Yong Gook mengambilan secangkir minuman untuk Do Kyung. Yong Gook bilang, tidak akan mendanai bisnis Do Kyung.
“Lebih baik aku mendapatkan uang dari tabunganku.” Jawab Do Kyung.
“Kenapa tidak menggunakan uangmu? Kau bisa menggunakannya untuk biaya ini
dan itu.” Ucap Yong Gook.
“Maka aku kalah dari kakekku. Dia pasti memeriksa tabunganku setiap
hari.” Jawab Do Kyung.
Do Kyung lantas minta izin untuk memakai alamat kantor Yong Gook, Do
Kyung bilang, agar ia mendapat investasi, ia harus mendaftarkan bisnisnya tapi
ia tidak punya kantor.
“Jadi kau berencana mengunjungi investor sebagai orang biasa? Itu tidak
akan mudah.” Jawab Yong Gook.
“Karena itu, izinkan aku menggunakan alamatmu.” Ucap Do Kyung.
Beralih ke Ji Soo yang menyadari kalau Hyuk dan Ji An tinggal seatap. Bermula dari Ji Soo yang penasaran karena Boss Kang terlihat happy. Boss Kang pun berkata, air di sauna sangat menyegarkan.
“Anda bermalam di sauna?” tanya Ji Soo.
“Hee tidak tahan jika aku tidur di motel sendirian. Dia memohon untuk
menemaniku.” Jawab Boss Kang.
“Seharusnya anda tidur di kamar Pak Sun.” Ucap Ji Soo.
“Sulit masuk ke rumah kos itu. Kudengar Hyuk punya teman sekamar.” Jawab
Boss Kang.
“Pak Sun tinggal di rumah kos?” tanya Ji Soo.
“Dia punya alasan. Dia ingin Hee keluar dari sarangnya.” Jawab Boss Kang.
Seketika, Ji Soo pun ingat kata-kata Ji Ho yang bilang Ji An tinggal di
rumah kos. Ji Soo juga ingat saat terakhir kali bertemu Ji An, Ji An bilang ia
bekerja di daerah Yeonam-dong. Ji Soo juga mengingat saat Hee memperkenalkan Ji
An sebagai temannya Hyuk.
Terakhir, dia ingat saat memberitahu Ji An kalau hubungannya dengan Pak
Sun mulai lancar.
Ji Soo pun kesal.
Ponsel Ji An berdering saat ia lagi sibuk bekerja. Telepon dari Ji Soo, yang mengajaknya bertemu. Ji Soo mengajak Ji An bertemu di kafe tempat terakhir mereka bertemu.
Di teras toko roti, Ji Soo tampak menghela nafasnya.
Sementara Hyuk, keluar dari dapur dan memberitahu Boss Kang kalau ia
sudah selesai mengganti lantai kamar Boss Kang.
“Kau bisa tidur disini malam ini.” Ucap Hyuk.
“Ini rumah kami usai menikah. Aku akan pindah dengan istriku setelah
menikah.” Jawab Boss Kang.
“Dimana Ji Soo?” tanya Hyuk.
“Dia mungkin punya rahasia atau semacamnya. Dia menelpon diluar.” Jawab
Boss Kang.
“Kudengar kau kembali untuk membawakan kue kemarin. Kenapa tidak
menelponku?” tanya Hyuk.
“Untuk apa aku menelponmu?” tanya Ji Soo.
“Aku pasti akan kembali jika kau menelponku. Kau bisa ikut denganku.”
Jawab Hyuk.
“Kau tidak perlu melakukan itu.” Ucap Ji Soo.
“Katamu kau akan menelponku setibanya di rumah.” Jawab Hyuk.
Dan kali ini Ji Soo tidak menjawab pertanyaan Hyuk. Ia pura2 mencari
bungkus roti dan Boss Kang menyuruh Ji Soo mengambil di dapur. Hyuk pun heran
melihat sikap Ji Soo yang menghindarinya.
“DK Eco Tech, CEO Choi Do Kyung.”
Do Kyung juga memperkenalkan diri dan perusahaannya ke calon investornya
via email.
Setelah itu, ia mendatangi perusahaan bernama Maximum Venture untuk
menyerahkan proposal dan kartu namanya.
