepatunya dengan potongan kain.
Sementara tangannya, memeluk sehelai kain berwarna hijau.
Ji An
tiba2 terpeleset dan jatuh. Ji An pun
menyesal karena tidak memberitahukan posisinya pada Do Kyung sejak awal. Tiba2 saja, Ji An mendengar teriakan Do Kyung
memanggil namanya. Ji An langsung berdiri dan celingak celinguk sembari
memanggil ibunya. Tak lama, Do Kyung berhasil menemukan Ji An. Ji An reflek,
menyebut Do Kyung ‘Oppa’. Do Kyung
bernafas lega melihat Ji An baik2 saja.
Ji An
tertegun, tidak menyangka Do Kyung bisa menemukannya. Do Kyung pun bergegas
memasangkan mantel yang dibawanya ke tubuh Ji An. Ia juga memarahi Ji An yang
tidak membawa mantel. Sekali lagi, Do Kyung membuat Ji An tertegun dengan
perhatiannya.
Tak
lama kemudian, Ji An memberitahu Do Kyung kalau usahanya membujuk Tuan Jung
berhasil. Do Kyung terkejut. Ji An pun memulai ceritanya, bagaimana ia berhasil
meyakinkan Tuan Jung.
Flashback…
Tuan Jung yang sedang berada
di halaman rumahnya, terkejut melihat seorang wanita mendatanginya. Ji An memperkenalkan dirinya, kemudian
mengatakan maksud dan tujuannya mencari Tuan Jung. Tuan Jung melirik ke sepatu
Ji An. Melihat sepatu Ji An yang rusak, Tuan Jung pun sadar Ji An berjalan kaki
mencapai tempat tinggalnya. Ji An pun menjelaskan, mobilnya masuk parit dan minta izin menghubungi
seseorang. Tuan Jung bilang, Ji An harus naik 100 meter menuju puncak untuk
mendapatkan sinyal.
Tuan Jung menyajikan secangkir
teh untuk Ji An. Ia menyuruh Ji An pulang sebelum hari mulai gelap. Ji An
mengaku akan menginap di sana jika Tuan Jung tidak memberinya izin. Melihat kegigihan Ji An, Tuan Jung pun mengabulkan permintaan
Ji An. Tak hanya itu, Tuan Jung juga memberikan Ji An potongan kain untuk
mengikat sepatu Ji An serta memberikan Ji An sehelai kain sebagai ganti mantel.
Flashback end…
“Kamu
naik sampai ke sini?” tanya Do Kyung.
“Aku
tidak tahu tempatnya jauh.” Jawab Ji An.
“Kau
gegabah atau bodoh?” omel Do Kyung.
“Tapi bagaimana kau bisa menemukan tempat ini? Aku
hanya memberi tahu nama desanya.” Tanya Ji An.
Tak
mau Ji An tahu kalau ia sebenarnya cemas, Do Kyung pun menjadikan pekerjaan
sebagai alasan. Ia mengaku tidak bisa duduk diam saja menunggu kabar dari Ji An
tentang Tuan Jung mau bekerja sama dengan mereka atau tidak.
Do
Kyung kemudian melirik kain yang dipegang Ji An.
“Dia
memberikan ini untuk kukenakan di leher.” Jawab Ji An.
“Lantas
kenapa tidak kau kenakan?” tanya Do Kyung.
“Aku
tidak bisa mengenakannya karena ingin menunjukkannya kepadamu.” Jawab Ji An.
Do
Kyung pun semakin tersentuh. Do Kyung
lantas mengajak Ji An pergi. Ia mau memapah Ji An, tapi Ji An menolak dan lebih
memilih berjalan dengan bantuan tongkat kayu yang tak sengaja ia temukan. Do
Kyung menyuruh Ji An jalan duluan. Do Kyung beralasan, agar ia bisa menyinari
langkah Ji An dari belakang. Ketika Ji An mulai berjalan, Do Kyung pun
semakin merasa tersentuh.
Saat
berhasil mencapai mobil, Ji An yang sudah kelelahan nyaris jatuh. Do Kyung
dengan sigap memegangi Ji An, namun Ji An buru2 menepis tangan Do Kyung.
Do
Kyung lantas menyuruh Ji An naik ke mobilnya. Ji An yg merasa canggung, menolaknya dengan alasan itu mobil perusahaan
dan akan lebih baik jika ia yang mengemudikannya. Do Kyung pun sebal, dan makin
sebal saat Ji An menyuruhnya pulang duluan.
“Bagaimana
bisa aku membiarkanmu menunggu mobil dereknya sendirian. Bagaimana kalau
terjadi sesuatu denganmu? Aku bisa dipecat karena menjadi bos yang tidak
berperasaan, jadi masuklah.” Jawab Do Kyung.
Di
perjalanan, Ji An mengingat saat Do Kyung memakaikannya mantel tadi dengan
wajah cemas. Ia pun memejamkan matanya dan mengatai dirinya sudah gila dalam
hatinya karena sekarang perasaannya menjadi tidak karuan.
