My Happy End Episode 1 Part 1

 All Content From : TV Chosun
Sinopsis Lengkap : My Happy End
Selanjutnya : My Happy End Episode 1 Part 2


Seo Jae Won berjalan dengan cepat, sambil sesekali melihat ke belakang. Dengan ketakutan yang menyelimuti dirinya dan sekujur tubuh yang basah kuyup, Jae Won terus berjalan. Tapi, jalan di depannya buntu. Jae Won lantas melihat ada jalan di dekatnya tapi itu kawasan tertutup untuk umum. Ada tanda dilarang masuk di sana, serta garis proyek terpasang di kawasan itu. Tapi Jae Won tak peduli. Pikirannya hanya satu. Kabur dari seseorang yang berusaha menyakitinya.

Di belakangnya, seorang pria berjaket hitam berusaha mengejarnya. Wajah pria itu tak terlihat karena dia mengenakan masker. Jae Won tiba di sebuah jembatan. DIa mempercepat langkahnya saat tahu pria itu masih mengikutinya. Tapi tiba2, Jae Won terjatuh. Jae Won pun berdiri dan melihat pria itu kini di belakangnya. Saat pria itu berlari ke arahnya, Jae Won yang merasa ngeri, membalikkan badannya. Pria itu kemudian mencekik Jae Won.


Belasan sketsa desain tergantung bersama beberapa foto furniture di sebuah papan. Jae Won melihat-lihat. Tak lama, dia mencabut dua foto di papan. Setelah itu, dia mendekati meja desainnya. Dia lantas menaruh foto itu di atas meja dan mulai menggambar desain.


Setelah menggambar beberapa desain furniture, Jae Won lantas mulai memotong kayu dan membuat sebuah meja.


Setelah mejanya selesai, Jae Won pun duduk sambil menikmati kopinya dan menonton iklan dari meja yang tadi dibuatnya. Meja itu diiklankan atas nama Dereve, dengan slogan "Perabot pintar dengan sentuhan keluarga".


-3 Hari Sebelum Insiden-

Hari sudah malam. Para reporter berkumpul di sebuah aula. Ada sebuah kursi di atas panggung. Jae Won masuk dan duduk kursi itu.  Reporter bertanya, apa kita bisa mulai sekarang. Jae Won mengangguk. Reporter meminta Jae Won memulai dengan perkenalan diri.

Jae Won mengenalkan dirinya.

Jae Won : Halo, aku Seo Jae Won. Aku CEO dan desainer merek furnitur Dereve.


Jae Won baru saja tiba di kantornya. Dia keluar lift sambil bicara dengan seseorang di telepon.
 
Jae Won : Ya. Kenapa kau tidak bisa memenuhi tenggat? Aku sudah lama memesannya. Aku tidak menelepon untuk mendengar alasanmu. Kuharap aku tidak perlu menelepon lagi untuk alasan yang sama. Waktumu sampai tanggal 15.


Jae Won tiba di ruangannya. Begitu dia tiba, seketarisnya langsung menghampirinya membawa tablet dan sebuket bunga di keranjang. Jae Won menaruh bawaannya di atas meja dan mengganti sepatu kets nya dan heels.  Di mejanya, ada fotonya bersama suami, anak dan ayahnya. Juga foto pernikahannya.

Seketaris : Kau terjaga semalaman lagi?

Jae Won : Tidak. Aku sudah tidur. Pukul berapa rapat pembelinya?

Seketaris : Kita berangkat sepuluh menit lagi.

Jae Won : Draf terakhir iklan daring?


Seketaris memberikan tabletnya.

Jae Won melihat draf iklan meja nya.

Dia tersenyum, bagaimana menurutmu?

Seketaris : Kau selalu terlihat menawan.

Jae Won : Aku tidak merasakan ketulusanmu.


Seketaris yang tengah melihat layar ponsel, langsung menatap Jae Won.

Seketaris : Aku akan berusaha lebih keras.

Jae Won : Ada telepon?

Seketaris : Profesor Heo menelepon belum lama ini. Dia bilang kau berangkat kerja lebih dari 60 jam lalu dan bertanya apa dia harus melaporkanmu hilang.

Jae Won melirik foto suaminya, aku mungkin akan diusir.


Jae Won lalu melihat bunga yang dibawa seketarisnya.

Jae Won : Apa itu?