Ia juga berusaha bertemu langsung pimpinan sebuah perusahaan untuk
menyerahkan proposalnya. Namun, pimpinan itu tidak mempedulikannya dan supirnya
juga menghalanginya. Do Kyung tak hilang akal. Ia melemparkan proposal itu ke
dalam mobil.
“Aku akan pergi jauh sebentar lagi, tapi akan kubayar biaya sebulan.”
Ucap Tuan Seo.
Tuan Seo lalu mulai berlatih dengan sungguh-sungguh.
Selesai kursus, Tuan Seo mampir ke kafe dan membuat list yang ingin ia lakukan, dan salah satunya adalah membuat foto keluarga.
Ji Ho mencari tahu soal restoran franchise dan menemukan bahwa biayanya jauh lebih murah daripada membuka restoran sendiri. Ponsel Ji Ho berdering, telepon dari sang ayah yang mengajaknya bertemu.
Ji Ho masuk ke sebuah kafe dan tidak mengenali ayahnya yang duduk di
pojokan karena tidak tahu ayahnya sudah merubah penampilan. Tuan Seo yang
melihat Ji Ho pun melambaikan tangannya memanggil Ji Ho. Ji Ho terkejut melihat
penampilan baru ayahnya.
“Maaf, aku tidak sering pulang. Aku di rumah beberapa hari lalu, tapi
ayah tidak ada.” Ucap Ji Ho.
“Tidak apa-apa. Ayah tahu kau sibuk bekerja siang malam.” Jawab Tuan Seo.
“Kudengar ayah akan pergi memancing di laut dalam. Berapa lama ayah akan
pergi?” tanya Ji Ho.
“Sekitar tiga bulan.” Jawab Tuan Seo.
“Ayah sudah melakukan pemeriksaan?” tanya Ji Ho.
Ayah pun berbohong, ia berkata sudah melakukan pemeriksaan.
“Tapi untuk apa gitar itu?” tanya Ji Ho.
“Ayah membelinya untuk memainkannya saat bosan di kapal. Bagaimana
menurutmu? Keren, kan?”
“Kurasa itu tidak cocok dengan ayah.”
“Lupakan saja. Aku tidak mau uang ayah yang dihasilkan dari hasil
memancing.” Jawab Ji Ho.
“Jika punya ayah kaya, kau akan menikmati masa-masa kuliah sekarang. Maaf
untuk itu.” Ucap Tuan Seo.
“Kenapa ayah bilang begitu?” protes Ji Ho.
“Setelah mulai berbisnis, kau akan sukses. Kau pandai bicara, mudah
disukai dan punya semangat tinggi.” Jawab Tuan Seo.
“Kenapa ayah tiba-tiba memujiku?” tanya Ji Ho.
“Tapi bisnis apapun itu, kau harus bekerja di lapangan setidaknya
setahun. Jangan berniat memulai waralaba tanpa pengalaman itu. Apapun yang kau
lakukan, menghasilkan uang tidaklah mudah. Kau masih muda. Kau bisa mendapatkan
pekerjaan dan bekerja sekitar lima tahun. Kau juga harus belajar. Kau butuh riset
pasar.” Ucap Tuan Seo.
Tiba-tiba, ponsel Ji Ho berdering. Telepon dari Seohyun. Selesai menerima
telepon Seohyun, Ji Ho langsung pamit.
Tapi dia balik lagi saat melihat ayahnya muntah. Ji Ho cemas, tapi Tuan
Seo bilang ia muntah karena minum kopi saat perutnya kosong.
“Ayah belum makan?” tanya Ji Ho kaget.
“Ayah mau menemui teman untuk makan siang nanti.” Jawab Tuan Seo.
Tuan Seo lantas menyuruh Ji Ho pergi. Ji Ho pun menyuruh sang ayah makan
dengan teratur. Ji Ho pun pergi.
Ji An yang sedang memotong kayu, melamunkan soal Ji Soo. Ia penasaran apa
yang mau dibicarakan Ji Soo. Ji An juga bertanya-tanya, haruskah ia memberitahu
Ji Soo soal Do Kyung. Dan tiba2 Ji An teriak, astaga! Jarinya hampir saja
terpotong karena melamun.
“Hati-hati. Jika kau terluka, Uri Hyuk akan memarahiku.” Ucap Tuan Sun.
“Uri Hyuk?” tanya Ji An.
Tuan Sun pun bingung harus mengatakan apa. Tiba2, sang anak datang.
