Gyeong Min dan In Soo pergi ke kafe. Ternyata, In Soo menemui Gyeong Min untuk mengembalikan uang yang diberikan Roo Na padanya. In Soo bilang, Roo Na memberikannya uang itu untuk mengurus Roo Na, tapi In Soo tidak bisa menerimanya. In Soo juga bilang, ia dan Roo Na akan menikah setelah ingatan Roo Na pulih dan akan mengurus sendiri Roo Na.
“Aku mengerti, Roo Bi sudah melanggar batas.” Jawab
Gyeong Min.
“Apa menikah itu menyenangkan?” tanya In Soo.
“Kau akan tahu setelah kau menikah.” Jawab Gyeong
Min.
“Roo Na-neun...” tapi In Soo tidak jadi bicara dan
pamit pergi. Tapi sebelum pergi, ia mendoakan yang terbaik untuk Gyeong Min.
Di kamar, Roo Na menunggu Gyeong Min dengan cemas. Tak lama, Gyeong Min datang dan Roo Na langsung menatap Gyeong Min dengan wajah tegang. Gyeong Min marah karena Roo Na memberi In Soo uang tanpa sepengetahuannya. Roo Na pun beralasan, ia memberi uang itu pada In Soo untuk Roo Bi.
“Sepertinya dia pria yang baik.” Ucap Gyeong Min.
“Tidak!” jawab Roo Na, membuat Gyeong Min terkejut.
“Apa kau mengenalnya dengan baik?” tanya Gyeong Min.
“Tidak, tapi...”
“Aku yakin dia memiliki kekurangan, tapi dia
kehilangan pekerjaannya karena berada disisi Roo Na. Dia punya harga diri dan
prinsip. Jangan berpikiran buruk, berpikirlah positif.” Ucap Gyeong Min.
Se Ra yang baru tiba di kantor dengan mobil barunya,
langsung disambut hormat oleh satpam yang mengusirnya kemarin. Satpam itu
membukakan pintu mobil Se Ra, juga membukakan pintu lift untuk Se Ra. Sambil
tersenyum geli, Se Ra masuk ke lift. Karyawan yang se-lift dengan Se Ra pun
juga bersikap hormat, mereka bahkan memencetkan tombol lantai tujuan Se Ra.
Di ruangannya, ketiga karyawannya sudah menunggu
untuk memberikan laporan tapi Se Ra menyuruh mereka kembali bekerja dan
meninggalkan saja laporan itu di mejanya. Saat ketiganya mau keluar, Se Ra
memanggil salah satu dari mereka.
“Tuan Im, apakah produser yang terlibat dalam
skandal penyuapan sudah dipecat?” tanya Se Ra.
“Pengunduran dirinya belum diproses.” Jawab Tuan Im.
“Lakukan itu dengan cepat dan segera temukan
penggantinya.” Ucap Se Ra.
Roo Bi ada di rumah sakit, dia sedang berkonsultasi
dengan seorang dokter untuk memulihkan ingatannya. Dokter bilang, jika Roo Bi
terlalu memaksakan diri, bisa menghambat proses kesembuhan Roo Bi. Dokter juga
mengatakan, berada bersama orang-orang yang dikenal Roo Bi, akan membantu
memulihkan daya ingat Roo Bi.
“Orang-orang yang dikenal?” tanya Roo Bi.
Dan salah satu kenangannya bersama Gyeong Min,
samar-samar muncul di benaknya. Saat ia mendengarkan dentingan piano yang dimainkan Gyeong Min.
“Bagaimana? Apa ada sesuatu yang kau ingat?” tanya
In Soo.
“Dia bilang harus pelan-pelan.” Jawab Roo Bi.
Roo Bi lalu bertanya, apa In Soo bisa bermain piano.
In Soo menjawab, tidak dan bertanya kenapa Roo Bi menanyakan hal itu.
“Tidak apa-apa.” Jawab Roo Bi.
Ponsel Roo Bi kemudian berdering, telepon dari
wanita bernama Lee Eun Ji.
Mereka lalu bertemu di kafe dan Eun Ji meminta maaf
karena baru menemui Roo Bi sekarang.
“Tapi kudengar ingatanmu hilang. Hidupmu seperti di
film saja, tapi di dunia yang rumit ini, amnesia bisa menjadi berkah. Hidup
adalah persaingan yang kejam.” Ucap Eun Bi.
Saat menyadari ada In Soo di tengah2 mereka, barulah
Eun Ji berhenti bicara.
“Oh ya, aku bertemu Roo Bi. Dia memanggilku
tiba-tiba dan di sana, dia minum dan berbicara seperti sopir truk. Dia seperti
orang yang berbeda. Mungkin karena dia sudah menikah dengan orang kaya.” Ucap
Eun Ji.
Eun Ji juga mengatakan bahwa In Soo bukanlah tipe
Roo Na.
Lalu tiba-tiba saja, Roo Bi bangkit dari duduknya karena mencium aroma kopi dan mendekati meja barista.
“Permisi, bau kopi ini... kopi apa ini?” tanya Roo
Bi.
“Bukankah wanginya unik? Ini yirgacheffe.” Jawab
barista.
“Yirgacheffe?” ucap Roo Bi. Dan sosok Gyeong Min pun
kembali mengisi benaknya.
In Soo dan Eun Ji mendekati Roo Bi. Roo Bi bilang, ia merasa familiar dengan bau kopinya. Eun Ji pun tertawa mendengarnya dan berkata, kalau Roo Na hanya minum kopi instan. Eun Ji lantas mengajak Roo Bi minum.
Tapi Roo Bi hanya minum satu teguk saja, membuat Eun
Ji merasa aneh. In Soo pun beralasan, itu karena kondisi Roo Bi. Eun Ji lantas
bertanya, sudah berapa lama In Soo mengenal Roo Na karena ia belum pernah
melihat In Soo sebelumnya. Lagi2, In Soo yang menjawab, kalau Roo Na sengaja
tidak menceritakan dirinya pada siapapun karena takut seseorang merebut
dirinya.
“Tidak bisa dipercaya. Seperti bukan Jeong Roo Na.
Dia mungkin bisa mencuri pria lain tapi dia tidak akan membiarkan miliknya
dicuri.” Jawab Eun Ji.
“Eun Ji-ya, bisakah kau membantuku? Aku ingin
bertemu dengan teman-teman kita.” Ucap Roo Bi.
“Apa kau yakin kita tidak memiliki beberapa teman?”
tanya Roo Bi.
“Kau itu jahat. Aku tidak tahu apakah harus
mengatakan ini di depan In Soo. Kau merayu dua pacarku dan membuat kami putus.
Kau tidak ingat?” jawab Eun Ji.
Eun Ji lalu menyuruh Roo Bi pergi ke klub yang biasa
ia datangi bersama Roo Na.
“Udaranya sangat segar. Apa kau ingat saat kita
pergi ke Jeolla-do untuk syuting? Bau laut disana, entah bagaimana aku bisa
menciumnya sekarang. Jeong Roo Na yang kulihat di lensa kamera begitu memikat.”
Ucap In Soo.
“Aku membenci diriku. Aku tidak tahu, kalau aku
menyedihkan.” Jawab Roo Bi.
“Apa maksudmu?” tanya In Soo.
“Aku tidak punya teman. Aku menemukan beberapa nomor
dan mengirimkan pesan, tapi Eun Ji satu-satunya...”
“Mungkiin yang lainnya sibuk.” Ucap In Soo.
“Aku merasa, aku bukan orang yang baik.” Jawab Roo
Bi.
“Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Kau
bisa menjadi baik untuk beberapa orang dan buruk untuk orang lain. Itulah
manusia.” Ucap In Soo.
“Tapi aku mau menjadi orang yang baik setelah
ingatanku kembali.” Jawab Roo Bi.
“Apa kau menyukai kopi Tuan Na?” tanya Roo Bi.
“Tidak, kenapa kau menanyakan itu? Apa kau mengingat
sesuatu.”
“Aku tidak tahu.” Jawab Roo Bi.
“Apakah aku bisa?” tanya Roo Bi.
“Cobalah katakan, In Soo! Kau brengsek!”
“Bagaimana bisa aku mengatakannya?” jawab Roo Bi
sembari tertawa.
“Jeong Roo Na mampu mengatakan yang lebih dari itu.
Itulah pesona uniknya.” Ucap In Soo.
Di restoran, Chorim dan Soyeong protes karena Gilja
menyuruh Soyeong mematikan AC. Gilja beralasan, kalau mereka harus berhemat.
Tak lama kemudian, Dongpal datang membelikan mereka ice cream, tapi hanya untuk
Gilja dan Soyeong. Chorim pun jadi kesal. Melihat itu, Dongpal dan Gilja pun
kompak memberikan ice cream mereka untuk Chorim tapi Chorim yang udah terlanjur
kesal pergi ke kulkas dan mengambil sebotol coca cola.
Telepon restoran lalu berdering dan Gilja langsung
mengajak Soyeong pergi untuk mengurus pesanan.
Tinggal lah Chorim dan Dongpal di restoran. Dongpal
mendekati Chorim sambil menikmati ice cream nya.
“Kau ngambek lagi?” tanya Dongpal.
“Aku bukan anak kecil, lagipula kau benar, aku tidak
suka ice cream.” Jawab Chorim.
“Itulah alasan aku menyukaimu.” Ucap Dongpal sembari
tertawa dan menepuk bokong Chorim.
Dong Pal kemudian celingak celinguk ke
sekelilingnya. Karena sepi, Dong Pal pun berusaha mencium Chorim.
Bersambung......
0 Comments:
Post a Comment