Roo Na memberikan In Soo uang dan menyuruh In Soo pergi ke luar negeri dengan uang itu. Tapi In Soo berhasil membalikkan kata-kata Roo Na. Ia menyuruh Roo Na menggunakan uang itu untuk operasi plastik lagi. In Soo bilang, Roo Na bisa kembali menjadi Roo Na. Kesal mendengar ucapan In Soo, Roo Na pun mau menampar In Soo tapi In Soo berhasil menghentikan tangan Roo Na. In Soo mengatai Roo Na monster, membuat Roo Na syok bukan kepalang.
Di kamarnya,
Roo Bi sedang melihat baju-baju Roo Na. Roo Na kemudian datang dan Roo Bi
langsung menanyakan soal teman-temannya.
“Bagaimana
aku bisa tahu.” Jawab Roo Na.
“Apa kau
punya nomor telepon teman-temanku atau buku harianku?” tanya Roo Bi.
“Kau jahat
dan mengerikan. Kau tidak punya banyak teman.” Jawab Roo Na.
Roo Na lalu
menyuruh Roo Bi mengenakan salah satu baju seksinya dan mengajak Roo Bi keluar.
Di mobil, Roo
Bi sibuk menurunkan roknya. Ia tak nyaman dengan baju Roo Na. Roo Bi tak
percaya, dulu ia mengenakan baju seperti itu.
“Percayalah.
Kau gadis seperti itu.” Jawab Roo Na.
“Gadis
seperti itu? Kedengarannya aku bukan adik yang baik. Orang macam apa aku ini?
Aku ingin tahu orang seperti apa aku ini? Apa aku pernah menyulitkanmu?”
“Ya, kau
melakukannya. Aku dan ibu membayar tagihan kartu kreditmu. Kau pembuat onar di
sekolah dan juga di rumah. Kau selalu berpikir, wajah cantikmu akan mengubah
hidupmu. Kau selalu mengatakan, semuanya akan berhasil tapi tidak ada satu pun
dari yang kau kerjakan berhasil, jadi kau merasa kesepian dan merana. Kau
bermimpi menjadi pembawa acara TV yang sukses, tapi kau hanya berakhir di acara
TV lokal. Kau cepat sekali mencampakkannya dan berbohong tanpa rasa malu untuk
mendapatkan laki-laki yang kau inginkan.” Roo Na lalu menatap Roo Bi dengan
berkaca dan ia berkata, “Jeong Roo Na, seperti itulah dirimu.”
Roo Na lalu
bertanya lagi, apa lagi yang ingin Roo Bi ketahui?
Tapi Roo Bi
sudah tak mau mendengar hal itu. Ia tak percaya dirinya orang seperti itu.
“Kau tidak
percaya padaku!”
“Sulit
bagiku untuk percaya.” tangis Roo Bi.
“Percayalah!
Kau adalah manusia rendah! Kenapa kau harus bangun! Kenapa kau tidak mati saja
dalam kecelakaan itu! Jika kau mati, aku tidak akan stress dan sakit seperti
ini! Kau membuatku gila! Aku ingin kau menghilang! Aku lebih suka kau mati!”
teriak Roo Na.
Roo Na pun
menambah laju mobilnya. Roo Bi mulai takut karena Roo Na menyetir dengan
kecepatan tinggi. Tapi Roo Na tidak peduli dengan ketakutan Roo Bi. Mereka pun
nyaris saja celaka lagi, kalau Roo Na tidak dengan cepat membanting setirnya
saat sebuah mobil melaju kencang di depan mereka.
“Eonni, apa
aku ini mengerikan? Maaf... karena aku...”
“Aku tidak
tahu apa yang kukatakan. Kau gadis yang baik. Maafkan aku.”
Roo Na lalu
meminta Roo Bi merahasiakan apa yang tadi dikatakannya.
Tangis
keduanya pecah. Roo Na lantas memeluk Roo Bi.
Sekarang....
kita kembali melihat Roo Na yang berada di sebuah ruangan.
“Aku tidak
tahu dia bertahan. Kupikir, dia akan mati. Jika aku tahu dia akan sadar, aku
tidak akan melakukannya. Sangat sulit bagiku untuk melihatnya. Aku menyesal,
tapi juga marah. Jujur saja, siapapun yang ada di posisiku, pasti akan
melakukan hal yang sama. Jika Roo Bi tidak bisa memilikinya, kenapa aku tidak
bisa? Itu bukan kesalahanku. Aku tidak bisa menahannya.” Ucap Roo Na.
