The Glory Season 1 Episode 1

All Content From Netflix.
Subtitle From : Ellen Tjandra
Penulis : Genk Pelangi
Sinopsis : The Glory Season 1
Selanjutnya : The Glory Episode 2

Welcome back to my blog...

Assalamualaikum teman-teman. Apa kabar teman-teman? Semoga kalian semua baik, ya. Akhirnya gw balik lagi ke blog ini... Seneng banget bisa nulis lagi disini...

Kali ini gw mau nge-review drama barunya Song Hye Kyo. Siapa sih yang gak kenal sama si cantik satu ini yang kemaren baru aja dapat award Best Actress di Baeksang Art Awards berkat penampilannya di drama barunya, The Glory. Oya, gak cuma Mbak Kyo loh yang menang, The Glory juga menang Best Drama.

Jadi The Glory ini ada dua season ya guys... Dan di Korea sendiri udah tamat... Nah gue bakal nulis sinopsisnya per episode disini!!



Moon Dong Eun melakukan perjalanan jauh dengan mobilnya. Bagasinya penuh dengan beberapa barang. Sepertinya, Dong Eun mau pindahan. Dong Eun terus melajukan mobilnya, melewati jalan tol. Hingga akhirnya dia tiba di sebuah apartemen yang akan dia tinggali.


Dong Eun berdiri di rooftop Apartemen Eden, apartemen yang bakal dia huni. Sambil makan gimbap, dia melihat hunian mewah yang ada di depannya.

Tiba2, seseorang menyapanya.


 Saat itu, musim panas tahun 2022.

"Apa kau baru pindah?"

Dong Eun menoleh. Seorang wanita tua datang datang. Tangannya memegang kain lap. Dong Eun membalas sapaan wanita tua itu dengan menanyakan kabar.

"Akhirnya kau datang. Cukup lama." ucap wanita itu, lalu dia memetik sekuntum bunga dan memberikannya ke Dong Eun. Dia bilang, bunga itu disebut bunga terompet iblis. Lalu dia menunjuk ke bunga-bunganya yang lain. Dia bilang yang itu, disebut terompet malaikat karena meniup terompet ke bumi dan disebut bunga terompet iblis karena meniup terompet ke langit.

"Rupanya Tuhan pikir itu tak sopan. Makanya aromanya hanya bisa dicium di malam hari." ucap wanita itu.


Wanita itu lalu menggelar kain lap yang dia bawa tadi di rooftop. Kemudian dia memecahkan pot tembikar di atasnya. Katanya, pot tembikar harus dipecahkan sebelum dibuang.

Dong Eun terdiam mendengar bunyi pecahan pot tembikar.


Lalu kita diperlihatkan cuplikan-cuplikan ketika Dong Eun dirundung di masa lalu.

Dong Eun dirundung cukup parah.


Paginya, Dong Eun menempelkan banyak foto dan artikel di dindingnya dengan staples tembak. Setelah itu, dia berhenti sebentar dan menatap foto dan artikel Park Yeon Jin, si penyiar cuaca. Tubuh Dong Eun dipenuhi luka bakar.

Narasi Dong Eun terdengar, Yeon Jin yang kurindukan. Apa kau ingat bahwa dahulu aku benci musim panas? Untung aku pindah sebelum terlalu panas. Aku menyusun foto sejak kemarin, tetapi butuh waktu lama karena semua wajah ramah. Aku mulai membayangkan bahwa kelak kau membuka pintu depan itu dan masuk.


Yeon Jin datang dan melihat semua foto2 yang ditempel Dong Eun di dinding. Tentu saja, ini hanyalah bayangan Dong Eun. Yeon Jin tertawa, apa semua ini? Itu Jae Joon dan Sa Ra. Ini foto-foto kami.

Yeon Jin lalu tanya Dong Eun siapa.

Dong Eun berbalik, ini aku, Yeon Jin-ah. Kau sama sekali belum berubah. Masih sangat kasar. Kau harus melepas sepatu saat memasuki rumah orang.


Dong Eun memukul wajah Yeon Jin dengan staplesnya.

Yeon Jin terjatuh. Wajahnya terluka.

Dong Eun mengarahkan staples ke wajah Yeon Jin.