Seketaris menaruh bunga itu di atas meja.

Seketaris : Ini? Sepertinya ini sesuatu yang tidak boleh kubuang sendiri.


Jae Won membaca pesan yang ada di bunga.

"Semoga berhasil dengan usaha barumu"

Dan, tertulis inisial sebuah nama di sana.


Jae Won : Sudah cukup lama tenang. Mereka mulai lagi. Buang itu.

Seketaris : Mobilmu sudah siap. Kauakan pergi sekarang?

Jae Won : Tidak, beri aku lima menit.


Seketaris mengerti dan langsung pergi membawa bunga itu.

Dia membuang bunga itu ke tempat sampah.


Jae Won berpikir sejenak. Lalu dia menutup jendelanya dengan sebuah remote. Setelah itu, dia masuk ke kamar mandi dan meminum obat sakit kepala.

Adegan beralih ke Kwon Yoon Jin yang ada di sebuah ruangan. Dia tengah menatap lukisannya di dinding dengan celemek terikat di badannya. Sementara asistennya tengah mempersiapkan cat. Saat tengah mengangkat kaleng cat ke pinggir, asisten Yoon Jin tak sengaja menendang kaleng cat lain. Yoon Jin pun memperingatkan asistennya untuk hati2.

Yoon Jin : Satu noda, dan aku harus mulai dari awal.

Yoon Jin lantas bertanya, apa asistennya membawa kuasnya.

Sang asisten langsung membuka box berisi kuas. Yoon Jin mengucapkan terima kasih.


Tak lama, Jae Won datang. Asisten Yoon Jin beranjak keluar membawa kaleng cat kecil.

Jae Won berhenti di belakang Yoon Jin dan melihat karya Yoon Jin di dinding.

Jae Won : Kelihatannya bagus, Nona Kwon.

Yoon Jin pun menoleh ke belakang dan tersenyum melihat Jae Won.

Yoon Jin : Kau datang?


Jae Won kemudian mendekati Yoon Jin.

Yoon Jin tanya, bukankah menurutmu ini terlalu mencolok?

Jae Won : Ini yang kuinginkan. Karya seni di lobi akan mengubah suasana. Aku iri. Kebanyakan dari kita melupakan impian untuk mencari nafkah. Kau masih menyukai seni rupa.

Yoon Jin : Sebagai gantinya, aku tidak menghasilkan banyak uang.

Jae Won : Kau tahu firasatku bagus. Kau akan segera terkenal.

Yoon Jin : Terima kasih banyak. Kau memang sahabatku.

Jae Won : Aku serius. Jangan mengesampingkanku saat kau menjadi bintang.

Yoon Jin : Kau sendiri seorang selebritas, Nona Seo. Jangan berkata begitu kepadaku.


Jae Won : Kapan kau akan mengadakan pesta rumah baru? Kau pindah tiga bulan lalu.

Yoon Jin : Dengan ini dan kuliahku, aku belum membongkar barang-barangku.

Jae Won : Apa ada pria yang bersembunyi di apartemenmu?

Yoon Jin : Mungkin.

Yoon Jin menjawabnya sambil senyum-senyum.

Jae Won serius menatap Yoon Jin, apa kali ini layak?

Jae Won : Ini nasihat dari wanita yang sudah menikah. Pria yang lebih muda adalah yang terbaik.

Yoon Jin : Astaga. Pergi dari sini. Sampai jumpa, Nona Seo.

Yoon Jin mendorong Jae Won keluar.


Jae Won pun menuju ke mobil bersama seketarisnya.

Di jalan, seketaris Jae Won menunjukkan kontrak mereka pada Jae Won.

Jae Won ditemani seketarisnya menemui klien mereka.

Jae Won : Hai, senang bertemu denganmu. Aku Seo Jae Won.


Disaat Jae Won sibuk bekerja, suaminya, Heo Soon Young, sibuk memasak di dapur. Dia membuat sup rumput laut. Dan putri mereka, Heo A Rin, tengah menaruh lilin angka 74 di atas kue. Soon Young mencicipi supnya.

Soon Young : Supnya. Astaga, enak sekali. Rasanya enak sekali.


Soon Young kemudian meraih ponselnya.

Jae Won tengah di perjalanan.

Seketarisnya bilang, lalu lintas jam sibuk buruk seperti biasa. Lalu dia tanya, Jae Won mau diantar kemana.

