Gyeong Min mengajak Roo Bi menentukan tanggal pernikahan mereka. Sontak Roo Bi terkejut dan Roo Na, dia kesal mendengarnya.Gyeong Min berkata, akan menjemput Roo Bi setengah jam lagi. Tapi Roo Bi melarang. Ia takut orang kantor melihat mereka.
“Siapa
yang peduli? Cepat atau lambat mereka juga akan tahu. Yang terpenting sekarang
adalah Bae Gyeong Min sangat merindukan Jeong Roo Bi. Bahkan musiknya bagus
pagi ini. Kau ingin mendengar? Kau ingat? Ini lagu yang biasa kita dengar saat
kuliah dulu.” Jawab Gyeong Min.
Gyeong
Min pun mengeraskan volume musiknya. Roo Bi senyum-senyum mendengarnya.
“Aku
akan tiba 20 menit lagi. Segeralah bersiap.” Ucap Gyeong Min. Pembicaraan
selesai.
Roo Na yakin, sang ibu akan senang mendapatkan menantu kaya seperti Gyeong Min. Roo Na juga menanyakan kenapa Roo Bi tidak langsung menerima lamaran Gyeong Min. Roo Bi bilang, itu karena uang. Roo Na pun berkata, keluarga Gyeong Min kaya, jadi keluarga Gyeong Min lah yang akan mengurus pernikahan.
Chorim pun langsung pulang ke rumah. Ia mau memberitahu Gilja tapi gak jadi karena masih marah pada Gilja. Chorim akhirnya memanggil Roo Na.
“Roo
Na-ya, Roo Bi tidak bekerja hari ini?” tanya Chorim.
“Dia
ada urusan diluar.” Jawab Roo Na.
“Tapi
kenapa dia pergi bersama seorang pria dengan mobil mewah?” tanya Chorim.
“Apa
maksudnya Roo Bi sengaja membolos demi bisa pergi dengan seorang pria?” tanya
Gilja.
“Jangan
cemas. Roo Bi punya pacar. Dia sok manis di rumah, tapi sebenarnya dia liar.”
Jawab Roo Na.
“Apa
yang kau tahu?” tanya Gilja.
“Sejauh
yang kutahu dia sangat beruntung.” Jawab Roo Na.
“Apa
maksudnya itu? Kau sudah bertemu pria itu? Apa pekerjaannya?” tanya Chorim.
“Aku
tidak tahu.” Jawab Roo Na.
Chorim pun curiga, Roo Bi menjalin hubungan dengan pria yang sudah berumur. Mendengar itu, Gilja marah dan menyuruh Roo Na mengatakan pada Chorim kalau tidak sepantasnya Chorim menuduh Roo Bi seperti itu. Chorim pun membalas dengan menyuruh Roo Na mengatakan pada Gilja kalau ia bebas bercanda dengan Roo Bi.
“Kalian
bertengkar lagi? Aku tidak percaya ini.” Ucap Roo Na, lalu masuk ke dalam.
Tapi
Chorim menahan Roo Na karena masih ingin tahu cerita detailnya soal pria itu.
Roo Na pun memberitahu mereka kalau pria itu mengajak Roo Bi menikah. Gilja dan
Chorim kaget.
Gyeong
Min dan Roo Bi kembali mengenang masa lalu mereka saat bermain hoki di sekolah.
Usai mengenang masa lalu, Gyeong Min mengajak Roo Bi ke rumahnya. Gyeong Min bilang, kalau sang ayah ingin berkenalan dengan Roo Bi secara formal.
Usai mengenang masa lalu, Gyeong Min mengajak Roo Bi ke rumahnya. Gyeong Min bilang, kalau sang ayah ingin berkenalan dengan Roo Bi secara formal.
“Gyeong
Min-ssi, aku belum siap.” Tolak Roo Bi.
“Aku
akan menyiapkan semuanya.” Jawab Gyeong Min.
Hubungan
mereka semakin dekat. Hari lainnya, Roo Bi tampak menikmati dentingan piano
yang dimainkan Gyeong Min di sebuah restoran.
Mereka lalu berjalan-jalan di taman. Tiba-tiba, Gyeong Min menghentikan langkahnya, lalu memetik setangkai bunga dan menyelipkannya di telinga Roo Bi. Roo Bi pun tertawa bahagia.
Di kamarnya, Roo Na melamun memikirkan In Soo dan calon bayinya. Tak lama kemudian, seseorang menelponnya, mengabarkan soal audisi. Roo Na langsung bersemangat. Ia bergegas membuka lemarinya, lalu mengambil beberapa pakaian dan mematut diri di depan cermin.
Gilja
kemudian masuk, membawakan pakaian Roo Bi. Ia mengomel dan menyuruh Roo Na
membersihkan kamar. Roo Na pun jadi kesal. Ia bilang, Roo Bi yang baik dalam
segala hal, pergi begitu saja tanpa membersihkan kamar karena lagi
terburu-buru.
“Jangan
panggil kakakmu seperti itu!” sewot Gilja sambil memukul bahu Roo Na.
Gilja
lalu menanyakan kekasih Roo Bi. Bukannya menjawab pertanyaan sang ibu, Roo Na
malah memberitahu ibunya soal audisi yang akan ia ikuti. Ia berjanji akan
menjadikan ibunya sebagai ratu jika ia sukses. Gilja pun kesal dan menyuruh Roo
Na membersihkan kamar.
Terpaksalah Roo Na membersihkan kamar. Saat sedang membersihkan kamar, Roo Na menemukan diary Roo Bi. Roo Na membukanya tapi malah menjatuhkan foto Roo Bi dan Gyeong Min. Roo Na pun menatap sosok Gyeong Min dengan mata berbinar.
