• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 65 Part 2

Sebelumnya...


Soyoung sudah tertidur pulas, tapi tidak dengan Chorim. Ia tak bisa tidur dan terus memikirkan kata-kata Soyoung soal Dongpal.

"Aku penasaran, apakah Jihyeok dan Dongpal Oppa masih marah. Aku tahu kau dan Nyonya Yoo juga kesal tapi yang paling menderita sekarang adalah Dongpal." ucap Soyoung.


Chorim yang tak bisa tidur itu akhirnya pergi ke rumah Dongpal. Ia berdiri dan menatap ke arah rumah Dongpal dengan kesal.

"Bisakah kau tidur setelah kekacauan yang kau buat!" ucapnya.


Tiba-tiba, terdengar suara kucing. Chorim yang kaget langsung lari terbirit-birit.


Tak lama berselang, Dongpal pulang.


Keesokan harinya, Tuan Bae membaca artikel di koran tentang produk tonic mereka yang ludes terjual sebanyak 10 juta botol hanya dalam jangka waktu sebulan. Tuan Bae senang dan berniat memberikan tim pemasaran bonus.

"Itu sudah dalam pengerjaan." jawab Gyeong Min.

"Appa, ini benar-benar bisa menjadi sukses besar." ucap Se Ra.

"Ini sudah sukses. Jangan terlalu rakus. Kita sudah melakukannya cukup baik." jawab Tuan Bae.

Roo Na yang juga duduk bersama mereka pun diam saja dan terus menatap cemas ke arah Gyeong Min.


Se Ra pun menyuruh Gyeong Min memberikan hadiah untuk Roo Bi.

"Bagaimana kalau mobil? Dia sudah melakukan banyak untuk perusahaan." ucap Se Ra.


"Kalian boleh memberinya apa saja, tapi tidak dengan mobil. Memikirkannya saja membuatku sakit." ucap Tuan Bae.

"Akan kupikirkan hal yang lain." jawab Gyeong Min.


Tim pemasaran sedang merayakan kesuksesan mereka. In Soo juga ikut merayakannya.

"Sudah lama sekali rasanya kita tidak merayakan sesuatu. Ini semua berkatmu, Jeong Roo Na-ssi. Kau lah yang membuat kesuksesan ini terjadi." ucap Jin Hee.

"Ini berkat kerja sama kita semua." jawab Roo Bi.

"Aku merasa, diriku tidak seharusnya ikut dalam perayaan ini." ucap In Soo.

"Jika itu masalahnya, bagaimana kalau kita mengajak beberapa orang dari Tim Homeshopping bergabung dengan kita." jawab Hyeryeon.

Yang lain setuju. In Soo pun langsung menghubungi teman-temannya.

Jin Hee dan Hyeryeon senang. Jin Hee bahkan berkata, bahwa Seokho akan memiliki rival malam itu.

"Mari kita lihat apakah dia cocok denganku atau tidak." jawab Seokho.


"Roo Na-ssi, apakah sangat sulit bekerja di kantor yang sama dengan kakakmu? Setelah kecelakaan itu, Roo Bi menjadi cukup sensitif." ucap Jin Hee.

"Tapi sejak kehamilannya, ia jadi tidak mudah tersinggung.Itulah kekuata cinta seorang ibu." jawab Hyeryeon.


Mendengar itu, Roo Bi dan In Soo pun langsung saling bertatapan.


Roo Na pulang ke rumahnya. Ia berniat menginap di rumahnya selama beberapa hari. Sontak Gilja kaget.

Roo Na lantas masuk ke kamarnya dan melihat foto In Soo dan Roo Bi di atas meja.

"Tetaplah menjaga cinta itu, selamanya." ucapnya lirih.

Gilja lalu masuk ke kamar, membawakan minuman untuknya.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Gilja.

"Perutku semakin memberat dan berurusan dengan mertuaku membuatku stress. Tidak apa kan aku tinggal disini sementara? Aku juga merindukan masakan ibu."