Jae Won : Kurasa...


Ponsel Jae Won berbunyi.

"Tunggu sebentar." ucap Jae Won pada seketarisnya.

Ada panggilan video dari Soon Young. Jae Won bergegas menjawab.

Jae Won : Sayang.

Soon Young : Kau menjawab, jadi, kulihat kau masih hidup.

Jae Won : Maaf. Aku sangat sibuk dengan rapat dan syuting.


Terdengar suara A Rin, apa itu ibu?

Soon Young pun bergegas menghampiri A Rin.

Soon Young : Ibu akan datang, A Rin-ah. Tunggu. Aku akan memberikan teleponnya ke A Rin.

Soon Young memberikan telepon ke A Rin.

Jae Won : A Rin-ah, kau bersenang-senang? Dimana kau?

A Rin : Kami di rumah Kakek untuk pesta ulang tahun.


Mendengar itu, Jae Won langsung menatap seketarisnya. Seketarisnya mengangguk sambil tersenyum.


Jae Won lantas kembali bicara dengan Soon Young.

Jae Won : Dia sudah dapat kue dan hadiahnya?

Soon Young : Mereka tiba tepat waktu. Tapi akan menyenangkan jika kau juga di sini.

Jae Won : Benar, bukan? Maafkan aku sekali ini saja.


Lalu Seo Chang Seok datang.

Pak Seo : A Rin-ah.

Soon Young memberitahu Jae Won, bahwa Pak Seo datang.

Soon Young pun menyembunyikan ponselnya di balik punggungnya dan menatap Pak Seo yang tengah menyapa A Rin.

Pak Seo : A Rin-ah, senang bertemu denganmu.

Pak Seo lalu menatap Soon Young.

Pak Seo : Kenapa kau datang tanpa menelepon dahulu?

Soon Young : Ini hari ulang tahun ayah. Aku datang untuk memasakkan ayah sup rumput laut.

Pak Seo : Kenapa repot-repot datang kemari? Ulang tahun pria tua bukan masalah besar.

Pak Seo lalu mencari Jae Won.


Soon Young pun mengarahkan kameranya ke Pak Cha.

Soon Young : Jae Won ada di sini.

Jae Won : Ayah. Selamat ulang tahun.

Pak Seo : Terima kasih banyak, Sayang.

Jae Won : Maaf aku tidak bisa sering berkunjung. Pekerjaan membuatku sibuk.

Pak Seo : Kau pengusaha terhebat di negara ini. Kau pasti sibuk. Jangan hiraukan ayah.

Jae Won : Ayah baik-baik saja?

Pak Seo : Ya. Jangan cemaskan ayah dan kembalilah bekerja. Kau pasti sibuk. Sampai jumpa.


Pak Seo lantas mengangguk pada Soon Young. Soon Young mengerti. Lalu dia tanya, apa Pak Seo akan menunggu di dalam. Pak Seo bilang dia akan menunggu bersama A Rin. Pak Seo bergegas masuk bersama A Rin, sedangkan Jae Won ke dapur sambil melanjutkan pembicaraan dengan Jae Won.

Soon Young : Aku akan memasak jamuan ulang tahun untuk ayahmu. Jangan khawatir.

Jae Won : Terima kasih, Sayang. Karena mengurus ayahku.

Soon Young : Terima kasih sudah mengakuiku. Dan puji Nona Kim, sekretarismu.


Jae Won terkejut dan menatap Seketaris Kim. Ternyata, Soon Young tahu hadiah ulang tahun yang dikirimkan dari Seketaris Kim. Jae Won lalu menyudahi teleponnya.

Jae Won : Dia tahu.

Seketaris Kim lalu tanya, Jae Won mau kembali ke kantor.

Jae Won bilang, dia ingin pulang.

Mobil mulai melaju.


Adegan kembali pada Jae Won yang tengah diwawancarai. Para reporter ingin membahas filosofi Dereve. Jae Won bilang, agak berlebihan menyebut filosofi.

Jae Won : Sejak aku mendirikan perusahaan 13 tahun lalu, kekuatan pendorong yang membuatku bertahan adalah keluargaku, rekan-rekanku, dan teman-temanku. Jadi, aku memutuskan untuk berpikir di luar fungsi dan kenyamanan. Aku ingin menciptakan ruang tempat orang yang kucintai bisa bahagia dengan keluarga mereka. Itulah nilai yang kita perjuangkan.

