My Happy Ending Episode 5 Part 2

 All Content From : TV Chosun
Sinopsis Lengkap : My Happy Ending
Sebelumnya : My Happy Ending Episode 5 Part 1
Selanjutnya : My Happy Ending Episode 6 Part 1

Dibantu pembantu, Nyonya Kwon menyiapkan sarapan untuk Young Ik. Sementara Yoon Jin tengah melahap makanannya. Lalu Young Ik datang. Nyonya Kwon pun bergegas meninggalkan mereka berdua.

Young Ik : Mural untuk Dereve sudah selesai?

Yoon Jin : Belum.

Young Ik : Sampai kapan kau akan mempertahankannya? Ayah memberi tahu Pak Kim, direktur The One Gallery, tentangmu. Sebaiknya kau ke sana.

Yoon Jin : Aku akan mengurusnya sendiri.

Young Ik marah, bagaimana kau bisa mengurusnya sendiri? Kau bahkan tidak pernah
memenangi penghargaan, tidak dikenal seumur hidupmu. Kau harus mengadakan pameran yang bisa kau bicarakan sebelum ditunjuk sebagai profesor penuh.

Yoon Jin : Itu hanya universitas lokal. Ayah akan puas dengan itu?

Young Ik : Apa yang bisa ayah lakukan? Kau tidak berbakat seperti Jae Won.

Yoon Jin marah dibandingkan lagi dengan Jae Won.

Yoon Jin : Ayah!

Young Ik : Kau keras kepala. Selama lebih dari 20 tahun. Kau harus fokus sekarang. Sampai kapan ka akan bertindak sesukamu?


Yoon Jin yang kesal, lantas memberitahu ayahnya bahwa dia akan dinikahi seseorang.

Young Ik kaget.

Yoon Jin juga bilang bahwa ayahnya juga akan punya cucu yang manis.

Yoon Jin lalu pergi.


Pak Seo masih di rumah putrinya. Dia mau mencuri piring, tapi dilarang Soon Young.

Soon Young : Berikan saja kepadaku sekarang. Biar aku saja.

Pak Seo : Astaga. Kenapa kau melakukan ini? Kau membuat tamu merasa bersalah. Ayah akan mencuci piring yang ayah pakai.

Soon Young : Apa maksudnya ayah tamu? Rasanya sangat jauh. Berikan kepadaku. Itu karena aku ingin mencuci piring. Ayolah.

Pak Seo : Baiklah. Baik.

Soon Young : Ada yang ingin ayah makan?

Pak Seo : Tidak.

Soon Young : Mau makan malam ikan sauri setengah kering dengan soju?

Pak Seo : Kedengarannya enak.

Soon Young : Ikan sauri setengah kering. Baiklah.


A Rin turun bersama Jae Won.

A Rin bersiap pergi.

Soon Young bilang dia akan mengantarkan A Rin.

A Rin : Tidak, terima kasih. Aku akan pergi dengan Kakek hari ini.

Pak Seo : Benarkah? Ayo pergi bersama.

Soon Young : A Rin-ah, hati-hati dengan mobil, motor, sepeda, dan skuter. Kau tahu itu, bukan?

Jae Won langsung melirik Soon Young saat Soon Young mengatakan itu pada A Rin.

A Rin protes, aku tahu. Aku bukan bayi.

A Rin beranjak keluar dengan Pak Seo. Jae Won mau mengikuti mereka tapi dia dipanggil Soon Young.


Soon Young : Kau belum selesai? Apa kau masih berpikir?

Jae Won : Jangan memancingku. Aku berusaha keras untuk menahannya.

Soon Young : Biarkan aku membesarkan A Rin. Aku tidak butuh hal lain. Hartamu? Aku tidak mau sepeser pun. Biarkan aku membesarkan A Rin.

Jae Won yang ingat video hubungan badan Soon Young dan Yoon Jin, berkata, kalau itu takkan pernah terjadi.


A Rin sudah di sekolahnya sekarang. Dia sedang bermain dengan teman2nya di dalam kelas, diawasi wali kelas.

Yoon Jin berdiri di depan kelas. Dia tersenyum menatap A Rin, seolah dia ibunya A Rin.


Wali kelas A Rin menatap Yoon Jin.

Yoon Jin yang melihat itu, langsung tersenyum pada wali kelas A Rin dan memberitahu kalau dia datang untuk A Rin.


Jae Won ditemani Seketaris Kim datang untuk melihat persiapan acara perilisan mural Dereve.

Ponsel Seketaris Kim berbunyi. Seketaris Kim keluar untuk menjawabnya. Dan Te O datang.

Te O : Kau datang untuk melihat-lihat sebelum rapat?

Jae Won mengangguk.


Tiba2 aja, suara yang cukup keras, mirip dengan suara pintu yang dibanting saat ditutup, mengagetkan Jae Won. Beberapa ingatan Jae Won langsung kembali. Dia ingat saat mau meminum obatnya, pada hari peluncuran pertama Dereve, namun pil nya jatuh ke lantai. Dia juga ingat ada Te O di sana. Lalu dia ingat saat memberikan pidato di hadapan para tamu, dia melihat Yoon Jin yang berdiri di dekat pintu, tersenyum kepadanya. Dia membalas senyum Yoon Jin. Kemudian dia ingat Young Ik yang duduk di kursi tamu.


Te O menatap cemas Jae Won, kau baik-baik saja, Bu Seo?

Jae Won tak menjawab.

Te O memanggil lagi, Bu Seo! Bu Seo!

Barulah Jae Won menjawab, ya.

Te O : Ada apa? Kau sakit?

Jae Won : Tidak, aku baik-baik saja. Aku hanya terkejut.


Jae Won lalu beranjak keluar. Dia berjalan bersama Seketarisnya, Seketaris Kim. Tapi tiba2 dia menghentikan langkahnya dan memikirkan sesuatu. Seketaris Kim heran melihatnya dan tanya ada apa.

Jae Won : Beri aku sepuluh menit saja. Aku harus memeriksa sesuatu. Tunggu di mobil.

Jae Won pun pergi.


Te O ada di taman. Jae Won datang dan terkejut melihat Te O ada di sana.  Jae Won pun mendekati Te O. Te O tanya, sedang apa Jae Won di sana. Jae Won balik tanya, bagaimana dengan Te O.

Jae Won : Apa kau....


Kita diperlihatkan flashback, saat Jae Won berada di sebuah kamar hotel, tempat acara peluncuran pertama Dereve dilangsungkan. Jae Won ingin meminum obatnya. Tapi Te O tiba2 masuk. Jae Won pun langsung menutupi obatnya dengan kedua tangannya. Te O memakai seragam pelayan saat itu.

Jae Won : Kubilang aku tidak butuh apa pun.

Te O minta maaf. Saat hendak kembali keluar, Jae Won minta air.

Tak lama, Te O datang membawakan sebotol air. Jae Won langsung menuangkan obatnya ke tangannya.


Tapi tiba2, Young Ik masuk. Sontak Jae Won kaget. Saking kagetnya, dia sampai menjatuhkan botol obatnya.

Young Ik mengucapkan selamat pada Jae Won.

Jae Won yang gugup, berusaha bersikap tenang.

Jae Won : Anda datang, Pak.

Young Ik : Ada banyak reporter. Ini penampilan resmi pertamamu. Semua orang menantikannya.

Namun Young Ik melihat kegugupan Jae Won.

Young Ik : Ada apa? Kau merasa tidak nyaman?

Jae Won : Tidak. Aku...


Te O yang melihat obat Jae Won berserakan di lantai, langsung ngeh. Dia meminta maaf dan mengaku membuat kesalahan dan menutupi obat Jae Won dari Young Ik. Jae Won melihat apa yang dilakukan Te O.

"Kurasa dia menumpahkan sesuatu." ucap Jae Won pada Young Ik.

Young Ik lalu mengajak Jae Won keluar. Dia bilang, Jae Won harus menyapa para reporter sebelum acara dimulai.

Jae Won setuju.


Jae Won lalu berlari keluar. Dia menenangkan dirinya di sebuah taman. Tak lama, Te O datang dan duduk di sebelah Jae Won. Dengan rasa gugup, Jae Won mengucapkan terima kasih atas bantuan Te O tadi. Lalu dia tanya, apa yang Te O lakukan dengan pil2 nya.

Te O : Aku membuangnya. Aku memasukkannya ke sakuku agar tidak ada yang tahu.


Kita diperlihatkan flashback saat Te O memungut pil2 Jae Won tadi. Ternyata dia sempat memperhatikan pil nya.


Te O : Itu terlalu banyak untuk diminum sekaligus.

Jae Won : Kau tahu pil apa itu?

Te O : Ya.

Jae Won merasa itu lucu.

Jae Won : Aku merahasiakannya dari teman, keluarga, dan saudaraku seumur hidupku. Aku ketahuan oleh seseorang yang belum pernah kutemui.

Te O : Itu bukan masalah besar. Itu seperti flu yang bisa diderita siapa pun.

Jae Won : Terima kasih. Kau orang pertama yang mengatakan hal seperti itu.


Jae Won lalu tanya, apa Te O mahasiswa seni.

Te O : Bagaimana kau tahu?

Jae Won : Tidak mudah menghilangkan bau cat.

Te O : Apa bauku seperti cat?

Jae Won : Itu sangat halus hingga hanya mereka yang ambil jurusan seni yang tahu.

Te O : Jadi, kau pelukis.

Jae Won : Bukan sekarang. Dahulu aku melukis. Aku berhenti lebih awal, karena kupikir aku tidak bisa mencari nafkah dengan seni.

Te O : Begitu rupanya.

Jae Won : Aku mengatakan berbagai hal. Aku hanya gugup sekarang. Lupakan itu.


Te O : Tentang obat itu, aku juga pernah meminumnya. Saat SMA, aku bersekolah di Amerika. Karena tidak ada orang Asia, aku dirundung dengan serius. Rasanya seperti kalah jika aku kabur. Jadi, aku menggertakkan gigi dan menahannya. Tapi kurasa hatiku tidak bisa. Jadi, aku minum obat dan menjalani terapi. Aku mulai menggambar setelah psikoterapi.

Jae Won : Begitu rupanya.

Te O : Tidak adil jika ketahuan sendirian, jadi, aku berbagi ini.

Jae Won sudah baikan sekarang. Lalu dia pamit pada Te O. Dia bilang dia harus pergi sekarang. Sebelum pergi, dia bilang kalau dia merasa lebih baik sekarang.

Jae Won : Saat kita bertemu lagi, aku akan mengembalikan utangku.


Jae Won beranjak menuju pintu.

Te O : Lain kali?

Te O lantas bilang pada Jae Won kalau Jae Won sudah berjanji.

Jae Won hanya mengangguk, lalu dia kembali ke dalam.

Flashback end....


Sekarang, Jae Won dan Te O berada di taman yang sama.

Jae Won tanya kenapa Te O tak memberitahunya.

Te O : Apa yang harus kukatakan kepada orang yang bahkan tidak ingat? Jika aku memberitahumu, apa yang akan kau katakan? "Benarkah?" "Tapi itu bukan masalah besar." Jika kau bilang begitu, itu akan menjadi masalah besar.

Jae Won : Te O-ya.

Te O : Jika aku berbalik dan melupakannya, kupikir akan berhenti, tapi ternyata tidak. Aku selalu penasaran denganmu. Aku ingin bertemu denganmu lagi.


Jae Won ingat saat bertemu Te O lagi di galeri seni. Tapi dia pikir, itu pertemuan pertama mereka.

Jae Won : Aku Seo Jae Won dari Dereve.

Te O menjabat tangan Jae Won.

Te O : Senang bertemu denganmu, Bu Seo.

Saat Jae Won ingin menarik tangannya, Te O tak mau melepas tangannya.

Te O menggenggam erat tangan Jae Won sejenak. Setelah itu, mereka bicara.

Jae Won : Te O Harris? Atau kau memakai nama Korea-mu, Yoon Te O?

Flashback end....


Jae Won jadi tak tahu harus mengatakan apa.

Te O : Aku....

Jae Won memotong kata2 Te O.

Jae Won : Aku harus pergi.

Jae Won pun pergi.


Te O kembali ke studionya. Dia lalu meraih dompetnya dan mengeluarkan label nama 'Seo Yoon Jin' di sana.

Lalu kita mendengar suara dua wanita yang entah siapa.

"Tanda namanya. Bisa berikan kepadaku?"

"Kenapa?"

"Aku merasa harus menerimanya."

Te O tersenyum menatap label nama lama Jae Won.


Jae Won yang di perjalanan, teringat saat Te O melarangnya ke konferensi pers.

Te O : Konferensi pers itu. Tolong hentikan. Kau sudah minum obat hari ini? Obat itu. Kau tidak minum obat untuk sakit kepala, bukan?

Jae Won jad gugup.


Seketaris Kim memberitahu Jae Won bahwa karya Yoon Jin akan siap dalam pekan ini.

Seketaris Kim : Bagaimana kita mau mengadakan upacaranya?

Ponsel Jae Won tiba2 berdering.

Jae Won : Sebentar.

Jae Won menjawab teleponnya.

Jae Won : Ya, Sonsaengnim.

Jae Won pun langsung menemui wali kelas A Rin.

Wali kelas : Kali terakhir saat kau di sini tanpa tahu bahwa A Rin absen, kau memintaku meneleponmu meski terjadi hal kecil. Begini...

Wali kelas A Rin bingung mengatakannya.

Jae Won : Tidak apa-apa. Katakan saja.

Wali kelas : Seorang wanita datang ke TK hari ini untuk bertemu A Rin. Dia memberi tahu kami dia akan menikahi ayah A Rin. Dia bilang akan mampir dan menjemput A Rin mulai sekarang, jadi, dia datang untuk menyapa.

Jae Won terkejut mendengarnya. Lalu dia tanya, apa Soon Young tahu itu.

Wali kelas : Mungkin. Wali kelas lama A Rin bilang dia pernah bertemu dengannya. Dia ke sini sebelumnya untuk mengantarkan alat tulis A Rin setelah ayahnya memintanya.


Jae Won pun meninggalkan sekolah A Rin dengan wajah terpukul.

Tak lama, dia jatuh terduduk. Tubuhnya bergetar menahan amarah.

Jae Won : Bahkan jika hubungan kita berakhir, aku ingin kita tetap menjadi orang tua yang baik bagi A Rin. Jika itu tidak bisa tercapai, sekarang aku sungguh...


Jae Won menguatkan dirinya. Dia lantas menghubungi seseorang.

Jae Won : Pak Nam Tae Ju. Di mana kau?


Sekarang, Jae Won menunggu di dalam mobilnya. Tak lama, Tae Joo datang dan masuk ke mobilnya. Jae Won memberikan flashdisk pada Tae Joo.

Tae Joo : Kau yakin tidak akan menyesal?

Jae Won diam saja dengan raut wajah kecewa.


Te O ke kantor polisi dan bicara dengan Detektif Lee.

Detektif Lee : Mengenai Baek Seung Kyu, dia memegang saham, mata uang kripto, dan segalanya. Semua yang dia coba, turun. Lalu ada pinjaman mahasiswa dan pinjaman bank Dia terlilit banyak utang, dan investasinya tidak lancar. Pantas saja dia tidak mau melanjutkannya.

Te O : Apa dia melompat sendiri?

Detektif Lee : Tidak ada bukti yang ditemukan. Tidak ada tanda-tanda perkelahian. Sebelum jatuh, dia menyingkirkan semua barangnya. Kau tahu studio tempat dia tinggal? Dia menjualnya.

Te O : Kau sudah memeriksa CCTV?

Detektif Lee : Itu tidak merekam hari itu.

Te O : Tidak terekam? Itu selalu terjadi. Kenapa tidak terekam hanya pada hari itu?

Detektif Lee : Aku tidak tahu. Mungkin CCTV-nya terlalu tua.

Te O : Bagaimana dengan ponselnya?

Detektif Lee : Tidak ada hal aneh yang ditemukan di ponselnya.

Te O : Kau sudah memeriksa semuanya?

Detektif Lee : Tentu saja.


Rekan Detektif Lee datang, memberitahu Detektif Lee bahwa kapten mereka memanggil.

Detektif Lee langsung pergi. Te O menatapnya dengan curiga.


Detektif Lee ke kamar kecil dan memeriksa semua bilik toilet. Saat yakin aman, Detektif Lee menghubungi seseorang.

Detektif Lee : Hai, manajer tim dari perusahaannya datang. Ya, dia enggan menerimanya. Tapi apa yang bisa dia lakukan tanpa bukti? Para petinggi juga diam. Kasusnya akan ditutup seperti sekarang.


Tae Joo di rumahnya, tengah melihat isi flashdisk yang diberikan Jae Won.

Terlihat rekaman video sebuah pintu lobi apartemen. Tak lama, dia melihat seseorang muncul.

Tae Joo : Lihat siapa itu.


Young Ik diberitahu seketarisnya bahwa kasus Seung Kyu akan berakhir sebagai kasus bunuh diri karena kesulitan keuangan.

Young Ik : Bagaimana dengan CCTV?

Seketaris :  Aku sudah mengurusnya.

Young Ik : Awasi itu untuk menghindari masalah lebih lanjut.


Seketaris beranjak keluar.

Young Ik pun melihat foto2 di TKP dan foto saat Seung Kyu dibawa petugas medis ke ambulans.


Soon Young dan Yoon Jin tengah merayakan keberhasilan Yoon Jin.

Yoon Jin : Aku tidak percaya hari ini akhirnya tiba. Rasanya seperti mimpi.

Soon Young : Kau sudah melalui banyak hal.

Namun Soon Young tak tampak antusias.

Yoon Jin : Kau harus merayakannya dengan antusias. Aku bahkan menyiapkan ini.

Soon Young menyalakan lilin di atas kue.

Soon Young : Dengan antusias? Dengan ketulusan dan antusiasme, selamat.

Mereka lalu bersulang.

Yoon Jin : Terkadang aku merasa cemas bahkan saat kau bersamaku. Sepertinya aku tidak mendapat perhatian penuhmu.

Soon Young : Itu tidak benar.

Yoon Jin : Baiklah. Saat semuanya sudah beres, kita harus mencari tempat baru. Ini tidak cukup besar untuk kita bertiga. Kita butuh kamar untuk A Rin.

Soon Young : Yoon Jin-ah, mari pelan-pelan saja. Kita harus fokus pada upacara hari ini.

Yoon Jin : Kau benar. Ini hariku.

Soon Young : Ini harimu. Bersulang. Selamat.


Sekarang, Yoon Jin berada di tengah para tamu di acara pembukaan lukisannya yang diberi nama, 'A Woman Portrait'.

Yoon Jin sibuk menyapa para tamu undangan.

Dua teman kampus Yoon Jin dan Jae Won datang. Mereka menghampiri Yoon Jin.

"Ini pasti perusahaan Seo Jae Won yang hanya pernah kudengar."

Jae Won memperhatikan Yoon Jin dari lantai atas. Dia lalu ingat saat menghampiri Yoon Jin yang sibuk mengecat di akhir pekan. Jae Won bilang, harusnya Yoon Jin istirahat.

Yoon Jin : Kau di kantor? Kau juga. Aku bisa lebih fokus di akhir pekan. Di hari kerja, ada terlalu banyak orang.

Jae Won : Tetap saja. Kau harus keluar mencari udara segar.

Yoon Jin lantas mengaduk cat yang ada di kaleng.

Jae Won : Aku iri padamu.

Yoon Jin terkejut mendengarnya.

Jae Won : Awalnya, aku iri pada bakatmu. Lalu aku menyadarinya setelah kita berteman. Untuk menyelesaikan satu karya seni, kau menghabiskan semua waktu itu dengan gairah dan cinta. Jadi, setelah itu, aku iri dengan ketulusanmu.

Yoon Jin berdiri dan tanya Jae Won iri karena apa.

Yoon Jin : Hanya ini yang kumiliki. Aku tidak pandai berbisnis sepertimu atau punya suami atau putri yang manis. Bagiku, lukisan ini berarti segalanya. Ini impianku dan anakku.

Flashback end...


Te O datang dan menghampiri Jae Won.

Te O : Kau baik-baik saja?

Jae Won : Tentu saja. Aku baik-baik saja.

Te O : Kau sudah memikirkannya baik-baik sebelum membuat keputusan?

Jae Won : Apa maksudmu?

Te O : Aku tidak sepenuhnya memahami hatimu, tapi aku tahu arti Dereve bagimu.

Jae Won : Jangan khawatir. Tidak akan ada masalah. Aku pergi dahulu.

Jae Won beranjak turun.


Acara dimulai. Jae Won dan Yoon Jin duduk bersebelahan di kursi depan.

Host : Sebelum upacara, mari kita sambut tamu hari ini, Seniman Kwon Yoon Jin dan menyisihkan waktu untuk mendengarkan pidatonya. Mari kita sapa dia dengan tepuk tangan meriah.

Yoon Jin pun maju dan memberikan sepatah dua patah kata dengan wajah bangga.

Yoon Jin : Terima kasih sudah datang. Dalam 20 tahun karierku, aku tidak pernah istirahat. Meski aku selalu memegang kuas dengan penderitaan dan kegelisahan, aku ingin mengambil kesempatan ini untuk berterima kasih kepada semua yang mendukungku.

Setelah itu, lukisan Yoon Jin dipamerkan.


Semua memuji Yoon Jin. Yoon Jin makin bangga. Tapi saat Jae Won diminta memberikan sepatah dua patah kata, wajah Yoon Jin langsung berubah ketus. Jae Won pun maju ke depan dan memberikan pidatonya.

Jae Won : Boleh aku bicara? Meskipun bukan keputusan mudah, aku ingin berterima kasih kepada Seniman Kwon Yoon Jin karena menerima tawaranku dan menyelesaikan karya seni yang indah. Kalian semua tahu betapa hebatnya keterampilan seni Yoon Jin. Aku tidak bisa menerima hadiah luar biasanya begitu saja, jadi, aku juga menyiapkan sesuatu.

Yoon Jin terkejut medengar Jae Won menyiapkan sesuatu untuknya.


Seketaris Kim datang membawa paper bag berisi uang. Jae Won mengambil paper bag dari Seketaris Kim dan mendekati Yoon Jin. Jae Won lantas mengambil seikat uang dan menunjukkannya pada yang lain.

Jae Won : Ini untuk karyamu. Ambillah.

Yoon Jin terdiam kesal menatap Jae Won.

Jae Won : Kau harus dibayar untuk karyamu.

Jae Won menaruh paper bag itu di paha Yoon Jin.


Yoon Jin marah, Seo Jae Won.

Jae Won : Apa itu terlalu sedikit?

Yoon Jin berdiri dan paper bag berisi uang jatuh ke lantai.

Yoon Jin : Kau sungguh akan melakukan ini?

Jae Won : Karena kini sudah terima uangnya, tutup mulutmu.


Yoon Jin makin gedek sama Jae Won.

Jae Won terus menyerang Yoon Jin.

Jae Won : Aku selalu ingin bertanya setiap kali melihat lukisan ini. Kau bilang ingin menggambar seorang wanita yang bebas dari tradisi lama dan memelopori kehidupan mandirinya. Tapi wanita di gambar ini tampak kosong seolah-olah hatinya hampa. Meski dia pikir dia punya segalanya, mungkin itu hanya cangkang kosong. Aku memutuskan untuk tidak membiarkanmu membodohiku lagi. Jadi, aku berencana mengubah lukisan ini. Menurut seleraku.


Seketaris Kim datang membawa kaleng cat.

Sontak lah melihat itu, Yoon Jin mulai panic dan tanya Jae Won mau apa.

Jae Won mengambil kaleng cat itu dan mendekati lukisan Yoon Jin.

Yoon Jin yang tahu Jae Won mau apa, berusaha menghentikan Jae Won. Tapi dia ditahan oleh Seketaris Kim.

Yoon Jin berontak, hentikan. Jangan halangi aku!

Yoon Jin menatap Jae Won, Hei. Seo Jae Won. Jangan lakukan itu. Jangan.

Jae Won pun menyiram lukisan Yoon Jin dengan cat hitam.

Semua kaget dengan tindakan Jae Won.

Yoon Jin syok melihat lukisannya dirusak Jae Won.


Adegan beralih ke Soon Young yang baru pulang, didatangi oleh polisi.

Detektif : Aku dari kepolisian. Aku menyelidiki kebocoran desain Dereve.

Soon Young : Kebocoran desain?

Detektif : Ya, aku ditelepon.


Ponsel Soon Young berbunyi.

Telepon dari Jae Won.

Jae Won sendiri duduk sambil menatap tajam Yoon Jin saat bicara dengan Soon Young.

Jae Won : Tidak perlu terkejut. Ini bukan apa-apa dibandingkan perbuatanmu. Ini baru permulaan. Tunggu dan lihat apa yang terjadi saat kamu macam-macam soal putriku.

Next episode :

A Rin ngambek. Dia tak mau makan tanpa ayahnya.

Jae Won marah, siapa bilang kau boleh bersikap kasar seperti ini?

A Rin : Aku benci ibu.

Yoon Jin mulai berdandan seperti Jae Won. Setelah itu, dia datang ke kediaman Jae Won dan mendekati A Rin yang tengah bermain sendirian di halaman.


0 Comments:

Post a Comment