"Tentu saja." jawab Gilja.


Gilja kemudian menyuruh Roo Na berbaring karena ia mau memijit kaki Roo Na.

"Rasanya menyenangkan. Itulah kenapa mereka mengatakan seorang ibu memiliki tangan ajaib." ucap Roo Na.

"Mintalah suamimu melakukan ini. Jika tidak, kakimu bisa kram." jawab Gilja.

Gilja juga mengomentari soal berat badan Roo Na yang belum bertambah padahal sedang hamil.


Lalu, Gilja melihat telapak kaki Roo Na.

"Ada apa, Eomma?" tanya Roo Na.

"Ini mengingatkanku pada Roo Na yang memiliki tahi lalat di kakinya. Kau tidak punya?" jawab Gilja.

"Kenapa aku memiliki sesuatu seperti itu?" ucap Roo Na gugup.

Roo Na yang tidak nyaman, langsung meminta ibunya menyiapkan makanan.


Tepat saat itu, Roo Bi pulang. Roo Na langsung menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan disini selarut ini? Dimana suamimu?" tanya Roo Bi.

"Kau selalu menanyakan Gyeong Min. Aku datang sendiri. Kau kecewa?"

"Kau memiliki cara aneh untuk mengatakan sesuatu. Apa kau jadi paranoid sejak kau hamil?"


Gilja datang dan menyuruh Roo Bi makan. Roo Bi mengaku bahwa ia sudah makan dan langsung masuk ke kamarnya.

Roo Na pun tambah kesal melihat Roo Bi.


"Kenapa kau tidak makan?" tanya Gilja.

"Aku hanya sedang tidak berselera." jawab Roo Na.

Roo Na lalu merasakan ada yang aneh di nasinya. Ia mengambil selembar tisu dan memuntahkannya.

"Apa ibu mencuci beras dengan benar? Bagaimana bisa ada pasir disini? Apa ibu tidak bisa memasak dengan benar karena semakin tua? Ibu tidak boleh mengalami demensia pada usia ini." ucap Roo Na.


Mendengar itu, Roo Bi pun marah. Ia berkata, itu bisa terjadi sewaktu-waktu setiap memasak.

"Ibu dengan baik menyiapkan makanan untukmu. Tunjukkan rasa hormatmu." ucap Roo Bi.

"Kau sangat perhatian pada kakakmu yang hamil." jawab Roo Na.

Roo Bi pun tertawa sinis, hamil?

Telepon berbunyi. Gilja pun bergegas pergi untuk menjawab telepon.


Roo Bi lantas duduk di depan Roo Na.

"Wanita hamil layak diperlakukan dengan sopan tapi apa kau lupa? Tidak ada bayi di perutmu." ucap Roo Bi.

Mendengar itu, Roo Na panic dan menyuruh Roo Bi berhenti bicara.

"Kau tidak akan semudah itu bisa menutup mulutku." jawab Roo Bi.

"Katakan, apa yang kau inginkan." ucap Roo Na.

"Jika aku mengatakannya, bisa kah kau memberikannya padaku? Seperti jin dalam lampu" jawab Roo Bi.


"Kau ingin mobil? Haruskah kubelikan kau mobil mewah?" tanya Roo Na.

"Mobil? Wae? Untuk menghancurkanku lagi?"

Sontak, Roo Na kaget mendengar pertanyaan Roo Bi. Tapi belum sempat menjawab, ia menerima telepon dari nenek.


"Gyeong Min memberitahuku kau langsung pergi ke rumah ibumu dan memutuskan tinggal sementara di sana. Kau mungkin hamil, tapi ini tidak benar. Ibumu sibuk menjalankan restoran. Jika kau disana, kau akan menjadi beban. Kau akan segera menjadi seorang ibu, jadi kau harus lebih memperhatikan ibumu. Gyeong Min sedang dalam perjalanan untuk menjemputmu, jadi kita akan segera bertemu." ucap nenek.