Dong Eun : Satu lagi alasan untuk membunuhmu. Kau seharusnya mengenaliku.

Yeon Jin tertawa keras, membunuhku? Kau pikir kau bisa?

Dong Eun : Akan kulakukan. Aku akan berusaha maksimal membunuhmu. Cepatlah datang, Yeon Jin-ah. Aku sudah di sini. Kau mau dengar bagaimana aku bisa begini selagi kau kemari?


Kita diperlihatkan flashback apa yang terjadi di masa lalu, kenapa Dong Eun bisa seperti itu.

Kepala Shin Yeong Jun tengah berbicara dengan seseorang melalui telepon di ruangan besarnya.

Kepala Shin : Ada laporan resmi yang diajukan, walinya harus datang dan ikuti prosedur. Akan kulepas. Jangan cemas. Ya, akan kutelepon.

Saat itu musim panas tahun 2004.


Selesai menelpon, Kepala Shin memanggil seorang gadis berseragam sekolah yang berdiri di depan jendelanya.

Kepala Shin : Park Yeon Jin.

Yeon Jin menoleh, ya?

Kepala Shin : Kenapa kau merundung teman? Jangan ulangi lagi. Ibumu hampir tiba, pergilah.


Yeon Jin beranjak mendekati Kepala Shin, dia bukan temanku. Namun, Pak. pa hubunganmu dengan ibuku?

Kepala Shin : Kami dahulu teman SMP.

Yeon Jin : Kau seperti pesuruh ibuku?


Yeon Jin pun melangkah ke pintu.

Yeon Jin : Makanya kau membantu dengan perceraiannya. Mengumpulkan bukti selingkuh ayahku. Kukira kau tidur dengan ibuku.

Yeon Jin pergi.

Kepala Shin terkejut mendengar kata2 Yeon Jin.


Di kantor polisi, Dong Eun duduk bersama para perundungnya. Dong Eun melaporkan mereka ke polisi. Tapi mereka malah dibebaskan. Yang pertama Hye Jeong yang dijemput ibunya. Ibu Hye Jeong datang sambil mengomel dan membawa putrinya pergi. Lalu giliran Sa Ra yang dijemput ibunya.


Tinggal lah Dong Eun dan Jae Joon. Dong Eun melihat Jae Joon memakai obat tetes mata.

Seorang pria datang dan mengaku sebagai wali kelas Dong Eun.

Tapi pria itu malah memarahi Dong Eun.

"Kau kemari berseragam sekolah? Kau lapor polisi soal lelucon antara teman? Wakil Kepsek ditelepon…"

Wali Kelas Dong Eun menghela napas, lalu mengajak Dong Eun pergi.

"Akan kuurus kau nanti."

Jae Joon juga minta Wali Kelas membawanya.

Jae Joon : Aku yatim selama seminggu. Orang tuaku di luar negeri. Main golf.

Wali Kelas : Begitu? Kau seharusnya meneleponku.

Wali Kelas lalu memberitahu polisi kalau dia juga akan membawa Jae Joon.

Dong Eun terkejut melihat perlakuan Wali Kelas nya ke para perundungnya.


Di depan kediaman dukun, Nyonya Hong Yeong Ae melempari Yeon Jin dengan garam. Dia kesal.

Nyonya Hong : Kubilang hari ini penting. Kau sangat mengecewakanku hari ini.

Yeon Jin : Aku tak tahu akan ke polisi.

Nyonya Hong : Makanya aku kecewa. Kau tak bisa tangani gadis miskin. Sudah kusuruh bergaul dengan Jae Joon saja. Juga Sa Ra kalau bosan. Peramal bilang hindari orang dengan nama O, mereka bisa bawa sial bagimu. Song Myeong O dan Choi Hye Jeong. Maksudku mereka!


Nyonya Hong lalu menyuruh Yeon Jin masuk.

Di dalam, dukun tengah melakukan ritual. Dia menari2 seperti orang gila.

Di belakangnya, Nyonya Hong berdoa.


Yeon Jin yang berdiri di belakang ibunya, sibuk main game di ponselnya.

Tapi kemudian, dia teringat dengan payudara Dong Eun. Dan itu membuatnya kesal.


