Do Kyung, Ji An dan Hyuk berhasil mencegat mobil Nyonya No. Hyuk lalu turun dari mobilnya dan berjalan menuju mobil Nyonya No. Ji Soo terpana melihat Hyuk. Sementara Nyonya No yang kaget, menyuruh Sopir Lee mengunci pintu mobil tapi terlambat karena Ji Soo keburu menarik gagangnya. Hyuk pun membuka pintu mobil, lalu mengulurkan tangannya mengajak Ji Soo pergi.
“Andwae, Seo Ji Soo.” Larang Nyonya No sembari
memegangi lengan Ji Soo.
“Ji Soo-ya, ayo pergi.” ajak Hyuk.
Perlahan Ji Soo meraih tangan Hyuk. Setelah berpikir
sejenak, Ji Soo pun akhirnya menghempaskan tangan Nyonya No dan mengikuti Hyuk.
Nyonya No murka, ia menyuruh Sopir Lee mengejar Hyuk, namun terlambat.
Do Kyung mau pergi, tapi sayangnya mobil Seketaris
Yoo sudah tak mampu berjalan lagi. Kepulan asap nampak keluar dari kap mobil
Seketaris Yoo. Tak lama kemudian, polisi datang. Nyonya No menyuruh mereka menangkap
Ji An. Ji An mau pergi, tapi mobilnya keburu dihadang mobil polisi.
Sekarang, Do Kyung dan Ji An duduk di kantor polisi. Polisi pun menginterogasi keduanya dengan wajah heran. Do Kyung menjelaskan, kalau ia mengejar sang ibu untuk memberikan sesuatu tapi ibunya salah paham dan melaporkannya.
“Apa yang mau kau berikan padanya?” tanya polisi.
“Dia akan tahu saat anda bilang Seo Ji Soo.” Jawab
Do Kyung.
“Siapa wanita ini?” tanya polisi.
“Aku juga mengejarnya. Mobilku tergores karena dia ugal-ugalan. Aku hendak mengantar pesanan ke studio mebel.” Jawab Ji An.
“Kenapa kau menghalangi mobil yang lainnya?” tanya
polisi.
“Karena dia mengejar mobil itu. Kukira aku harus
menghentikan mobil itu agar bisa menangkap dia.” Jawab Ji An.
Do Kyung lantas mengajak Ji An membuat kesepakatan. Ji An setuju. Dan polisi pun akhirnya membebaskan keduanya.
Begitu keluar dari kantor polisi, mereka pun
mengenang pertemuan pertama mereka.
Flashback...
Saat itu, Ji An
kebut-kebutan di jalan raya karena sedang buru-buru menuju kediaman Manajer
Lee. Ngebut, mobil yang Ji An kendarai nyaris saja menabrak mobil Do Kyung.
Untunglah, Do Kyung sempat menghindar tapi mobilnya malah menabrak pembatas
jalan. Do Kyung tak terima dan langsung mengejar mobil Ji An.
Ji An berhenti di lampu
merah. Tak lama kemudian, mobil Do Kyung datang dan tanpa sengaja menubruk
mobil yang Ji An kendarai dari belakang.
“Bisakah kuperbaiki
sendiri? Bosku melarangku menggunakan asuransi.” Ucap Ji An.
“Bisakah kau membayar biaya
perbaikannya tanpa asuransi?” tanya Do Kyung.
Flashback end...
“Bisakah kau membayar biaya perbaikannya tanpa
asuransi?” tanya Ji An.
“Ya, akan kubayar tunai.” Jawab Do Kyung.
“Tunai? Setidaknya akan menghabiskan 2.000 dolar
untuk perbaikannya.” Ucap Ji An.
Do Kyung pura-pura terkejut. Lalu, Ji An tersenyum
dan kembali teringat kata-katanya saat itu.
Flashback..
“Apa? Tidak bisakah kau
mengecat bagian bumper yang tergores saja? Tidak bisakah kau mengecat semuanya?”
tanya Ji An.
Flashback end...
“Sekarang aku hanya punya 270 dolar.” Jawab Do
Kyung.
