My Golden Life Ep 30 Part 1

Sebelumnya...


Tepat saat sang kakek menunjuk ke pintu, mau memperkenalkan dirinya, ia kabur. Seketaris Min yang sudah masuk duluan ke tempat acara pun kembali keluar. Sadar ada yang tidak beres, Do Kyung pun bergegas keluar, diikuti oleh Seketaris Yoo. Sementara CEO No pura2 batuk untuk mengendalikan situasi.

“Aku sungguh minta maaf. Saluran pernapasanku sedang agak terganggu. Aku tidak bisa mengatakannya.” Ucap CEO No.


Diluar, Do Kyung dan Seketaris Yoo menemukan Seketaris Min jatuh terduduk. Seketaris Min memberitahu Do Kyung kalau Ji Soo kabur. Do Kyung pun menyuruh Seketaris Yoo mencari Ji Soo. Seketaris Min juga ikut mencari Ji Soo.

Di dalam, CEO No mengaku bahwa orang yang ingin diperkenalkannya adalah mereka semua. CEO No mengajak mereka tepuk tangan.

“Mereka mungkin tidak di sini, tapi mari bertepuk tangan juga untuk para pegawai yang sedang menikmati pesta di aula Ruby.” Ucap CEO No lagi.


Nyonya No yang sadar terjadi sesuatu, berusaha bersikap tenang. Apalagi setelah melihat Nyonya Son berbisik pada So Ra. Nyonya No kemudian mendapatkan pesan dari Seketaris Min yang meminta maaf karena Ji Soo kabur. Nyonya No pun berbisik pada Tuan Choi, kalau Ji Soo kabur.


CEO No masih terus melanjutkan pidatonya. Setelah pidatonya selesai, ia turun dari podium dan meninggalkan aula dengan wajah murka.


Giliran Tuan Choi yang memberikan pidatonya. Saat Tuan Choi sedang berpidato, Nyonya No melihat Do Kyung menghampiri So Ra sekeluarga.


“ Kalian pasti terkejut. Maafkan aku. Adikku masuk rumah sakit karena enteritis akut.” Ucap Do Kyung.

“Astaga. Dia pasti amat gugup.” Jawab Nyonya Son.

“Oppa, pergilah ke rumah sakit dan temani adikmu.” Ucap So Ra.

“Aku akan pergi usai diberi tahu hasilnya.” Jawab Do Kyung.


Ji An senang karena lampu buatannya berfungsi dengan baik. Karena Hyuk sudah berbaik hati padanya, mengizinkannya membuat satu produk, ia pun berniat mentraktir Hyuk minum bir sebagai ucapan terima kasih.

“Aku mengizinkanmu karena ini hanya contoh. Karena ini tampak amat mirip seperti sebuah contoh, lakukan lebih baik nanti agar bisa dijual.” Jawab Hyuk.

“Kau menyuruhku membuatnya?” tanya Ji An.

“Ini desainmu sendiri. Tapi kau hanya bisa mengerjakannya pada malam hari setelah siang hari bekerja di toko kayu. Tujuan utama kita adalah menjual produk kayu buatan sendiri.” Jawab Hyuk.

“Haruskah kutaruh contoh ini di kafenya Kak Hee?” tanya Ji An.

“Ide bagus. Ayo tempelkan label harganya.” Jawab Hyuk.

“Kau bahkan bersikap seperti pebisnis. Kau langsung setuju memajangnya di kafe.” Ucap Ji An.

“Aku mengembangkan kafe itu agar menjadi bisnis interior.” Jawab Hyuk.


Hyuk kemudian kembali melihat lampu bikinan Ji An dan berkata, lampu itu biasa menjadi hadiah Natal yang bagus. Seketika, Ji An pun teringat hari jadi Haesung. Ji An juga teringat pada Ji Soo.

“Seo Ji Soo. Dia akan baik-baik saja, bukan?” gumam Ji An.

“Kau menggumamkan apa?” tanya Hyuk.

“Aku memikirkan mantan adikku  yang kini menjadi keluarga Haesung.” Jawab Ji An.

“Telepon saja dia.” Suruh Hyuk.

“Masih terlalu pagi.” Jawab Ji An.


Ji Soo berlarian di jalan raya. Ia memeriksa sakunya, tapi tidak menemukan ponselnya. Ia ketakutan.


Jin Hee dan Tuan Jung terkejut saat Do Kyung memberitahu tentang Eun Seok yang terkena radang usus. Tuan Jung heran, yang ia tahu Eun Seok biasanya kuat.