“Abeoji, aku baru saja mau memberitahunya.” Ucap Hyuk.
“Abeoji?!” kaget Ji An.
“Sudah kubilang. Kakakku dan aku harus mandiri.” Jawab Hyuk.
“Kukira itu akan mengganggu jika kukatakan yang sebenarnya kalau aku
ayahnya CEO.” Ucap Tuan Sun.
“Aku tidak tahu. Apa aku terlalu lancang?” tanya Ji An.
“Siapa peduli. Teman putraku adalah anakku juga.” Jawab Tuan Sun.
“Tapi kenapa ayah belum siap-siap?” tanya Hyuk.
“Ayah terlalu sibuk, mereka butuh perabotnya secepatnya.” Jawab Tuan Sun,
lalu pergi.
Ji An pun mendengus kesal. Ia mau memukul Hyuk karena sudah
menyembunyikan sesuatu yang penting. Hyuk pun tertawa.
Mereka pergi menemui Hee dan Boss Kang. Tuan Sun minta maaf pada Boss
Kang atas yang terjadi di masa lalu. Boss Kang pun mengerti, ia bilang juga
akan melakukan hal yang sama jika menjadi Tuan Sun. Boss Kang kemudian
berterima kasih karena Tuan Sun sudah memberikan restu padanya. Setelah itu,
Boss Kang membunguk, memberi hormat pada Tuan Sun.
“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau sok keren?” tanya Hyuk.
Ji Soo minta tolong pada Ji An. Ia mau Ji An berpura-pura tidak mengenalnya di depan Hyuk, Hee, Boss Kang juga penghuni rumah kos Ji An.
Ji An pun kaget, Ji Soo-ya...
“Kau berpura-pura tidak mengenalku di hadapan kakaknya Hyuk. Teruslah
begitu.” Ucap Ji Soo.
“Aku dan Hyuk hanya berteman. Aku tidak memberitahumu karena takut kau
merasa tidak nyaman. Serta, aku akan pindah dari rumah kos itu sebentar lagi.”
Jawab Ji An.
“Kau tidak perlu menjelaskannya. Kita akan menjadi orang asing sekarang.
Jangan menceritakan tentangku pada siapapun atau menunjukkan kau mengenalku.”
Ucap Ji Soo.
“Apa kau marah karena pria yang kau sukai adalah temanku?” tanya Ji An.
“Aku tidak marah.” Jawab Ji Soo.
“Kau marah. Kau pikir aku tidak mengenalmu? Aku akan menjelaskan yang
terjadi.” Ucap Ji An.
“Kau memacari seseorang.” Jawab Ji Soo.
“Siapa yang bilang?” tanya Ji An.
Seketika Ji Soo pun ingat kata-kata Boss Kang tentang Hyuk yang patah
hati karena wanita yang disukai Hyuk menyukai orang lain.
“Tidak mungkin terjadi dalam beberapa hari. Artinya itu sudah cukup lama.
Kau tetap tidak memberitahuku. Aku sudah memberitahu segalanya, bahkan detail
kecilnya.” Ucap Ji Soo.
“Aku baru tahu pria yang kau sukai itu Hyuk beberapa hari yang lalu.
Serta kami tinggal dengan banyak orang. Jangan khawatir.” Jawab Ji An.
“Bagaimana bisa aku tidak khawatir? Kau menghancurkan setiap bagian hidupku. Kau juga tidak menyukaiku. Bukankah itu alasanmu bilang hubungan kita berakhir?” ucap Ji Soo.
“Kau tidak perlu melakukan ini karena Hyuk temanku. Ji Soo, dengarkan
aku.” Pinta Ji An.
“Untuk apa aku mendengarkanmu? Kau tidak bilang apa-apa saat aku
bertanya.” Jawab Ji Soo.
“Dulu aku kesulitan. Aku hilang akal.” Ucap Ji An.
“Walaupun begitu, kau ingin kita putus hubungan. Artinya aku memang tidak
berarti bagimu.” Jawab Ji Soo.
“Benar! Aku membencimu! Saat kau berusaha menghentikanku, mengkritisiku
karena aku bilang aku mau pindah ke keluarga itu. Katamu aku mau uang mereka.
Itu benar. Aku tidak tahu itu uangmu. Aku meninggalkanmu walaupun kau memohon
dan mengetahui bahwa sebenarnya bukan aku. Kau kira itu mudah? Tahukah kau
betapa malunya aku setiap kali aku melihatmu? Tapi aku tetap melihatmu.” Ucap
Ji An.
Tapi Ji Soo tidak mau mendengarkan Ji An lagi. Ji Soo bilang, mereka akan
menjalani hidup masing-masing.
Tangis keduanya pecah.
Hasil tes DNA Seohyun keluar. Seohyun yang takut membaca hasilnya, menyuruh Ji Ho membacakannya. Ji Ho pun mengerjai Seohyun. Ia berkata, seharusnya tidak menyuruh Seohyun melakukan tes DNA. Tangis Seohyun pecah. Ji Ho tertawa ngakak, tapi langsung diam melihat Seohyun benar-benar menangis.
Akibatnya, Ji Ho pun dihukum. Seohyun menyuruhnya berlutut dengan kedua
tangan terangkat ke atas.
“Katamu ibumu sudah bilang kau anaknya, jadi aku menggodamu dan kau
mempercayaiku?”
“Tahukah kau betapa pentingnya ini bagiku? Aku amat tegang karena takut.
Jika aku bukan bagian dari keluarga Haesung, tamat riwayatku. “
“Tidak masuk akal. Kau merasa cukup minder sampai tidak mempercayai ibumu
saat dia bilang kau anaknya?”
“Tentu saja. Anak kandung, anak hubungan gelap dan adopsi amat berbeda.”
“Heol.” Ucap Ji Ho.
Seohyun lantas menyudahi hukuman Ji Ho. Ia menyuruh Ji Ho duduk. Ji Ho pun senang dan langsung duduk di kursinya.
Seohyun mengajak Ji Ho mendiskusikan ide bisnis Ji Ho. Ia juga memberikan
Ji Ho cek sebagai hadiah karena sudah membantunya menyelesaikan masalah Sopir
Ryu. Ji Ho sok nolak, tapi diterima juga. Seohyun lalu bertanya, Ji Ho mau
berbisnis apa. Ji Ho pun berbisik bahwa ia tidak akan memberitahu Seohyun.
Seohyun cemberut. Sementara Ji Ho tertawa.
Ji Tae ingin mempertahankan bayinya. Ia tidak mau kehilangan bayinya
hanya karena masalah keuangan. Tapi Soo A kekeuh mau aborsi. Soo A bilang, ia
tidak dapat jatah cuti melahirkan karena hanya pegawai kontrak.
“Kalau aku berhenti, bisakah kau menafkahi kita? Memangnya kita hanya
butuh makan? Kita akan kekurangan uang seumur hidup. Aku tidak mau hidup
seperti itu. Kenapa harus punya anak jika kita bisa memberikan yang anak-anak
lain dapatkan? Bagaimana jika kita punya anak? Siapa yang akan mengasuhnya?
Ibumu? Aku tidak akan membiarkan ibumu terlibat dalam kehidupan anak kita.
Lagipula, hal pertama yang kita setujui saat bertemu adalah kita tidak akan
punya anak. Kau bilang sendiri, tidak mau mewariskan kemiskinan pada anakmu.”
Ucap Soo A.
“Tapi kau sudah hamil. Karena kesalahan kita.” Jawab Ji Tae.
“Aku tidak bisa bertanggung jawab atas yang terjadi selanjutnya. Aku
tidak sehebat itu. Bagiku, hidupku lebih penting. Aku tidak mau mengorbankan
hidupku atau hidup rendahan demi anak kita. Lagipula, aku yang akan melahirkan.
Bukan kau.” Ucap Soo A.
“Kau benar, tapi aku terus mendengarkan detak jantung bayi kita, Soo
A-ya. Hari ini, aku melihat foto putri temanku...”
Tapi Soo A kekeuh mau aborsi.
“Sekitar seminggu lagi, ayah akan naik kapal. Ayah harus dilatih dan
semacamnya. Jadi, ayah ingin meminta maaf. Waktu itu ayah menolak makan bersama
kalian. Itu bukan karena ayah marah.” Ucap Tuan Seo.
“Jika Ayah tidak marah?” tanya Ji Tae.
“Ayah tidak mau kalian mengkhawatirkan ayah dan ayah sungguh tidak
masalah makan ramen. Serta Ji Tae. Jangan terlalu keras kepada dirimu sendiri karena
kau putra sulung. Ibumu dan ayah tidak mengharapkan apa pun darimu saat dewasa.