Do
Kyung memecah keheningan dengan mengajak Ji An makan. Ji An yang lagi bingung
dengan perasaannya langsung menolak. Ji An membuat alasan kalau dirinya tidak
lapar, tapi Do Kyung tetap mengajak Ji An makan.
Tak
seperti biasanya, Do Kyung mengajak Ji
An makan di warung kecil. Sontak Ji An
terkejut, apalagi saat menyadari kalau makanannya hanyalah makanan yang
dipanaskan saja. Tapi Do Kyung gak peduli dan menyantap makanannya dengan
alasan lapar. Tapi sayangnya, Ji An lagi tidak berselera. Do Kyung lalu
mengajak Ji An pergi.
Di perjalanan, Do Kyung menyuruh Ji An pulang. Ia melarang Ji An ke kantor dengan keadaan seperti itu. Salah tingkah, Ji An pun langsung membicarakan soal pewarna. Ia bilang, mereka bisa menggunakan daun yang difermentasi untuk pewarnanya. Do Kyung menghela nafasnya sejenak, sebelum menjawab kata2 Ji An bahwa ia tahu mereka tidak bisa menggunakan daun segar setelah Bulan September.
Do
Kyung kemudian bertanya, apa Ji An masih kedinginan. Do Kyung mau menaikkan
suhu pemanasnya tapi Ji An melarang. Ji An lagi2 berbohong, ia mengaku
kepanasan padahal kedinginan sampai ia membuka kaca mobil Do Kyung tapi refleks
menutupnya kembali karena dingin. Makin
salting, Ji An pun kembali membicarakan soal pewarna. Do Kyung menyela,
menyuruh Ji An berhenti bicara dan istirahat.
Ji An
pun buru2 menyenderkan kepalanya di kaca mobil, dan… memejamkan matanya.
Mereka
akhirnya tiba di rumah. Tak tega
membangunkan Ji An, akhirnya Do Kyung membiarkan Ji An tidur sejenak.
Hingga
beberapa menit berlalu, barulah Do Kyung membangunkan Ji An. Do Kyung bilang,
mereka tidak bisa masuk bersama karena yang orang tuanya tahu ia menghadiri
pertemuan dengan N-Gaon.
“Aku
sudah memberi tahu mereka soal keadaanmu. Kubilang kau menemui Pak Jung dan
tersesat di gunung. Aku melakukannya saat kau tertidur pulas. Seketaris Min
akan mengurus sepatumu. Masuk saja ke kamar dan bilang kau lelah.” Suruh Do
Kyung.
Ji An
pun mengerti. Ketika Ji An mulai berjalan menuju ke rumah, Do Kyung memperhatikan Ji An dari
spionnya dengan perasaan atidak karuan.
Begitu
sampai di dalam, Nyonya No terkejut
melihat wajah letih Ji An. Nyonya No pun menyuruh Ji An istirahat dan menyuruh
Seketaris Min menyiapkan air hangat untuk Ji An mandi.
Begitu
Ji An berjalan ke atas, Seketaris Min menatap Ji An dengan tatapan tajam.
Sesampainya
di kamar, Ji An tak langsung istirahat. Ia duduk di tepi ranjang dan menangis.
Tak lama kemudian, ia duduk di depan meja riasnya dan termenung menatap kalung
pemberian Do Kyung.
Dari
Ji An, kita beralih ke pasangan yang lagi berbahagia. Yups, Ji Tae dan Soo A.
Mereka lagi membuat perjanjian pranikah. Dalam perjanjian pranikah Soo A, Soo A
menegaskan kalau mereka akan menunda memiliki momongan. Di perjanjian pranikah
Ji Tae, Ji Tae menginginkan Soo A yang mengurus masalah keuangan keluarganya.
Ji Tae juga minta izin supaya dia bisa tetap membayar utang keluarganya.
“Tidak
mau.” jawab Soo A.
“Aku
mengerti.” Ucap Ji Tae sedikit kecewa.
Tapi
Soo A langsung tersenyum dan berkata, kalau ia tidak mau mengurus masalah
keuangan, bukan melarang Ji Tae membayar hutang keluarga.
Tuan
Seo dan Nyonya Yang masih terjaga,
mereka sama2 pusing memikirkan pernikahan Ji Tae. Nyonya Yang masih
tidak rela pernikahan Ji Tae dan Soo A digelar sederhana. Tak lama kemudian,
ponsel Tuan Seo berdering. Seok Doo yang menelpon, memberitahu kalau ada yang
tertarik dengan item yang sedang diteliti Tuan Seo. Seok Doo minta Tuan Seo
mengirimkan sampelnya besok. Seok Doo juga bilang, mereka akan langsung
menandatangani kontrak setelah meneliti sampelnya. Seok Doo juga minta nomor
rekening Tuan Seo karena akan mengirimkan sejumlah uang. Sontak, Tuan Seo
senang bisnisnya mulai berhasil.