“Dia tidak mau memberi tahu kita.” Celetuk Jin Hee.

“Aku mencemaskan kakek. Ini tidak berjalan sesuai rencana.” Jawab Do Kyung.

“Kurasa ibumu lebih mencemaskannya.” Ucap Jin Hee sambil memperhatikan Nyonya No yang tengah mengobrol bersama Nyonya Son. Do Kyung lalu pamit.


So Ra yang baru selesai mengambil makanan, memanggil Do Kyung yang melintas tak jauh dari hadapannya. So Ra mencemaskan Eun Seok. Do Kyung meyakinkan So Ra kalau Eun Seok akan baik-baik saja.

“Sayang sekali. Ibu amat sering memuji dia, jadi, aku sangat ingin menemuinya. Dia tumbuh besar di keluarga biasa selama 25 tahun, tapi kudengar dia hebat meski masa lalunya suram.” Ucap So Ra.

“Bagaimana menurutmu, Nona Jang?” tanya Do Kyung.

“Jika kau menanyakan apa hatiku telah berubah... anggap saja aku tidak perhitungan. Kurasa aku bersikap perhitungan sebelum membuat keputusan. Entah kenapa ini menarik. Aku tidak sabar menemuinya.” Jawab So Ra.

“Menarik? Apa maksudmu tidak sabar menemuinya?” tanya Do Kyung.

“Kau akan datang ke bandara untuk mengantarku, bukan? Kau akan mengetahuinya saat itu.” Jawab So Ra.

“Kuharap aku bisa tersenyum untukmu, tapi aku mencemaskan adikku.” Ucap Do Kyung, lalu beranjak pergi.


Do Kyung menunggu Seketaris Yoo diluar. Tak lama, Seketaris Yoo datang dan meminta maaf karena tidak berhasil menemukan Ji Soo. Seketaris Yoo juga memberitahu kalau Seketaris Min akan mengikuti perintah CEO No.

Do Kyung pun mulai cemas.


Ji Soo pergi ke rumah lamanya. Tapi baru saja turun dari taksi, beberapa orang berpakaian hitam datang, termasuk Seketaris Min. Ji Soo pun dipaksa masuk ke mobil. 


Sementara itu, Nyonya Yang mendatangi kediaman Haesung. Namun ia hanya berdiri diluar saja.

Kok kayak kontak batin gitu ya? Disaat Ji Soo dalam masalah, Nyonya Yang tahu2 nongol di kediaman Haesung.


Di dalam, CEO No marah besar karena Tuan Choi dan Nyonya No gagal mengendalikan Ji Soo. Nyonya No juga heran, kenapa ini bisa terjadi padahal Ji Soo berlatih segalanya seperti permintaan mereka. Tuan Choi pun meminta maaf pada CEO No.

“Aku memberi tahu mereka bahwa dia mengalami enteritis akut. Orang tua Nona Jang dan istri Pimpinan New World memercayai dan memahaminya tanpa keraguan apa pun.” Ucap Do Kyung.

Tapi CEO No malah marah dengan alasan Do Kyung.

“Pak Jang bilang kita harus mengadakan rapat keluarga. Kau akan bilang dia enteritis juga? Jika memperkenalkan dia hari ini, kita bisa saja bilang bahwa dia kuliah di luar negeri. Tapi kini, dia mengacau dan memperburuk situasi. Sebelum dia mempermalukan kita, segera proses pertunangan Do Kyung. Kirim Eun Seok lebih dahulu ke luar negeri.” Ucap CEO No.


Nyonya Yang yang hendak pergi dari depan rumah Haesung, berpapasan dengan mobil Ji Soo yang baru tiba. Tapi sayang, Ji Soo tidak melihat ibunya itu karena ia menangis sambil menundukkan kepalanya. Nyonya Yang juga tidak melihat Ji Soo.


Seohyun sedang memainkan cello di konser kelulusannya. Wajahnya murung karena tak satu pun anggota keluarganya datang.


Tuan Choi berusaha membela putrinya, tapi CEO No menyuruhnya tutup mulut. CEO No marah besar karena Ji Soo sudah mempermalukannya. Ia bahkan juga menuding Ji Soo hanya ingin hidup nyaman dengan kekayaan Haesung.

“Bukan itu yang kuinginkan.” Jawab Ji Soo.