Roo Na pun tak bisa berkutik lagi.


"Kau tidak tahu kebohongan akan menghasilkan kebohongan lainnya. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Roo Bi.

"Urus saja urusanmu sendiri." sewot Roo Na.


Gilja lalu datang dan memberitahu kedua putrinya kalau ia harus kembali ke restoran karena ada karyawan kantor yang mengadakan pertemuan di restoran mereka.

"Aku juga mau pulang." ucap Roo Na.

"Bukankah kau bilang mau menginap?" tanya Gilja.

"Aku tidak ingin membebanimu." jawab Roo Na.

"Benar, mertuamu tidak akan suka kau menginap disini." ucap Gilja.

Gilja pun beranjak pergi. Roo Bi ikut ke depan mengantarkan ibunya.


Roo Na makin stress.


Sekarang, Gyeong Min sedang membacakan cerita untuk Roo Na.


Lalu kita melihat Roo Na yang memasang bantalan perutnya di kamar mandi.


Kemudian kita melihat Gyeong Min sedang memainkan topi bayinya.


Roo Na tersenyum memeluk Gyeong Min di kasur.


Di kantor, Roo Bi menatap tajam Roo Na yang lagi minum susu ibu hamil.


Saat berjalan di lorong bersama In Soo, Roo Bi tak sengaja melihat Roo Na yang memegangi perutnya ketika berjalan bersama Gyeong Min.


Di rumah, nenek menunjukkan baju bayi hasil rajutannya. Nyonya Park, Tuan Bae dan Geum Hee tertawa bahagia melihatnya.


In Soo menemani Roo Bi minum. Ia menyuruh Roo Bi minum pelan-pelan.

"Kau cemas aku akan mabuk? Tapi aku dizinkan mabuk di depanmu. Karena kau tidak akan panic meski aku mengatakan apapun." jawab Roo Bi.

"Kau bahkan tidak suka minum. Karena kau Jeong Roo Bi." ucap In Soo.


Mata Roo Bi pun mulai berkaca-kaca.

"Haruskah aku benar-benar mabuk? Haruskah aku menikah denganmu? Roo Na sudah mencuri hidupku. Dia melakukan sesuatu yang mengerikan tapi dia memiliki kehidupan sempurna." ucap Roo Bi dalam hati.

Dan di dalam hatinya pula, In Soo mengaku tahu apa yang sedang dipikirkan Roo Bi hanya dengan melihat ekspresi Roo Bi.

"In Soo-ssi, apa kau mencintaiku? Bukan sebagai Jeong Roo Na, tapi Jeong Roo Bi." tanya Roo Bi.

In Soo pun bingung menjawabnya.


"Maafkan aku. Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan. Mohon perngertiannya. Aku tidak berfungsi dengan baik hari ini." ucap Roo Bi lagi.

Roo Bi lalu minum lagi.

In Soo hanya bisa menatapnya dengan lirih.

Bersambung.......

Ice Adonis Ep 3 Part 1

Sebelumnya....


Yeon Hwa yang baru saja tiba di rumah terkejut melihat pintu rumah terbuka dan mendengar teriakan Soo Ae. Ia pun mengambil payung yang terletak di depan pintu dan langsung memukuli pria yang menyerang adiknya.

Soo Ae merangkak ke pintu dan berteriak histeris melihat kakaknya bergulat dengan pria itu.

Sementara pria itu terus memukuli Yeon Hwa. Tak puas hanya dengan memukuli Yeon Hwa, ia juga mendorong Yeon Hwa hingga Yeon Hwa pingsan.

Melihat kakaknya pingsan, Soo Ae tambah histeris.


Pria itu lantas melarikan diri. Di depan, dia sempat berpapasan dengan Tuan Choi dan Nyonya Han yang baru saja datang.


Nyonya Han terkejut melihat Yeon Hwa yang babak belur. Sementara Tuan Choi langsung mengejar pria itu.

