My Happy Ending Episode 2 Part 1

 All About From : TV Chosun
Sinopsis Lengkap : My Happy Ending
Sebelumnya : My Happy Ending Episode 1 Part 2
Selanjutnya : My Happy Ending Episode 2 Part 2


Soon Young lagi mandi. Sementara Soon Young mandi, Yoon Jin membuat sarapan. Soon Young lalu keluar dan melihat Yoon Jin lagi masak. Soon Young pun mendekati meja makan sambil bertanya, kapan Yoon Jin membuat semua itu. Soon Young lalu minum. Yoon Jin mendekati Soon Young. Dia memeluk Soon Young dari belakang dan bicara sambil tersenyum, meminta Soon Young menunggu sebentar karena sarapan hampir siap.

Soon Young : Aku merasa sangat bersalah.

Soon Young pun berbalik dan menatap Yoon Jin.

Soon Young : Aku harus pergi.

Yoon Jin : Sekarang? Kenapa?


Soon Young pun memeluk Yoon Jin.

Soon Young : Maaf. Aku akan berpura-pura memakannya.

Soon Young lalu melepas pelukannya. Yoon Jin menatap Soon Young dan tersenyum.

Yoon Jin : Yang benar saja. Baiklah. Tapi hubungi aku nanti.

Yoon Jin lalu memeluk Soon Young.


Jae Won jatuh ke sungai setelah dicekik si penguntit. Jae Won tak sadarkan diri dan tenggelam. Kita lalu diperlihatkan kilasan masa lalu Jae Won. Sepasang kaki yang dihantam ombak, Jae Won yang menikmati susunya, lalu kotak susu yang ditaruh berjejeran di atas pasir di samping sepasang sepatu dan boneka.

Jae Won lalu tersadar dan berusaha berenang ke permukaan, tapi dia kehabisan oksigen dan tenggelam lagi.


Bersamaan dengan itu, Jae Won terbangun dari pingsannya dengan wajah syok. Soon Young yang melihat itu, menatap cemas Jae Won. Tapi Jae Won tak merespon saat ditanya kondisinya. Soon Young yang cemas, memanggil dokter. Jae Won nangis. Dia nampak putus asa.


Dokter : Ini mungkin sementara. Lebih baik dia tetap tenang setelah kecelakaan yang mengejutkan itu. Dia pasti kesakitan karena tulang rusuknya retak. Jika terlalu banyak bergerak, dia bisa menderita efek samping. Dia harus berbaring untuk sementara waktu.

Jae Won duduk di ranjangnya, mendengar penjelasan dokter.

Soon Young mengerti. Tapi, dia bertanya sekali lagi agar benar-benar yakin kondisi Jae Won baik-baik saja. Dokter bilang tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dokter lalu keluar.


Ponsel Soon Young berbunyi. Jae Won melirik ke ponsel Soon Young. Soon Young bergegas mendekati ponselnya. Jae Won terdiam menatap Soon Young. Soon Young pun duduk. Dengan mata masih menatap ke layar ponsel, Soon Young ngasih tahu Jae Won kalau Pak Seo menginap di RS saat Jae Won tak sadarkan diri di UGD.

Soon Young : Dia tidak tidur atau makan.

Jae Won merasa tak nyaman, berusaha mengubah posisi duduknya. Soon Young pun mendekati Jae Won dan menyuruh Jae Won berbaring. Jae Won bilang dia haus. Soon Young pun mengambilkan segelas air untuk Jae Won.

Soon Young : Polisi datang pagi ini. Jae Won-ah. Sekarang, katakan. Apa yang terjadi?

Jae Won ingat saat melihat Soon Young bersama Yoon Jin. Dia juga ingat kata2 Yoon Jin padanya, sebelum dia melihat Yoon Jin dan Soon Young.

Yoon Jin : Kau tahu perasaanku, bukan? Hanya kau yang kumiliki.

Jae Won pun berkata, dia mabuk dan membuat kesalahan.

Soon Young : Jangan konyol.


Perawat tiba2 masuk dan memanggil Soon Young. Perawat bilang, dokter ingin bicara.

Soon Young pun langsung pergi.

Jae Won masih diam saja menatap kepergian Soon Young.


Kwon Young Ik ke Dereve. Begitu turun dari mobil, dia langsung disambut oleh para direktur, termasuk Direktur Park. Direktur Park bilang, sudah siap di ruang rapat.