Ponsel Roo Na kemudian berdering. Usai menerima telepon, Roo Na langsung menghampiri In Soo yang sudah menunggu di luar rumah. In Soo bilang bahwa dirinya mau memberikan sesuatu yang berharga pada Roo Na. Roo Na pun kesal In Soo memberinya baju bayi.
Di kantor, Gyeong Min mengajak Roo Bi makan siang. Gyeong Min bilang, akan menunggu Roo Bi di pintu belakang. Roo Bi pun melirik Jin Hee. Jin Hee menyuruh Roo Bi pergi. Roo Bi mengajak Jin Hee makan siang dengan mereka, tapi Jin Hee menolak karena tidak mau jadi obat nyamuk diantara Gyeong Min dan Roo Bi.
Gilja mau keluar sebentar dan menyuruh Chorim memeriksa stok ayam. Tapi Chorim yang masih kesal pada Gilja dan juga Soyeong, tidak terlalu memperdulikan mereka. Soyeong kemudian menghampiri Chorim.
“Apa
kalian sedang bertengkar?” tanya Soyeong, tapi Chorim diam saja.
Soyeong
lalu mengajak Chorim makan es krim. Ia bilang, menyimpan beberapa es krim di
kulkas.
“Ada
apa denganmu? Bagaimana kau bisa seakrab itu padaku setelah aku membuat tanda
pada matamu! Lagipula, aku masih marah padamu!” jawab Chorim.
“Ayolah,
Eonni. Kita bukan anak-anak. Kita sudah dewasa. Sebenarnya aku tidak bisa
memaafkan kesalahanmu, tapi jika aku terus-terusan marah, aku sendiri yang
rugi. Lagipula stress bisa membuatmu tambah keriput.” Ucap Soyeong.
Soyeong
lantas berjanji tidak akan membahas hubungan Dongpal dan Chorim lagi.
Soyeong
lalu bertanya lagi, apa Chorim dan Gilja sedang bertengkar. Chorim bilang itu
bukan urusan Soyeong.Tak lama kemudian, pelanggan datang dan Chorim menyuruh
Soyeong melayani pelanggan.
Roo Na batal audisi. Produser Oh bilang, sudah mendengar rencana pernikahan Roo Na dan In Soo. Produser Oh juga bilang, kalau In Soo melarangnya memberi pekerjaan pada Roo Na karena rencana pernikahan Roo Na dan In Soo.
Roo Na
lantas menghubungi In Soo, tapi In Soo tidak bisa dihubungi.
In Soo
sendiri sedang rapat dengan Nona Park di apartemennya. Nona Park mengaku, sudah
mengumpulkan semua staff di China tapi mereka meminta lebih dari perkiraannya
sehingga ia harus memikirkannya kembali.
“Kudengar
harga sudah naik. Sulit untuk tidak memiliki asisten produser.” Jawab In Soo.
Tiba-tiba,
bel apartemennya berbunyi. In Soo pun bergegas membukakan pintu. Begitu pintu
dibuka, Roo Na langsung masuk sambil marah-marah. Nona Park yang tak enak,
langsung pergi.
“Kau
pikir apa yang kau lakukan!” marah In Soo.
“Hadiah
berharga?!”
Roo Na lalu membuang hadiah dari In Soo ke lantai. “Kau tidak mengenalku Na In Soo.Ini bukan yang diinginkan Jeong Roo Na! Kau masih tidak mengerti?”
“Jeong
Roo Na...”
“Kenapa
kau melakukannya! Kenapa kau membatalkan castingku!”
“Kau
tahu betul alasannya.”
“Menikah?”
“Ya,
kita akan menikah.”
“Apa
kau pikir aku salah satu dari gadis-gadis itu yang akan menggunakan kehamilan
sebagai alasan untuk menikah? Aku tidak mau menikah. Kau tahu betul apa yang
kuinginkan. Kau pikir siapa dirimu bisa menghalangiku? Kau bilang, ini
pertunjukan besar. Aku bisa melakukannya. Aku tahu aku bisa melakukannya dengan
baik. Jadi kumohon, hubungi Produser Oh dan katakan kita tidak akan menikah.”
“Keputusannya
sudah final.”
“Masih
belum terlambat. Katakan padanya untuk meng-casting Jeong Roo Na. Tidak. Lebih
baik kita menemuinya. Kita akan meluruskan kesalahpahaman ini. Katakan kau
hanya bercanda.”
“Roo
Na-ya.”
“Kau
tahu aku sangat menginginkan ini! Kenapa kau melakukan ini padaku!”
“Baik,
kita tidak akan menikah. Tapi bagaimana dengan bayi kita? Apa kau berencana
membesarkan bayi kita seorang diri?”
“Ini bayiku. Dia hidup atau tidak, aku yang memutuskan. Kalau kau terus seperti ini, aku akan bunuh diri.”
“Bagaimana
bisa kau mengatakan itu?”
“Hubungi
Produser Oh sekarang!”
“Baik.
Kita putus! Tapi jika kau berani melakukan aborsi, aku pastikan karirmu akan
tamat di industri ini.”
Roo Na
lalu pergi. Setelah Roo Na pergi, In Soo mengamuk. Ia membanting barang2nya dan
berteriak.
Roo Na
yang masih berdiri di depan pintu pun menangis mendengar teriakan In Soo. Tapi
kemudian, Roo Na meyakinkan dirinya kalau dia sudah memilih pria yang salah
karena In Soo tidak punya koneksi ataupun uang.
0 Comments:
Post a Comment