“Keinginanmu tidak ada tempat di sini. Begitu kau lahir sebagai anggota keluarga Haesung, kau menjadi milik perusahaan. Itu karena kau terlahir kaya. Beraninya kau melarikan diri dari acara? Tahukah kamu betapa pentingnya acara ini? Beraninya kau melawanku? Kenapa kau melarikan diri?” tanya CEO No.

“Aku melakukannya karena terlalu takut. Setelah menonton videonya Ji An, aku harus berbicara seperti Ji An. Jika penampilanku harus mirip dengannya juga, aku takut akan selamanya hidup sebagai Ji An.” Jawab Ji Soo.


“Video apa?” tanya Do Kyung.

“Kau mulai membuat alasan. Jika kau memang memadai, pikirmu penyamaran ini perlu dilakukan? Pikirkan soal kekuranganmu.” Ucap CEO No.

“Semua ini terjadi karena anda mengenalkan Ji An lebih dahulu.” Jawab Ji Soo.


Kesal, CEO No menyuruh mereka membawa Ji Soo ke atas. CEO No juga bilang, tidak akan menemui Ji Soo sampai Ji Soo mendapat pelajaran. CEO No beranjak pergi.

Tuan Choi menatap cemas Ji Soo, tapi tidak dengan Nyonya No yang terlihat marah.


Do Kyung mengantar Ji Soo ke kamar. Do Kyung bilang, Ji Soo seharusnya menelponnya sebelum melarikan diri.

“Aku tidak terpikirkan apa pun. Aku hanya takut.” Jawab Ji Soo.

“Pilihan yang kita ambil menghasilkan tanggung jawab dan konsekuensi. Situasi akan sulit untuk sementara. Siapkan dirimu.” Ucap Do Kyung.

“Aku bisa pergi saja dari sini.” Jawab Ji Soo, lalu masuk ke kamarnya.


Di kamar, Ji Soo pun menangis memanggil ibunya.


Tuan Choi dan Nyonya No berdebat di kamar. Tuan Choi marah, ia tidak mengerti bagaimana Nyonya No bisa punya pikiran menyuruh Ji Soo menyamar menjadi Ji An. Tapi Nyonya No malah menyebut Tuan Choi munafik.

“Orang-orang bisa berpikir bahwa dia Seo Ji An, tapi dia tidak boleh berdandan sepertinya?” ucap Nyonya No.

“Mereka baru melihatnya sekali. Rambut dan pakaiannya akan cukup. Itu sebabnya kita menempatkan para tamu VIP di belakang.” Jawab Tuan Choi.

“Bagaimana dengan Jin Hee dan Jung Myung Soo? Kau tidak tahu alasan ayah meminta kita membohongi mereka juga? Jin Hee itu tidak sabaran. Ayah tahu dia selalu mencari gosip tentang kita yang bisa dibeberkannya. Itulah alasan penyamarannya.” Ucap Nyonya No.

“Minta dia menghentikan sandiwara ini. Minta dia menghentikan semuanya seolah-olah dia memercayai kita.” Suruh Tuan Choi.

“Kau tidak berpikir kau gagal mendapatkan kepercayaannya?” tanya Nyonya No, membuat Tuan Choi semakin kesal.


Beralih ke Seohyun yang kecewa karena keluarganya benar2 tidak datang di konser kelulusannya. Ia mengecek ponselnya dan tidak mendapati satu pun kabar dari keluarganya. Seohyun lalu melihat pesan Ji Ho yang protes karena ia tidak menjawab teleponnya.


Ji Ho pun mengajak Seohyun piknik di depan Sungai Han. Seohyun heran kenapa Ji Ho mengajaknya minum bir dan makan ayam di sana. Ji Ho bilang, itu karena Seohyun belum pernah melakukannya. Ji Ho

Tak lama kemudian, pesanan ayam Ji Ho datang. Ji Ho bilang, ia sudah membayar ayamnya di awal. Seohyun berkata, harusnya dia yang membayar semua pengeluaran.

“Hari ini pelayanannya gratis. Karena aku kasihan kau diasingkan oleh keluargamu sendiri pada hari konser kelulusanmu.” Ucap Ji Ho.

“Hei, aku putri Perusahaan Haesung. Beraninya kau mengasihaniku.” Protes Seohyun.


Ji Ho kemudian bercanda, mengatakan kalau Seohyun seorang anak yang sengaja diadopsi untuk menggantikan posisi Ji Soo. Tapi Seohyun malah menganggapnya serius.


Tuan Choi mengetuk pintu kamar Ji Soo. Ia mengajak Ji Soo bicara. Karena tak ada respon, Tuan Choi menekan hendel pintu tapi Ji Soo mengunci pintu kamarnya.


Ji Soo sendiri menangis di bawah selimut.
Ji Ho mengantarkan Seohyun yang sudah mabuk pulang. Ji Ho berusaha menyadarkan Seohyun. Ia bilang, ia akan mati jika keluarga Seohyun sampai melihatnya.
“Benar. Kau akan mati. Cepat pulanglah. Aku akan pulang dan menyalahkan mereka karena tidak datang. Jangan khawatir. Aku tidak akan diam saja hari ini. Aku akan menanyai mereka. Aku akan bertanya apa aku putri kandung mereka.” Ucap Seohyun.

Seohyun lalu berjalan sempoyongan masuk ke rumahnya. Ji Ho hanya bisa geleng2 kepala melihat tingkah putri Haesung yang satu ini.


Seohyun masuk ke rumah. Sembari mengangkat tangannya tinggi2, ia berteriak, aku pulang! Karena tak ada yang menjawab, ia berteriak sekali lagi kalau ia sudah pulang. Ia pun heran sendiri melihat keadaan rumahnya yang sudah gelap.


Seketaris Min datang dan mengkode Seohyun untuk diam. Seohyun patuh dan langsung menuju kamarnya sesuai perintah Seketaris Min. 


Seketaris Min tersenyum geli melihat kelakuan Seohyun.

Do Kyung pergi ke studio, tapi lampu sudah padam. Do Kyung akhirnya pergi ke rumah Hyuk, tapi tak lama, ia kembali pergi.


Ji An sendiri ada di kafe Hee bersama Hyuk. Mereka minum bir dan hanya ditemani sinar lampu yang dibuat Ji An. Ji An lalu bercerita, kalau ia punya teman yang bernama Myung Shin dan harus menghubunginya tapi ia lupa nomornya.

“Kau mengingat nomor ponsel keluargamu?” tanya Hyuk cemas.
“Banyak sekali pertanyaan yang ingin kau ajukan, bukan? Aku sudah berbicara dengan keluargaku. Aku belum menemui ibu dan kakakku.” Jawab Ji An.

“Hebat, Ji An. Bagus.” Ucap Hyuk, lalu mengelus kepala Ji An.


Do Kyung yang melintas di luar kafe, melihat Hyuk mengelus kepala Ji An. Ia cemburu!


Ji An sendiri, teringat saat Do Kyung membelai kepalanya. Sontak, Ji An menjauhkan tangan Hyuk dari kepalanya dengan alasan tidak suka jika orang lain membelai kepalanya.
                             
“Aku takut saat kau bilang tidak mau memedulikan keluargamu. Aku tahu seberapa dekat hubungan kalian dahulu.” Ucap Hyuk.


“Kau belum pernah ke rumahku. Bagaimana kau tahu?” tanya Ji An.

“Ayahmu enam kali mentraktir kita camilan malam. Kapan pun kita selesai larut, dia datang menjemputmu. Kau selalu mengirim pesan kepada saudara-saudara dan ibumu.” Jawab Hyuk.

“Sungguh? Aku tidak mengingatnya.” Ucap Ji An.

“Setiap kali kau selesai membuat patung keluarga, dia membelikan kita daging. Kau merengek kepadanya.” Jawab Hyuk.


Do Kyung yang tidak tahan melihat kedekatan mereka, memutuskan pergi.


Keesokan harinya, Ji Soo yang sudah bersiap2 berangkat ke toko roti, dimarahi oleh Nyonya No. Nyonya No marah karena Ji Soo terus saja bersikap seenaknya. Nyonya No mengancam akan menutup toko roti tempat Ji Soo bekerja. Nyonya No juga melarang Ji Soo pergi.


Adegan lalu beralih pada sebuah pesan yang ditempelkan di pintu.
“Pesta sambutan untuk Ji An. Akan diadakan hari ini pada pukul 19.00. Bawa minuman kalian sendiri. Hee akan menyiapkan makanan.” Begitulah bunyi pesannya.


Sementara Boss Kang dapat pesan dari Ji Soo yang tidak bisa masuk karena sakit.

Usai membaca pesan Ji Soo, Boss Kang pun menempelkan pengumuman di pintu kalau tokonya tutup karena tukang rotinya sakit.

“Kenapa aku dan Ji Soo merasakan hal serupa?” gumam Boss Kang.


Hee berniat pergi jauh agar Boss Kang bisa melupakannya. Hee bilang pada Hyuk, akan menyerahkan urusan kafe pada temannya yang memiliki pengalaman mengelola kafe.

“Jika memang sesulit itu, kenapa tidak terima saja dia? Kakak tidak menghindarinya karena tidak menyukainya. Kakak kesulitan karena tidak bisa bersamanya.” Ucap Hyuk.

“Jika seseorang amat berharga bagimu, kau harus berkorban demi orang itu. Jika kakak pergi... Jika dia menyadari kami tidak akan bertemu lagi, dia akan mencari orang lain, bukan?” jawab Hee.

Hyuk tidak mengerti maksud ucapan sang kakak.


Do Kyung mendatangi kediaman So Ra. Tapi So Ra lagi pergi. Nyonya Son bilang, So Ra pergi tanpa membawa mobil. Do Kyung pun meminta maaf pada Nyonya Son. Nyonya Son jelas kebingungan karena Do Kyung tiba2 minta maaf padanya. Do Kyung pun berkata, kalau ia tidak mau menikahi So Ra.


Nyonya Son langsung menghubungi Nyonya No terkait ucapan Do Kyung yang tidak mau menikahi So Ra. Nyonya No terkejut dan minta maaf pada Nyonya Son. Ia berjanji, akan bicara pada Do Kyung.


Sementara Tuan Choi lagi bicara dengan seketaris Min di telepon. Seketaris Min melapor kalau Ji Soo tidak mau makan. Tuan Choi pun menyuruh Seketaris Min memberitahu Ji Soo, kalau besok Ji Soo sudah bisa kembali bekerja. Tuan Choi menyuruh Seketaris Min membuat Ji Soo makan dengan cara apapun.


Nyonya No menerobos masuk ke ruangan Tuan Choi. Nyonya No memberitahu Tuan Choi kalau Do Kyung memberitahu Nyonya Son tidak mau menikahi So Ra. Tuan Choi terkejut. Nyonya No pun menanyakan rencana Tuan Choi terkait Do Kyung.

“Kenapa kau menanyaiku? Pergilah ke Yangpyeong. Lagi pula, kita harus menuruti perintah ayahmu.” Sindir Tuan Choi.


So Ra mendatangi Ji An di studio untuk memesan hadiah pertunangan. Tuan Sun bilang, So Ra salah tempat. So Ra mengaku, kalau ia datang dari Amerika dan tidak tahu apa2. So Ra juga bilang, seorang temannya menyuruh ia datang ke sana.


Sementara itu, Do Kyung melamun di mobilnya di pinggir Sungai Han.


So Ra tertarik dengan lampu meja yang tengah dikerjakan Ji An. Ia pun memesan lampu itu sebagai hadiah pertunangan. Ji An awalnya menolak, tapi Tuan Sun menyuruh Ji An melihat dulu desain seperti apa yang So Ra inginkan.


So Ra kemudian mengajak Ji An makan siang sambil membahas desain lampunya.

“Bisa beri tahu aku siapa yang akan bertunangan? Furnitur apa pun itu, kita harus mengetahui selera pemakainya.” Ucap Ji An.

“Hadiah itu untukku dan tunanganku. Kau bisa membuat satu untukku dan satu untuknya.” Jawab So Ra.

“Jadi, aku harus membuat dua. Ukurannya kecil saja, ya?” tanya Ji An.


“Bisa tolong pikirkan desainnya lebih dahulu?” pinta So Ra.

“Kalau begitu, beri tahu desain apa yang kau inginkan.” Jawab Ji An.

“Lampu seperti apa yang ingin kau buat untuk orang yang kau cintai?” tanya So Ra.

Ji An terkejut dengan pertanyaan So Ra.

“Bosmu memanggilmu Ji An. Kau saja yang mendesainnya. Aku awam soal desain.” Ucap So Ra.

“Tapi selera kita pasti berbeda.” Jawab Ji An.


“Tapi pekerjaan desainer adalah mendesain sesuatu dan membuat orang membelinya.” Ucap So Ra.

“Ucapanmu ada benarnya.” Jawab Ji An.

“Lantas, aku akan menunggu sembari memakan roti lapisku.” Ucap So Ra.

Ji An pun mulai mendesain dudukan lampu untuk So Ra. So Ra tidak berhenti memandangi Ji An yang sibuk membuat desain untuk lampunya.


Begitu selesai, Ji An pun menunjukkan desainnya. So Ra menyukai desain Ji An.

“Jika kau akan membuat ini, kayu apa yang akan kau pakai?” tanya So Ra.

“Aku akan memakai kayu ek. Kayu ek itu kuat dan lurus, jadi, akan memberi suasana menenangkan. Bohlam kecil di atasnya menandakan cahaya yang tidak bisa disembunyikan oleh sebuah kap lampu.” Jawab Ji An.

“Aku mau yang ini. Buat dua seperti ini. Bisa ukir namaku di sini?” tanya So Ra.

“Tentu saja bisa. Beri tahu aku nama kalian.” Jawab Ji An.

Begitu So Ra menyebutkan nama dirinya dan Do Kyung, Ji An pun terkejut. Tapi So Ra masih bersikap biasa aja. Ji An lantas bertanya maksud dan tujuan So Ra datang padanya. So Ra dengan tenangnya berkata kalau ia hanya ingin memesan lampu.


“Kau membuang-buang waktu. Do Kyung dan aku tidak punya hubungan apa-apa.” Ucap Ji An.

“Aku tidak pernah menanyakan hubungan kalian.” Jawab So Ra.

“Kata-kata bukan satu-satunya cara untuk berkomunikasi. Terkadang, tindakan lebih membuktikannya.” Ucap Ji An.

“Nona Seo. Saat seorang pelanggan bilang dia ingin memesan lampu, dia memang ingin memesan lampu.” Jawab So Ra.
Tapi Ji An tidak percaya. Ji An bilang, tidak ada seorang pelanggan yang meminta makan siang bersama.


Ji An lalu merobek desainnya, tapi So Ra melarang. So Ra kekeuh mau memesan lampu itu.

“Bagaimana perasaanmu sekarang? Bagaimana perasaanmu melihatku? Kau merasa kecil, kan?” tanya So Ra lagi.

Ji An pun membalikkan pertanyaan itu.  So Ra pun kembali bertanya, kenapa ia harus merasa kecil di hadapan Ji An.

"Haruskah aku merasa was-was karena gadis ini? Dia tidak secantik diriku. Dia tidak sekaya diriku. Keluarganya tidak sebaik keluargaku. Tapi kau tetap penasaran soal aku sampai harus datang menemuiku. Jadi, kau datang ke sini dan berpura-pura.” Jawab Ji An.

“Kau benar. Kenapa aku datang menemuimu? Choi Do Kyung akan menjadi milikku. Siapa pun yang memilikinya akan memenangkan permainan di masyarakat kapitalis ini.” Ucap So Ra.


“Kau bisa memilikinya. Kini setelah melihatku, kau bisa memilikinya tanpa terbebani apa pun.” Jawab Ji An.

“Tapi aku tidak bisa memiliki hatinya. Kau mengetahui hal itu. Kau tidak bisa memilikinya hanya karena menginginkannya.” Ucap So Ra.

“Tidak ada yang bisa kulakukan tentang hal itu.” Jawab Ji An lalu pergi.

So Ra menyusul Ji An. Ji An bilang kapan ia harus mengirimkan lampunya. So Ra kaget Ji An mau membuatkan lampu pesanannya. Ji An bertanya, kapan upacara pertunangan Do Kyung dan So Ra. So Ra berkata, mereka sudah bertunangan. Ji An terkejut, bahkan sampai menjatuhkan pensilnya.


“Usai aku mengatakan itu, kau menjatuhkan pensilmu.” Ucap So Ra,

Ji An lalu memungut pensilnya dan beranjak pergi. So Ra mengikuti Ji An dan berkata, sudah mengirimkan uang mukanya selagi Ji An membuatkan desainnya. So Ra juga meminta Ji An mengirimkan lampu itu ke Haesung.


“Kau bilang aku bisa memilikinya tanpa merasa terbebani. Bertanggung jawablah atas perkataanmu. Jika kau mengirimnya ke kantor Do Kyung, hatiku akan merasa nyaman. Jika hatiku terasa nyaman, kau akan tampak percaya diri, dan Do Kyung akan menyadari sesuatu. Itu bagus untuk kita bertiga.” Ucap So Ra.

“Baiklah. Akan kulakukan.” Jawab Ji An.

“Gomawoyo, Ji An-ssi.  Urusan kita sudah selesai. Aku harus pergi.” Ucap So Ra.

0 Comments:

Post a Comment