Roo Bi yang sedang serius menulis proposalnya, tidak terlalu menanggapi omongan Roo Na. Roo Na marah, ia menutup laptop Roo Bi dengan kasar dan menatap tajam Roo Bi. Roo Bi jelas kaget dengan perilaku Roo Na.
“Jangan mengabaikanku ketika aku sedang bicara. Apa kau benar-benar
kakakku? Apa yang sudah kau lakukan untukku sebagai seorang kakak! Siapa kau
beraninya mengabaikanku!”
Roo Bi terkejut, Jeong Roo Na...
“Kurasa aku pantas mendapatkannya karena aku pecundang yang menyedihkan.
Lupakan saja aku! Miliki kehidupanmu yang hebat itu!”
Roo Na lalu pergi dan Roo Bi bergegas menyusul Roo Na.
Mereka bicara di kafe. Roo Bi membawakan Roo Na segelas minuman. Roo Bi meminta Roo Na bercerita. Tapi Roo Na diam saja. Roo Bi pun mengerti dan tidak memaksa Roo Na bercerita.
“Aku hamil.” Ucap Roo Na.
Roo Bi pun terkejut.
“Kau terkejut, kan? Kau diam-diam mengejekku, kan? Kau mengharapkan hal
ini, kan?” tuduh Roo Na.
“Bagaimana bisa kau mengatakan itu?” jawab Roo Bi.
“Apa yang dikatakan ayah bayi itu?” tanya Roo Bi.
“Bahwa dia akan menjagaku. Dia mengajakku menikah, tapi bukan itu yang
kuinginkan. Aku tidak berhasrat untuk menikah. Kupikir, aku harus aborsi. Tapi
mereka bilang, itu pembunuhan. Aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa
membiarkan bayi ini mengacaukan hidupku.” Jawab Roo Na.
Roo Na lantas meminta Roo Bi menjadi walinya.
“Tidak bisakah kau mempertimbangkannya lagi? Tidakkah kau mencintai pria
itu?” tanya Roo Bi.
“Kau percaya cinta? Aku tidak.” Jawab Roo Na.
“Runa.” Bujuk Roo Bi.
“Jika pria yang kau cintai tidak memiliki apa-apa, orang tuanya tidak
kaya, tidak memiliki pendidikan dan karir yang cemerlang, masihkah kau
memilihnya?” tanya Roo Na.
“Itu tidak benar. Cinta dapat mengatasi apapun.” Jawab Roo Bi.
“Mungkin iya bagimu, tapi tidak bagiku.” Ucap Roo Na.
Roo Na lalu kembali meminta Roo Bi menemaninya ke rumah sakit agar ia
bisa aborsi.
Nyonya Park : Gyeong Min pulang terlambat.
Tuan Bae : Dia sedang kasmaran, jadi biarkan saja dia.
Nyonya Park : Aku hanya takut dia lelah.
Tuan Bae : Dia mungkin kelelahan karena harus bekerja setiap hari. Tapi baginya,
itu bukan pekerjaan. Dia pergi menemui kekasihnya.
Tuan Bae kemudian bertanya, kapan mereka akan menemui keluarga Roo Bi.
Nyonya Park berkata, minggu depan dan ia sudah membuat reservasi di Hotel
Presdir Ji.
Tuan Bae senang mendengarnya. Nyonya Park lalu berkata lagi, kalau ia
ingin Gyeong Min menemui gadis pilihannya. Tuan Bae pun langsung menegur
istrinya.
Di kantor, Jin Hee kebingungan karena Roo Bi belum datang padahal mereka
harus segera menemui klien.
Roo Bi sendiri sedang menunggui Roo Na di rumah sakit. Ponselnya
berdering. Telepon dari Jin Hee, tapi Roo Bi tidak menjawabnya. Tak lama kemudian,
Roo Na datang dan menggeleng pada Roo Bi. Pihak rumah sakit tidak mau membantu
Roo Na.