Para pegawai yang papasan dengan Young Ik, memberikan hormat.

Te O di ruangannya, terdiam melihat Young Ik datang.


Young Ik ke ruangan Jae Won. Dia melihat artikel Jae Won yang jatuh ke sungai.

Direktur Park : Kami berusaha keras menghentikan artikel spekulatif. Polisi akan segera mengumumkan hasil penyelidikan mereka.

Young Ik : Tidak akan ada efek langsung. Lalu penjualan kuartal terakhir...

Direktur Park : Itu bagus.

Young Ik : Aku akan mendengarnya dari Bu Seo nanti.


Young Ik kemudian beranjak keluar, diikuti semuanya. Saat melewati lobi yang satu sisinya ditutupi spanduk bertuliskan 'Dereve' dan 'Casamia', langkah Young Ik terhenti. Young Ik lalu menyuruh semuanya pergi. Direktur Park heran, semuanya.

Young Ik : Semuanya!


Semua pergi. Setelah semuanya pergi, Young Ik masuk ke balik spanduk dan melihat lukisan Yoon Jin. Yoon Jin datang dan agak terdiam melihat Young Ik. Young Ik tampak kesal.

Young Ik : Ini yang membuatmu sibuk siang dan malam?

Yoon Jin menjawab Young Ik dengan dingin.

Yoon Jin : Aku bisa mengurus diriku sendiri.

Young Ik marah, bukan ini alasan ayah habiskan uang agar kau belajar di luar negeri.

Yoon Jin : Ayah pikir hebat membuka pameran dengan nama ayah? Aku memenangi kontrak ini dengan kemampuanku sendiri.

Young Ik : Kau pasti senang diakui oleh temanmu selama 20 tahun.

Young Ik pun pergi.

Yoon Jin pun menarik napas dan menggigit bibirnya, pertanda dia lagi kesal.


Jae Won lagi melihat foto2 jembatan tempat dia jatuh. Seketaris Kim bilang, tempat Jae Won jatuh jarang dikunjungi orang dan lokasi terpencil, jadi tak ada CCTV dipasang. Orang yang melapor adalah pria berusia 50-an. Dia bersaksi hanya melihat sesuatu yang jatuh dan tidak ada hal lain. Karena itu sudah larut malam, tidak akan mudah menemukan saksi lain.

Jae Won : Bagaimana dengan reporter?

Seketaris Kim : Aku sudah menjelaskan bahwa anda tergelincir.

Jae Won : Jangan sampai ada artikel spekulatif.

Seketaris Kim : Baik, Bu.


Jae Won : Apa jadwalku hari ini?

Seketaris Kim : Rapat tentang gaya ruang pameran untuk bulan depan, laporan penjualan tim keuangan, dan rapat tentang tema pembaruan situs web.

Jae Won : Untuk rapat gaya, suruh Direktur Park untuk menghadirinya. Aku akan membuat laporan penjualan di malam hari di rumahku. Aku akan mengadakan rapat tema di sini satu jam lagi. Aku akan kembali bekerja besok.

Seketaris Kim kaget, besok?

Jae Won :  Bersiaplah.

Seketaris Kim : Aku diberi tahu anda harus dirawat di rumah sakit beberapa hari lagi.

Jae Won : Kata siapa?


Soon Young tengah memotong kayu. Yoon Jin duduk di belakangnya. Yoon Jin tersenyum melihat Soon Young, lalu dia memanggil Soon Young. Dia menyuruh Soon Young berhenti, lalu menyuruh Soon Young mendekat padanya.

Soon Young : Aku hampir selesai.

Soon Young lantas duduk disamping Yoon Jin. Mereka lalu bersulang. Setelah itu, Yoon Jin merangkul dan merebahkan kepalanya ke bahu Soon Young.

Yoon Jin : Ini nyaman sekali. Ini nyaman.

Sebuah pemandangan mencuri perhatian Yoon Jin. Yoon Jin tersenyum dan menyuruh Soon Young melihat apa yang dia lihat. Ternyata, Yoon Jin melihat sebuah keluarga kecil yang tengah piknik seperti mereka. Yoon Jin pun iri.

Yoon Jin : Jika bertemu lebih awal, kita mungkin akan punya anak sebesar itu, bukan? Hanya jika kita bertemu mungkin tujuh tahun lebih awal.

Soon Young : Aku tidak yakin.


