Do Kyung senang karena bisa menyetir lagi. Ji An curiga, Do Kyung lah sudah meminta pekerjaan itu pada Yong Gook.
“Kau kira aku mau berkendara denganmu? Kau kira aku mau berkencan
denganmu?” sangkal Do Kyung, membuat Ji An tertawa.
“Untuk apa aku melakukan ini jika bukan karena uang? Aku lebih baik
tidur lagi.” Ucap Do Kyung.
Ji An lalu menyuruh Do Kyung berhenti. Ji An berkata, biar dia saja
yang menyetir dan menyuruh Do Kyung tidur. Ji An tahu Do Kyung kurang tidur. Ji
An bilang ia tak mau rugi kalau sampai Do Kyung menyebabkan kecelakaan.
“Aku juga rugi. Jadi, aku tidak akan pernah menyebabkan kecelakaan. Sebaiknya
kau saja yang tidur.” Balas Do Kyung.
“Aku terlalu cemas untuk tidur.” Jawab Ji An, membuat Do Kyung
tersenyum.
Mereka akhirnya sampai di pasar bunga dan Ji An merasa senang bisa
menghirup aroma bunga yang segar. Do Kyung bertanya, bunga apa yang mereka
butuhkan. Ji An bilang, mereka membutuhkan bunga lili dan hortensia.
“Ada lili di sini.” Ucap Do Kyung.
“Harga bunga di toko dekat pintu masuk lebih mahal. Kita ke sini untuk
mengecek harga dan kondisi bunganya.” Jawab Ji An.
“Kudengar Yong Gook akan membayar bunganya.” Ucap Do Kyung.
“Aku harus menghemat uang karena bukan milikku.” Jawab Ji An.
“Begitu, ya? Kini aku tahu pentingnya uang.” Ucap Do Kyung.
Mereka sudah mendapatkan bunganya. Sekarang, mereka pergi mencari mahkota kecil untuk pernikahan. Saat Ji An menanyakan lokasi tokonya, Do Kyung melihat bunga hyacinth dan memutuskan membelinya sebagai hadiah pernikahan untuk Hee.
“Hee suka bunga putih.” Ucap Ji An.
“Akan tampak membosankan jika semuanya putih. Kita bisa menambahkan
bunga merah muda agar menonjol.” Jawab Do Kyung.
“Kenapa kau membelinya?” tanya Ji An.
“Ini hadiah pernikahanku untuk mereka. Setelah mereka menikah, kamar
itu akan menjadi milikku.” Jawab Do Kyung.
“Mereka bilang begitu kepadamu?” tanya Ji An.
“Kau akan menggunakan kamar Hee. Lalu Hyuk akan kembali ke kamarnya. Astaga,
tapi ini tidak terasa nyaman. Kalian berdua bertukar kamar? Aku harus pindah ke
kamarmu.” Jawab Do Kyung, membuat wajah Ji An kembali sumringah.
Mereka memasukkan bunga-bunga yang sudah dibeli ke mobil. Ji An meminta kunci mobil karena dia yang akan menyetir, tapi Do Kyung malah memberinya sebuket bunga hyacinth sebagai hadiah karena Ji An sudah membantunya membuat proposal presentasi. Tapi sebagai gantinya, Ji An harus mentraktirnya sarapan.
Setelah Do Kyung masuk ke mobil, Ji An pun mencium aroma bunga yang
diberikan Do Kyung.
“Sudah lama sekali.” Gumam Ji An.
Mereka lalu mampir di kedai mobil pinggir jalan. Ji An tersenyum melihat Do Kyung makan dengan lahap.
“Tampaknya kau menyukainya. Sebelumnya kau tidak memakan makanan
seperti ini.” Ucap Ji An.
“Aku tidak kaya lagi.” Jawab Do Kyung.
“Kau mau merendah?” tanya Ji An.
“Kukira aku pemilih makanan yang peduli dengan higienis, tapi ternyata
aku tidak sepemilih itu. Saat lapar dan tidak punya uang, nasi kotak di toserba
dan gimbap pun terasa nikmat bagiku. Ini juga enak. Bahkan makanan kaki lima yang
dimasak di jalanan berdebu.” Jawab Do Kyung.
