Nyonya Yang dan anak2 terkejut mendengar penjelasan dokter soal penyakit Tuan Seo. Tapi Ji Tae masih tak mengerti kenapa ayahnya sampai muntah darah. Dokter bilang, itu karena Tuan Seo makan tidak teratur. Dokter mengatakan, Tuan Seo mengalami peradangan dan malnutrisi.
“Jadi maksud dokter ayahku seperti ini karena
dia ingin mati?” tanya Ji Tae.
“Kurasa seperti itu.” Jawab dokter.
“Tapi dia masih bisa bertahan, kan?” tanya
Nyonya Yang cemas.
Ji An yang sudah tak tahan lagi, akhirnya berlari keluar dan menangis. Ji Ho mau mengejar Ji An, tapi Ji Tae melarang. Menurut Ji Tae, lebih baik mereka membiarkan Ji An sendiri dulu.
Ji Tae lantas meminta pendapat dokter karena dia mau menceritakan hal ini pada ayahnya. Ji Tae bertanya, apa gejala itu akan hilang.
“Tidak sesederhana itu. Dia mengalami depresi
yang serius.” Ucap dokter.
“Depresi?” tanya Ji Ho.
“Aku akan merujuknya ke bagian psikiater.
Tidak banyak ayah di Korea yang mampu menceritakan kecemasannya pada orang
lain.” Jawab dokter.
Diluar, Ji An menangis sejadi-jadinya. Bayangan saat ia mencoba bunuh diri di dalam hutan kembali mengisi benaknya.
Ia juga ingat kata-kata ayahnya kalau keluarga tidak harus hidup bersama.
“Apapun hasilnya, aku tidak mau dirawat. Aku tidak bisa memilih bagaimana caranya aku hidup, tapi aku bisa memilih bagaimana caranya aku mati.” Ucap Tuan Seo.
Ji Tae dan Ji Ho menyusul Ji An keluar.
Mereka pun mendekati Ji An yang masih menangis. Ji Ho mengira Ji An menangis
karena bahagia ayah mereka tidak mengidap kanker. Ji An mengaku, hatinya sakit
karena ia tahu kenapa sang ayah jadi seperti itu.
Ji Ho lantas menghubungi sang ayah, tapi ponsel ayahnya masih mati. Mereka pun bingung harus mencari sang ayah kemana. Ji An menghapus tangisnya dan mengajak kedua saudaranya pulang dulu.
Di studio, Tuan Sun dan Sun Tae lagi kerepotan memindahkan barang. Tak lama kemudian, Hyuk datang bersama Yong Gook. Tuan Sun pun berkata, mereka sangat kewalahan karena Ji An tidak masuk. Mereka bahkan tidak bisa melakukan pemotongan karena kekurangan bantuan. Hyuk pun meminta bantuan Yong Gook memindahkan kayu-kayu itu. Hyuk bilang, ia tidak bisa membantu karena harus pergi.
Hyuk protes, kau mau aku memindahkan semuanya
sendiri?
“Akan kupasang iklan perekrutan di internet.”
Jawab Hyuk.
Hyuk kemudian berbisik pada Yong Gook, kalau
dia mau pergi kencan. Yong Gook pun mendengus kesal.
Beralih ke Ji Tae yang memberitahu
keluarganya kalau sang ayah sudah berhenti dua tahun lalu dari pusat
distribusi. Ji Tae bilang, mereka memecat semua orang di atas 60 tahun. Nyonya
Yang pun cemas, ia takut tidak bisa menemukan Tuan Seo.
“Kita akan menemukannya, jadi cemas, Bu.”
Ucap Ji An.
“Bagaimana caranya?” tanya Ji Tae.
“Ayah akan menyalakan ponselnya setidaknya
satu kali. Dia akan tahu betapa cemasnya kita.” Jawab Ji An.
“Tapi kalau ayah membuang ponselnya?” tanya
Ji Ho.
Ucapan Ji Ho sontak mengingatkan Ji An saat
ia membuang ponselnya ke laut sebelum bunuh diri.
“Tidak, ayah tidak akan melakukan itu.” Jawab
Ji An.
“Kenapa kau bisa yakin?” tanya Ji Tae.