Yoon Jin sewot, kau tidak bisa membaca situasi? Hanya itu yang kau katakan? Kapan kau akan belajar mengatakan bahwa itu tidak pernah terlambat? Tentang pernikahan kita. Anak kita.

Soon Young : Aku tidak berniat mengatakan ini, tapi...


Ponsel Soon Young berbunyi.

Soon Young : Sebentar.

Yoon Jin : Siapa itu?

Soon Young : Ini soal pekerjaan. Maaf, tapi biarkan aku menelepon dahulu.

Soon Young pun beranjak menjauhi Yoon Jin.

Soon Young lalu melihat isi galeri ponselnya yang kebanyakan foto2 dengan Yoon Jin.

Dan dia mengklik sebuah foto.


Te O lagi melihat rekaman malam itu ketika Jae Won diserang.

Tapi tiba-tiba, videonya rusak.


Jae Won tengah memakai antingnya di depan cermin. Dia sudah rapi dengan baju kerjanya. Soon Young yang duduk di kasur, menatap Jae Won. Dia tanya, apa Jae Won yakin mau kerja. Soon Young lalu mendekati Jae Won. Dia menyuruh Jae Won libur. Jae Won terkejut setengah mato saat Soon Young menyentuh bahunya. Soon Young heran dengan reaksi Jae Won.

Jae Won : Kau membuatku takut.

Soon Young minta maaf, sambil menatap heran Jae Won.

Soon Young lalu mengambilkan anting Jae Won yang jatuh ke lantai, saat Jae Won kaget tadi.

Soon Young pun bertanya sekali lagi apa Jae Won baik2 saja.

Jae Won sewot, aku baik-baik saja. Berapa kali harus kukatakan? Aku baik-baik saja.

Soon Young makin heran dengan sikap Jae Won.


Sekarang, Jae Won sudah tiba di kantornya dan dia terus beranjak ke ruangannya. Begitu masuk ke ruangannya, Jae Won pun duduk di balik meja desainnya dan mulai mendesain. Lalu dia mendengar suara Seung Gyu diluar.


Seung Gyu sendiri lagi mengobrol dengan dua karyawan lain.

Seung Gyu melihat Jae Won yang sudah masuk. Dia pun memuji Jae Won.

Seung Gyu : Dia luar biasa. Kukira dia tidak akan bisa bekerja untuk sementara.

Salah satu karyawan lawan bicaranya Seung Gyu bilang kalau Jae Won dikenal gila kerja karena suatu alasan.

"Kau akan terkejut melihat jadwalnya. Dia tidak punya celah dari saat dia bangun sampai dia tidur. Rumor mengatakan dia bekerja di kamar pengantin wanita di hari pernikahannya."


Te O yang baru datang, berhenti sejenak di depan ruangan Jae Won. Dia melihat Jae Won. Jae Won juga melihat Te O dan teringat pelaku yang menyerangnya dan juga kaos bergambar joker milik si pelaku. Jae Won yang mengira pelakunya Te O, langsung gugup dan mengalihkan pandangannya ke kertas desain. Te O terus menatap Jae Won.


Pak Seo di resepsionis. Dia menitipkan sesuatu pada resepsionis untuk Jae Won.

Resepsionis : Anda mau bertemu dengannya sebelum pergi?

Pak Seo : Tidak.

Pak Seo pergi.


Jae Won berusaha fokus mendesain, meski pikirannya kemana-mana. Tiba2, Yoon Jin masuk dan memegang bahunya. Sontak Jae Won kaget. Yoon Jin mengaku sangat mencemaskan Jae Won. Jae Won pun menyingkirkan tangan Yoon Jin dari bahunya. Yoon Jin minta maaf dan tanya, apa Jae Won masih kesakitan.

Jae Won menjawab sekenanya, ya.


Jae Won lalu beranjak ke mejanya dan pura2 sibuk dengan dokumennya.

Yoon Jin : Apa yang terjadi?

Jae Won : Kau tidak membaca artikelnya?

Yoon Jin : Aku membacanya...

Jae Won : Seperti kata mereka. Ada yang ingin kau katakan?

Yoon Jin : Apa kau kesulitan?

Jae Won menatap Yoon Jin dengan tatapan kecewa.

Jae Won : Memang sulit. Sangat sulit.


Jae Won lantas menghubungi Seketaris Kim.

Jae Won : Bawakan berkas yang harus kuteken.

Melihat Jae Won sibuk, Yoon Jin pun pamit.