Besoknya, Hye Jeong dan Myeong O membawa Dong Eun ke gedung olahraga. Yeon Jin yang sudah menunggu, menyambut Dong Eun dengan senang hati. Jae Joon cuek, dan terus main basket sendirian.

Yeon Jin : Maaf merundungmu selama ini. Aku mau minta maaf. Kau tak marah, bukan? Tak perlu lapor polisi. Kami jadi takut.


Yeon Jin yang tadinya tersenyum manis pada Dong Eun, tiba2 menatap Dong Eun dengan tatapan menakutkan.

Yeon Jin : Omong-omong, Dong Eun-ah, mulai kini bisa periksa, apa alat catoknya cukup panas?

Dong Eun semula gak mengerti maksud Yeon Jin memerisa alat catok apa. Tapi tak lama, dia pun sadar. Tapi Myeong O dan Hye Jeong keburu memegangnya dan membawanya ke dekat panggung. Sa Ra datang dengan alat catok di tangannya.

Dong Eun meronta, ini kejahatan! Lepaskan!


Sa Ra : Hei, hanya bantuan kecil. Jahat apanya? Dia sudah minta maaf.

Yeon Jin : Aku hanya mau kau periksa panas atau tidak.

Sa Ra pun mencatok lengan Dong Eun.

Dong Eun menjerit kesakitan.


Sa Ra lalu berhenti.

Yeon Jin : Apa sudah panas?

Sa Ra : Sudah siap.

Yeon Jin pun duduk.

Sa Ra membantu mencatok rambut Yeon Jin.


Dong Eun teriak minta tolong. Hye Jeong pun menatap Dong Eun.

Hye Jeong : Jangan buang tenaga! Kau bebas berteriak, tak akan ada yang tahu. Tak ada yang datang. Guru olahraga beri kami kuncinya!

Hye Jeong menunjukkan kunci gedung olahraga sambil menertawakan Dong Eun.


Kita diperlihatkan flashback bagaimana kunci itu bisa berakhir di tangan Hye Jeong.

Hye Jeong merayu guru olahraga. Dia mengambil kunci itu diam-diam saat guru olahraga asik mencumbu bibirnya.

Flashback end...


Dong Eun nangis, kenapa kau lakukan ini? Kenapa kau lakukan ini kepadaku?

Yeon Jin kesal dan beranjak ke Dong Eun membawa alat catoknya.

Yeon Jin : Aku muak mendengarnya. Kenapa kalian semua tanya itu? Karena aku tak akan dihukum, dan tak ada yang berubah bagimu. Lihat dirimu sekarang. Lapor polisi, tetapi di sini lagi. Ada yang berubah? Intinya, tak ada yang melindungimu, Dong Eun-ah. Polisi, sekolah, maupun orang tuamu. Orang begitu disebut apa? Orang lemah.

Mereka tertawa.


Sa Ra menatap Dong Eun, kau tinggal di losmen? Aku tahu istilah "kamar bulanan" berkatmu.

Sa Ra menatap Myeong O, dia bayar sewa saat bulan purnama?

Sa Ra kemudian memegang pipi Dong Eun, hidupmu bagaikan dongeng!

Sa Ra lalu menyingkir.


Yeon Jin mendekati Dong Eun.

Yeon Jin : Wah, Dong Eun pasti ibu periku. Bahkan memeriksa panas untuk rambutku.

Yeon Jin mencatok lengan Dong Eun lagi.

Dia tak peduli dengan jerit kesakitan Dong Eun.

Yeon Jin yang mulai kesal dengan teriakan Dong Eun, akhirnya berhenti mencatok Dong Eun. Lalu dia menyuruh Myeong O membuat Dong Eun diam. Hye Jeong, Yeon Jin dan Sa Ra pergi.


Myeong O mengambil alih. Dia mencium bibir Dong Eun.

Jae Joon melihat itu tapi diam saja.

Kamera menyorot tato di leher Myeong O yang ditutup dengan plester.


Dong Eun yang memakai jaket, meminta hidrogen peroksida pada perawat di sekolahnya.

Perawat kaget, hidrogen peroksida?

Dong Eun : Berikan saja, biar kulakukan. Ada noda di kemejaku.

Perawat : Noda apa? Apa itu darah?