“Itu tidak benar. Kau tidak punya pengalaman seperti itu. Kau tidak punya kesempatan untuk mencoba nasi kotak toserba dan gimbap.” Ucap Ji An.
“Menurutmu begitu?” tanya Do Kyung.
“Tentu saja. Terlalu kaya tidak selamanya bagus.” Jawab Ji An.
“Seo Ji An, katamu kau menyukaiku. Tapi kenapa kau menyembunyikan
perasaanmu dengan baik? Apa rahasiamu?” tanya Do Kyung.
“Hei, mana bisa aku memberitahumu rahasiaku begitu saja. Ini cara yang
kupelajari selama 28 tahun. Seolah-olah kau terlalu sibuk menjadi mandiri sampai
tidak punya waktu untuk mencintai seseorang.” Jawab Ji An.
“Kau pernah bilang ini. Kau merasa aman di dekatku. Sekarang, kurasa
mungkin itu karena uang.” Ucap Do Kyung.
“Kenapa kau bilang begitu?” tanya Ji An.
“Aku tidak melunak kepadamu. Kau memilih mandiri. jadi, jalanilah
kehidupan yang kau pilih. Aku pun menjalani pilihanku.” Ucap Ji An.
“Begitukah?” tanya Do Kyung.
“Ya. Jangan mengobrol terus, ayo.” Jawab Ji An.
Do Kyung pun langsung buru-buru menghabiskan makanannya karena Ji An
mengajaknya pergi. Ji An menyuruh Do Kyung makan pelan-pelan dan membukakan
sekotak susu untuk Do Kyung.
“Senang rasanya tidak punya uang. Kau mengurusku dengan baik.” Ucap Do
Kyung, membuat Ji An tertawa.
Nyonya No sedang memikirkan siapa gadis yang disukai Do Kyung.
Do Kyung menjalankan kerja part time nya sebagai guide. Ia berada di
sebuah museum dan menjelaskan tentang tempat penyimpanan kimchi pada para turis
dalam Bahasa Inggris.
Ji An sedang menyusun bunga-bunga untuk pernikahan Hee yang diadakan di Kafe Hee. Hyuk menghampiri Ji An. Hyuk melihat bunga hyacinth yang dibeli Do Kyung. Sama seperti Do Kyung, Hyuk bilang lebih baik diselipkan bunga berwarna pink daripada harus putih semua.
Ji An sedang menyusun bunga-bunga untuk pernikahan Hee yang diadakan di Kafe Hee. Hyuk menghampiri Ji An. Hyuk melihat bunga hyacinth yang dibeli Do Kyung. Sama seperti Do Kyung, Hyuk bilang lebih baik diselipkan bunga berwarna pink daripada harus putih semua.
“Hyacinth amat indah. Sebenarnya ini bunga favoritku.” Jawab Ji An.
*Jadi itu bunga favorit Ji An toh, berarti Do Kyung gak salah pilih
dong...*
Ji Soo datang. Ia kesal melihat kedekatan Ji An dan Hyuk. Hyuk melihat Ji Soo. Hyuk menghampiri Ji Soo dan memperkenalkan Ji Soo pada Ji An. Ji Soo pun bersikap seolah-seolah ia dan Ji An tidak saling mengenal.
“Kita pernah bertemu, kan?” ucap Ji Soo.
“Kalian saling mengenal?” tanya Hyuk.
“Aku pernah bertemu dengannya saat dia bersama Pak Tukang Roti.” Jawab
Ji Soo.
Ji Soo lantas ingin ke dapur, untuk meletakkan kue yang dibawanya. Hyuk
mau membantu Ji Soo, tapi Ji Soo menolak dengan alasan takut kuenya rusak. Ji
Soo pun masuk ke dapur. Hyuk tambah heran dengan sikap Ji Soo.
Keluar dari dapur, Ji Soo lagi-lagi melihat Hyuk mengobrol dengan Ji
An. Ji An yang kemudian melihat Ji Soo pun langsung diam. Ji Soo ingin pergi,
tapi Hyuk menyuruhnya duduk. Ji Soo pun duduk disamping Ji An. Keduanya nampak
canggung.