“Kalau begitu, berikan 200 dolar. Sekarang.” Ucap Ji
An.
“Ingatanmu bagus.” Puji Do Kyung sembari tertawa.
“Tapi aku tidak akan pelit, atau membuatmu bekerja
di suatu tempat, atau pamer, jadi, berikan uangnya.” Jawab Ji An.
“Aku akan menyicil.” Ucap Do Kyung. Keduanya lalu
tertawa.
Dari kejauhan, di dalam mobilnya, Nyonya No menatap
kesal keduanya.
Sambil berjalan menuju mobil, Ji An berkata pada Do
Kyung kalau ia tak pernah meminta diskon. Do Kyung pun ingat saat itu Ji An
menyuruhnya mengecat ulang bagian mobilnya yang rusak.
Aku amat berterima kasih.” Ucap Ji An.
“Aku merasa bersalah.” Jawab Do Kyung.
“Soal apa?” tanya Ji An.
“Aku melaporkan perkelahianmu dengan Yoon Ha Jung hingga
kau terpaksa ke kantor polisi. Aku membuatmu menghabiskan 5.000 dolar sebagai
uang damai padahal kau harus membayar kepadaku.” Jawab Do Kyung.
“Aku yang berkelahi.” Ucap Ji An.
“Tadinya kau akan diterima menjadi pegawai tetap, tapi
perusahaan kami melanggar janji itu. Jika aku tidak meminta 5.000 dolar, kau
pasti akan meminta bosmu untuk menghubungi pihak asuransi.” Jawab Do Kyung.
“Mungkin. Meski itu soal mendapatkan pekerjaan tetap,
aku tetap tidak bisa membayar 20.000 dolar.” Ucap Ji An.
“Jika aku tidak memberimu 20.000 dolar untuk menjaga
harga dirimu, kau pasti tidak akan meminta uang dari ibuku. Kau juga tidak akan
bergegas bergabung dengan keluargaku. Aku tokoh jahat dalam hidupmu.” Jawab Do
Kyung.
“Jangan bilang begitu. Mungkin kau yang memulainya, tapi
aku yang memutuskan.” Ucap Ji An.
“Setiap memikirkanmu, aku merasa bersalah atas
banyak hal.” Jawab Do Kyung.
“Itu karena kau masih menganggapku lemah. Sudah kubilang,
jangan berpikir begitu. Sungguh tidak perlu seperti itu. Kini aku sungguh baik-baik saja.” Ucap Ji An.
Do Kyung pun tersenyum membalas ucapan Ji An.
Sementara Nyonya No yang melihat Do Kyung dan Ji An,
jadi teringat masa lalunya dulu.
Flashback...
Nyonya No tampak menunggu seseorang di depan bioskop. Tak lama kemudian, Tuan Choi yang ditunggu-tunggunya itu datang sambil membawa dua buah tiket nonton. Tuan Choi bertanya, apa Nyonya No yang meletakkan dua tiket itu di mejanya.
“Aku harus membalas
jasamu atas insiden muntah itu.” Jawab Nyonya No.
“Jadi, kau membelikan
dua tiket nonton?” tamya Tuan Choi.
“Ya.” Jawab Nyonya No.
“Bagaimana jika aku
pergi dengan orang lain?” tanya Tuan Choi.
“Bukankah sudah jelas
aku orangnya?” ucap Nyonya No.
“Kenapa?” tanya Tuan
Choi.
“Berarti ada banyak
wanita yang bisa kau ajak?” balas Nyonya No.
“Kau berharap tidak ada?”
jawab Tuan Choi. Keduanya lalu tertawa.
Flashback end...
Lamunan Nyonya No pun buyar karena Seketaris Min memanggilnya. Seketaris Min memberitahu, kalau orang2nya sudah bersiap sesuai perintah Nyonya No.
“Baiklah, laksanakan.” Suruh Nyonya No.
Hyuk menepikan mobilnya. Ji Soo yang masih takut dengan ancaman Nyonya No, ingin kembali. Tapi Hyuk menahannya. Hyuk mengingatkan, kalau Ji Soo lah yang membuka pintu mobil dan menggenggam tangannya.
