Sebelum pergi, So Ra bilang pada Ji An kalau ia senang bertemu dengan Ji An. Ji An pun heran, senang? Ia juga penasaran apa yang Do Kyung lakukan sampai So Ra datang menemuinya.
Nyonya No membahas soal Do Kyung dengan ayahnya. Sang ayah yakin, Do
Kyung mengencani wanita lain. Nyonya No tidak yakin. Ia yakin, bukan itu alasan Do Kyung menolak
dijodohkan dengan So Ra.
“Ayah yakin. Dia jatuh cinta kepada wanita licik.” Ucap CEO No.
“Itu tidak benar. Dia tidak punya waktu untuk itu.” Bela Nyonya No.
“Kau juga sembunyi-sembunyi saat mengencani Jae Sung. Kau menipu ayah.”
Jawab CEO No.
“Kenapa Ayah menyinggung hal itu?” protes Nyonya No.
“Do Kyung itu putramu. Perasaan akan memudar seiring waktu berjalan. Tapi
para orang bodoh menggadaikan hidup demi cinta.” Jawab CEO No.
“Beri tahu aku harus bagaimana dengan Do Kyung.” Pinta Nyonya No.
“Ikuti saja Do Kyung. Ayah akan mengurusnya.” Jawab CEO No.
“Ayah akan melakukan apa?” tanya Nyonya No.
“Ayah akan menghancurkannya agar dia tidak berakhir sepertimu.” Jawab
CEO No.
CEO No lantas memarahi Nyonya No yang selalu saja membuatnya kecewa. Ia
menyebut Nyonya No bertindak gegabah karena terlalu cepat memamerkan Ji An. Ia
juga menyalahkan Nyonya No yang tidak bisa mengendalikan Ji Soo dan menyalahkan
Nyonya No karena Do Kyung membatalkan perjodohan dengan So Ra.
“Maafkan aku, Ayah.” Ucap Nyonya No.
“Ini sebabnya ayah seharusnya memiliki anak laki-laki.” Jawab CEO No.
Ji An sedang mengerjakan pesanan So Ra. Ia membuat desain dudukan
lampu, tapi tidak bisa konsentrasi.
Sementara Seketaris Min membawakan makanan untuk Ji Soo. Ji Soo marah
karena Seketaris Min masuk ke kamarnya, padahal ia sudah melarang. Seketaris
Min bilang itu perintah Tuan Choi.
“Dia bilang kau boleh bekerja mulai besok.” Ucap Seketaris Min.
“Sungguh?” tanya Ji Soo.
“Dia memintaku membuatmu makan bagaimanapun caranya.” Jawab Seketaris
Min.
“Ji An tidak seperti ini, bukan? Dia beradaptasi dengan baik dan
mendapat pujian, bukan?” tanya Ji Soo.
“Kau harus menanyainya sendiri.” Jawab Seketaris Min.
Tuan Jang kembali mengajak Tuan Seo pergi ke Vietnam. Tapi Tuan Seo tetap menolak karena tidak tahu harus melakukan apa disana. Tuan Seo bilang, tidak mau menjadi pria yang tidak berguna lagi.
“Kenapa kau tidak berguna? Saat aku memulai bisnisku, kau
memperkenalkanku kepada banyak pelanggan. Kau banyak membantuku, jadi, aku
ingin membalas jasamu.” Ucap Tuan Jang.
“Kau tahu aku tidak pernah memberi secara cuma-cuma.” Jawab Tuan Seo.
“Aku tidak bisa kembali dan meninggalkanmu sendiri di sini.” Ucap Tuan
Jang.
“Berhenti bersikap tidak masuk akal.” Jawab Tuan Seo.
Tuan Seo lalu memberitahu Tuan Jang kalau ia akan pindah. Tuan Jang
penasaran, alasan Tuan Seo mau pindah.
Adegan pun pindah pada Seketaris Yoo yang memberitahu Do Kyung kalau
telepon di ruangan Do Kyung terus berdering. Dan Do Kyung pun bergegas
menghubungi ibunya.
“Maaf aku tidak menjawab telepon Ibu. Aku harus ke ruangan ibu atau
ayah?” tanya Do Kyung.
“Kau tidak perlu datang. Sampai jumpa di rumah.” Jawab Nyonya No, lalu
memutuskan panggilannya.
Do Kyung heran sendiri. Seketaris Yoo penasaran, apa sebenarnya yang
sudah Do Kyung perbuat.
“Dia merasa Do Kyung sedang mengencani seseorang.” Jawab Nyonya No.
“Mengencani seseorang?” tanya Tuan Seo.
“Hari ini hari spesial, jadi, kakak memesan banyak.” Ucap Hee.
Yong Gook menghampiri mereka dan memberitahu Ji An, kalau Ji An lah
bintang utama di pesta itu. Ji An tersenyum, lalu bergegas ke kamarnya untuk
mengganti baju.
Do Kyung menyambut ayah dan ibunya yang baru saja pulang. Ia minta maaf karena menemui ibunya So Ra tanpa seizin orang tuanya. Tuan Choi dan Nyonya No pun tidak mau mendengar penjelasan Do Kyung.
“Lupakan soal pertunangan itu dan pastikan kau mengantar So Ra saat dia
akan pulang ke Amerika.” Ucap Nyonya No.
Hyuk mengenalkan Ji An pada penyewa rumahnya. Kim Hyun Soo, seorang perencana konser, bertanya pada Ji An, apa yang Ji An lakukan di studio.
“Semua yang dia suruh. Aku masih
baru dan belum punya keahlian apa pun.” Jawab Ji An.
“Apa pekerjaanmu sebelumnya?” tanya Hyun Soo.
“Aku hanya bekerja di sebuah perusahaan.” Jawab Ji An.
“Berarti kau seperti dia. Dia berhenti usai bekerja di perusahaan
besar.” Ucap Hyun Soo sambil menunjuk Cho Won Joo.
Cho Won Joo, pemilik toko sepeda bekas pun bercerita kalau semua
karyawan di tokonya penyandang cacat karena ayahnya adalah penyandang cacat dan
sulit mendapatkan pekerjaan.
Semua pegawainya mengidap kelumpuhan.
“Ayahku lumpuh. Dia terus-terusan dipecat setiap situasinya sulit. Gajiku
tinggi di perusahaan besar, tapi itu tidak menyenangkan.” Ucap Cho Won Joo.
“Tapi kudengar penghasilanmu tinggi dari toko sampah itu.” Jawab Hyuk.
“Hyun Soo tidak bisa menemukan pekerjaan, jadi, dia menyerah dan
memutuskan untuk melakukan keinginannya. Nasibnya berubah setelah itu.” Ucap
Hee.
“Aku juga tidak kaya. Aku dari luar daerah, jadi, sulit mendapat
pekerjaan di Seoul. Aku pengangguran selama tiga tahun. Lalu, rasa percaya
diriku hilang. Maksudnya sekarang aku sukses dibandingkan saat itu.” Jawab Kim
Hyun Soo.
“Tapi penghasilanmu tidak banyak.” Timpal Yong Gook.
“Penghasilanku sendiri sudah sebanyak perusahaan kecil.” Jawab Hyun
Soo.
“Keluargamu tidak mencemaskanmu?” tanya Ji An.
“Ibuku harus melihatku cemberut selama tiga tahun. Ibuku bilang dia
gelisah. Tapi karena kini aku sudah bahagia, dia tidak mengeluh.” Jawab Hyun
Soo.
“Ketika kali pertama kubilang akan berinvestasi di perusahaan sosial, aku
hampir diusir dari rumah.” Cerita Yong Gook.
Nona Yang lalu muncul dan menyebut Yong Gook sebagai pria kaya yang
ingin pamer.
“Benar. Aku mau pamer sebelum menghabiskan uang. Tapi kusadari bahwa
itu menyenangkan dan aku belajar dari sana.” Jawab Yong Gook.
“Mungkin penghasilanku yang paling tinggi di sini.” Ucap Nona Yang.
“Ji An-ssi, kau bisa membayangkan tukang kayu yang lulus dari
universitas pendidikan?” tanya Hee.
Ji An pun kaget, Jadi dahulu kau seorang guru?
“Aku belajar untuk ujian guru, tapi terus saja gagal. Lalu, aku menjadi
tukang kayu.” Jawab Nona Yang.
Tuan Seo tiba di rumah, dan lagi-lagi ia tidak mempedulikan Ji Tae dan
Soo A yang mengajaknya makan. Ji Tae pun kesal. Mereka pun kembali berdebat.
“Ayah, memperlakukan kami begini? Ayah sengaja melakukannya. Ayah benar. Aku memang berpikir untuk pindah dan pergi ke luar negeri, tapi aku bisa melakukannya. Ayah memaksaku melakukan itu. Aku tidak menginginkan apa pun lagi dari Ayah. Aku hanya ingin hidup dengan nyaman. Kenapa ayah terus membuatku resah?” protes Ji Tae.
“Ji Tae-ya, ayah hanya membuatmu menderita. Selama dua tahun sampai kau
lulus kuliah setelah menyelesaikan wajib militer. Selain itu, ayah membiarkanmu
makan, memakai, dan melakukan apa pun yang kau inginkan. Ayah mempekerjakan
tutor pribadi. Ayah mengizinkanmu belajar di luar saat kau masih kuliah.” Jawab
Tuan Seo.
“Kenapa Ayah membahasnya sekarang? Itu sudah lama sekali.” Ucap Ji Tae.
“Benar. Ayah membuatmu terlilit utang setelah kau mendapat pekerjaan demi
membayar biaya operasi Nenek. Ayah memakai deposito kecil itu untuk membayar
biaya operasinya.” Jawab Tuan Seo.
Tuan Seo lalu meminta maaf.
“Ibu ayah, yang melahirkan ayah, ingin dioperasi agar tetap hidup. Ayah
tidak bisa menyuruh dia untuk mati saja agar anak-anak ayah tidak menderita. Karena
tidak bisa mengatakannya. ayah meminta pinjaman dan membuatmu terlilit utang
agar dia bisa dioperasi. Maafkan ayah.” Ucap Tuan Seo.
“Bukan begitu maksudku. Kenapa ayah memutarbalikkannya?” protes Ji Tae.
“Ayah akan membayarmu kembali. Ayah akan keluar dari rumah ini dan
membayarmu kembali. Jadi, hiduplah sendiri dengan Soo A.” Ucap Tuan Seo.
“Jangan konyol. Ayah akan tinggal di mana jika pindah dari sini?” jawab
Ji Tae.
“Jangan bercanda. Pikirmu ayah tidak bisa bertahan? Ayah tidak akan
seperti ini jika tidak memiliki anak. Kenapa kau membenci ayah? Jika ayah
berbuat salah, silakan merasa kecewa. Kenapa kau membenci ayah?” tanya Tuan
Seo, membuat Ji Tae makin kesal.
“Maaf karena harus ayah yang menjadi ayahmu.” Ucap Tuan Seo lagi, lalu
masuk ke kamarnya.
Ji Tae dan Soo A kembali ke kamar. Soo A bertanya, apa yang akan dilakukan Ji Tae jika Tuan Seo benar2 pindah.
Saat Nyonya Yang pulang, Tuan Seo juga mengatakan keinginannya untuk pindah dan membayar hutangnya pada Ji Tae.
“Ji Soo sudah pergi dan Ji An tidak akan kembali. Ji Ho sudah hidup
mandiri. Kita tidak perlu mencemaskan Ji Tae karena dia sudah menikah. Jadi, kau
harus menyewa rumah dan tinggal di sana.” Ucap Tuan Seo.
“Ada apa denganmu? Apa yang kau bicarakan?” tanya Nyonya Yang tidak
mengerti.
“Aku tidak akan menjadi tulang punggung untuk keluarga ini lagi. Kau
juga harus hidup sendiri. Aku tidak dilahirkan untuk menyokongmu.” Jawab Tuan
Seo.
“Apa kau begini setelah bertemu Ji An? Benar. Kau mungkin membenciku
karena telah menghancurkan keluarga. Mungkin saja begitu. Tapi kau tetap tidak
boleh berkata begitu. Kita sudah hidup bersama seumur hidup kita.” Ucap Nyonya
Yang.
“Kau bilang tidak butuh uangku setelah membuka restoran. Mulai
sekarang, kita hidup masing-masing.” Jawab Tuan Seo.
Penghuni rumah Hyuk sudah mulai mabuk. Won Jo bercerita, bahwa seorang
temannya terkejut ia menjalankan toko barang bekas.
“Itu normal. Pria yang lulus dari Universitas Seoul mengelola toko
sampah.” Jawab Nona Yang sembari tertawa.
“Bagaimana perasaanmu saat itu?” tanya Ji An.
“Aku sangat bahagia karena mendapatkan banyak sepeda tua hari itu.”
Jawab Won Jo.
“Seo Ji An-ssi, kau menjalani kehidupanmu sendiri. Kau tidak hidup
untuk orang lain.” Ucap Nona Yang.
“Ji An-ah, kau berbakat. Jadi, jangan menyerah meski kau tidak bisa mengikuti
les privat. Anggap saja kau masih bisa memasuki universitas seni.” Bujuk Tuan
Seo.
“Dia tidak akan bisa masuk jika tidak menerima les privat. Les privat
itu mahal.” Ucap Nyonya Yang.
“Tidak apa-apa. Aku sudah berhenti menangis.” Jawab Ji An.
“Kenapa tidak memilih jurusan lain?” tanya Tuan Seo.
“Apa gunanya mempelajari hal lain? Aku ingin menjadi pemahat.” Isak Ji
An.
Flashback end...
Ji An mengingat kenangan itu sambil melamun di tangga jalan di luar
rumah. Ji An pun mengingat kenangan lainnya.
Saat ditanya gurunya, Ji An bilang akan mengambil jurusan bisnis supaya
cepat mendapatkan pekerjaan. Karena itu lah, Ji An belajar dengan keras sampai
hidungnya mimisan.
Flashback end...
Ji An mulai menangis. Ia juga ingat saat dirinya masih menjadi pegawai kontrak Haesung, ia tidak mau berkumpul bersama pegawai kontrak lainnya agar bisa bertahan.
Ji An juga ingat hinaan Ha Jung dulu saat Ha Jung merebut posisinya di Haesung. Terakhir, Ji An ingat saat ia marah pada sang ayah.
Keesokan harinya, Ji Soo sudah siap berangkat kerja. Ia turun dari
tangga dan bertemu ayahnya di bawah. Sang ayah heran, kenapa Ji Soo berangkat
pagi2 sekali. Ji Soo berkata, itu karena dia tidak masuk kemarin.
Nyonya No keluar dari kamar dan meminta maaf karena sudah memarahi Ji
Soo kemarin. Tapi Ji Soo tidak mempedulikan permintaan maaf Nyonya No dan
beranjak pergi.
Di kantor, beberapa karyawan berkumpul di papan pengumuman dan bertanya2 apa yang terjadi. Begitu melihat Do Kyung datang, mereka bubar.
Do Kyung melihat papan pengumuman dan terkejut membaca pengumuman bahwa
dia ditunjuk sebagai Direktur Hotel MJ cabang Eropa. Senior Yang bilang,
pemindahan ke cabang Eropa berarti pengasingan. Manajer Lee menyimpulkan, kalau
Do Kyung bukanlah pewaris Haesung lagi.
Do Kyung yang sedang di jalan, menghubungi Gi Jae. Do Kyung mengajak Gi
Jae bertemu, tapi kemudian Do Kyung menyadari ada mobil yang mengikutinya. Do
Kyung pun langsung memutar balik mobilnya.
Do Kyung seketika ingat kata2 sang ibu saat mereka membahas soal uang
20.000 dollar Ji An, saat Ji An masih menjadi Eun Seok. Ibu bilang, seharusnya
sang ibu mencari tahu soal itu sejak awal.
Teringat hal itu, Do Kyung bergegas menghubungi Seketaris Yoo.
Do Kyung memarkirkan mobilnya di suatu tempat. Ia turun dari mobilnya
dan bertingkah seolah2 sedang menunggu seseorang, kemudian meregangkan tubuhnya
lalu kembali ke dalam mobil dan pura2 tidur.
Seketaris Yoo tiba2 nongol di mobil yang diparkir di sebelah mobil Do
Kyung. Ia melihat si penguntit sedang menuju ke mobil Do Kyung dan langsung
memberitahu Do Kyung lewat SMS.
Do Kyung langsung pura2 tidur ketika si penguntit datang. Setelah melihat Do Kyung tidur, si penguntit kembali ke mobilnya.
Seketaris Yoo kembali mengirimkan pesan kalau keadaan sudah aman.
Seketaris Yoo kemudian keluar dari mobilnya secara diam2, begitu pula dengan Do
Kyung. Mereka bertukar mobil.
Do Kyung lalu pergi mengendarai mobil Seketaris Yoo.
Ji An sedang mengerjakan pesanan So Ra. Lalu kayu pesanan mereka datang
dan Ji An menawarkan diri untuk membantu membawa kayu2 itu.
Hyuk hanya mengantar kayunya saja. Ia langsung pergi ke kantor setelah
mengantar kayunya.
Tanpa Ji An sadari, Do Kyung mengawasi Ji An dari mobil. Do Kyung
senang melihat kebahagiaan Ji An yang lagi sibuk menurunkan kayu2 itu.
Tanpa disadarinya, ia tersenyum. Saat melihat ke spionnya tanpa
sengaja, ia terkejut mendapati dirinya tersenyum.
Do Kyung langsung ingat kata2 Gi Jae.
“Kau cemberut, sedih, lalu tertawa.” Ucap Gi Jae.
“Aku tersenyum lagi.” Gumam Do Kyung.
Do Kyung kemudian mengingat kata2 Ji An malam itu.
“Kupikir kakak bisa melakukan semua yang kakak
inginkan, tapi kakak juga menyedihkan. Jika tidak pernah punya mimpi, berarti
kita tidak mencari tahu siapa diri kita sebenarnya. Jika begitu, kakak
seharusnya harus memimpikannya. Kita bahagia saat bermimpi.” Ucap Ji An.
Ji An tiba2 menoleh ke arah Do Kyung. Do Kyung pun langsung bersembuyi,
tapi telat. Ji An sudah melihatnya.
“Kenapa dia di sini? Bahkan Jang So Ra juga datang.” Ucap Ji An, lalu
masuk ke dalam.
Do Kyung lantas menghela nafas dan kembali melanjutkan mobilnya.
Tuan Choi dan Nyonya No kembali membahas Do Kyung. Nyonya No bilang,
ayahnya ahli membaca gelagat orang.
“Kau tahu maksudnya dikirim ke Eropa, bukan?” tanya Tuan Choi.
Do Kyung pun datang. Nyonya No menyuruh Do Kyung bicara sambil berdiri karena ia tak mau lama2 melihat Do Kyung. Do Kyung mengerti. Ia lalu berkata, tidak akan pergi ke cabang Eropa. Ia juga mengaku, ingin menjalani hidupnya sendiri.
Sontak, Tuan Choi dan Nyonya No kaget.
Tak sampai disitu, mereka kembali dikejutkan dengan Do Kyung yang
menyerahkan surat pengunduran diri.
“Aku akan meninggalkan Perusahaan Haesung dan hidup dengan usaha
sendiri.” Ucap Do Kyung.
0 Comments:
Post a Comment