“Ji Soo, apakah ada yang salah? Aku membuatmu kesal? Sikapmu berbeda
kepadaku. Kurasa sejak aku menonton film saat Natal. Kurasa kau sengaja
menghindariku.” Ucap Hyuk.
“Aku tidak menyukaimu lagi. Kita sudah bertemu beberapa kali, tapi kau
jauh dari yang kubayangkan. Maaf. Lebih baik kita hanya sebatas kenal saja. Aku
tidak bisa mengabaikanmu karena Pak Tukang Roti. Aku juga tidak bisa berteman
dengan pria yang pernah kusukai.” Jawab Ji Soo.
“Bagian apa dariku yang kau benci?” tanya Hyuk.
“Itu tidak bisa diungkapkan. Apa kita menyukai seseorang karena alasan
tertentu? Tidak menyukai seseorang pun begitu.” Jawab Ji Soo.
Ji Soo lalu berbalik dan pergi. Ji Soo menangis saat berjalan menjauhi Hyuk. Sementara Hyuk nampak terpukul dengan ucapan Ji Soo barusan.
“Do Kyung bertingkah seperti akan menikahi So Ra sampai musim panas
ini. Dalam kurang dari setengah tahun, dia bersekongkol dengan So Ra dan
pindah. Wanita itu, yang tidak ada hingga Agustus, membuatnya pergi pada bulan
Desember.” Ucap Nyonya No.
“Entahlah. Aku tidak tahu dia ke mana saat sedang pergi.” Jawab Seketaris
Min.
“Kau kira aku bertanya kepadamu siapa wanita itu? Aku hanya tidak punya
teman bicara.” Ucap Nyonya No.
“Maaf.” Jawab Seketaris Min.
“Dia tidak melakukan apa pun selain bekerja sejak menjadi wakil
presdir. Karena acara hari jadi pernikahan. Setelah itu, kita harus mengenalkan
Eun Seok. Dia menghabiskan seharian dengan Ji An untuk membantunya...” Nyonya
No pun terdiam dan menyadari sesuatu.
“Dia menghabiskan hampir seluruh waktunya dengan Ji An?” tanya Nyonya
No.
Nyonya No lantas menyangkal kalau Ji An dan Do Kyung punya hubungan.
Tapi kemudian ia teringat Ji An yang sudah lama tidak kembali ke Seoul.
Nyonya No juga ingat saat Do Kyung membela Ji An setelah fakta Eun Seok
terungkap.
“Itu tidak mungkin, bukan?” tanya Nyonya No.
“Beberapa saat lalu, aku memberikan tas Nona Seo kepada Do Kyung.”
Jawab Seketaris Min.
“Tas? Tas apa?” tanya Nyonya No.
“Di hari saat anda mengetahui fakta Nona Eun Seok, Nona Seo pergi tanpa tasnya. Nona Seo tidak
datang mengambilnya. Karena mereka sering menghabiskan waktu bersama, aku
menanyakan apa Do Kyung masih berhubungan dengan Nona Seo. Do Kyung malah
meminta tasnya.” Jawab Seketaris Min.
Mereka lalu mencari tas Ji An di kamar Do Kyung tapi tidak
menemukannya.
“Kau yakin Do Kyung pergi dari rumah tanpa membawa apa pun?” tanya
Nyonya No.
Seketaris Min mengiyakan.
Nyonya No pun yakin Do Kyung pernah menemui Ji An sebelum Do Kyung
pergi dari rumah.
Nyonya No lantas teringat pengakuan Do Kyung yang tidak mau menikah
tanpa cinta dan ingat saat Ji An menjelaskan hubungannya dengan Do Kyung di
depan para pemegang saham saat Ji An masih menjadi Eun Seok.
“Suatu hari aku berkendara terlalu cepat hingga menyebabkan
kecelakaan. Biaya perbaikannya mencapai 20.700 dolar. Dia mengabaikannya. Dia
dengar aku tidak mampu membayar 20.700 dolar, dan sebagai gantinya aku bekerja
sebagai juru bahasa di acara di Yangpyeong.” Ucap Ji An.
“Mereka berdua sudah saling mengenal dari awal. Sebelum Ji An menjadi
adiknya, mereka pernah bertemu dan saling mengenal.” Ucap Nyonya No.
Nyonya No lantas pergi ke rumah Ji An. Tuan Seo yang membuka pintu kaget melihat sosok Nyonya No. Nyonya No ingin menemui Ji An, tapi Tuan Seo bilang Ji An belum pulang. Nyonya No pun meminta nomor telepon Ji An.
“Dia bukan lagi Seo Ji An yang berutang kepada anda. Tanpa mengetahui
alasannya, aku tidak bisa memberikan nomornya kepada Anda. Aku minta maaf.”
Ucap Tuan Seo.
“Aku hanya ingin mengetahui kabarnya.” Jawab Nyonya No.
“Jika begitu, aku sungguh tidak bisa memberi anda nomornya. Akan kutanyakan
apa dia ingin menemui anda. Aku akan memintanya menghubungi anda.” Ucap Tuan
Seo.
“Jika alasanku sangat mendesak untuk menemuinya, aku bisa menunggu
beberapa jam untuk menemuinya.” Jawab Nyonya No.
“Ji An tidak tinggal bersama kami lagi. Dia tidak tinggal di sini?”
ucap Tuan Seo.
Nyonya No pun kaget mendengarnya.
Ji An yang baru keluar dari Kafe Hee bersama Hyuk dan penghuni lainnya, dihubungi sang ayah. Tuan Seo menelpon untuk mengecek keadaan Ji An.
Di kamarnya, Hyuk teringat ucapan Ji Soo tadi.
“Lebih baik kita hanya sebatas kenal saja. Aku
juga tidak bisa berteman dengan pria yang pernah kusukai. Apa kita menyukai
seseorang karena alasan tertentu? Tidak menyukai seseorang pun begitu. Aku
tidak menyukaimu lagi. Kita sudah bertemu beberapa kali, tapi kau jauh dari
yang kubayangkan.”
Hyuk pun membaca tulisan Ji Soo dan teringat saat ia menemukan tulisan
itu.
Hyuk keluar dari kafe noona nya dan mengejar Ji
Soo untuk mengembalikan buku resep Ji Soo yang tertinggal, tapi sayangnya Ji
Soo sudah keburu pergi. Sebuah kertas pun terjatuh dari dalam buku resep Ji
Soo. Hyuk membacanya.
“Aku Seo Ji Soo. Aku menyukaimu. Kau tidak mengenalku. Aku Seo Ji Soo. Aku
menyukaimu. Aku menyukaimu sejak kau menyelamatkanku di dokter gigi. Aku
biasanya tergagap-gagap saat malu, jadi, aku terdengar seperti orang bodoh. Kau
sungguh menyelamatkan hidupku.”
Flashback end...
Di kamar yang sama, Do Kyung juga lagi galau memikirkan proposalnya
yang ditolak.
Malamnya, Soo A pergi meninggalkan rumah Tuan Seo.
Dan paginya, Ji Tae berusaha menghubungi Soo A, tapi ponsel Soo A mati.
Sementara Ji Soo yang baru selesai mandi, terkejut melihat sang ibu yang duduk di ruang atas di depannya. Nyonya No pun bergegas mendekati Ji Soo.
Seohyun yang hendak ke kamarnya pun menguping pembicaraan mereka.
Nyonya No menanyakan alamat Ji An serta meminta nomor telepon Ji An. Ji
Soo pun tambah kecewa. Ji Soo bilang, ia tidak tahu alamat dan nomor telepon Ji
An. Ji Soo hanya bilang ia pernah bertemu Ji An di Kafe Hee. Nyonya No pun
bergegas ke Kafe Hee.
Setelah Nyonya No pergi, Seohyun mendekati Ji Soo. Seohyun penasaran kenapa ibu mereka menanyakan Ji An. Ji Soo bilang, karena ibu mereka merindukan Ji An. Tapi Seohyun tidak yakin. Seohyun yakin ada yang tidak beres.
Gi Jae menemui Ji An. Gi Jae meminta nomor telepon Do Kyung. Gi Jae
bilang, ada sesuatu yang mau ia katakan pada Do Kyung.
“Kenapa kau berpikir aku punya nomornya?” tanya Ji An.
“Karena dia pasti berada di dekatmu.” Jawab Gi Jae, mengejutkan Ji An.
Nyonya No ke Kafe Hee. Nyonya No menyuruh Hee menghubungi Ji An dan meminta Ji An datang ke kafe. Karena Nyonya No tidak memberitahu siapa dirinya, Hee pun menolak memberikannya. Hee juga ingat kata-kata Hyuk saat meminta Ji An tinggal di rumah kos mereka.
Nyonya No ke Kafe Hee. Nyonya No menyuruh Hee menghubungi Ji An dan meminta Ji An datang ke kafe. Karena Nyonya No tidak memberitahu siapa dirinya, Hee pun menolak memberikannya. Hee juga ingat kata-kata Hyuk saat meminta Ji An tinggal di rumah kos mereka.
“Berikan nomor Anda. Biar kusampaikan kepadanya.” Ucap Hee.
“Tidak bisakah kau menghubunginya dan memberikannya kepadaku? Aku
kebetulan lewat dan datang ke sini untuk menemuinya.” Jawab Nyonya No.
“Aku tidak bisa menghubunginya tanpa tahu dia mau menemui anda atau
tidak. Dunia ini menyeramkan.” Ucap Hee.
“Lantas, aku akan menemuinya lain kali.” Jawab Nyonya No, lalu masuk ke
mobilnya.
“Ji An, wanita karismatik, elegan, dan cantik datang dan meminta
nomormu.” Ucap Hee.
Ji An pun terkejut, kapan? Kau memberikan nomorku?
“Tidak, aku tidak selugu itu.” Jawab Hee.
“Apa katanya saat dia memintanya? Tidak, aku akan ke kafe sekarang.”
Ucap Ji An, lalu berlari ke Kafe Hee.
“Kau orangnya. Kau membuat Do Kyung pergi dari rumah. Seo Ji An, kau mengkhianatiku. Pertama, orang tuamu, lalu kau juga. Besar sekali nyalimu. Seperti ibumu. Apa kau menemukan cara lain karena gagal menjadi putriku? Kau kira kau bisa kembali dengan mengencani Do Kyung?” sentak Nyonya No.
“Animnida.” Jawab Ji An sembari mengepalkan tangannya.
“Kali ini, apa kau bersekongkol dengan orang tuamu? Saat ayahmu menolak
memberikan nomormu, aku tahu ada yang tidak beres.” Ucap Nyonya No.
“Anda menemui ayahku? Apa yang anda katakan kepadanya?” tanya Ji An
cemas.
“Di mana Do Kyung? Aku memperingatkanmu. Jika berbohong sedikit saja,
kau akan membayarnya, Ji An.” Ancam Nyonya No.
“Maaf aku tidak memberi tahu anda begitu mengetahuinya. Aku selalu menyesal karena saat itu tidak meminta maaf dengan pantas.” Jawab Ji An.
“Lupakan masa lalu. Memikirkannya saja tidak menyenangkan.” Ucap Nyonya
No.
“Kapan kau mulai? Apa setelah tahu? Itukah alasanmu memberi tahu Do
Kyung lebih dahulu? Karena menurutmu itu bisa membuatmu mendapatkan Haesung?”
tuduh Nyonya No.
“Entah dari mana anda berpikiran seperti itu. Do Kyung dan aku tidak
menjalin hubungan. Tidak ada apa-apa di antara kami.” Jawab Ji An.
“Lantas, kenapa Do Kyung pergi dari rumah?” tanya Nyonya No.
“Aku tahu. Aku tidak paham kenapa dia meninggalkan rumah padahal tidak
ada masalah. Jadi, berhentilah membentakku dan urus itu dengan putra anda. Seperti
yang kubilang. Tidak ada apa-apa antara aku dan Do Kyung. Dahulu atau pun
sekarang. Bahkan tidak akan terjadi di masa depan. Aku tidak menginginkan apa
pun dari Do Kyung. Terutama aku tidak akan pernah mau kembali ke keluarga
Haesung. Aku tidak menginginkannya.” Jawab Ji An, membuat Nyonya No terkejut.
0 Comments:
Post a Comment