“Aku bingung. Aku tidak sadar dengan tindakanku.”
Jawab Ji Soo.
“Tidak. Kau tampak senang saat melihatku.” Ucap
Hyuk.
“Itu tidak benar. Aku ikut denganmu hanya karena
keadaannya kacau. Aku harus kembali sekarang.” Jawab Ji Soo.
“Ji Soo-ya,
kau memutuskan pergi karena mencemaskan sesuatu, bukan?” tanya Hyuk.
Ji Soo tidak menjawab pertanyaan Hyuk. Ia balik
bertanya, bagaimana Hyuk, Ji An dan Do Kyung bisa tahu ia mau pergi.
“Menurutmu bagaimana? Kami langsung mengejarmu saat
mendengar kabarnya. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi seperti ini. Kami bertiga
tidak bisa membiarkanmu pergi.” Jawab Hyuk.
Ji Soo tertegun, kau juga?
“Tampaknya begitu.” Jawab Hyuk.
Ji An dan Do Kyung pulang bersama. Ditelpon, Do
Kyung meminta maaf pada Seketaris Yoo karena sudah membuat mobil Seketaris Yoo
rusak. Do Kyung lalu mengirimkan nomor bengkelnya Seketaris Yoo.
Sementara itu, Ji An bicara dengan Hyuk. Lalu, Ji An
memberitahu Do Kyung bahwa Hyuk sudah menjelaskan apa yang terjadi pada Yong
Gook.
“Dia akan menjaga rumahnya, jadi, Ji Soo bisa dibawa
ke sana.” Ucap Ji An.
“Dia berpikir ibu akan menjemput paksa Ji Soo?”
tanya Do Kyung.
“Mungkin.” Jawab Ji An.
“Tidak mungkin.” Ucap Do Kyung.
“Dia bilang Ji Soo amat gelisah.” Jawab Ji An.
“Kini kita harus bagaimana? Aku yakin ibu marah
besar.” Ucap Do Kyung.
“Mungkin begitu.” Jawab Ji An.
“Kau punya rencana?” tanya Do Kyung.
“Saat tahu dia dipaksa pindah ke luar negeri, aku
tidak sempat memikirkan rencana. Yang kupikirkan hanyalah Ji Soo. Aku tidak
bisa membiarkan Ji Soo pergi. Ji Soo akan menderita di sana.” Jawab Ji An.
“Kita susun rencana sekarang. Rencana untuk hal yang
akan terjadi nanti.” Ucap Do Kyung.
“Sebaiknya kita memikirkan rencana setelah bicara
dengan Ji Soo. Pendapatnya penting. Aku takut dengan Nyonya No, tapi kurasa
kita harus mengutamakan pendapat Ji Soo.” Jawab Ji An.
Orang-orang Seketaris Min mulai berjaga di depan
rumah Tuan Seo.
Mereka juga berjaga di depan toko roti dan Kafe Hee.
Mereka juga berjaga di depan toko roti dan Kafe Hee.
Yong Gook keluar dari rumah kosnya dan melihat
banyak orang berjaga di depan rumahnya. Tak lama kemudian, polisi datang. Yong
Gook pun menyapa polisi itu dengan ramah dan melaporkan orang-orang itu karena
sudah parkir ilegal di depan rumahnya. Orang-orangnya Nyonya No langsung pergi.
Tak lama setelah orang2 itu pergi, mobil Hyuk tiba.
Hyuk pun langsung memapah Ji Soo ke dalam.
Nyonya No dapat laporan dari Seketaris Min tentang Ji Soo yang pergi ke rumah kos Yong Gook. Nyonya No yang tahu mereka tidak akan bisa menyentuh rumah kos itu pun kesal. Ia heran, kenapa Ji Soo harus pergi ke sana.
Hyuk menjelaskan ke Ji Soo, kalau ia dan Ji An tidak
tinggal berdua di rumah itu. Ji Soo kemudian limbung. Untung saja, Hyuk
langsung menangkapnya. Ji Soo bilang, ia tidak percaya kalau dirinya masih
bersama dengan Hyuk saat itu. Hyuk pun berkata, Ji Soo akan aman dan nyaman
tinggal di rumah kos nya.
Tak lama kemudian, Ji An dan Do Kyung tiba. Ji Soo
pun langsung memeluk erat Ji An.
“Oppa!” panggil Ji Soo.
“Reuninya nanti saja. Bagaimana jika kita bicara
dahulu?” ucap Yong Gook.
Ji Soo pun cerita, kalau Nyonya No mengancamnya akan
menghancurkan kafe Hee dan toko roti. Do Kyung terkejut mendengarnya. Hyuk lalu
meyakinkan Ji Soo, kalau itu tidak akan terjadi. Hyuk yakin itu hanya ancaman.
“Tidak, dia sungguh sanggup melakukan itu. Saat
kubilang aku tidak mau ke luar negeri, dia merebut restoran ibu. Jadi,
sejujurnya, aku masih khawatir.” Ucap Ji Soo.
“Jangan khawatir. Kakak akan menemui orang tua kita
setelah berganti baju.” Jawab Do Kyung.
“Aku kaget kakak juga tinggal di sini.” Ucap Ji Soo.
“Ji Soo-ya, sebaiknya kau ke kamar dan beristirahat.
Dia hampir pingsan.” Jawab Hyuk.
“Baiklah, Ji Soo, ayo ke kamar.” Ajak Ji An.
Setelah kedua gadis itu masuk ke kamar, Do Kyung pun langsung menatap Hyuk dengan galak. Do Kyung protes karena Hyuk menyukai adiknya setelah menyukai Ji An. Hyuk pun menjelaskan, kalau Ji An adalah cinta pertamanya tapi sekarang ia menyukai Ji Soo.
“Aku tidak bisa memercayaimu. Kau ingin mengencani
adikku? Jangan mimpi!” ucap Do Kyung, lalu beranjak pergi.
“Tapi, aku sudah mengencaninya.” Ucap Hyuk.
Di kamarnya, Ji An mengomeli Ji Soo yang berpura-pura bahagia tinggal di rumah Haesung. Ji An bilang, Ji Soo harusnya cerita padanya. Ji An kemudian meminta maaf karena tidak memberi Ji Soo kesempatan untuk bercerita padanya, padahal ia tahu Ji Soo hanya bisa bercerita padanya.
“Dulu kau juga seperti itu, kan? Itu sebabnya kau
mendatangiku pada hari itu, kan? Kau hanya bisa membicarakannya denganku. Tapi
aku malah menamparmu. Kau kira aku akan memihakmu.” Jawab Ji Soo.
“Hanya kau yang kumiliki. Aku amat merasa bersalah dan malu, tapi hanya
bisa bersandar kepadamu.” Ucap Ji An.
“Itu sebabnya kau ingin mengakhiri hidupmu.” Jawab
Ji Soo.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Ji An.
“Dalam perjalanan ke bandara, aku juga merasa ingin
mengakhiri hidupku. Ini kali terakhirku menjadi Seo Ji Soo. Saat kembali
setelah belajar, aku akan menjadi Choi Eun Seok. Saat memikirkan itu, aku
teringat semua yang telah terjadi.” Jawab Ji Soo.
Lalu, Ji Soo teringat alasan Hyuk menyukainya. Hyuk
berkata, ia menyukai Ji Soo apa adanya.
Kemudian, Ji Soo ingat kata-kata Hyuk tentang Ji An
yang mau bunuh diri.
“Seseorang yang kukenal naik ke gunung di malam hari
untuk mengakhiri hidupnya.” Ucap Hyuk.
Ji Soo juga ingat bagaimana cemasnya Tuan Seo saat
Ji An menghilang.
“Akhirnya aku mengerti. Aku baru bisa mengerti saat
itu.” Ucap Ji Soo.
“Kini aku baik-baik saja. Semua itu hanya masa lalu.”
Jawab Ji An.
“Maafkan aku.” Ucap Ji Soo.
“Aku yang lebih merasa bersalah. Setelah tinggal
dengan keluarga itu, aku mulai memahami karakter mereka, tapi aku percaya saat
bilang kamu bahagia.” Jawab Ji An.
“Aku sungguh mengira kau membenciku.” Ucap Ji Soo.
“Mana mungkin aku bisa membencimu? Kau bagian dari
diriku.” Jawab Ji An.
Kedua gadis itu lantas berpelukan.
Diluar, Do Kyung, Hyuk dan Yong Gook sedang menyusun
rencana. Do Kyung yakin ibunya hanya mengancam Ji Soo. Ia melarang Hyuk cemas.
“Aku tidak cemas. Aku juga sudah memikirkannya.”
Jawab Hyuk.
“Apa pun yang kau bayangkan, keadaan bisa lebih
buruk daripada itu.” Ucap Yong Gook.
Do Kyung pun menghela nafas.
Ji An menyusul Do Kyung keluar. Ia mau ikut ke rumah Haesung, tapi dilarang Do Kyung. Ji An pun berkata, Nyonya No melihatnya jadi ia juga harus meminta maaf.
“Aku akan bicara kepadanya baik-baik.” Jawab Do
Kyung.
“Jika aku tidak ke sana, dia akan makin marah. Mungkin
dia juga akan salah paham denganku. Aku ingin bilang bahwa aku harus
melakukannya meski tanpamu. Meski sudah tahu aku pasti akan diteriaki.” Ucap Ji
An.
“Baiklah kalau begitu. Karena kita melakukannya
bersama, mari perbaiki bersama.” Jawab Do Kyung.
“Bisa-bisanya dia turun dari mobil. Bisakah kau
memahaminya? Dia putri pemilik Perusahaan Haesung. Aku mengirimnya ke sana agar
dia bisa menjadi salah satu dari kita!”
“Bisakah kau tenang lebih dahulu? Ini tidak
sepertimu.” Ucap Tuan Choi.
“Mana bisa aku tenang? Aku hanya akan makin marah. Dia
melepaskan tanganku dan masuk ke mobil pria itu.” Jawab Nyonya No.
“Kau bilang Ji An dan Do Kyung juga di sana. Jika
ada mereka di sana, mereka pasti punya alasan bagus.” Bela Tuan Choi.
“Apakah itu penting dalam keadaan ini? Kita harus
memikirkan cara mendapatkan Ji Soo kembali.” Ucap Nyonya No.
Perdebatan itu akhirnya terhenti karena Seketaris
Min memberitahu soal kedatangan Do Kyung dan Ji An.
Nyonya No semakin marah melihat Ji An. Ia mengusir
Ji An dan hanya mau bicara dengan Do Kyung. Tapi Tuan Choi ingin mendengar
penjelasan keduanya. Lalu, mereka duduk.
“Kudengar kau menghalangi mobilnya saat dalam perjalanan
ke bandara dan mengambil Ji Soo. Pacar Ji Soo juga membantumu.” Ucap Tuan Choi
sambil menatap Ji An.
“Aku meminta bantuan Ji An. Aku tidak bisa
membiarkan Ji Soo pergi.” Jawab Do Kyung.
“Apa maksudmu tidak bisa membiarkan Ji Soo pergi?”
tanya Tuan Choi.
“Aku mengancamnya sedikit.” Jawab Nyonya No.
“Apa maksudmu? Apa yang kau katakan padanya?” tanya
Tuan Choi.
“Aku amat mengenal Ji Soo. Dia tidak akan bisa belajar
di luar negeri. Harus ada yang merawatnya. Dia juga tidak bisa bertahan jika
tidak ingin pergi.” Jawab Ji An.
“Itu bukan urusanmu. Siapa kau berhak bilang begitu?”
sentak Nyonya No.
“Ji Soo adalah adikku.” Jawab Ji An.
“Jangan membodohiku dengan ucapanmu. Kau berbohong
soal tinggal bersama Do Kyung di rumah itu.” Marah Nyonya No.
“Kalian tinggal bersama, tapi kau bilang tidak
tertarik. Katamu kau membenci keluarga kami.” Ucap Nyonya No.
“Aku tidak berbohong. Aku tidak meminta izinnya. Dia
juga tidak ingin anda tahu. Aku tidak bisa melaporkannya begitu saja. Serta aku
juga tahu anda akan segera mengetahuinya” jawab Ji An.
“Aku ke rumah itu karena Yong Gook. Aku tahu Ji An
di sana, jadi, aku pindah ke sana.” Ucap Do Kyung.
“Ucapanmu tidak penting. Ucapan tidak ada artinya,
bukan?” sindir Nyonya No.
“Aku akan segera pulang ke rumah orang tuaku.” Jawab
Ji An.
“Ibu tidak perlu mencemaskan soal Ji An. Aku akan
menepati janjiku kepada Ibu.” Ucap Do Kyung.
“Ji Soo, kuharap anda akan mengizinkan Ji Soo hidup
sesuai keinginannya.” Pinta Ji An.
Nyonya No pun meledak.
“Keluar! Putraku saja tidak cukup? Kini kau ingin
menghancurkan hidup putriku juga? Kau ingin menghancurkannya karena dia memiliki
semua yang kau inginkan, bukan?” tuduh Nyonya No.
“Itu sudah cukup. Sebaiknya kau pergi, Ji An.” Suruh
Tuan Choi.
Ji An pun pergi. Setelah Ji An pergi, Do Kyung pun
meminta penjelasan pada ayahnya tentang ancaman ibunya yang akan menghancurkan
Hyuk, Kafe Hee dan toko roti Boss Kang. Do Kyung mengira ayahnya menyetujui hal
itu. Tuan Choi pun kaget.
“Saat kusuruh pergi, dia menolak. Dia marah karena
hal itu. Semua karena pria itu.” Jawab Nyonya No.
“Ibu, teganya Ibu melakukan itu kepadanya. Aku pun tidak
memercayainya saat Ji Soo memberitahuku.” Ucap Do Kyung.
“Kau tidak percaya? Kenapa? Ibu hanya melanggar
beberapa aturan dan menggunakan cara untuk mengirimnya ke luar negeri dan
melindungi keluarga kita. Seharusnya kau lebih tahu daripada siapa pun. Bawa Ji
Soo kembali sekarang.” Jawab Nyonya No.
“Do Kyung-ah, sebaiknya kau pergi.” Suruh Tuan Choi.
“Aku harus tahu apa yang akan Ibu lakukan kepada Ji
Soo. Ibu akan memaksanya belajar di luar negeri lagi? Dia harus memperbaiki
dirinya.” Ucap Do Kyung.
“Ayah menyuruhmu pergi!” ucap Tuan Choi lagi dengan
suara meninggi.
Sontak, Nyonya No kaget mendengarnya.
“Ayah akan bicara dengan ibumu. Bilang kepada Ji Soo
untuk tidak cemas.” Suruh Tuan Choi.
Do Kyung pun pergi. Setelah Do Kyung pergi, Tuan Choi langsung menatap tajam istrinya dan berkata bahwa ia butuh waktu sendiri.
Hyuk membuatkan Ji Soo nasi goreng kimchi. Ji Soo bilang, rasanya seperti mimpi bisa makan masakannya Hyuk.
“Jangan terlalu takut. Kedua kakakmu di sini. Aku
juga di sini.” Jawab Hyuk.
“Maafkan aku.” Ucap Ji Soo.
“Kenapa meminta maaf? Itu bukan salahmu.” Jawab
Hyuk.
Tak lama kemudian, Do Kyung dan Ji An pulang. Do Kyung protes karena Hyuk baru memberi makan adiknya jam segitu. Ji Soo menjelaskan, kalau tadi ia tidak lapar. Ji Soo lalu menanyakan apa yang terjadi.
“Ayah akan bicara dengan Ibu. Dia bilang kau tidak
perlu khawatir. Ayah tidak tahu.” Jawab Do Kyung.
“Ayah bilang aku tidak perlu khawatir? Bisakah?”
tanya Ji Soo.
“Apa yang ingin kau lakukan sekarang? Itu yang paling
penting.” Ucap Ji An.