Yoon Jin : Beri tahu aku jika ada yang bisa kubantu. Sampai jumpa.


Seketaris Kim masuk, membawa berkas yang diminta Jae Won serta titipan Pak Seo.

Seketaris Kim lalu meletakkan sebuah termos di atas meja Jae Won.

Seketaris Kim : Ini dari ayah anda.

Jae Won : Ayahku?

Seketaris Kim : Ya. Dia meninggalkannya di meja keamanan tadi pagi.

Jae Won : Terima kasih.

Seketaris Kim beranjak keluar.


Jae Won menatap kiriman makanan dari sang ayah, sambil memikirkan kata2 Tae Joo bahwa ibunya dibawa ke UGD tiga kali setelah minum pestisida.

Tae Joo : Pak Seo selalu menemaninya. Dia meminumnya untuk bunuh diri atau seseorang meracuninya. Ketiganya tidak mungkin kesalahan.


Kita juga diperlihatkan flashback saat ibunya Jae Won dilarikan ke UGD. Pak Seo mengikuti sambil memegang sebuah botol plastik, bekas minum ibunya Jae Won.

Jae Won stress dan bingung harus mengambil keputusan apa.


Tiba2, sang ayah menelponnya.

Pak Seo sendiri sudah berada di terminal saat berbicara dengan Jae Won.

Pak Seo : Ya, kau sudah dapat supnya?

Jae Won : Ya.

Pak Seo : Itu kaldu sapi. Ayah dengar itu menjaga tulangmu tetap sehat. Ayah membeli tulang sapi, kaki, dan tulang rawan lutut lalu merebusnya semalaman.

Jae Won : Kenapa ayah repot-repot? Aku bisa membelinya sendiri.

Pak Seo : Astaga. Tidak ada yang lebih baik daripada buatan sendiri. Pastikan kau memakannya. Hanya itu yang bisa ayah lakukan untukmu, Jae Won.

Jae Won : Kapan ayah datang ke kantor?

Pak Seo : Ayah datang lebih awal agar tidak mengganggu pekerjaanmu. Jangan hiraukan ayah.

Jae Won : Ayah.

Pak Seo : Ya?

Jae Won : Terima kasih.

Pak Seo : Beri tahu ayah kapan saja jika kau mau tambah. Kau pasti sibuk. Sudah dahulu. Semoga harimu menyenangkan.


Jae Won pun membuang sup nya ke WC. Dia tak percaya Pak Seo. Setelah membuang sup nya ke WC, dia membuang termos nya ke tong sampah.

Jae Won lalu beranjak keluar. Dia berjalan di koridor sambil bicara dengan seseorang di telepon.

Jae Won : Ini Seo Jae Won. Kau punya waktu untuk bertemu hari ini? Akan kuberi tahu detailnya secara langsung. Sampai jumpa di sana.


Begitu selesai menelpon, langkahnya terhenti karena dia melihat Te O di depannya. Te O sendiri tengah menatap Jae Won. Tangan Jae Won langsung gemetar. Dia takut.

Te O yang tahu Jae Won takut kepadanya, menyuruh Jae Won tetap berdiri di sana.

Te O : Aku akan bicara di sini. Bagaimana perasaanmu? Masih bertahan?

Jae Won diam saja menatap Te O.

Te O : Entah kesalahpahaman apa yang kau miliki tentangku, tapi pikirkanlah lagi. Atau beri aku kesempatan untuk menjelaskan.

Jae Won : Kenapa aku harus melakukan itu?

Te O : Karena kita sudah menghabiskan banyak waktu bersama.

Jae Won : Aku tidak butuh penjelasanmu.

Te O : Lalu?

Jae Won : Tunggu. Sampai aku membuat keputusan.

Te O : Bagaimana kau akan menghakimiku? Berapa banyak yang kau tahu tentangku?

Jae Won diam saja, sembari menatap Te O dengan tatapan takut.

Te O menghela nafas, lalu beranjak pergi.


Tae Joo duduk di sebuah kafe. Dia mengambil spot di dekat jendela. Dia menunggu seseorang, dengan sebuah minuman di depannya. Tak lama, Jae Won yang ditunggunya datang. Tae Joo bilang meski dia memberi Jae Won kartu namanya, dia tak menduga Jae Won akan menghubunginya secepat itu.

Jae Won : Aku punya tawaran.

Tae Joo tertawa mendengarnya.