Kalian berdua hanya perlu mengkhawatirkan diri kalian. Berfokuslah pada hidup
kalian, buatlah rencana, dan berbahagialah. Hanya itu yang ayah mau. Ayah mau
kalian menikah karena manusia hidup dengan dan untuk manusia lain. Ayah rasa
akan lebih baik jika kau punya seseorang di sampingmu nanti daripada hidup
sendiri.” Jawab Tuan Seo.
“Ayah tidak akan pergi lama. Jangan terlalu dramatis.” Ucap Ji Tae.
“Jika terus berusaha bersikap baik kepada kami, kalian tidak akan bisa
menjalani hidup kalian.” Jawab Tuan Seo.
Do Kyung masih bekerja di mall. Ia bekerja sangat keras.
Dan di kamarnya, Ji An yang menyelesaikan desainnya tiba-tiba saja
teringat Do Kyung. Ia penasaran dengan bisnis yang baru dirintis Do Kyung.
Saat terdengar suara pintu yang dibuka, Ji An bergegas keluar dari
kamarnya dan mendapati Do Kyung yang tampak kelelahan. Do Kyung melarang Ji An
menanyakan apapun padanya karena ia sangat lelah. Do Kyung yang lelah langsung
masuk ke kamarnya.
“Dia benar-benar membunuhku.” Gumam Ji An.
CEO No ke kediaman Nyonya No. Ia menyuruh Seketaris Min mengambil kartu
memori mobil Do Kyung. Tapi sayangnya, kartu memorinya tidak ada.
“Ayah menunggunya dan mengambil kunci mobilnya. Bedebah licik itu. Dia
sudah mengantisipasinya. Tidak heran. Dia memberikan segala yang kuminta,
bahkan arlojinya. Dia berhasil menipuku kali ini. Do Kyung berandal. Dia sudah
menyimpan sejumlah uang. Jika mengambil kartu memorinya, dia pasti sudah
menyimpan uang.” Kesal CEO No.
“Dia melampaui prediksi ayah. Dia menyalakan ponselnya sekali sehari, tapi
tidak pernah menggunakannya sekarang. Artinya dia punya ponsel lain atas nama
orang lain. Kira-kira atas nama siapa? Pasti dia.” Ucap CEO No.
CEO No juga protes karena Tuan Choi sedari tadi diam saja.
“Aku tidak bisa melampaui ekspektasi Ayah.” Ucap Tuan Choi.
“Temukan wanita itu sekarang juga.” Suruh CEO No.
Sementara itu, Ji An lagi mengikuti kelas desainnya.
Sementara Seketaris Yoo memberitahu Do Kyung tentang Gi Jae yang mencari Do Kyung. Do Kyung melarang Seketaris Yoo memberikan nomor barunya pada Gi Jae. Saat lagi telponan sama Do Kyung, Nyonya No menghubungi Seketaris Yoo.
“Kau masih berhubungan dengan Wakil Presdir Choi?” tanya Nyonya No.
“Aku meneleponnya setiap hari, tapi ponselnya mati. Dia juga tidak
membalas pesanku.” Jawab Seketaris Yoo.
“Menurutmu, apa yang dia lakukan sekarang?” tanya Nyonya No.
“Aku tidak yakin. Saat kali terakhir berbicara dengannya, katanya dia
punya 290 dolar. Jadi, aku mau membantunya, tapi aku tidak yakin dia mematikan
ponselnya atau kehilangan.” Jawab Seketaris Yoo.
“Beri tahu aku jika kau mendengar kabar dari Do Kyung. Akan kupastikan kau
dihadiahi untuk itu.” Jawab Nyonya No.
Seketaris Yoo lantas pergi. Setelah Seketaris Yoo pergi, Nyonya No
bergumam kalau ayahnya salah.
Nyonya No kemudian menyuruh seketarisnya menyiapkan mobil.
Ji An yang sedang menuju studio, bingung melihat sebuah mobil putih menghampirinya. Namun setelah melihat sosok yang turun dari mobil, ia sontak melangkah mundur. Sementara Nyonya No tersenyum lega melihat Ji An.
“Eun Seok... Ji An-ah...” panggil Nyonya No. Ji An diam saja dan menatap
Nyonya No dengan wajah takut.
0 Comments:
Post a Comment