“Aku ingin kembali bekerja di toko roti. Aku juga
tidak bisa tinggal di rumah orang tuaku sekarang, jadi, aku ingin tinggal di
sini untuk sementara.” Jawab Ji Soo.
“Tentu saja. Kakakmu di sini.” Ucap Do Kyung. Ji Soo
langsung senyum.
Di rumah lamanya, Tuan Seo resah karena belum ada
kabar dari Ji An soal Ji Soo. Tak lama kemudian, pesan dari Ji An pun masuk ke
ponselnya.
"Ayah, Ji Soo tidak pergi. Dia kembali. Aku akan segera
mengunjungi ayah bersama Ji Soo dan menjelaskan keadaannya."
Begitulah bunyi pesan Ji An. Tuan Seo pun penasaran,
apa yang menyebabkan Ji Soo kembali.
Ji An dan Ji Soo sudah tidur.
Keesokan harinya, Ji An dan Ji Soo terbangun karena suara alarm ponsel Ji An. Ji An pun bergegas mematikan alarmnya dan menyuruh Ji Soo tidur lagi.
Ji Soo lalu melihat boneka kayunya.
“Sudah lama aku tidak melihatnya. Ada aku juga.”
Ucapnya senang.
Seketaris Miin memberitahu Tuan Choi kalau Nyonya No
sudah pergi pagi-pagi sekali. Lalu, Tuan Choi mendapat telepon dari nomor yang
tidak dikenalnya.
Di kantor, Nyonya No menyuruh orang2nya menangkap Ji
Soo begitu Ji Soo keluar dari rumah kos itu.
Namun untunglah, orang-orang Nyonya No gagal
menangkap Ji Soo karena ada Tuan Choi di sana.
“Kenapa tidak memberitahu ayah? Ayah sudah bilang
kau tidak perlu pergi.”
“Aku ingin memberitahu ayah. Tapi itu akan membuat ayah
kesulitan. Ayah bekerja untuk Kakek dan dia memutuskan segalanya. Kupikir aku
akan menyulitkan ayah.”
“Jadi, kau kesulitan memercayai ayah? Tapi tidak
apa-apa. Kau sudah menghubungi ayah.”
“Tolong aku, ayah.
Aku ingin hidup sebagai Seo Ji Soo. Aku tidak ingin hidup sebagai Choi
Eun Seok.”
Nyonya No memberitahu ayahnya soal Ji Soo yang
tinggal di rumah Yong Gook. Nyonya No bilang, ia tidak bisa membiarkan Ji Soo
di sana. Tapi CEO No malah bilang kalau membawa pulang Ji Soo tidaklah penting.
CEO No kemudian mengaku, punya firasat buruk soal ini.
“Tidak akan mudah mengontrol Do Kyung. Kita harus
bagaimana? Hubungan mereka sungguh rumit. Ji An tidak bisa dihancurkan.” Ucap
CEO No.
“Ji Soo lebih penting sekarang. Aku tidak bisa
merelakan Ji Soo. Do Kyung akan segera pulang. Dia belum lupa bahwa dia ahli
waris Haesung. Tapi jika aku tidak memperbaiki Ji Soo sekarang, dia akan tumbuh
menjadi manusia tanpa arti. Aku tidak bisa membiarkan putriku seperti itu. Aku
No Myung Hee. Aku tidak bisa membiarkan hidup putriku rusak seperti itu. Aku
tidak sanggup.” Jawab Nyonya No.
“Kau tidak bisa merelakan Eun Seok? Ayah tidak bisa
merelakan Do Kyung.” Ucap CEO No.
“Ayah!” pinta Nyonya No.
“Tangani Ji Soo. Ayah akan menangani Do Kyung.”
Jawab CEO No.
Tuan Seo pulang ke rumahnya. Bersamaan dengan itu,
CEO No tiba di rumah Tuan Seo,
Lalu, bel rumah mereka berbunyi. Begitu pintu
dibuka, CEO No langsung menerobos masuk ke dalam. Tuan Seo dan Nyonya No
terkejut dengan kedatangan CEO No.
0 Comments:
Post a Comment