Tae Joo : Itu bahkan lebih tidak terduga. Apa itu?

Jae Won : Sebelum itu, aku harus memastikan sesuatu tentangmu.

Tanpa mereka sadari, seseorang memotret mereka.


Jae Won : Saat kau menjadi CEO perusahaan yang layak, kau bukan hanya menghasilkan banyak uang, tapi kau juga punya koneksi di berbagai bidang. Jadi, aku mencari tahu tentangmu. Kenapa kau mengorek-ngorek yang sudah terjadi di masa lalu?

Tae Joo : Itu... begini...

Jae Won : Aku penasaran dengan apa yang kau temukan. Bahwa kau detektif dari unit kejahatan berat. Kau mengundurkan diri sendiri saat diselidiki atas penyuapan. Tidak lama kemudian, secara kebetulan, kau dibebaskan.

Tae Joo : Aku tidak pernah bisa menyembunyikan apa pun darimu. Lalu kenapa kau sangat tidak peduli dengan keluargamu?

Jae Won : Aku akan menyelidikinya sekarang. Dan menemukan setiap detail.

Tae Joo : Apa tawaranmu?

Jae Won : Teruskan yang kau lakukan. Selidiki bagaimana ibuku meninggal. Bukan untuk asuransi, tapi untukku.

Tae Joo : Apa alasannya?

Jae Won : Kau tidak berhenti bekerja hanya untuk menjadi pegawai. Apa kau puas dengan gajimu sekarang? Jika tidak, aku bisa menutupinya untukmu. Cukup untuk membuatmu bahagia.

Tae Joo mengalihkan pandangannya dan tertawa. Lalu dia kembali menatap Jae Won. Sorot matanya mengisyaratkan dia tertarik dengan tawaran Jae Won.


Soon Young tanpa kacamata mendatangi Yayasan Beasiswa Seni Yein. Dia berdiri lobi.

Bersamaan dengan itu, Young Ik keluar bersama para direktur. Young Ik melihat Soon Young, tapi dia berlalu begitu saja.

Begitu Young Ik pergi, Soon Young tanpa kacamata menatap Young Ik.


Jae Won yang baru pulang, mencari A Rin. Pembantu bilang, A Rin demam dan tidur lebih awal setelah minum obat. Pembantu juga bilang kalau Soon Young pergi sebentar. Mendengar A Rin sakit, Jae Won langsung ke kamar A Rin.


Jae Won memeriksa panas A Rin. Setelah itu dia merapikan selimut A Rin. A Rin terbangun. Sambil mengucek2 mata, A Rin tanya, kapan Jae Won pulang.

Jae Won : Baru saja. Maafkan ibu. Apa ibu membangunkanmu?

A Rin : Ibu tidak sibuk hari ini?

Jae Won : Tidak lagi.

Mendengar itu, A Rin mengajak ibunya tidur bareng.


Jae Won mengangguk dan mencium kening A Rin.

Jae Won : Kau mau tidur bersama, Tuan Putri? Baiklah.

Jae Won membaringkan A Rin. Setelah itu dia berbaring disamping A Rin. A Rin kembali tidur. Jae Won tak henti menatap A Rin. Lalu dia membelai A Rin dan mencium A Rin.


Jae Won lalu keluar dari kamar A Rin. Dia lantas menghubungi Seketaris Kim.

Jae Won : Apa Nona Kwon bekerja?

Seketaris Kim melihat Yoon Jin tengah bekerja, mengurusi lobi.

Seketaris Kim : Ya, dia sedang bekerja. Anda mau bicara dengannya?

Jae Won : Tidak usah.


Jae Won berusaha menenangkan dirinya. Dia menghela nafas.

Lalu Soon Young pulang.

Soon Young : Kau pulang lebih awal.

Jae Won : Kau pergi ke mana?

Soon Young : Aku pergi berolahraga.


Soon Young lantas mendekati Jae Won dan menaruh tasnya di atas meja wastafel.

Soon Young : Astaga. Tubuhku terasa berat setelah beristirahat beberapa hari. Benar juga. Bagaimana perasaanmu? Bagaimana dengan obatnya? Kau sudah meminumnya?

Jae Won minum air.

Soon Young : Kau harus lebih banyak beristirahat. Aku khawatir.

Jae Won menaruh gelasnya di atas meja dan menanggapi Soon Young dengan sinis.

Jae Won : Kau mengkhawatirkanku?