“Karena dia ayah kita. Dia tidak pernah
meninggalkan kita. Dia pergi karena mengira kita tidak membutuhkannya lagi. Dia
tahu kita akan menghubunginya setelah hasilnya keluar. Dia akan mengecek
ponselnya setidaknya satu kali. Dan mungkin dia juga penasaran dengan
hasilnya.” Jawab Ji An.
Ji An lalu berkata, tidak ada yang perlu
mereka cemaskan karena sang ayah tidak sakit dan mereka akan segera menemukan
sang ayah.
Di rumah lamanya, Tuan Seo sedang menuliskan
hal-hal yang ingin dia lakukan.
Memainkankan
tiga lagu dengan sempurna di depan makam ayah dan ibunya, pergi ke sekolah,
menonton film di bioskop.
Tuan Seo juga menuliskan sesuatu yang ingin
dia makan.
Ji An dan Ji Tae mengobrol di depan rumah. Ji An mengaku pada kakaknya, saat ia menghilang dan tidak pulang ke rumah, ia pergi ke gunung untuk bunuh diri. Ji Tae pun terkejut.
“Tapi sekarang aku menyesal. Kenapa aku hidup
seperti itu? Kenapa aku berusaha keras mencari pekerjaan? Mengapa aku menyiksa
diriku selama bertahun-tahun di masa mudaku? Karena tidak berjalan sesuai
dengan keinginanku, aku marah dan menutup diri. Bahkan dari ibu dan ayah. Aku
merasa kasihan pada orang-orang di sekitarku. Yang paling aku sesalkan adalah
momen ketika aku sekarat, maksudku aku salah menjalani hidupku.” Ucap Ji An.
“Mianata, Ji An-ah.” Jawab Ji Tae.
“Aku memberitahu bukan untuk membuat sedih,
aku memberitahumu karena itu masa lalu.” Ucap Ji An.
Ji An lantas memeluk Ji Tae dan mengaku
senang bisa melihat Ji Tae lagi.
Ji An kemudian melepaskan pelukannya dan
berkata akan melakukan sesuatu yang dia inginkan supaya tidak menyesal lagi.
“Semuanya tergantung dari cara pikirmu.
Masalah ayah juga menjadi contohnya. Pernahkah kau berpikir orang tua kita
sekarat?” ucap Ji An.
“Aku sangat takut.” Jawab Ji Tae.
“Oppa, semua orang memiliki pandangan hidup
yang berbeda.” Ucap Ji An lagi.
Hyuk mengajak Ji Soo makan sushi, tapi Ji Soo tidak makan dengan lahap seperti biasanya. Hyuk pun cemas kalau Ji Soo tidak menyukai makanannya. Ji Soo bilang, ia tidak bisa makan dengan santai karena gugup. Hyuk pun mengaku kalau ia juga merasakan hal yang sama. Hyuk bilang, itu adalah makanan pertama yang mereka makan di kencan pertama mereka. Ji Soo lantas mengaku ada banyak makanan yang ingin dia makan. Hyuk pun mengira Ji Soo ingin pergi ke bioskop itu lagi. Ji Soo bilang, kalau ia ingin makan jajanan kaki lima. Hyuk pun tersenyum geli. Ji Soo heran, kenapa Hyuk tersenyum begitu.
“Kau sangat imut.” Puji Hyuk, membuat Ji Soo
tersipu malu.
Hyuk lalu meminta maaf karena sudah bersikap kasar pada Ji Soo sebelumnya. Hyuk juga mengaku, sempat salah menilai Ji Soo.
“Kau tahu kakakku, kan? Dia sangat bahagia
setelah bersama Nam Goo. Sebelumnya, kakakku itu pemalu. Dia seperti itu karena
pernah terluka parah di masa lalunya. Aku benci melihat kehidupan kakakku di
masa lalu. Aku tidak memahami kakaku, jadi aku salah paham saat melihat cara
kerjamu yang buruk di klinik gigi. Jadi aku merasa frustasi saat kau tidak bisa
berbicara nyaman dengan dirimu sendiri dan terus mengikutiku kemana pun aku
pergi.” Ucap Hyuk.
Ji Soo lalu bertanya, apa yang Hyuk sukai
darinya.
“Tidak butuh alasan untuk menyukai
seseorang.” Jawab Hyuk.
“Tapi kau masih tidak menyukaiku sebelumnya.”
Ucap Ji Soo.