Sebuah mobil berwarna abu-abu tiba-tiba saja berhenti di depan mobil Jae Won yang tengah melaju. Sontak lah, supir langsung menginjak rem. Jae Won sempat terdorong ke depan, tapi untungnya dia memakai seat belt. Dan sebagian barang2 Jae Won jatuh ke lantai mobil.

Seketaris Kim langsung menanyakan keadaan Jae Won. Supir meminta maaf. Dia bilang, sebuah mobil tiba2 memotong mereka. Supir kemudian menatap mobil di depan mobil mereka dan bertanya2, ada apa dengan mobil itu. Jae Won bilang dia baik-baik saja dan mengajak mereka pergi.


Supir menatap Seketaris Kim.

Seketaris Kim menyuruh supir jalan.


Jae Won : Berapa lama perjalanan pulang?

Tapi Seketaris Kim sibuk dengan ponselnya.

Jae Won : Seketaris Kim?

Seketaris Kim menatap Jae Won dengan wajah tegang.

Seketaris Kim : Kurasa ada masalah di kantor.


Terpaksalah Jae Won kembali ke kantor. Baek Seung Gyu yang tengah bermain game di komputernya, langsung berdiri begitu Jae Won datang. Jae Won tanya, apa Pak Yoon sudah pulang. Seung Gyu menatap ke ruangan Pak Yoon yang kosong.

Seung Gyu : Begini... Kurasa dia belum pulang, tapi dia bilang akan pergi untuk urusan bisnis.


Yoon Te O pun datang, dengan mengenakan kaos tanpa lengannya dan memegang tasnya di belakang bahunya. Te O menatap Jae Won dan tanya, apa Jae Won mencarinya.

Jae Won : Bisa kita bicara, Pak Yoon?


Jae Won masuk duluan ke ruangannya.

Seung Gyu mendekati Te O dan menatap Jae Won dengan terheran-heran.

Seung Gyu : Ada apa?


Di depan jendelanya, Jae Won menatap kamera berbentuk rumah yang tengah dipegangnya. Tak lama, Te O masuk.

Jae Won tanya apa masalahnya. Te O meminta Jae Won menunda perilisan.

Jae Won bilang tidak bisa. Lalu dia menatap kameranya dan berkata itu peralatan listrik pertama Dereve.

Jae Won : Dengan iklan dan wawancara, tahukah kau berapa yang kita habiskan untuk humas dan pemasaran?

Te O : Aku selalu bilang itu berisiko. Siapa yang melakukannya?

Jae Won : Kau yang membuat desain terakhir.


Jae Won menaruh kamera itu di atas kertas desain kameranya.

Te O : Untuk versi nirkabel tanpa colokan LAN.

Jae Won : Ini tidak buruk.

Te O : Apa? Apakah bagus jika tidak buruk? Apa yang terjadi pada orang yang bilang dia hanya menyukai desain sempurna? Kau bilang kepadaku kau lebih suka disebut desainer daripada CEO. Apa kau bicara sebagai desainer Seo Jae Won?

Jae Won : Tidak. Aku bicara sebagai bosmu.


Jae Won lantas kembali ke kursinya.

Jae Won dan Te O saling bertatapan.

Jae Won : Kau tidak mengerti karena besar di Amerika, tapi di sini, ada pepatah populer. "Lakukan sesuai perintah."

Te O : Baiklah. Tapi aku tahu ini. Bahwa orang yang mengatakan hal seperti itu disebut kolot.

Jae Won : Kau belajar membantah.

Te O : Bahasa Korea-ku tidak bagus. Apa itu pujian?


Sambil menatap Te O, Jae Won menghubungi Seketaris Kim.

Seketaris Kim : Ya, CEO Seo?

Jae Won : Hubungi Direktur Eksekutif Park. Kita harus menyesuaikan tanggal perilisan kamera rumah.


Setelah itu, Jae Won berterima kasih pada Te O karena sudah membuatnya tidak bisa pulang lagi ke rumah.

Te O : Sama-sama. Aku akan pergi.

Jae Won : Kau membuatku kembali bekerja, dan kau akan pulang?

Te O : Ya. Aku ada kencan. Sampai jumpa besok.