Soon Young : Tentu saja aku khawatir. Aku akan mandi dahulu.


Jae Won menatap kesal Soon Young, kau sungguh mengkhawatirkanku?

Soon Young menatap heran Jae Won, apa?

Jae Won lalu membanting gelasnya.

Jae Won : Lalu kenapa kau melakukan itu kepadaku?


Jae Won ingat saat memergoki Soon Young tanpa kacamata bersama Yoon Jin.

Lalu dia ingat saat mendatangi pusat kebugaran yang biasa Soon Young datangi, tapi, pihak pusat kebugaran bilang kalau Soon Young buat anggota mereka karena belum memperbarui keanggotan selama 3 bulan.

Namun, Jae Won tidak mengatakan soal dia yang memergoki Soon Young tanpa kacamata dengan Yoon Jin."

Soon Young : Hari itu aku memang pergi berolahraga.

Soon Young lalu teringat kalau hari itu dia masuk ke pusat kebugaran lain. Ada di lantai atas, gedung yang sama.

Soon Young : Ternyata itu dikelola oleh temanku di SMA.


Jae Won : Bagaimana dengan pesannya?

Jae Won ingat pesan yang dikirimkan seseorang ke ponsel Soon Young. Orang itu bilang dia hampir sampai.


Soon Young awalnya heran, pesan?

Tapi kemudian dia bilang itu dari temanku. Kami seharusnya berolahraga bersama. Karena aku belum terbiasa dengan arloji itu. Aku tidak sengaja menghapus teksnya. Maaf membuatmu salah paham.

Jae Won : Omong-omong, apa kakakmu...


Jae Won ingat Soon Young punya kembaran.

Soon Young : Kakakku? Kenapa kau tiba-tiba membahasnya?

Jae Won : Tidak. Lupakan saja.

Jae Won beranjak pergi, dengan wajah bingung.


Soon Young mengejar Jae Won. Lalu dia memeluk Jae Won.

Soon Young : Aku sungguh minta maaf. Aku terlalu acuh. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Kau pasti merasa tidak enak, padahal sudah sakit. Maafkan aku. Tolong maafkan sekali saja. Aku akan berusaha lebih baik.


Besoknya,Jae Won tengah menggergaji memakai mesn gergajinya. Tapi, pikirannya kemana-mana. Dia memikirkan tentang Te O. Sebelumnya, Seketaris Kim memberikan informasi pribadi soal Te O karena dia minta. Seketaris Kim juga bilang kalau Te O ada di kelab malam pada tanggal 15, malam Jae Won diserang.

Jae Won : Kau yakin?

Seketaris Kim : Ya. Beberapa pegawai melihatnya.

Jae Won : Dia dipekerjakan empat tahun lalu. Dia dipekerjakan empat tahun lalu.


Lalu Jae Won ingat saat bertemu Te O di koridor kantor tadi.

Te O : Berapa banyak yang kau tahu tentangku?


Wajah Pak Seo juga terbayang di benaknya.


Lalu permintaan maaf Soon Young tadi, terngiang di telinganya.

Soon Young : Tolong maafkan sekali ini saja. Aku akan berusaha lebih baik.


Lalu dia ingat saat memergoki Soon Young tanpa kacamata bersama Yoon Jin.

Dia juga ingat kemarahannya tadi pada Soon Young.

Jae Won : Kenapa kau melakukan itu kepadaku?


Semuanya berkecamuk di pikirannya. Jari Jae Won ada di bawah mesin gergaji. Jae Won dengan pikirannya yang berkecamuk segala macam hal, menurunkan pemotong pisau. Tepat saat itu, Jae Won menarik jarinya dari atas kayu dan kayu terpotong.  Jae Won lantas berhenti sejenak dan menenangkan dirinya. Kemudian, dia mengambil botol obat sakit kepalanya. Dia mau minum obat sakit kepalanya tapi kemudian menjadi ragu.


Jae Won berjalan2 di kebun bunga. Tak lama, seorang wanita cantik bertopi datang membawa pot. Dia lalu menaruh pot itu di bawah dan mengambil sebuah tanaman. Wanita itu adalah dokternya Jae Won. Dia seorang psikiater bernama Jo Su Kyung.

Dokter Jo : Kau tahu terapi bunga? Beberapa penelitian mengatakan aroma bunga mengurangi stres dan depresi. Bukankah luar biasa aromanya bisa menyembuhkanmu?

Jae Won menatap bunga yang dipegang Dokter Jo.

Jae Won : Benar.

Dokter Jo : Aku tidak bisa menanyakan kabarmu. Aku melihat artikelnya.

Jae Won : Boleh aku minta secangkir teh?


Dokter Jo dan Jae Won lantas berbincang sambil minum teh.

Dokter Jo : Bagaimana dengan penguntitmu? Apa itu Yoon Te O?

Jae Won : Itu belum jelas. Aku sudah dikuntit selama lebih dari tujuh tahun. Tapi itu empat tahun lalu saat Te O datang ke Korea untuk kali pertama. Tidak masuk akal dia mulai menguntitku di Amerika tujuh tahun lalu padahal dia bahkan tidak mengenalku.

Dokter Jo : Itu benar.


Jae Won berjalan ke lift dari parkiran. Wajahnya masih murung. Ponselnya kemudian berbunyi. Pesan dari Soon Young.

Soon Young : Di mana kau?

Jae Won : Aku akan pulang larut. Jangan menungguku.


Jae Won lalu masuk ke kamar sebuah apartemen. Dia ingin menyendiri.  

Jae Won duduk di depan jendela besar di depannya dengan tatapan putus asa dan ingat saat ibunya mengajaknya bunuh diri. Saat itu, sang ibu menggendongnya dan membawanya ke tengah laut.

Jae Won : Apa rencanamu sekarang? Apa kau takut menghadapi kenyataan? Ini bukan kali pertama orang yang paling kau percayai...

Jae Won lalu protes, kenapa aku lagi? Kukira akhirnya aku bahagia. Kenapa aku lagi? Aku takut semuanya akan hancur.


Paginya, Jae Won terbangun dari tidurnya. Dia ketiduran di sofa, di apartemennya. Di atas meja, beserakan pil sakit kepalanya. Begitu bangun, Jae Won langsung memeriksa ponselnya. Ada panggilan tak terjawab dari Seketaris Kim.


Jae Won pun langsung ke kantor. Setibanya di kantor, dia terdiam melihat mobil Te O di parkiran.

Beberapa saat kemudian, dia tersadar dari diamnya dan bergegas masuk ke kantor.


Seketaris Kim berdiri di depan ruang rapat. Tak lama, Jae Won datang. Jae Won mau masuk ruang rapat, tapi langkahnya terhenti karena dia melihat Te O tengah memimpin rapat.

Seketaris Kim : Kami tidak bisa menghubungi anda jadi, Pak Yoon yang menghadiri rapat. Dia bilang ingin menunjukkan kepada para pejabat Hotel Seoul desain perabot hotel lebih dahulu.

Jae Won : Tapi desainnya belum selesai.

Seketaris Kim : Kurasa dia menyiapkannya sendiri.

Jae Won pun memuji Seketaris Kim sambil menatap Te O.

Jae Won : Begitu rupanya. Kau sudah bekerja keras.

Seketaris Kim : Aku tidak melakukannya.

Jae Won terus menatap Te O.


Jae Won pun mulai menyelidiki pemilik mobil berwarna putih itu. Dia ke parkiran bersama keamanan. Keamanan melihat catatannya. Lalu dia memberitahu Jae Won bahwa mobil itu terdaftar di bawah tim desain.

"Setahuku ini digunakan oleh pegawai di tim." ucap keamanan.

Jae Won jadi bingung Te O pelaku penyerangannya apa bukan.


Habis dari parkiran, Jae Won langsung ke lift. Tapi lift kemudian berhenti dan pintu terbuka. Jae Won terdiam melihat Te O di depan lift. Te O yang tahu Jae Won takut padanya, memilih tak masuk. Tapi, Jae Won menyuruhnya masuk.


Mereka terdiam beberapa saat, sebelum Te O akhirnya bicara.

Te O : Kau datang lebih awal.

Jae Won : Bagaimana rapatnya?

Te O : Ada urutan saat kau mengatakan sesuatu. Kurasa itu bukan hal pertama yang harus kau katakan.

Jae Won : Terima kasih sudah menggantikanku.

Te O : Apa kesalahpahaman tentangku sudah jelas sekarang?


Jae Won pun terdiam dan menatap Te O, dengan tatapan ragu.

Te O yang ditatap begitu, tanya, apa yang Jae Won pikirkan?

Jae Won : Benarkah bukan kau?

Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment