Ji An akhirnya mengakui perasaannya pada Do Kyung. Sambil menangis, ia mengaku menyukai Do Kyung. Do Kyung terkejut mendengar pengakuan Ji An.
Tangan Do Kyung kemudian terangkat, hendak mengusap air mata Ji An. Namun
Ji An menghentikannya.
“Aku tidak ingin berurusan denganmu.” Ucap Ji An.
“Apa maksudmu?” tanya Do Kyung.
“Aku mengatakan ini karena sulit bagiku melihatmu membuang-buang waktumu,
berpikir bahwa ini akan berakhir jika aku berubah pikiran. Hentikan ini,
kumohon.” Jawab Ji An.
“Lepaskan dulu tanganku.” Pinta Do Kyung.
“Aku tidak mengikutimu.” Ucap Do Kyung.
"Aku pernah hidup sebagai bagian dari keluarga Haesung. Aku sangat mengenal keluargamu.” Jawab Ji An.
“Aku paham ketakutanmu.” Ucap Do Kyung.
“Aku bukan hanya takut. Aku membencinya. Duniamu berbeda dan tidak cocok
denganku. Jadi aku bahkan tidak ingin mendekati duniamu.” Jawab Ji An.
“Itu sebabnya aku pindah untuk hidup mandiri. Seharusnya kau memahaminya
lebih dari siapapun. Kau tahu aku ragu dan berusaha tetap disana. Lalu aku menyadarinya
dan memutuskan. Percayalah padaku.” Ucap Do Kyung.
“Keputusanmu tidak penting bagiku. Kini aku tahu bagaimana harus
menjalani hidupku. Aku belajar untuk hidup bahagia demi diriku sendiir. Tinggal
di rumahmu mengajarkanku hal ini. Tapi aku belajar bahwa ada dunia lain yang
tidak terlihat. Duniamu berbeda dengan duniaku. Aku tidak bisa bahagia di
duniamu.” Jawab Ji An.
“Pada akhirnya, itu karena ketakutanmu.” Ucap Do Kyung.
“Ya, aku memang takut. Orang tuamu akan takut jika mengetahui perasaanmu padaku.
Aku pun harus menghadapi cobaan berat.” Jawab Ji An.
“Akan kupastikan hal itu tidak akan terjadi.” Ucap Do Kyung.
“Tidak akan, selama kau sadar duniamu. Aturan duniamu. Aku tidak
menyukainya lagi. Jadi aku tidak ingin berurusan denganmu. Sulit bagiku
melihatmu membuang-buang waktumu. Jadi, biar kukatakan. Hentikan omong kosong
ini. Tolong kembali ke duniamu.” Jawab Ji An.
“Kau bilang menyukaiku.” Ucap Do Kyung.
“Perasaan tidak ada artinya.” Jawab Ji An.
“Itu yang kurasakan pada awalnya. Aku pun berpikir begitu. Aku sombong.
Kau juga sombong jika berpikir aku akan membuat keputusan sama karena kau
memutuskan begitu. Kau sombong jika begitu yakin pada dirimu sendiri. Tidak ada
yang bisa menebak perasaan.” Ucap Dop Kyung.
“Choi Do Kyung-ssi, aku menyukaimu. Aku sungguh menyukaimu.” Jawab Ji An.
“Ji An-ah, kenapa kau terus memberiku kejutan?” tanya Do Kyung.
“Kenapa kau terkejut? Bukankah itu yang ingin kau dengar dariku? Itu
sebabnya aku bilang begitu. Apa yang
akan kau lakukan sekarang? Mari kita dengarkan rencanamu ke depannya.” Jawab Ji
An.
“Kau sungguh mahir membuat orang lain bingung.” Ucap Do Kyung.
“Itu keinginanku.” Jawab Ji An.
“Tapi ini ada hasilnya. Kau menyatakan perasaanmu kepadaku.” Ucap Do
Kyung.
“Bukankah sudah kubilang itu tidak ada artinya.” Jawab Ji An.
“Kalau begitu terimalah ini.
Usahaku akan sia-sia jika kau tidak menerimanya. Ini kali pertamaku
menghasilkan uang untuk seseorang. Aku membelinya setelah bekerja keras setiap
malam.” Ucap Do Kyung meminta Ji An menerima kalungnya.
“Baiklah, aku akan menerimanya. Berikan wadahnya juga.” Jawab Ji An.
“Kau tidak akan membuangnya, kan?” tanya Do Kyung.
“Untuk apa aku melakukan itu? Bisa kujual agar aku dapat uang.” Jawab Ji
An.
Ji An lalu kembali mempertegas bahwa ia tidak bisa menerima Do Kyung. Do Kyung pun mengajak Ji An bicara sambil makan. Do Kyung berkata sangat lapar. Perut Do Kyung pun berbunyi. Ji An pun terkejut mendengarnya, sementara Do Kyung malah tertawa.
Beralih ke Ji Soo yang terpukul mengetahui Ji An lah gadis yang disukai Hyuk. Ia lalu teringat kembali saat Hyuk mengaku menyukai gadis lain. Ji Soo juga ingat saat melihat Hyuk mengantarkan seorang gadis ke taksi.
“Itu Ji An.” Gumam Ji Soo.
Ia lalu ingat saat ia curhat pada Ji An tentang gebetannya yang menyukai gadis lain.
Ia lalu ingat saat ia curhat pada Ji An tentang gebetannya yang menyukai gadis lain.
Saat itu, Ji An menyuruh Ji Soo melupakan si Mr. Sun tanpa tahu Mr. Sun
adalah Hyuk.
Ji Soo juga ingat kata-kata Hee tentang Hyuk yang menyukai seseorang.
Hee memberitahu Hyuk yang baru tiba di kafe, kalau tadi Ji Soo mampir
untuk memberinya cake. Hee bilang, tadinya Ji Soo membuat cake itu untuk
temannya (Ji An). Hee menyuruh Hyuk memakan cake itu bersama Ji An.
“Baguslah, ini hari ulang tahun Ji An.” Ucap Hyuk.
“Kalau begitu, pergi dan bawalah kue itu untuknya.” Jawab Boss Kang, lalu memberi pada Hyuk agar Hyuk pergi. Hyuk yang menyadari kode Boss Kang pun tertawa.
“Ngomong-ngomong, kau akan tidur di motel lagi hari ini? Kau bisa tidur
di sofa yang ada di ruang tengah.” Ucap Hyuk.
“Tidak, kami akan ke sauna.” Jawab Hee.
“Ya, aku belum pernah berkencan di sauna.” Ucap Boss Kang lagi, lalu
kembali memberi kode agar Hyuk pergi.
“Aku pamit.” Jawab Hyuk, lalu pergi.
Boss Kang pun heran, apa?
“Cincinnya. Bukankah karena itu kau ingin minum anggur?” jawab Hee.
“Bagaimana kau tahu? Kau terlalu pintar.” Ucap Boss Kang.
“Kau tidak tahu aku amat peka?” tanya Hee sambil mengibaskan rambutnya.
“Kau mengacaukan kejutannya. Tidak akan kuberikan. Akan kuberikan saat
aku ingin memberikannya.” Jawab Boss Kang.
Hee pun mendengus kesal.
Do Kyung yang sudah berpakaian rapi, memanaskan kembali sup ulang tahun Ji An. Tak lama kemudian, Ji An datang dan memberikan salep untuk luka Do Kyung. Do Kyung pun meminta Ji An membiarkannya makan dulu karena ia sudah mau pingsan karena kelaparan. Do Kyung juga mengajak Ji An makan bersamanya.
“Ini sungguh lezat.” Ucap Do Kyung setelah mencicipi supnya.
Ji An pun mencicipi sup ulang tahunnya dan memuji rasa supnya dengan
suara pelan.
Yong Gook tiba-tiba datang, menagih uang sewa harian. Do Kyung pun
bergegas memberikan uang sewanya, lalu menyuruh Yong Gook pergi.
“Aku menunggu dengan alasan hendak menagih biaya sewa 30 dollar karena
penasaran. Tapi mereka pulang seperti pasangan yang habis bertengkar. Sekarang,
mereka makan bersama.” Ucap Yong Gook.
“Sungguh?” tanya Hyuk kaget, lalu teringat kata-kata Ji An.
Flashback...
“Terkadang hidup ini konyol. Karena aku
sudah kembali stabil, perasaanku juga kembali.” Ucap Ji An.
Ji An pun menangis.
Flashback end...
“Setelah kembali dari kencan di hari ulang tahun bersamamu, dia
menghampiri Do Kyung.” Ucap Yong Gook.
“Kami tidak jadi pergi. Dia menemui temannya yang baru dia hubungi lagi.”
Jawab Hyuk.
“Lalu kau pergi dengan siapa?” tanya Yong Gook.
“Ji Soo dari toko roti. Mereka seharusnya tidak bersama.” Jawab Hyuk.
“Kenapa? Kau cemburu?” tanya Yong Gook.
“Untuk apa aku cemburu. Aku cemas dia akan terluka lagi. Orang-orang di
dunianya tidak akan menerima hubungan mereka.” Jawab Hyuk.
“Aku tahu?” jawab Hyuk.
“Kau cemas? Tapi kau bisa membedakan apakah kau cemas karena dia temanmu
atau karena kau mencintainya?” tanya Yong Gook membuat Hyuk terdiam.
“Sudah waktunya meyakinkan perasaanmu.” Ucap Yong Gook lagi.
“Hyung, kau nampaknya terhibur.” Jawab Hyuk.
“Ya, ini menghibur.” Ucap Yong Gook sembari tertawa.
Selesai makan, Do Kyung minta Ji An mengoleskan obat ke lukanya. Ji An pun terpaksa melakukannya. Selagi Ji An mengobati lukanya, Do Kyung ingin mengatakan rencananya, tapi Ji An menyuruhnya diam. Ji An melarangnya bicara.
“Kau yang memintaku mengatakannya tadi. Kau menanyakan rencanaku.” Jawab
Do Kyung.
“Kalau begitu, katakan.” Ucap Ji An.
“Ayo kita pacaran.” Jawab Do Kyung, membuat Ji An langsung menatapnya.
“Aku tidak akan mengatakan itu. Aku tidak akan memintamu berkencan
denganku. Aku tidak akan memintamu berhubungan denganku.” Ucap Do Kyung lagi.
“Kalau begitu, pulanglah.” Jawab Ji An.
“Kau lupa? Sudah kukatakan dengan jelas pada hari pertamaku di sini. Aku
meninggalkan Haesung bukan hanya karena dirimu. Tentu saja kau salah satu
penyebabnya. Tapi, hidupku bergantung pada hal ini. Jika kembali sekarang, aku
harus hidup sesuai dengan keinginan kakekku dan ibuku. Aku harus hidup sebagai
alat mereka. Bukan itu hidup yang kuinginkan. Itu sebabnya aku harus mandiri.”
Ucap Do Kyung.
“Tapi kau diusir tanpa uang. Mana bisa kau mandiri. Pikirmu mereka akan
membiarkanmu melakukan itu? Kau tidak mengenal orang tuamu.” Jawab Ji An.
“Kau tidak mengenalku dengan baik. Saat sudah menginginkan sesuatu, aku
akan melakukannya. Aku akan mendapatnya dalam waktu sebulan. Besok, aku akan
mulai menyiapkan bisnisku. Aku akan mulai mencari investor. Tentu saja, aku
juga akan bekerja mencari uang. Pikirmu aku punya banyak waktu mengganggumu?”
ucap Do Kyung.
“Sudah kuduga, kau tidak memahami maksudku.” Jawab Ji An.
“Orang bisa berubah pikiran. Pertimbangkan keadaanku dan jangan terlalu
jahat padaku. Seperti sekarang. Mari hidup di jalan masing-masing dengan baik
dan hidup seperti ini selama sebulan.” Ucap Do Kyung.
“Kau mahir bicara.” Jawab Ji An.
“Kau juga lumayan.” Ucap Do Kyung.
Keluar dari dapur, mereka melihat Hyuk di ruang tamu sedang menyalakan
lilin kue ulang tahun.
“Apa itu?” tanya Ji An.
“Pikirmu apa? Itu kue ulang tahun.” Jawab Do Kyung.
“Tidak, terima kasih dan selamat bersenang-senang sebagai sahabat.” Jawab
Do Kyung, lalu masuk ke kamar.
“Kakakku yang memberinya. Temanku dari toko roti memberikan ini padanya.”
Jawab Hyuk.
“Temanmu dari toko roti? Yang polos dan unik itu?” tanya Ji An.
“Aku bilang begitu memangnya?” tanya Hyuk balik.
“Kau ke bioskop bersamanya?” tanya Ji An.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Hyuk.
“Belakangan ini kau sering membicarakannya.”
Ji An pun teringat saat ia pergi ke toko roti malam itu, ia membaca pengumuman yang tertempel di pintu bahwa toko roti tutup karena urusan pribadi. Saat hendak pergi, mobil Hyuk datang dan Ji An melihat Ji Soo turun dari mobil Hyuk bersama Hee dan Boss Kang juga. Saat itu, Hyuk dan Ji Soo mengantarkan Boss Kang yang baru pulang dari rumah sakit.
“Hyuk mengenal Ji Soo? Bagaimana bisa?” tanya Ji An.
Ji An lantas mengingat-ingat gebetan Ji Soo yang bernama Mr. Sun dan hobi
naik sepeda. Sadarlah Ji An, Mr. Sun itu Hyuk.
Ji An juga teringat saat ia mengajak Hyuk ke bioskop Cine and Chef.
Sebuah tempat untuk menonton film sambil makan. Ji An bilang, saat ingin kesana
di hari ulang tahunnya tapi kemudian Ji An membatalkan niatnya nonton dengan
alasan mau pergi menemui temannya.
Ternyata Ji An memang sengaja membatalkan niatnya menonton di bioskop itu
agar Hyuk bisa pergi sama Ji Soo. Ji An ingat Ji Soo pernah bilang padanya
ingin ke tempat seperti itu.
Flashback...
“Ji Soo-ya, kursinya itu kasur. Bukankah
karena itu kau menyukainya?” tebak Ji An.
“Bukan begitu.” Sangkal Ji Soo.
Ji An pun terus menggoda Ji Soo. Ia
menggelitiki Ji Soo, sampai2 maskernya terlepas dari wajahnya.
“Aku akan mengikuti skenario yang kau
tulis untukku. Aku ingin kau mengenalku, aku ingin kau mengenaliku dan aku
ingin mengenalmu. Lalu Mr. Sun akan berkata baiklah, ayo kita pacaran dan kami
akan pergi ke Bioskop Cine dan Chef Natal mendatang.” Jawab Ji Soo.
Flashback end...
Ji An lantas mencicipi kue Ji Soo. Ia berusaha sekuat tenaga menahan air
matanya.
“Dia mahir membuat cake.” Puji Ji An.
“Sungguh? Kurasa dia masih belajar.” Jawab Hyuk, lalu mencicipi cake Ji
Soo dan menyukai rasanya.
“Kencan kalian pasti lancar. Kau tampak bahagia. Hyuk-ah, kini kau tidak
perlu mencemaskanku lagi. Aku sadar setelah menikmati cake ini.” Ucap Ji An.
Sekembalinya ke kamar, Ji An memajang kembali boneka Ji Soo di mejanya.
“Ji Soo-ya, terima kasih atas cake nya.” Ucap Ji An.
Hyuk terkejut melihat Do Kyung tidur di lantai. Do Kyung pun berkata,
kalau ia tahu diri dan menyuruh Hyuk tidur di kasur.
Hyuk duduk di tepi ranjang dan teringat kata-kata Yong Gook tentang kecemasannya pada Ji An sebagai seorang teman atau sebagai pria yang mencintai Ji An.
Dan.... seketika Hyuk ingat kencannya sama Ji Soo. Hyuk pun menghela
nafas.
Ji Soo yang hampir sampai di rumahnya, melihat sosok Ji An masuk ke rumahnya. Ji Soo pun mengikuti Ji An dan terpaku melihat sikap hangat kedua orang tuanya pada Ji An.
“Kau sudah pulang rupanya. Kau pasti lelah karena mengerjakan proyek
besar.” Ucap Tuan Choi.
“Tidak, ini menyenangkan.” Jawab Ji An.
“Kau sudah berkontribusi besar. Kau memang putri ibu.” Puji Nyonya No.
Dan semua itu hanyalah lamunan Ji Soo. Lamunan Ji Soo seketika buyar saat Nyonya No menegurnya yang tidak memberi kabar akan pulang terlambat.
“Kau bersenang-senang bersama temanmu?” tanya Nyonya No.