Dong Eun : Tolong beri aku hidrogen peroksida.


Perawat memeriksa lengan Dong Eun.

Dia menggulung lengan jaket Dong Eun dan terkejut melihat luka bakar di lengan Dong Eun.

Perawat : Apa yang terjadi? Siapa pelakunya? Sudah beri tahu wali kelasmu? Aku pernah melihatmu begini Jika berat sendirian, akan kutemani. Siapa orangnya?


Tiba2, mereka mendengar suara deringan ponsel dibalik tirai.

Yeon Jin menyibak tirai sambil menjawab telepon ibunya.

Selesai menelpon, dia mengaku pada perawat bahwa dia yang melakukan itu pada Dong Eun, dan sebelumnya juga dia.

Perawat terhenyak, apalagi melihat Yeon Jin mengaku dengan wajah tanpa dosa.


Kembali ke masa sekarang.

Dong Eun mendekati seorang gadis kecil yang tengah bergelantungan dengan posisi terbalik.

Gadis itu turun dan melihat sepatu Dong Eun.

Narasi Dong Eun : Kau tahu, Yeon Jin-ah? Putrimu suka melihat dunia terbalik. Apa karena saat dunia terbalik, orang akan memahami kita, meski warnanya kacau?


Gadis itu bilang, sepatu hijau yang Dong Eun pakai sama seperti sepatu ibunya.

Dong Eun : Jadi, ini kau. Putri Park Yeon Jin, Ha Ye Sol.

Ye Sol : Kau kenal ibuku?

Dong Eun : Aku memikirkannya setiap hari. Kadang kebencian mirip dengan kerinduan. Sulit untuk dibuang.

Ye Sol : "Kebencian?" Aku tak tahu kata itu. Apa artinya?

Dong Eun : Apa arti kebencian?


Hari sudah malam. Salju turun dengan lebat.

Dong Eun berjalan di koridor losmen, menuju kamarnya. Namun, dia berhenti melangkah karena mendengar suara yang sangat dia kenali. Dia terkejut. Dia mau lari, tapi di belakangnya muncul Myeong O.


Hye Jeong keluar dari kamar. Dong Eun merinding melihat tatapan Sa Ra dan Yeon Jin padanya, terutama Yeon Jin yang juga tersenyum kepadanya. Narasi Dong Eun terdengar tentang Yeon Jin.

Dong Eun : Matanya menggelap saat dia senang. Bibirnya mengerucut saat tersenyum. Setiap helai rambut indahnya. Satukan semuanya,  itulah kebencian.

Yeon Jin : Kenapa lama sekali? Aku merindukanmu.


Dong Eun masuk bersama Myeong O, namun dia melepas sepatunya dan masuk.

Myeong O tertawa, dia melepas sepatu sebelum masuk.


Yeon Jin pun berdiri dan mendekati Dong Eun.

Yeon Jin : Ini milikmu? Kutemukan ini di wadah beras.

Dong Eun terkejut melihat Yeon Jin memegang celengannya.

Dong Eun : Kembalikan.

Yeon Jin : Gawat. Apa Dong Eun marah?


Yeon Jin melemparkan celengan Dong Eun ke Myeong O.

Myeong O menoreh celengan Dong Eun dan membongkar isinya.

Myeong O : Cukup banyak!

Sa Ra : Sungguh? Sedih sekali. Dong Eun-ah, kau hemat sekali!

Myeong O : Jalang gila. Kau pakai apa kali ini? Obat flu atau lem?

Dong Eun : Berhenti! Hentikan!

Myeong O : Dong Eun kaya raya! Sekitar 200.000 won.

Sa Ra menyuruh Dong Eun membayar semua makanan yang sudah mereka pesan.


Dong Eun merengek, kalian kaya! Tak butuh uang itu! Kumohon kembalikan, Yeon Jin-ah.

Yeon Jin : Kulihat sikapmu sopan sekarang. Baik. Kukembalikan. Namun, kau menari saat kami minum. Uangnya tak akan kusentuh. Bagaimana?

Dong Eun terdiam menatap Yeon Jin.

Yeon Jin : Kubilang menari. Nyanyi dan menari cocok dengan minum. Kenapa? Kau tak mau? Jika tak mau, ada pilihan lain. Kutemukan ini di rumahmu.


Yeon Jin menendang setrika ke kaki Dong Eun.

Yeon Jin : Kau berantakan sekarang. Jika coba bersikap sombong, maka kau benar-benar akan sangat berantakan. Jadi, menarilah. Dengan terhina.

Dong Eun lagi-lagi terdiam, menatap Yeon Jin.

Yeon Jin : Tak apa jika tak mau. Namun, melihatmu hari ini, Dong Eun-ah...


Yeon Jin tiba2 memandangi kaki Dong Eun.

Yeon Jin : Kakimu indah.


Hye Jeong : Aku pilih lagunya. Aku punya banyak nada dering.

Hye Jeong memutar lagu.


Dong Eun merinding menatap Sa Ra dan Yeon Jin.

Kita mendengar teriakan Dong Eun.


Dong Eun berdiri di tepi gedung.

Dia melihat ke bawah. Omo, Dong Eun mau bunuh diri.

Tapi kemudian dia mengurungkan niatnya. Dia mundur ke belakang dan menjatuhkan dirinya.

Dia membalurkan salju ke luka bakar di kakinya. Omo...

Dong Eun juga melepas semua bajunya dan berguling di salju.

Tangis pilu Dong Eun terdengar.


Besoknya, Dong Eun terdiam memandangi tulisan di pintu ruang kesehatan.

Tulisannya bahwa ruang kesehatan ditutup karena perawat mengundurkan diri.


Hye Jeong yang di wahana ski, terkejut menerima telepon.

Hye Jeong : Sungguh? Kapan? Nanti kutelepon.


Hye Jeong lalu mendekati Myeong O dan Sa Ra.

Hye Jeong : Hei, Dong Eun berhenti sekolah. Namun, dia tulis nama kita di formulir. Dia berikan ke wakil kepsek yang kini merongrong guru kita.

Myeong O malah bercanda, guru olahraga? Yang memukul terbanyak? Atau secara abjad? Nomor berapa namaku?

Hye Jeong : Kau tak paham ini serius?


Hye Jeong lalu memanggil Jae Joon dan Yeon Jin yang lagi main ski.

Jae Joon dan Yeon Jin datang.


Hari sudah malam. Dong Eun berada di bawah gedung tempat dia berniat bunuh diri. Dia terdiam memandangi garis polisi yang terpasang di sana. Ada darah juga di sana.

Dong Eun bicara di telepon dengan seseorang yang memakinya.

Dong Eun : Kau jalang gila! Jika mau berhenti, diam-diam saja! Kau tak berbuat salah? Sekali pun? Jika jadi begini, kau juga bermasalah! Ubah formulirmu sekarang!


Wali Kelas Dong Eun tengah menatap formulir undur diri Dong Eun.

Guru lain juga melihat.

"Jika ini sampai ke Kepala Sekolah, evaluasi kerjamu terpengaruh, Pak Kim."


Wali Kelas Dong Eun, Pak Kim, memarahi Dong Eun.

Pak Kim : Alasan macam apa ini?

Dong Eun : Kekerasan sekolah. Park Yeon Jin, Lee Sa Ra, Jeon Jae Joon, Choi Hye Jeong dan Son Myeong O pelakunya. Kau hanya diam.

Dong Eun menunjukkan luka bakar di lengannya.

Pak Kim marah, tutup mulutmu! Apa lengan atau kakimu dipatahkan? Tak ada bagian tubuhmu yang patah. Kekerasan bagaimana? Bagaimana aku diam saja? Kau ini sinting, kau tahu itu? Tak ada salahnya teman menampar!

Dong Eun : Kenapa boleh menampar teman?

Pak Kim : Apa?

Dong Eun : Kau bangga putramu bisa kuliah, bukan? Jadi, tak apa jika putramu ditampar temannya juga…

Pak Kim emosi. Dia melepas jam tangannya dan menggulung lengan bajunya.

Pak Kim : Aku sudah bersikap baik. Kini kau yang meminta.


Pak Kim menampar Dong Eun berkali2.

Guru lain yang melihat itu, langsung mencoba menghentikan Pak Kim. Tapi Pak Kim gak mau berhenti dan terus menampar Dong Eun. Dong Eun sendiri tak takut dan terus menantang Pak Kim.


Jeong Mi Hee, ibunya Dong Eun. Dia tengah memijat kepala pelanggannya. Pelanggannya, pria hidung belang, memijat bokongnya. Ponsel Mi Hee berdering. Pria berjas putih layaknya dokter, yang tengah memangkas rambut pelanggan, menyuruh Mi Hee menjawab telepon.

Mi Hee : Ya, halo? Ya. Aku ibunya. Siapa ini?


Mi Hee dan pacarnya pergi menemui Pak Kim dan Nyonya Hong. Pak Kim memberi Mi Hee uang. Uang itu dari Nyonya Hong. Satu juta won! Nyonya Hong menyodorkan surat ke pacar Mi Hee.

Nyonya Hong : Tanda tangan sang ayah di sini.

Pacar Mi Hee : Secara teknis, aku bukan ayah Dong Eun hanya seperti ayahnya.

Nyonya Hong pun memberikan surat itu ke Mi Hee.

Nyonya Hong : Kalau begitu, kau tanda tangan.

Mi Hee : Aku tak punya tanda tangan. Boleh tulis nama saja?

Pak Kim : Tentu saja. Tulis nama di situ, dan alasannya bagi kami.

Mi Hee : Alasan?

Pak Kim : Singkat saja. "Gagal menyesuaikan diri."


Dong Eun terdiam melihat kamarnya sudah kosong.

Lalu pemilik kamar datang dan memberitahu bahwa Mi Hee sudah mengosongkan kamar tadi pagi.

Pemilik kamar mengembalikan seragam sekolah Dong Eun. Dia mengambilnya dari atas tumpukan barang2 Dong Eun di depan kamar.

Pemilik kamar : Astaga, ini seragam sekolahmu. Pasti dia akan menghubungi. Dia ibumu.

Pemilik kamar masuk ke kamar Dong Eun.


Dong Eun lalu melihat surat yang sudah dibubuhi cap oleh ibunya.

Itu surat undur dirinya dengan alasan gagal menyesuaikan diri.

Sontak lah Dong Eun terluka.


Putus sekolah, Dong Eun pun bekerja di gimbap.

Dia bekerja dari pagi, hingga malam. Tak kenal lelah.


Usai bekerja di restoran gimbap, dia membersihkan ruangan sauna.

Namun, tiba2 dia merasa pusing. Wajah Dong Eun nampak pucat. Perut Dong Eu juga sakit.

Narasi Dong Eun : Bekas lukaku gatal, dan perutku sakit sekali karena keram haid. Saat itulah aku berpikir begini. "Apotek buka pukul 09.00 dan sungai Han 20 menit jalan kaki. Airnya akan dingin, lalu semua akan baik-baik saja. Bekas luka tak gatal lagi.


Dong Eun ke Sungai Han. Dia berniat bunuh diri. Namun tak jadi.

Dong Eun menangis sejadi-jadinya, sambil menepuk2 bekas lukanya yang sangat gatal.


Yeon Jin cs di studio lukis Sa Ra.

Jae Joon berbaring di pangkuan Yeon Jin.

Yeon Jin : Apa Dong Eun berwajah cantik? Dari mata pria.

Jae Joon : Entahlah.

Yeon Jin : Jangan bodoh.

Jae Joon : Bukan hanya wajahnya yang cantik.


Yeon Jin kesal, lalu kenapa tak tutup mulutnya? Minggir, kau berat.

Yeon Jin menyingkirkan Jae Joon dari pahanya.

Sa Ra keluar dari kamar dan memakai jaketnya.

Yeon Jin : Mau ke mana? Beli minuman lagi? Suruh Hye Jeong.

Hye Jeong : Aku mau jika minuman.


Sa Ra : Ini ibadah fajar. Ayahku akan singkirkan studioku jika aku tak datang. Sial. Itu ibadah khusus lansia. Aku harus cegah dia menelepon kalian.

Yeon Jin : Hei, kau mau dia berhenti menelepon? Kau punya berapa kaus putih?


Yeon Jin, Sa Ra dan Hye Jeong pun ke gereja dengan kaus putih menerawang.

Para jemaat sangat terganggu dengan mereka, tapi mereka malah tertawa.


Besoknya di ruang olahraga, Hye Jeong membahas itu di depan Jae Joon sambil tertawa.

Hye Jeong : Suara serak ayah Sa Ra itu kocak. Andai kau lihat wajahnya!

Sa Ra : Mungkin dia terkejut tak bisa lihat?

Jae Joon kesal, hei!

Yeon Jin tiba2 bilang mau susu cokelat.

Hye Jeong : Baiklah. Kalian bagaimana?

Sa Ra : Hye Jeong-ah! Kubilang aku puasa minggu ini!


Hye Jeong beranjak ke pintu. Di belakang mereka, Gyeng Ran menangis. Sa Ra kesal dan mendekati Gyeong Ran membawa alat catok.

Sa Ra : Berhentilah menangis, Jalang. Jika kau berteriak lagi, ini kumasukkan ke mulutmu!


Yeon Jin menoleh ke pintu dan terkejut melihat siapa yang datang.

Yeon Jin : Kenapa dia kemari?

Yang datang Dong Eun! Dong Eun beranjak mendekati Yeon Jin. Yeon Jin langsung berdiri menyambut Dong Eun dengan senang hati.

Yeon Jin : Wah, Dong Eun-ah. Aku sangat merindukanmu. Kau berhenti tanpa pamit.

Dong Eun : Impianmu yang kau tulis di laman Cyworld. "Ibu bijak dan istri yang baik." Kau serius?

Sa Ra : Sungguh? Kau menulis itu?

Yeon Jin : Dari mana semua ini?

Dong Eun : Sa Ra mau melukis. Jae Joon akan mewarisi lapangan golf. Hye Jeong jadi pramugari. Mimpimu jadi ibu bijak dan istri yang baik?


Myeong O : Kenapa aku tak disebut? Aku juga punya mimpi. Aku akan jadi jutawan.

Yeon Jin : Aku tak punya mimpi, Dong Eun-ah. Mimpi itu untuk orang sepertimu. Kau, dia, dan dia.

Yeon Jin menunjuk Dong Eun, Myeong O dan Hye Jeong.

Yeong Jin : Aku mengupahmu setelah mimpimu nyata. Aku butuh pekerjaan, bukan mimpi. Pekerjaan yang lumayan bagus. Lalu mungkin aku akan menikah saat masih muda dan cantik. Pilih pria yang baik dan punya satu atau dua anak. Lalu hidup bahagia selamanya. Jadi? Apa mimpimu?


Dong Eun : Kau. Mulai hari ini, kau mimpiku. Aku berharap kita akan bertemu lagi.

Dong Eun tertawa menatap Yeon Jin.

Yang lain terkejut melihat tawa Dong Eun.


Sekarang musim panas 2006. Dong Eun bekerja di pabrik.

Dia bekerja tak kenal lelah.

Dong Eun istirahat dan memperhatikan tumpukan kertasnya.

Manajer pabrik datang dan menggeplaknya.

Manajer pabrik : Jangan main-main. Simpan itu!

Seorang wanita meminta manajer pabrik tidak terlalu keras pada Dong Eun.

"Banyak bekas rokok di lengan dan kakinya." ucapnya.


Dong Eun di pabrik, kemudian memeriksa hasil ujian GED nya di komputer.

Dia lulus!


Musim gugur, 2005. Usai bekerja, Dong Eun belajar di depan kamar asramanya.

Namun, dia ketiduran.

Seorang gadis seusianya berambut keriting, hendak kembali ke kamarnya yang letaknya di sebelah kamar Dong Eun.

Dia melihat Dong Eun. Dia lantas melepas sandalnya dan berjingkat2 masuk ke kamarnya.


Tahun ajaran 2006, gadis keriting itu terus berjingkat-jingkat masuk ke kamar karena tak mau mengganggu Dong Eun.

Hingga suatu hari, dia yang sudah siap berjingkat2 kembali ke kamar, tak melihat Dong Eun lagi di depan kamar.


Musim panas, 2008.

Gadis keriting itu memanggil Dong Eun.

Dong Eun menoleh. Mereka sudah dewasa.

"Aku tak bermaksud mengganggumu. Usiaku 20 tahun, namaku Koo Seong Hee. Kudengar kau keluar dari pabrik akhir bulan ini. Aku ingin mengobrol denganmu sebelum kau berhenti."

"Aku juga. Terima kasih."

"Untuk apa?"

"Jingkat-jingkat."

"Kau melihat itu? Selamat, Kak. Kudengar kau masuk kuliah. Kau pasti senang sekali. Kau bisa kencan kelompok dan dapat pacar di kampus!"

"Bukan itu yang kucari. Aku kuliah karena ada tempat yang harus kutuju."

"Apa yang ingin kau tuju? Samsung? Hyundai?"


Dong Eun pun meninggalkan pabrik.

Narasinya terdengar, aku tak bercanda, Yeon Jin-ah. Sejak hari itu, mimpiku adalah kau.


Hari itu, Dong Eun ada di kedai kopi.

Dong Eun : Minta kopi terkerasmu. Dingin. Aku agak mengantuk.

Pegawai pun tanya, mau es Americano dengan tambahan kopi?

Dong Eun : Ya, aku mau pesan itu.

Pegawai menyuruh Dong Eun mengambil di area pengambilan.


Dong Eun pun ke area pengambilan.

Joo Yeo Jeong bersama rekannya memesan kopi.

Setelah itu, Yeo Jeong dan temannya ke area pengambilan. Yeo Jeong berdiri tepat di belakang Dong Eun.


Dong Eun beranjak memasuki kampusnya sambil meminum kopi. Dia kuliah di Universitas Pendidikan Euicheon.

Narasi Dong Eun : Kupikirkan tiap hari, Yeon Jin-ah. Di mana kita bertemu lagi Kau punya segalanya. Kau tak takut pada siapa pun. Di mana tempat yang akan membuatmu takut bahkan sesaat?



Kamera menyorot ruangan kelas anak2.

Ada nama Ye Sol di loker.

Narasi Dong Eun : Aku tak bisa memikirkan tempat lain. Gimnasiumku sendiri seluas 60 meter persegi.

Flashback end...


Dong Eun selesai bercerita pada Ye Sol.

Ye Sol : Wah, bagaikan dongeng.

Dong Eun menatap Ye Sol.

Narasinya terdengar lagi.

Dong Eun : Kini aku harus pegang alat catok yang lembut dan cerah. Hal yang paling kau sayangi, Yeon Jin-ah.

Dong Eun : Ceritaku bagai dongeng?

Ye Sol : Ya, tetapi aku tak suka karena ibuku bukan tokoh utama.

Dong Eun : Kenapa berpikir begitu?

Ye Sol : Karena ibuku kaya. Semua tokoh utamanya miskin.

Dong Eun : Tidak, kau salah. Dalam kisah ini, ibumu tokoh utamanya. Karena kisah ini bukan dongeng. Ini fabel.


Yeon Jin tengah bekerja sebagai penyiar.

Yeon Jin : Jika jarak pandang kurang dari satu kilometer, kabutnya tebal. Peringatan kabut dikeluarkan kemarin, masih berlaku hari ini. Kau tahu penghalang utama penerbangan yang aman bukan badai atau petir, melainkan kabut?


Malamnya, Dong Eun berdiri di rooftop, memegang bunga terompet iblis.

Dong Eun : "Orang yang melukai sesamanya, harus dibalas dengan cara yang sama."


Di apartemennya, Dong Eun menonton siaran Yeon Jin.

Yeon Jin : Meski jumlah kecelakaan tertinggi pada hari cerah, tingkat kematian tertinggi pada hari-hari berkabut. Hati-hati di tengah kabut. Aku Park Yeon Jin.

Dong Eun mematikan TV.

Narasi Dong Eun : "Mata ganti mata, gigi ganti gigi, retak ganti retak." "Yang membuat luka harus mengalami yang sama."


Kamera menyorot foto2 yang ada di dinding.

Ada foto Yeon Jin cs. Foto Yeon Jin bersama suami dan putrinya.

Foto Mi Hee. Foto Pak Kim.

Narasi Dong Eun : Entahlah. Itu terdengar sangat adil bagiku. Kau setuju?


Bersambung...

0 Comments:

Post a Comment