"Siapa yang melakukan ini pada putriku! Siapa bajingan itu!"

Tuan Choi kehilangan jejak pria itu.


Nyonya Han pun melabrak si pemilik rumah sewa. Tapi wanita itu balik menyalahkan Nyonya Han karena sudah meninggalkan Yeon Hwa dan Soo Ae.

"Jika kau memang menyayangi kedua putrimu, seharusnya kau tidak meninggalkannya. Sekarang, kau ingin menjadi seorang ibu? Kau terlihat seperti orang kaya sekarang. Kau pasti menikah dengan pria tua kaya. Seharusnya kau membelikan putrimu sebuah apartemen di gedung mewah. Kau hidup mewah sendiri. Kau tidak punya hak untuk mengeluh. Anjing saja mungkin menertawakanmu." ucap si pemilik rumah sewa.

Nyonya Han pun tersinggung mendengarnya.


Nyonya Han lantas meminta maaf pada kedua putrinya. Ia juga menjelaskan, bahwa ia menikah lagi bukan untuk memperbaiki hidupnya.

"Ibu tak tahu kita tak bisa hidup bersama. Ibu ingin memberimu sebuah keluarga yang utuh. Ibu mau menikah agar kalian tidak menderita. Ibu ingin memberimu seorang ayah yang dihormati semua orang. Ibu ingin membawa Soo Ae ke Amerika, Jepang, kemana saja untuk diobati. Ibu tidak tahu akan hidup seperti ini. Ibu sangat menyesal." ucap Nyonya Han.

Soo Ae pun menghapus air mata sang ibu. Tapi sang ibu terus menangis.


Tuan Choi masuk ke dalam. Ia minta penjelasan pada Nyonya Han, kenapa Yeon Hwa dan Soo Ae tinggal di tempat itu.

Yeon Hwa pun menjelaskan, kalau ia ingin melunasi utang yang ditinggalkan ayahnya.

"Seharusnya kau memberitahuku." ucap Tuan Choi.


"Yeobo, aku tak bisa pergi seperti ini. Aku kehilangan bayi kita 25 tahun lalu karena ibumu dan aku masih tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Aku melakukan lagi hal yang membuatku membenci diriku sendiri selamanya. Aku tidak bisa meninggalkan mereka." jawab Nyonya Han.

"Kemasi barang mereka. Kita ajak mereka pulang. Kita hidup bersama." ucap Tuan Choi.

"Abeoji." kaget Yeon Hwa.

"Aku akan berbicara pada ibuku dan Yoo Ra." ucap Tuan Choi.

"Turuti saja perintahnya, Yeon Hwa-ya. Soo Ae-ya." pinta Nyonya Han.


Malam pun datang. Tuan Choi tiba duluan di rumah. Setibanya di rumah, ia langsung memberitahu keluarganya kalau Yeon Hwa dan Soo Ae akan tinggal bersama mereka. Nyonya Jo dan Yoo Ra protes.


Sementara itu, Nyonya Han masih di perjalanan bersama Yeon Hwa dan Soo Ae. Soo Ae terlihat bahagia, tapi tidak dengan Yeon Hwa yang teringat kata-kata Yoo Ra.

"Jangan pernah muncul lagi di hadapanku!" teriak Yoo Ra.


Di rumah, Tuan Choi berdebat dengan ibu dan putrinya. Tuan Choi berkata, ia sudah menunggu enam bulan karena Yoo Ra.

"Kita selalu menuruti kemauannya, sehingga dia tidak pernah bersyukur dan tidak bisa diajak kompromi!" ucap Tuan Choi.

"Appa, aku tidak mau hidup dengan mereka! Tidak mau!" jawab Yoo Ra.

"Lalu apa? Berapa banyak lagi orang yang harus berkorban untukmu!" tanya Tuan Choi.

"Maksud ayah ibu? Ibu yang meninggal karena aku?"

"Itu lagi, itu lagi yang kau bahas!"

"Ayah tidak pernah bisa memaafkanku. Ayah tak perlu memberitahuku. Aku takut padamu dan juga canggung bersamamu. Tapi kau masih ayahku satu-satunya. Aku tahu aku banyak kekurangan tapi aku ingin menjadi putri ayah satu-satunya. Aku tidak suka ayah menikah lagi. Aku tidak mau membagi cinta ayah!" ucap Yoo Ra.

"Kenapa kau sangat kekanakan?" tanya Tuan Choi.


"Itu benar. Aku kekanakan. Ayah sangat jahat. Ayah tahu betapa terlukanya aku sejak aku bertemu dengannya? Untuk Yeon Hwa, ayah bilang dia mengagumkan, mengesankan, dia bisa mencapai apapun, dia tumbuh dengan baik. Ayah selalu bangga padanya kemana pun dia pergi. Apa ayah pernah mengatakan itu padaku? Ayah selalu melindungi Han Ahjumma dan mencoba untuk melindungi putrinya. Jadi kenapa tidak melindungiku juga? Mengapa ayah membenciku?" jawab Yoo Ra.

Tuan Choi terdiam.

"Aku tidak mau hidup dengan mereka! Tidak mau!" ucap Yoo Ra lagi.

Bersamaan dengan itu, Nyonya Han, Yeon Hwa dan Soo Ae masuk. Mereka terkejut mendengar kata- kata Yoo Ra.

Sementara Yoo Ra menangis. Ia memilih pergi dari rumahnya ketimbang harus hidup seatap dengan Yeon Hwa.


Nyonya Jo juga menentang keras Yeon Hwa dan Soo Ae tinggal dengan mereka.

"Astaga, orang luar menendang keluarga asli." cibir Nyonya Jo, lalu masuk ke kamarnya.

Nyonya Han pun menyusul Yoo Ra.

Yoo Ra menangis di kamarnya. Saat terdengar suara Nyonya Han yang membujuknya keluar, ia berteriak marah dan melemparkan bantalnya ke pintu.


Yeon Hwa minta maaf pada Tuan Choi. Yeon Hwa bilang, ia bisa tinggal dimana pun dan meminta Tuan

Choi menjaga Soo Ae.

Tuan Choi pun bingung harus bagaimana.

Yeon Hwa lantas beranjak pergi.


Yeon Hwa bermalam di tempat sauna. Melihat wajahnya yang babak belur, para pengunjung sauna pun langsung menggosipkannya. Tapi ia berusaha mengabaikannya.


Tak lama berselang, Yoon Jae menghubunginya. Yoon Jae mengaku, sudah berada di depan rumah Yeon Hwa dan membawa ayam goreng untuk Soo Ae. Tak ingin Yoon Jae tahu kondisinya, Yeon Hwa pun berbohong. Ia mengaku, sangat lelah dan ingin tidur.

Tepat saat itu, seorang pengunjung berteriak memesan telur rebus dan minuman.

Yoon Jae terkejut mendengarnya.

Tak mau Yoon Jae tahu keberadaannya, ia pun buru-buru menutup teleponnya.


Yeon Hwa yang sudah terlelap, menjerit ketakutan. Kejadian itu sampai terbawa ke dalam mimpinya.

Tangan seorang pria tampak memegangi Yeon Hwa. Pria itu berusaha membangunkan Yeon Hwa.

Melihat Yoon Jae di depannya, Yeon Hwa pun langsung menjatuhkan dirinya ke dalam dekapan Yoon Jae.

Yoon Jae kaget melihat wajah Yeon Hwa yang babak belur. Yeon Hwa pun menceritakan kejadian yang dialaminya.

Yoon Jae marah karena Yeon Hwa tidak memberitahunya.


"Ayah tiriku sudah melapor polisi. Pria itu akan segera ditangkap." jawab Yeon Hwa.

"Mianata." ucap Yoon Jae, lalu mengeratkan pelukanya."

Bersambung ke part 2......