Te O pun beranjak keluar dari ruangan Jae Won.


Di depan Dereve, seorang gadis berparas bule tengah menunggu seseorang. Te O keluar dari Dereve dan berlari ke arah gadis itu. Gadis itu juga berlari ke arah Te O. Mereka lalu berpelukan dan diperhatikan orang2 di dalam kantor.

Jae Won juga melihat dari jendelanya sambil memikirkan kata2 Te O tadi.

Te O : Kau bilang kau lebih suka disebut desainer daripada CEO.


Direktur Eksekutif Park akhirnya datang.

Jae Won pun menyuruh Direktur Eksekutif Park duduk, lalu beranjak dari jendelanya.


Seketaris Kim menaruh beberapa berkas di atas meja Jae Won.

Seketaris Kim : Ini semua berkasnya.

Jae Won : Kau boleh pulang.


Jae Won meninjau2 berkas itu. Sementara karyawannya sudah pulang. Setelah selesai meninjau, Jae Won menandatangani berkas permintaan perubahan desain kamera rumah. Lampu-lampu di kantor Jae Won hanya sebagian yang menyala dan Jae Won sendirian.

Setelah kerjaannya beres, Jae menutup pena nya dan memejamkan matanya.


Adegan kembali pada wawancara Jae Won.

Reporter : Anda mengelola perusahaan selama lebih dari sepuluh tahun. Apa ada krisis?

Jae Won : Kapan momen tersulit? Setelah kuingat kembali, kurasa setiap momen adalah krisis. Momen terberat bagiku adalah saat aku menghadapi badai saat aku tidak menduganya.


Seseorang dengan sengaja menjatuhkan rak tempat penghargaan Jae Won ditaruh.


Jae Won yang mendengar itu, bergegas keluar. Bersamaan dengan itu, seorang yang berpakaian hitam beranjak pergi. Orang itu juga mengenakan topi hitam dan masker hitam.

Jae Won terkejut melihat rak penghargaannya jatuh. Tak lama, dia menerima kiriman foto dan pesan dari nomor asing. Kiriman foto yang diterimanya adalah foto bunga di dalam tempat sampah yang tadi dibuang Seketaris Kim.

"Jangan maafkan dia yang tidak percaya"


Jae Won yang ketakutan, menghubungi 112.

Jae Won : Aku ingin melaporkan sesuatu. Aku di...


Tiba2, Jae Won mendengar suara di belakangnya. Dengan tubuh gemetar, dia menoleh ke belakang dan melihat pintu di depannya sedikit terbuka. Sontak lah Jae Won melangkah mundur dan tiba di dekat tangga. Tiba-tiba, seorang pria keluar dari balik pintu dan berlari ke arahnya. Sontak lah, Jae Won langsung turun ke bawah. Pria itu mengejarnya. Jae Won pun menjatuhkn kursi untuk menghalangi pria itu mengejarnya. Bersamaan dengan itu, ponselnya jatuh ke lantai.


Jae Won berlari lagi. Pria itu berhasil meraih lengannya. Jae Won mendorong pria itu dan lari ke ruangannya. Tak lupa dia mengunci pintu. Tepat setelah dia mengunci pintu, pria itu muncul dan coba membuka pintu. Jae Won mematikan lampu di ruangannya, juga menutup jendelanya memakai remote pintarnya.

Setelah itu, Jae Won mencoba menghubungi seseorang memakai telepon di ruangannya namun teleponnya tak berfungsi. Dia lalu mencoba menghubungi seseorang lewat aplikasi chat di komputer tapi internet tak berfungsi. Sementara pria itu, menatap Jae Won dari jendela lain. Jae Won menoleh ke samping. Melihat pria itu, Jae Won menjerit dan bersembunyi di kolong meja.


Jae Won lantas mendengar suara mesin bor.

Ternyata, pria itu tengah mem-bor lobang kunci.


Jae Won pun menarik tas kecilnya dan menumpahkan isinya. Isinya, peralatan tukang. Jae Won mengambil obeng, sebagai senjata untuk melindungi dirinya. Sementara, pria itu berhasil masuk. Dia memecahkan kaca jendela pintu di dekat gagang. Setelah itu, dia memasukkan tangannya dan membuka pintu.

Jae Won makin gemetar melihat pria itu berjalan ke arahnya sambil membawa palu besar. Kamera menyorot gambar di kaos pria itu.