Di
belakang, Nyonya Yang tercengang melihat suaminya. Dari ekspresi suaminya, ia
bisa menebak bisnis suaminya mulai berhasil.
Keesokan
harinya, Do Kyung terbangun karena batuk. Seketika, Do Kyung teringat Ji An.
Takut Ji An sakit, Do Kyung pergi ke kamar Ji An. Karena Ji An tak menjawabnya
saat ia mengetuk pintu, ia pun langsung masuk ke kamar Ji An dan terkejut
mendapati kamar Ji An sudah kosong.
Sambil
menuju kantor, Do Kyung singgah ke apotik untuk membeli obat flu, serta
beberapa vitamin. Ia membeli vitamin dalam jumlah banyak.
Ji
Soo pergi ke toko roti dengan penampilan barunya. Boss Kang aja hampir tidak
mengenali Ji Soo dan tidak mau membukakan pintu. Boss Kang malu2 memuji kecantikan Ji Soo. Ternyata, hari itu
adalah hari pernikahan Ji Tae. Itulah kenapa Ji Soo berdandan sangat cantik.
Suasana
di kantor juga terasa ceria. Do Kyung memberikan vitamin itu untuk Ji An dan
seluruh tim pemasaran. Do Kyung kemudian menanyakan jadwal Ji An.
“Ha
Jung akan membuatkan profil Pak Jung untuk Tim Humas. Pak Jo akan mengatur
mobil untuk mengambil pewarna dan bahan lainnya. Aku akan memesan kamar suite
untuk Pak Jung, lalu pergi ke gedung untuk rapat terakhir dengan Tim Acara. Aku
akan memeriksa panggung dan membuat pernyataan untuk jumpa pers.” Jawab Ji An.
Saat
Ji An menjelaskan jadwalnya, Do Kyung seketika teringat permintaan Ji Soo yang
ingin Ji An datang ke wedding nya Ji Tae.
Ji
Soo mampir ke Kafe Hee. Ia membawa sekotak kue kecil yang dibuatnya kemarin.
Hee memuji penampilan baru Ji Soo. Ia mengaku hampir saja tidak mengenali Ji
Soo. Malu2, Ji Soo bilang hari itu adalah hari pernikahan Ji Tae. Ji Soo lantas
meminta Hee memberikan kue itu untuk Hyuk. Ji Soo bilang, itu sebagai ucapan
terima kasihnya karena Hyuk sudah membantunya menyusun meja rias.
Percakapan
Hee dan Ji Soo terhenti karena seorang pelanggan protes minumannya belum
diantar. Ji Soo pun langsung membantu Hee melayani pelanggan. Bersamaan dengan
itu, Hyuk datang dan mengira kakaknya sudah mulai mempekerjakan seorang
pegawai. Tapi begitu tahu itu Ji Soo, Hyuk pun terkejut.
Malu2,
Ji Soo pun bilang kalau kakaknya menikah hari ini jadi ia sedikit berdandan.
Hyuk memuji dandanan Ji Soo. Ji Soo juga berterima kasih atas bantuan Hyuk soal
meja riasnya. Ji Soo bilang, kakak iparnya menyukai meja rias itu.
Obrolan
Hyuk dan Ji Soo terhenti lantaran Ji Soo harus kembali melayani pelanggan. Hyuk
pun tak berhenti memandangi Ji Soo hingga tanpa sadar, ia tersenyum.
Do
Kyung mengajak Ji An ke lokasi pernikahannya Ji Tae. Tadinya, Do Kyung pura2 kalau
mereka akan meeting disana supaya Ji An mau pergi. Tapi sesampainya di sana, Do
Kyung pun mengaku kalau ia mau menunjukkan sesuatu yang tidak boleh dilewatkan
Ji An.
Mata Ji An pun seketika berkaca2, melihat pernikahan kakaknya. Namun Ji An ingin pergi, tapi Do Kyung memaksa Ji An menghadiri pernikahan Ji Tae.
“Akan
sulit menemui orang tuamu, tapi ini hari istimewa kakakmu. Kau tersenyum kepada
orang tuaku demi orang tuamu. Aku ingin kau tersenyum demi kakakmu. Mereka
keluargamu. Jangan melakukan sesuatu yang akan kau sesali.” Ucap Do Kyung.
Sementara
itu, Tuan Choi menerima surat kaleng kalau Ji An bukan Eun Seok.
Kembali
ke pernikahan Ji Tae. Saat hendak berfoto keluarga, Ji An pun datang. Ji Soo
dan Ji Ho sontak menghampiri Ji An. Sementara Tuan Seo terdiam melihat Ji An.
Disaat
Ji An tersenyum bahagia berfoto bersama keluarga aslinya, Tuan Choi justru
terkejut membaca surat kaleng kalau Ji An bukan Eun Seok.
0 Comments:
Post a Comment