Roo Na duduk
di bar. Tak lama kemudian, temannya datang dan terkejut melihatnya dirinya
berada di sana.
“Jadi selama
ini kau di Jepang?” tanya Roo Na.
“Aku
menandatangani kontrak dengan agensi di sana selama setahun. Aku adalah model
home shopping. Belakangan ini, mereka menyukai semua hal yang berbau Korea.”
Jawab temannya.
“Aku sudah
mendengar tentang kau dan Roo Na. Kenapa kau tidak mengatakannya padaku? Tidak
ada bekas luka, meskipun lubang hidungmu terangkat begitu tinggi. Aku menjalani
operas di Jepang tapi tidak berjalan dengan baik. Aku mungkin akan melakukannya
lagi. Tempat operasi plastik terhebat cuma di Korea. Lalu dimana Roo Na? Kenapa
kau tidak mengajaknya juga? Dia masih Roo Na yang sama, kan? Aku tidak tahu
apa-apa. Yang kutahu, hanyalah pergi ke klub bersama Roo Na, minum, menari dan
memukuli orang. Oya, kau ingat tidak saat kau ikut liburan di kapal waktu itu.
Itu seperti ledakan.” Ucap temannya lagi.
Stress, Roo
Na pun kembali menenggak minumannya. Temannya tentu kaget karena setahunya Roo
Bi tidak pernah minum. Temannya juga berkata, bahwa ‘Roo Bi’ terlihat seperti
Roo Na saat sedang minum. Kesal mendengar celotehan temannya, ia pun menyuruh
temannya minum.
Di kamarnya,
Gyeong Min berusaha menghubungi Roo Na tapi tak dijawab. Gyeong Min pun heran.
Di rumah,
Roo Bi asyik membaca buku. Chorim pun penasaran dengan buku yang dibaca Roo Bi.
Roo Bi bilang, ia membaca salah satu bukunya Roo Bi. Chorim pun terkejut,
karena yang ia tahu Roo Na hanya suka membaca komik. Chorim pun mengira Roo Na
benar-benar sudah berubah sekarang.
Ponsel Gilja
kemudian berdering. Telepon dari Gyeong Min yang menanyakan soal Roo Na. Gyeong
Min pikir, Roo Na ada di sana. Gilja pun berbohong, ia katakan bahwa Roo Na
baru saja pulang. Chorim terkejut saat Gilja bilang tentang Roo Na yang belum
pulang ke rumah.
“Jadi karena
itukah kau berbohong?” tanya Chorim.
“Apalagi
yang bisa kulakukan?” jawab Gilja, lalu menghubungi Roo Bi tak tidak dijawab.
Roo Na baru
saja pulang diantar supir pengganti. Sebelum masuk ke rumah, ia menyemprotkan
parfum ke bajunya untuk meredam bau alkohol.
Tapi saat
hendak masuk ke rumah, ia dikejutkan dengan kemunculan Geum Hee yang tiba-tiba.
Geum Hee pun mengenalkan dirinya sebagai teman Nyonya Park. Geum Hee juga bilang,
kalau mereka pernah bertemu di pesta pernikahan Roo Na dan Gyeong Min. Geum Hee
lantas mengajak Roo Na masuk ke rumah. Roo Na tampak keberatan dan tepat saat
itu ponselnya berbunyi. Telepon dari sang ibu.
“Aku dengan
temanku. Jangan cemas.” Ucap Roo Na.
“Dia bersama
temannya, tapi suaranya...” ucap Gilja.
“Ada apa
dengan suaranya?” tanya Chorim.
“Aku merasa
dia habis minum.” Jawab Gilja.
“Tidak
mungkin. Roo Bi tidak pernah minum.” Ucap Chorim.
Di
apartemennya, In Soo menatap uang pemberian Roo Na dengan tatapan terluka.
Lalu, ia pun terbayang kenangan manisnya bersama Roo Na. Kesal, In Soo pun
membuang uang pemberian Roo Na ke lantai.
Keesokan
harinya, Nyonya Jo yang baru saja keluar dari kamarnya, dikejutkan dengan
penampakan Geum Hee. Nyonya Jo langsung teriak, membuat semua orang keluar dari
kamarnya.
“Gyeong Suk,
ini aku. Karena aku tidak ingin membangunkan semua orang, jadi aku masuk
diam-diam. Rasanya tidak adil kalau kau marah padaku.” Jawab Geum Hee.
“Tidak adil!
Apanya yang tidak adil!” marah nenek.
“Ibu, tenanglah.”
Ucap Tuan Bae.
“Bagaimana
aku bisa tenang! Ada wanita gila yang menyelinap ke rumah ini seperti pencuri!”
jawab nenek.
“Seperti
pencuri? Kita pernah bertemu di pernikahan Gyeong Min. Dia cukup stress mencari
pembantu, jadi aku keluar dari pekerjaanku dan datang untuk membantu sahabatku.”
Ucap Geum Hee.
“Ibu, apa
ibu yang menyuruhnya datang?” tanya Se Ra.
“Eonni, aku
tidak mengharapkan apapun kecuali kejujuran darimu. Di pernikahan putramu, kau
sendiri yang mengatakannya!” jawab Geum Hee.
“Aku tidak
ingat.” Ucap Nyonya Park.
“Apa kau
mengidap demensia? Apa kau mengkonsumsi suplemen omega 3? Kau harus meminumnya
sebelum keadaanmu memburuk.” Jawab Geum Hee.
“Ibu, apa
ibu meminum suplemen omega 3?” tanya Geum Hee pada nenek.
“Ibu? Aku
bukan ibumu!” jawab nenek, membuat Gyeong Min dan Tuan Bae menahan tawa.
“Lalu,
Samonim, apa kau ingin sarapan sekarang? Jika kau mencicipi masakanku, aku
pastikan kemarahanmu akan mereda.” Ucap Geum Hee.
Dan benar
saja, semuanya memuji masakan Geum Hee. Tuan Bae bertanya, kapan Geum Hee
menyiapkan semua makanan itu. Geum Hee bilang, ia menyiapkan semua itu
pagi-pagi sekali. Ia juga mengatakan, bahwa memasak adalah hobinya.
Se Ra pun
menyuruh Geum Hee menunggu keputusan mereka diluar. Setelah itu, Se Ra pun
menanyakan pendapat neneknya. Nenek lalu menanyakan pendapat Gyeong Min dan
Gyeong Min menanyakan pendapat Roo Na. Tuan Bae pun membujuk ibunya untuk
menerima Geum Hee, ditambah lagi mereka benar-benar membutuhkan seorang
pembantu.
“Aku tidak
punya alasan untuk mengatakan tidak karena kau bilang begitu.” Jawab nenek.
Geum Hee
yang mendengar kata-kata nenek diluar, langsung menerobos masuk ke ruang makan
dan mengucapkan terima kasih pada nenek.
Nenek kemudian
bertanya, bagaimana Geum Hee bisa masuk ke rumah mereka. Geum Hee bilang, ia
datang dengan Roo Na. Sontak mereka terkejut. Geum Hee pun menjelaskan, kalau
ia bertemu dengan Roo Na di depan rumah dan saat itu, Roo Na baru saja turun
dari mobilnya.
Roo Na pun
gugup, ia berbohong dengan mengatakan bahwa ia habis dari rumah ibunya. Nenek
lalu memperingatkan Roo Na kalau Roo Na adalah wanita yang sudah bersuami. Roo
Na pun meminta maaf pada nenek.
Ponsel
Gyeong Min lalu berdering. Roo Na terkejut saat Gyeong Min menyebutkan nama In Soo.
Gyeong Min pun beranjak dari ruang makan dan masuk ke kamarnya untuk menerima
telepon dari In Soo.
Takut In Soo mengatakan sesuatu tentang dirinya, Roo Na
pun menyusul Gyeong Min. Ia menguping pembicaraan Gyeong Min dan In Soo.
Tak lama
kemudian, Gyeong Min keluar kamar. Ia mau mengatakan sesuatu pada Roo Na tapi
gak jadi dan pergi keluar.
Di depan
rumah, Gyeong Min dan In Soo bertemu.
Roo Na
menyusul Gyeong Min keluar dan melihat Gyeong Min sedang bicara dengan In Soo.
In Soo yang
sedang bicara dengan Gyeong Min pun menatap ke arah Roo Na. Roo Na pun cemas,
ia takut In Soo akan membuka kedoknya.
0 Comments:
Post a Comment