Roo Bi dan Roo Na lantas meninggalkan rumah sakit. Ponsel Roo Bi berdering lagi, kali ini dari Hyeryeon. Roo Bi berkata, akan segera kembali.
Roo Na pun kesal, ia bertanya apa pekerjaan lebih penting bagi Roo Bi
daripada dirinya. Roo Bi pun meminta maaf. Roo Na mengalah. Ia membiarkan Roo
Bi pergi meski dengan wajah kesal. Sebelum pergi, Roo Bi menggenggam tangan Roo
Na dan menasehati Roo Na.
“Cobalah untuk tidak cemas dan pikirkan lagi.” Ucap Roo Bi.
Roo Bi tiba di kantor saat Jin Hee sedang bicara dengan klien di telepon.
Ia terlihat panik. Usai bicara dengan klien, Jin Hee langsung bertanya pada Roo
Bi soal proposal yang diketik Roo Bi semalam. Jin Hee juga bilang, mereka harus
ke Seoul dan menunjukkan konsep proposalnya pada mereka.
“Cetak apa yang kau miliki dan kita akan mulai dengan itu.” Ucap Jin Hee.
“Aku mengerjakannya di rumah dan menyimpannya di laptopku.” Jawab Roo Bi.
“Kalau begitu, kita harus mengambilnya.” Ucap Jin Hee.
“Akan kucoba menelpon ke rumah.” Jawab Roo Bi.
Tak lama kemudian, Roo Na datang membawakan laptop Roo Bi. Roo Bi minta maaf karena sudah membuat Roo Na repot dengan mengantarkan laptopnya ke kantor.
Roo Na lalu pergi, tapi kepalanya tiba-tiba pusing saat ia menuruni
tangga. Roo Na pun jatuh.
Bersamaan dengan itu, Gyeong Min tiba di tangga dan bergegas menolong Roo
Na.
Lutut Roo Na terluka. Gyeong Min pun mengeluarkan sapu tangannya dan
berusaha menghentikan darah Roo Na. Roo Na terpana melihat sosok Gyeong Min
dari jarak dekat.
Jin Hee lewat dan melihat Gyeong Min sedang bicara dengan Roo Na. Lalu,
rekan Jin Hee lewat dan langsung menarik Jin Hee pergi.
Hak sepatu Roo Na patah. Gyeong Min mengambil patahan hak Roo Na dan mengembalikannya pada Roo Na. Gyeong Min cemas kalau sepatu Roo Na tidak bisa diperbaiki. Roo Na hanya mengangguk. Tapi saat Gyeong Min mau pergi, dia meminta Gyeong Min mentraktirnya kopi atau makan malam. Gyeong Min pun terkejut.
“Tidak boleh kah aku meminta kakak iparku mentraktirku makan malam?”
tanya Roo Na sembari tersenyum.
“Jadi kau...”
“Benar, aku adiknya.”
Gyeong Min membawa Roo Na ke restoran mewah. Roo Na tidak menyangka ada restoran semewah itu di Chuncheon. Lalu, Gyeong Min datang sambil bicara dengan Roo Bi di telepon.
“Jangan mendorong dirimu terlalu keras. Oke.” Ucap Gyeong Min pada Roo
Bi.
Usai bicara dengan Roo Bi, Gyeong Min memberitahu Roo Na kalau Roo Bi
menyuruhnya memberikan pelayanan VIP pada Roo Na.
“Tentu saja. Hanya aku adiknya.” Jawab Roo Na.
“Itulah kenapa aku menawarkan layanan spesial ini agar kau terkesan
padaku.” Ucap Gyeong Min sambil menunjukkan sepatu Roo Na yang sudah
diperbaikinya.
“Berikan kakimu.” Suruh Gyeong Min.
Roo Na pun menyodorkan kakinya. Gyeong Min memakaikan Roo Na sepatu itu. Roo Na nampak tertarik pada Gyeong Min. Gyeong Min memuji Roo Na yang nampak cocok memakai sepatu itu.
“Tentu saja, ini sepatuku.” Jawab Roo Na.
“Mungkin kau akan benar-benar menjadi cinderella. Jangan lupakan aku. Aku
akan mengatakan, bahwa itulah yang kulakukan dan kau berutang besar padaku.” Ucap
Gyeong Min.
“Baiklah. Gomawoyo.” Jawab Gyeong Min.
Saat makan, Roo Na bertanya apa Gyeong Min sangat menyukai kakaknya. Gyeong Min pun bercerita sembari tertawa bahwa hanya Roo Bi lah yang menarik perhatiannya dari sekian banyak gadis di kampus.
“Tidak ada alasan spesial. Aku ingin menghabiskan hidupku hanya
dengannya. Dia takdirku. “ ucap Gyeong Min.
“Kita pun bertemu juga karena takdir.” Jawab Roo Na.
“Uri?” tanya Gyeong Min.
“Setelah kau menikahi kakakku, kita akan menjadi keluarga, jadi takdir
membuat kita bersama juga.” Jawab Roo Na.
Gyeong Min pun takjub dengan jawaban Roo Na. Gyeong Min lantas bertanya,
apa Roo Na sudah punya pacar. Roo Na berkata, dia masih menunggu sampai takdir
mempertemukannya dengan pria seperti Gyeong Min. Gyeong Min yakin, Roo Na akan
bertemu pria yang lebih baik darinya.
Roo Na lantas bicara dalam hatinya, kalau ia menginginkan pria seperti
Gyeong Min.
Lalu, Gyeong Min mengajak Roo Na ke suatu tempat.
Gyeong Min mengajak Roo Na ke tempat ia akan melamar Roo Bi. Gyeong Min berkata, tempat itu akan menjadi kenangan special baginya dan Roo Bi. Dan jika ia dan Roo Bi mengalami situasi yang sulit, tempat itu akan membantu mereka untuk bertahan.
“Aku benar-benar cemburu.” Jawab Roo Na.
Roo Na lantas menanyakan soal cincin. Dan Gyeong Min pun menunjukkan cincin bertahtakan batu Ruby yang akan ia pakai untuk melamar Roo Bi. Gyeong Min mengaku, tidak tahu ukuran Roo Bi jadi ia hanya menebak-nebak ukurannya saja. Gyeong Min yakin, ukuran Roo Na dan Roo Bi sama karena mereka kembar.
“Bolehkah aku mencobanya?” tanya Roo Na.
Gyeong Min pun mengangguk. Roo Na langsung mencobanya. Ia terdiam sejenak
sambil menatap cincin Ruby di tangannya dengan mata berbinar-binar. Tak lama
kemudian, Roo Na pun berkata pada Gyeong Min kalau kakaknya akan menyukainya.
Ponsel Gyeong Min berdering. Telepon dari Roo Bi yang memberitahunya
kalau ia sudah sampai.
Roo Bi terpana melihat indahnya tempat itu. Tak lama kemudian, Gyeong Min
menghampiri Roo Bi dan menuntun Roo Bi ke sebuah meja yang sudah ia siapkan.
Musik pun mengalun lembut, mengiringi langkah mereka.
“Aku mencintaimu. Maukah kau menikah denganku?” lamar Gyeong Min.
Roo Bi awalnya diam saja, tapi hanya sebentar karena beberapa saat
kemudian, ia mengangguk, menerima lamaran Gyeong Min.
Gyeong Min pun tersenyum. Gyeong Min lalu berdiri. Ia mencium tangan Roo
Bi.
Setelah itu, Gyeong Min menyematkan cincin itu ke jari Roo Bi.
“Jangan kecewa karena itu bukan berlian. Berjanjilah padaku, kau tidak
akan melepaskan cincin ini tidak peduli apapun yang terjadi, bahkan meski kita
terpisah, sekalipun kita mati.” Ucap Gyeong Min.
Dari lantai atas, Roo Na tampak cemburu menyaksikan pemandangan itu.
0 Comments:
Post a Comment