“Aku minta maaf karena sempat membencimu. Aku
membaca buku catatan resepmu yang tertinggal di kafe. Dari situ aku tahu, kau
memiliki tujuan hidup. Saat kau pergi untuk menghentikkan kakakku, kau berlari
dan terjatuh, tapi kau tidak sadar lututmu terluka. Aku tersentuh. Lalu
tiba-tiba, aku mulai jatuh cinta padamu.” Jawab Hyuk.
Hyuk juga mengaku, ia menyukai seseorang
seperti Ji Soo. Ji Soo pun tertegun mendengarnya. Ia bahkan hampir menangis.
Hyuk pun heran.
Ji Soo : Sudah lama sekali sejak seseorang
mengatakan menyukaiku karena aku adalah Ji Soo. Aku senang mendengar kata itu
lagi.
Do Kyung berniat mentraktir Seketaris Yoo
perut babi. Seketaris Yoo terkejut dan berkata, itu tidak sehat. Kau tidak
makan daging berlemak.
“Apa kau berharap aku akan mentraktirmu
daging sapi dengan uang ini?” tanya Do Kyung.
“Tapi aku suka daging sapi.” Jawab Seketaris
Yoo.
Seketaris Yoo menyuruh Do Kyung pulang.
Seketaris Yoo bilang, Do Kyung bisa bersama Ji An nanti tapi hidup Do Kyung
lebih penting.
“Ini tidak ada hubungannya dengan Ji An. Ini
akan menjadi pertarungan antara aku dan kakekku. Dia tidak mau memberiku
kesempatan. Jika aku kembali seperti ini, aku tidak akan bisa hidup sesuai
keinginanku.” Jawab Do Kyung.
“Bagaimana bisa kau melawannya.” Cemas
Seketaris Yoo.
“Aku harus bisa hidup tanpa bantuannya
meskipun aku harus mulai dari bawah.” Jawab Do Kyung.
“Kau kembali ke titik awal. Usahamu selama
berminggu-minggu terbuang sia-sia.” Ucap Seketaris Yoo.
“Aku tidak masalah bekerja keras. Aku mulai
berpikir, bahwa akhirnya aku mulai hidup dengan jalanku sendiri.” Jawab Do
Kyung.
Hyuk dan Ji Soo berjalan di keramaian. Lalu, Ji Soo melihat pasangan kekasih yang jalan bergandengan tangan. Ji Soo pun ingin digandeng. Ia berharap Hyuk menggandengnya juga.
Hyuk : Ada apa?
Ji Soo : Aku baik-baik saja.
Ji Soo lantas menunjuk tempat penjualan
makanan. Hyuk tertawa dan setuju untuk membelinya.
Selesai membeli makanan, mereka kembali
berjalan. Hyuk menarik tangan Ji Soo karena Ji Soo hampir bertabrakan dengan
orang lain. Ji Soo terkejut sekaligus senang. Mereka lalu saling bertatapan dan
Hyuk semakin mengeratkan genggamannya.
“Gomawo.” Ucap Ji Soo senang.
Mereka lalu kembali berjalan sambil bergandengan lagi. Hyuk ingin mengantarkan Ji Soo pulang. Sontak, Ji Soo panik dan langsung menolak dengan alasan Hyuk tidak bawa mobil. Hyuk pun curiga, kalau Ji Soo merahasiakan sesuatu darinya. Hyuk bertanya, apa Ji Soo tinggal di istana? Apa istananya seperti istana Elsa di Frozen?
“Tidak, tidak! Bukan begitu. Ini hanya karena
orang tuaku cukup ketat. Sekarang sudah larut.” Jawab Ji Soo.
“Lain kali aku akan membawa mobil.” ucap
Hyuk.
Hyuk lantas menyetopkan taksi untuk Ji Soo dan meminta Ji Soo menghubunginya setelah sampai di rumah.
Setelah taksi Ji Soo berlalu, Hyuk mencatat nomor plat taksinya. Kemudian, Hyuk bergumam kalau ia penasaran sama orang tua Ji Soo yang begitu ketat.
Beralih ke Do Kyung yang baru sampai di rumah
kos. Yong Gook menebak kalau Do Kyung baru saja menjalani hari yang berat. Do
Kyung pun cerita, kalau dia kerja di pabrik es dan bersyukur karena besok2
tidak perlu lagi bekerja di sana.
“Lalu bagaimana dengan bisnismu? Apa kau
masih mencari kesempatan bisnis seperti orang kaya?” tanya Yong Gook.
“Apa maksudmu?” tanya Do Kyung.
“Turunkan standard mu.” Jawab Yong Gook.
“Jadi kau menungguku hanya untuk
menasehatiku?” tanya Do Kyung.
“Bekerjalah di studio. Ada staf yang
mengundurkan diri dan Ji An sibuk mengurusi masalah keluarganya.” Jawab Yong
Gook.
“Ada apa dengan keluarganya?” tanya Do Kyung.
“Aku tidak tahu detail nya, tapi kurasa
ayahnya sedang tidak sehat.” Jawab Yong
Gook.
“Kenapa dengan ayahnya?” tanya Do Kyung.
“Aku tidak tahu, tapi dia pergi ke rumah
sakit untuk mendengarkan diagnosisnya.” Jawab Yong Gook.
Do Kyung pun ingat saat ia bersikap buruk
pada Ji An di hari sebelumnya. Ia menyesal.
Hyuk yang hampir sampai di rumah kos, bertemu Ji An yang juga baru pulang. Hyuk menanyakan kabar ayah Ji An. Dengan wajah senang, Ji An berkata ayahnya baik-baik saja. Ji An lalu melihat penampilan Hyuk dan penasaran Hyuk habis darimana.
“Karena perasaanmu sudah membaik, aku akan
memberitahumu.” Ucap Hyuk.
Hyuk lantas berbisik soal teman rotinya. Hyuk
bilang, kalau ia baru saja pulang berkencan.
Pembicaraan mereka pun terhenti karena Do
Kyung datang. Begitu Do Kyung datang, Ji
An langsung mengajak Hyuk bicara di dalam. Tapi Do Kyung menahan Ji An yang
ingin masuk. Hyuk mengerti dan masuk duluan ke dalam.
Do Kyung menanyakan kondisi ayah Ji An. Ji An
terkejut Do Kyung tahu soal ayahnya, tapi kemudian Ji An bilang kalau ayahnya
baik-baik saja.
“Apa aku sungguh tidak berarti bagimu? Kau
menyukaiku, jadi bagaimana bisa kau melakukan ini? Apa mulutmu berbeda dengan
pikiranmu? Bagaimana kau melakukannya? Bagaimana bisa pikiran dan tubuhmu
bersikap berbeda? Kenapa kau peduli padaku? Kau mengasihaniku? Karena itukah
kau tidak menceritakan tentang ayahmu yang sedang sakit? Kenapa hanya aku yang
tidak tahu? Apakah sangat sulit mengatakan kau sedang berjuang?” kesal Do
Kyung.
“Aku tidak pernah bilang pada orang-orang
kalau aku sedang berjuang.” Jawab Ji An.
“Tapi mereka semua tahu tentangmu! Kenapa Sun
Woo Hyuk tahu tentangmu? Karena dia temanmu? Lalu kenapa Yong Gook tahu?”
“Karena dia atasanku. Aku bawahannya. Aku
harus memberitahukan padanya alasan aku tidak masuk kerja.”
“Tidak adakah sesuatu yang menghubungan
kita?” tanya Do Kyung.
“Tidak ada. Hubungan kita sudah berakhir. Kau
bilang semuanya sudah berakhir.” Jawab Ji An.
“Itu karena kau pengecut! Sikapmu dan
kata-katamu sangat berbeda!” ucap Do Kyung.
“Bukankah sudah kubilang, aku tidak bisa
mengendalikan perasaanku terhadapmu tapi aku tidak tertarik melakukan apapun
denganmu.” Jawab Ji An.
Ji An masih mau bicara, tapi Do Kyung yang
terlanjur kecewa tidak mau mendengar lagi penjelasan Ji An dan masuk duluan ke
rumah kos. Setelah Do Kyung pergi, Ji An bergumam kalau dia juga merasa
kesulitan.
Do Kyung masuk ke kamar dan melemparkan
tubuhnya ke kasur. Do Kyung menghela napas lalu memegangi kepalanya yang terasa
sakit.
Ji An yang juga sudah berada di kamarnya
berusaha mengabaikan kata-kata Do Kyung. Ji An kemudian ingat pengakuan Hyuk
yang sudah jadian dengan Ji Soo.