Tepat saat itu, seseorang datang.

"Ada orang di sana?"

Jae Won teriak, disini!

Pria itu kabur.

"Apa terjadi sesuatu, Nona Seo? Siapa itu?"

"Di sini!"


Sekarang, para petugas forensik tengah bekerja. Mereka mencoba mengambil jejak apapun dari si pelaku di ruangan Jae Won. Seketaris Kim mendekati Jae Won, membawakan minum. Seorang detektif menanyai Jae Won.

"Sudah berapa lama kamu dikuntit?"

"Kurasa sudah sekitar tujuh tahun."

"Apa penguntit itu pernah datang seperti ini?"

"Tidak. Sebagian besar SMS atau surel. Terkadang dia mengirimiku hadiah. Tapi dia belum pernah datang ke kantorku."


Rekan detektif datang, ngasih tahu kalau kamera pengawas di kantor dan lobi tidak merekam karena inspeksi rutin.

Sontak lah detektif tadi langsung menanyai Jae Won.

"Apa itu sesuatu yang kau tahu?"

"Ya. Kami diberi tahu lewat surel bahwa akan ada inspeksi malam ini." jawab Seketaris Kim.


"Artinya semua pegawai di sini bisa menjadi tersangka."

Jae Won kaget mendengarnya.

"Ada orang yang kau curigai?"

"Menurutmu kau bisa menangkapnya?"


Te O datang bersamaan dengan para petugas kepolisian yang beranjak pergi dari kantornya. Te O langsung menemui Jae Won.

Te O : Kau baik-baik saja?

Jae Won : Kau datang? Maaf meneleponmu larut malam. Tapi kau harus pergi ke konferensi desain menggantikanku.

Te O : Aku tanya apa kau baik-baik saja.

Jae Won : Ya, seperti yang kau lihat. Ini presentasi penting. Pastikan kau memeriksa semuanya.

Te O : Kau terluka?

Jae Won : Tidak.

Te O : Kau melihat wajahnya? Kau mencurigai seseorang?

Jae Won terdiam dan ingat kata2 detektif kalau semua pegawai Jae Won bisa menjadi tersangka.

Jae Won : Bagaimana menurutmu? Apa ada orang di perusahaan ini...

Tapi Jae Won lantas meminta Te O melupakan kata2nya barusan.


Te O : Ayo pergi bersama. Aku akan mengantarmu pulang.

Jae Won : Aku ada rapat pagi-pagi sekali. Aku juga harus melihat-lihat toko.

Te O : Apa pekerjaan adalah prioritasmu bahkan di saat seperti ini?

Jae Won : Prioritas utamaku adalah tidak membiarkan ini memengaruhi pekerjaanku bahkan di saat begini.

Te O : Aku akan ada di mejaku. Hubungi aku jika kau butuh bantuan.

Jae Won : Kau tidak pulang?

Te O : Kau menyuruhku pulang setelah memberiku tugas?


Te O beranjak keluar. Jae Won berusaha menenangkan dirinya. Te O yang melihat itu, mengetuk jendela Jae Won. Jae Won pun menoleh ke Te O. Te O meng-kode, ngasih tahu kalau dia ada di ruangannya. Jae Won jadi terdiam, karena kata2 si detektif. Kamera menyorot kamera rumh di atas meja.


Hari sudah mulai pagi. Jae Won yang tengah nge-gym, teringat seseorang yang menyerangnya. Namun ketika bersembunyi di kolong meja, dia ingat melihat gambar di kaos si pelaku.


Ketika hari sudah terang, Jae Won mengunjungi toko tempat produknya dijual.

"Bagaimana respons dari produk baru?" tanya Jae Won.

"Responsnya sangat baik, Nona Seo. Ada lebih banyak pelanggan yang mengunjungi toko. Kita juga menerima banyak pertanyaan telepon." jawab manajer.


Seorang pria mendekati Jae Won. Manajer pikir, itu calon pembeli.

"Pak, jika anda butuh bantuan, seorang staf bersedia membantu." ucap manajer.

Tapi pria itu bilang dia ingin bertemu Jae Won.

Jae Won menatap pria itu, siapa kau?

"Apa ibumu Jung Mi Hyang?" tanya pria itu, membuat Jae Won terkejut.


Mereka bicara berdua.