“Ya, aku bersenang-senang.” Jawab Ji Soo, lalu pamit ke kamarnya dengan
alasan mau belajar Bahasa Prancis.
Setelah Ji Soo naik ke lantai atas, Nyonya No bertanya sendiri kenapa Ji Soo terlihat sedih. Siapa yang membuat Ji Soo sedih.
“Aku bodoh. Aku berkhayal. Dia tidak menyukaiku.” Ucap Ji Soo.
Tangis Ji Soo pun pecah. Nyonya No yang menuju kamar Ji Soo pun terkejut
mendengar suara tangis Ji Soo.
Boss Kang dan Hee kencan di sauna. Hee terus menagih cincinnya. Boss Kang
pun langsung mengeluarkan cincinnya sambil berlutut. Melihat Boss Kang
berlutut, Hee malu dan melarang Boss Kang berlutut sampai akhirnya ia tak
sengaja memukul kepala Boss Kang dengan telor.
“Mianhae, Nam Goo-ssi.” Ucap Hee sambil memegang kepala Boss Kang yang ia
pukul tadi.
Boss Kang pun memegang tangan Hee dan menyematkan cincin di jari Hee.
Boss Kang kemudian berteriak.
“Hee-ya, menikahlah denganku!”
Para pengunjung sauna langsung memberi selamat. Hee yang malu, langsung
membenamkan kepalanya di pelukan Boss Kang.
Diluar, Nyonya Yang, Ji Tae dan Soo A terkejut mendengar permainan Tuan
Seo. Ji Tae tidak menyangka, ayahnya bisa bermain gitar. JI Tae menduga,
ayahnya berusaha melupakan mereka dan hidup untuk dirinya sendiri.
Ji An yang baru keluar dari kamar, terkejut melihat Do Kyung yang sudah duduk di tangga disamping kamarnya.
“Beri aku 20 dollar. Kau masih berutang padaku. Kau melunasi biaya
kuliahmu dan sisaya masih 13.000 dollar. Kau mengembalikannya padaku. Kau
memberiku uang hadiah senilai 5.000 dollar. Jadi hutangmu masih lebih dari
1.500 dollar.” Ucap Do Kyung.
“Kau tidak punya uang tapi membelikanku kalung?” tanya JI An.
“Apa maksudmu? Uangku ada padamu. Beri aku 20 dollar saja. Aku harus
mendaftarkan bisnisku hari ini dan menemui investor. Jadi, aku hanya bisa
bekerja di malam hari.” Jawab Do Kyung.
Tapi Ji An memberi lebih dan Do Kyung pun hanya mengambil 20 dollar saja.
Hyuk yang melihat itu, hanya bisa geleng2 kepala melihat tingkah Do
Kyung.
Hyuk mengaku pada Ji An, kalau tadi ia hampir tertawa melihat tingkah Do
Kyung. Hyuk berkata, Do Kyung sangat menyenangkan.
“Dia amat aneh sampai membuatmu ingin tertawa.” Jawab Ji An.
“Seo Ji An, kau sungguh baik-baik saja?” tanya Hyuk.
“Jangan cemas. Aku juga punya rencana.” Jawab Ji An.
Ji An lalu berkata pada Hyuk, kalau ia ingin masuk sekolah desain dan
akan bekerja lebih keras agar pekerjaannya tidak terbengkalai. Ia meminta Hyuk
menyesuaikan jam kerjanya. Hyuk mengerti, lalu pamit ke toko roti.
“Kenapa kau mengikutiku?” tanya Ji An.
“Jangan salah paham. Aku menuju kantor Yong Gook. Kebetulan saja arahnya
sama.” Jawab Do Kyung.
“Kenapa kau terus melihat ke belakang?” tanya Do Kyung.
Ji An gugup dan berjalan cepat2 menuju studio.
“Semoga harimu menyenangkan.” Ucap Do Kyung saat Ji An akan masuk ke
studio.
Ji An pun berbalik menatap Do Kyung. Do Kyung menyuruhnya masuk, tapi ia malah melihat dasi Do Kyung yang berantakan.
Ji An pun berbalik menatap Do Kyung. Do Kyung menyuruhnya masuk, tapi ia malah melihat dasi Do Kyung yang berantakan.
0 Comments:
Post a Comment