Ji An lalu mengambil boneka kayu Ji Soo dan
menatapnya.
Sementara Ji Soo dan Hyuk yang lagi kasmaran,
saling berkirim pesan. Hyuk penasaran, kenapa Ji Soo tetap saja memanggilnya
Tuan Sunwoo. Ji Soo pun bertanya, bagaimana ia harus memanggil Hyuk. Hyuk
bilang, terserah Ji Soo tapi jangan Tuan Sunwoo.
Ji
Soo : Jalja, Hyuk-ah... Hyuk pun juga mengirimkan pesan yang sama. Ji Soo
girang. Saking girangnya, ia bahkan sampai menendang-nendang kasurnya.
Tapi
senyum bahagianya sirna lantaran telepon dari Ji An. Ji An mengajak Ji Soo
makan siang esok hari.
Flashback...
Saat
sedang menunggui Tuan Seo yang menjalani berbagai tes, Nyonya Yang melihat
ponsel Tuan Seo.
Flashback
end...
“033
adalah kode area untuk Provinsi Gangwon. Tidak ada orang di kampung halamannya.
Siapa yang dia hubungi kalau begitu?” tanya Nyonya Yang.
“Besok
aku akan menghubungi Kepala Desa disana dan bertanya padanya.” Jawab Ji Tae.
Nyonya
Yang lalu bertanya, apa Ji Tae dan Soo A sedang bertengkar. Nyonya Yang merasa
Soo A pergi karena dirinya. Ji Tae yang kasihan pada ibunya pun mengelak. Ia bilang,
kalau kantor Soo A sedang menerbitkan banyak buku, jadi para pekerja bisa saja
dinas selama lebih dari satu bulan. Nyonya Yang lantas melarang Ji Tae
memberitahu Soo A soal ayah karena takut membebani Soo A,
Besoknya, Ji Soo yang mau makan siang pamit pada Boss Kang. Sebelum pergi, Boss Kang minta Ji Soo datang jam 7 pagi mulai besok. Ji Soo pun heran.
“Aku
pencari nafkah sekarang, jadi aku harus menghasilkan roti dan uang lebih
banyak. Sekarang kau sudah menguasai adonan dasar, jadi aku akan mengajarimu
membuat roti.” Ucap Boss Kang.
Ji
Soo jelas senang karena Boss Kang akan mengajarinya membuat roti.
Hee kemudian datang sambil berlari karena khawatir Boss Kang kelaparan. Ji Soo pun senang melihat keromantisan mereka berdua.
Hee
lalu meminta Ji Soo kembali ke toko roti secepatnya.
Para siswa di kelas desain sibuk membicarakan kompetisi. Mereka lalu bertanya pada Ji An, apakah Ji An juga akan ikut serta. Ji An bilang tidak karena dia siswa baru di sana. Siswa yang duduk di belakang pun berkata, siapapun bisa ikut karena itu hanyalah kompetisi ide. Ji An pun tertarik.
Di
kantornya, Ji Tae menghubungi Kepala Desa Gangwon untuk menanyakan soal
ayahnya.
Beralih ke Ji An dan Ji Soo yang sedang membicarakan Hyuk. Ji An yakin kalau Ji Soo belum memberitahu Hyuk soal hubungan mereka. Ji An mengaku, karena itulah ia mengajak Ji Soo bertemu. Ji Soo pun mengaku, kalau ia tidak tahu bagaimana harus memberitahu Hyuk.
“Karena
kalian sudah bersama, jadi kau harus jujur. Akan sulit untuk memberitahunya tapi
Hyuk akan tahu kalau dulu kau adalah kembaranku. Dia tahu semuanya tapi dia
tidak tahu cerita detailnya soal kita. Menurutku, kau harus memberitahunya
kalau kau adalah putri Haesung.”
“Haruskah
aku memberitahunya? Kami baru berkencan satu kali. Saat seseorang mulai
berkencan, mereka tidak membicarakan pekerjaan orang tua.”
“Biasanya
memang tidak, tapi kau berbeda.” Ucap Ji An.
“Aku
akan memberitahunya sedikit nanti. Aku akan memberitahumu setelah aku mengambil
keputusan kapan akan memberitahu dia.” Jawab Ji Soo.
0 Comments:
Post a Comment