Pria itu bilang tidak mudah bertemu orang terkenal seperti Jae Won.

Kamera menyorot kartu nama pria itu yang kini di tangan Jae Won. Pria itu Nam Tae Joo, orang asuransi.


Tae Joo : Aku meneleponmu berkali-kali dan mengunjungi kantormu.

Jae Won : Jadi, anda ingin menemuiku karena ibuku?

Tae Joo : Sebelum meninggal, dia membeli asuransi kami. Setelah kematiannya, suaminya, Seo Chang Seok, menerima uang asuransi itu. Kau tahu soal itu, bukan?

Jae Won terkejut mendengarnya.

Jae Won : Kurasa aku pernah mendengarnya dari ayahku.

Tae Joo : Apa dia juga memberitahumu berapa jumlahnya?

Jae Won : Itu bukan jumlah yang besar. Jadi, kusuruh dia pakai itu sendiri.

Tapi dari raut Jae Won, kita tahu Jae Won berbohong.

Tae Joo : Astaga. Apa karena kau CEO? Kau sangat murah hati. Apa 500.000 dolar tidak banyak untukmu?

Jae Won terkejut mendengar nominal asuransi ibunya.

Tae Joo : Penyebab kematiannya adalah sindrom disfungsi beberapa organ, bukan? Apa dia mengidap penyakit kronis saat masih hidup?

Jae Won : Bukankah anda harus menyelidiki sebelum membayarkan asuransi?

Tae Joo : Benar.

Jae Won : Langsung saja ke intinya.

Tae Joo : Aku akan jujur. Ada satu hal yang kami lewatkan selama proses penyelidikan.


Kita diperlihatkan flashback saat Pak Seo melarikan istrinya ke rumah sakit.


Tae Joo : Sebelum meninggal, dia dibawa ke UGD tiga kali setelah meracuni dirinya dengan pestisida. Pak Seo selalu menemaninya. Menurut rumah sakit, dia tidak sengaja meracuni dirinya, tiga kali. Kecuali dia meminumnya untuk bunuh diri atau seseorang meracuninya, itu tidak mungkin kesalahan, ketiganya. Kemungkinannya kecil. Benar, bukan?

Jae Won : Jadi?

Tae Joo : Menurutku, Pak Seo...

Jae Won tersinggung, tidak.

Tae Joo : Kau sangat yakin soal itu.

Jae Won : Karena dia ayahku.

Tae Joo : Benar. Ayahmu.

Jae Won : Anda punya bukti? Bahwa itu berkaitan dengan ayahku?

Tae Joo : Kami masih menyelidikinya.

Jae Won : Kalau begitu, biar kuperjelas. Aku tidak akan diam saja jika ini diketahui publik tanpa bukti jelas.

Tae Joo : Aku mengerti.


Jae Won masuk ke kamar putrinya. A Rin sudah tidur. Dia menatap A Rin sejenak. Setelah itu, dia melihat lukisan A Rin di atas meja disamping tempat tidur A Rin.

Itu lukisan ketika A Rin merayakan ultah Pak Seo. Dan hanya ada, Pak Seo, A Rin dan Soon Young di lukisan A Rin. A Rin juga menuliskan kalimat selamat ulang tahun.

Jae Won pun teringat kata2 Tae Joo tadi.

Tae Joo : Satu hal lagi. Pak Seo bukan ayah kandungmu, bukan? Menurut dokumen itu, ibumu menikah lagi dengannya pada tahun 1988. Itu artinya dia ayah tirimu.


Soon  Young lagi menuangkan teh ke cangkir di dapur.

Jae Won datang.

Soon Young : Kau juga mau secangkir teh, Sayang?

Jae Won tak menjawab dan memeluk Soon Young dari belakang.

Soon Young : Tidak bisa begini. Aku tahu kau melakukan ini sebelum aku marah padamu karena baru pulang usai tiga hari.

Jae Won : Rasanya seperti aku beristirahat dengan baik sekarang.

Soon Young : Astaga, aku hampir tertipu.


Soon Young lalu menyuruh Jae Won duduk.

Soon Young melihat Jae Won murung.

Soon Young : Ada apa? Terjadi sesuatu, bukan? Aku bisa tahu dari ekspresimu.

Jae Won diam.

Soon Young : Ada apa? Katakan.

Jae Won diam saja.

Soon Young mengerti.

Soon Young : Baiklah. Kau bisa memberitahuku saat kau mau. Aku selalu siap.

Jae Won pun cerita.

Jae Won : Aku kedatangan tamu dari perusahaan asuransi hari ini.

Soon Young : Perusahaan asuransi?

Jae Won : Dia bilang ibuku punya asuransi. Ayahku menerima asuransinya setelah dia meninggal. Sebelum meninggal, dia minum pestisida dan dikirim ke UGD sebanyak tiga kali.

Soon Young : Apa maksudmu?

Jae Won : Menurut dia, kematiannya mungkin terkait dengan ayah.

Soon Young : Ayahmu? Apa dia bilang ayahmu mungkin terkait dengan itu? Ayolah. Itu tidak masuk akal. Dia tidak akan pernah melakukan hal begitu. Kau lebih tahu dariku. Kau tidak berpikir dia akan melakukan itu, bukan?

Jae Won : Entahlah.


Hari semakin larut. Jae Won tidak bisa tidur. Dia menuangkan miras ke cangkir berisi es batu. Setelah itu, dia memegang cangkirnya dan beranjak ke depan jendela dapur. Tapi kemudian, dia menatap es batu di dalam gelasnya. Jae Won tak jadi minum dan membuang isinya.


Paginya, Jae Won mendekati A Rin yang sudah duduk di ruang makan bersama pembantu. Pembantu lantas beranjak dari ruang makan begitu Jae Won datang.

Jae Won : Tuan putri ibu. Apa tidurmu nyenyak?

A Rin : Ya.

Hari itu, tanggal "15 Mei 2023, hari kejadian"

Jae Won : Bagaimana keadaan TK belakangan ini? Kau bersenang-senang dengan teman-temanmu?

A Rin : Selalu sama. Itu membosankan.


Jae Won : Bagaimana dengan pacarmu? Siapa itu? Do Yoon?

Pembantu yang mendengar itu, memberitahu Jae Won bukan Do Yoon, tapi Han Gyeol.


Soon Young datang.

Soon Young : Apa yang kalian bicarakan?

Jae Won : Pacarnya.

Soon Young : Seo Jun?

Jae Won terkejut mendengarnya.

Soon Young menatap putrinya.

Soon Young : Kau sudah memberi tahu Ibu tentang dia?

A Rin hanya mengangkat kedua bahunya, lalu dia tertawa.

Jae Won : Apa ini, Heo A Rin? Kau punya berapa pacar?

A Rin : Menjadi populer itu melelahkan.

Soon Young : Bagaimana dengan Seo Jun? Kau mencampakkannya?

Mereka tertawa.


Soon Young mengantarkan Jae Won ke mobil.

Jae Won membuka pintu dan mau masuk ke mobil tapi Soon Young memanggilnya.

Soon Young : Jae Won-ah, kau akan baik-baik saja? Mengenai ayahmu.

Jae Won : Ya. Aku akan pergi.

Jae Won masuk ke mobil.

Soon Young tersenyum pada Jae Won yang sudah di dalam mobil.

Jae Won membalas senyum Soon Young.

Setelah Jae Won pergi, Soon Young kembali ke rumah.


Sekarang, Jae Won sudah memasuki lobi kantornya. Dia beranjak mendekati lift sambil bicara dengan seseorang di telepon.

Jae Won : Aku akan memeriksa dan mengabarimu. Kapan kami bisa menerima sampelnya?

Pintu lift terbuka.

Di dalam, Jae Won melihat seorang pria berpenampilan sama dengan pelaku penyerangannya tadi malam. Sontak Jae Won syok dan ponselnya meluncur jatuh begitu saja dari tangannya. Ditambah lagi, pria itu mengenakan kaos bergambar joker, sama seperti gambar di kaos si penyerang.


Pria itu keluar dari lift dan beranjak mendekati Jae Won. Jae Won mematung. Dia takut luar biasa. Tapi pria itu hanya mau mengambilkan ponsel Jae Won yang jatuh di bawah.

"Ini punyamu."

Setelah mengembalikan ponsel Jae Won, pria itu pergi.

Jae Won buru2 masuk ke lift dan lanjut bicara di telepon.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya. Maafkan aku. Aku akan mengabarimu nanti."

Jae Won lega luar biasa. Dia pikir, dia akan diserang lagi pagi itu.

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment