Ice Adonis Ep 3 Part 2

Sebelumnya...


Kita lanjut gaes... Mian kalo kelamaan lanjutin sinop yg ini....

Sebelum mulai, sy ringkas sedikit ya cerita di part sebelumnya...

Rumah yang ditinggali Yeon Hwa dan Soo Ae dimasukin seorang pria yang tak lain adalah anak si pemilik rumah sewa.

Pria itu masuk setelah melihat Yeon Hwa pergi dari rumah sendirian.

Pria itu lantas berusaha memperkosa Soo Ae.

Untunglah, Yeon Hwa datang tepat waktu dan langsung menyerang pria yang mencoba melecehkan adiknya. Yeon Hwa dan pria itu baku hantam hingga wajah Yeon Hwa babak belur.


Tuan Choi dan Nyonya Han datang. Melihat kondisi kedua putri Nyonya Han, Tuan Choi akhirnya mengajak mereka tinggal bersama.


Yoo Ra dan Nyonya Jo menolaknya. Demi sang adik, Yeon Hwa pun mengalah. Ia pergi dan meminta Tuan Choi menjaga adiknya dengan baik.


Yeon Hwa yang tidak tahu kemana itu pun bermalam di sauna. Yoon Jae menelponnya. Yeon Hwa awalnya berbohong tapi saat mendengar suara di sekeliling Yeon Hwa, Yoon Jae pun sadar Yeon Hwa ada dimana.

Yeon Hwa yang sedang tidur, mimpi buruk. Tepat saat itu, Yoon Jae datang dan Yeon Hwa pun langsung menyenderkan kepalanya ke dalam pelukan Yoon Jae.

~~~~~~~~~~


Yoo Ra masih menangis. Ia tidur sambil menangis dan memeluk bonekanya.

Dalam tidurnya, Yoo Ra teringat bagaimana ia  mendorong ibunya dalam kematian.

Flashback...


Yoo Ra yang digendong sang ibu menangis karena sepatunya jatuh ke laut.

Sang ibu pun berjanji akan membelikannya sepatu yang baru tapi Yoo Ra tetap menginginkan sepatunya yang itu.

Ibu Yoo Ra pun menurunkan Yoo Ra. Ia mendudukkan Yoo Ra di tepi pantai dan turun ke laut untuk mengambil sepatu Yoo Ra. 

Tapi saat berusaha mengambil sepatunya, sang ibu malah jatuh tenggelam.

Flashback end...


"Eomma, eomma..." tangis Yoo Ra dalam tidurnya.

Nyonya Han yang berdiri di depan kamar Yoo Ra hanya bisa menghela nafas mendengar tangis Yoo Ra.


Yoon Jae membawa Yeon Hwa ke tempatnya.

Dan kini, Yeon Hwa sudah tertidur pulas. Yoon Jae mengobati luka-luka di wajah Yeon Hwa.


Paginya, Yeon Hwa terbangun. Ia keluar kamar dan terkejut melihat Yoon Jae yang sudah menyiapkan makanan untuknya.

Yoon Jae memperlakukan Yeon Hwa seperti seorang ratu.

"Sekarang kau akan memakan masakan Chef Ha Yoon Jae. Biarkan semua rasa sakitmu, kesedihanmu dan semua yang ingin kau lupakan, hilang pelan-pelan. Kunyah pelan-pelan, lalu telan dan itu akan dicerna. Lepaskan, hilangkan tanpa meninggalkan jejak. Oke?"

"Oke." jawab Yeon Hwa sembari tersenyum.


Yoon Jae lantas memainkan piano dan menyanyikan lagu untuk Yeon Hwa.


Sekarang, Yoon Jae dan Yeon Hwa dalam perjalanan.

Yeon Jae berteriak, Seol Yeon Hwa! Kau bisa melakukannya!

Yeon Hwa tertawa, Aku akan melakukannya dengan baik!

"Apapun itu, kau akan melakukannya dengan baik?"

"Benar! Aku yakin aku bisa melakukannya dengan baik!"

"Bisakah aku percaya padamu!"

"Saranghaneun Yoon Jae-ssi, percayalah padaku!"

"Apapun yang Yeon Hwa katakan, aku percaya!"


Sementara itu, Yoo Ra ke rumah Yoon Jae dan bertemu orang tua Yoon Jae. Ia membawa buah-buahan untuk mereka.

"Sajangnim, bagaimana kabarmu? Kau tampak lebih baik." ucap Yoo Ra.

"Mata, hidung dan mulutmu, terlihat sama dengan ibumu." jawab Pimpinan Ha.

"Ibuku sangat cantik." ucap Yoo Ra sedih.

"Apa yang kau katakan." Nyonya Jang menegur suaminya.

"Dia hanya memujimu, jadi kau tidak perlu sedih." ucap Nyonya Jang.

"Kudengar kau seketaris Yoon Jae?" tanya Pimpinan Ha.

"Benar. Yoon Jae Oppa, ani, Presdir Ha Yoon Jae, sangat rajin dalam pekerjaannya. Aku tidak tahu apakah aku kelewatan batas atau tidak, tapi di perusahaan, penilaian dan kinerja bisnisnya memiliki pengakuan terbaik." puji Yoo Ra.

"Sepertinya kau dibayar dengan baik." canda Pimpinan Ha.


Nyonya Jang tampak tak senang mendengarnya.


Tiba-tiba, Pimpinan Ha terbatuk-batuk. Yoo Ra pun langsung berdiri dan memberikan segelas air pada Tuan Ha.

"Sepertinya berkatmu, Yoon Jae kami bisa melakukan pekerjaannya. Yoon Jae bilang, ada seseorang yang ingin dinikahinya. Apa itu kau, Yoo Ra?" tanya Pimpinan Ha.

Yoo Ra sontak terkejut, apa?

"Yoon Jae bilang, dia memiliki kekasih. Aku bertanya apa kau kekasihnya?"

"Yeobo, kenapa kau tidak melihat apa yang dikatakan Yoon Jae sebelum bertanya?" ucap Nyonya Jang.


"Hubungan mereka sangat baik. Yoon Jae memperlakukan Yoo Ra seperti adik kandungnya. Dia juga sangat menyukai Yoon Jae. Tidak ada lagi yang kuharapkan selain Choi Yoo Ra menjadi menantuku. Yoo Ra-ya, kau mau menjadi menantuku?"

Sontak, Yoo Ra senang mendengarnya.


Sepanjang perjalanan, Yoo Ra tak bisa berhenti memikirkan pertanyaan Pimpinan Ha tadi.

"Aku mau menjadi menantu Pimpinan Ha! Aku mau menjadi istri Yoon Jae Oppa!"

Ia bahagia.


Soo Ae terus mengikuti ibunya yang sedang bersih-bersih. Nyonya Han yang merasa terganggu, langsung menyuruh Soo Ae duduk tapi Soo Ae tidak mau.

"Wae? Kau takut pada nenek?"

Tak lama kemudian, Nyonya Jo keluar dan Soo Ae langsung memasukkan kepalanya ke balik rok ibunya.

Melihat itu, Nyonya Jo langsung berdecak.

"Kau mendapatkan keinginanmu sekarang. Kau membesarkannya dibalik rokmu, bukankah itu mengagumkan?" sinis Nyonya Jo.

Nyonya Han berusaha tidak membalas perkataan Nyonya Jo, tapi ia bertanya Nyonya Jo mau kemana.

"Bukan urusanmu!" sentak Nyonya Jo, lalu beranjak pergi.


Setelah Nyonya Jo pergi, Soo Ae pun langsung berdiri.

"Dia sudah pergi? Nenek harimau akan memakain Soo Ae dan ibu. Lain kali ibu juga harus sembunyi. Ibu mengerti?"

Nyonya Han tersenyum mendengarnya dan membelai Soo Ae.

Ponsel Nyonya Han tiba-tiba berdering.

Setelah itu, Nyonya Han dan Soo Ae langsung keluar dari rumah dan naik ke taksi.


Nyonya Han menghubungi Yeon Hwa. Nyonya Han memberitahu, bahwa Tuan Choi akan mentraktir mereka makan siang.


Yeon Hwa pun masuk ke sebuah restoran. Tak lama kemudian, ia menemukan Tuan Choi bersama ibu serta adiknya.

Mereka duduk bersama layaknya satu keluarga bahagia.


Nyonya Jo ternyata ke kantor Tuan Choi dan bertemu seketaris Tuan Choi. Di sana lah ia tahu kemana putranya itu pergi.

Nyonya Jo langsung ke restoran dan ia kesal melihat pemandangan itu.


"Yeon Hwa-ya, kudengar kau tinggal di rumah temanmu?" tanya Tuan Choi.

"Itu benar, aku hidup dengan baik." jawab Yeon Hwa.

"Aku akan mencoba membujuk Yoo Ra. Jadi sementara ini, carilah tempat yang aman dan nyaman." ucap Tuan Choi, lalu memberikan Yeon Hwa buku rekening dan stempelnya.


Sontak, Yeon Hwa langsung ingat kata-kata Yoo Ra.

"Kau ingin ayahku memberimu uang saku?" sinis Yoo Ra, lalu melemparkan uang pada Yeon Wa.


Teringat hal itu, Yeon Hwa pun menolak uang pemberikan Tuan Choi.

"Abeoji, aku menginginkan hal lain. Aku ingin kau menjadi pendampingku saat aku menikah. Maukah kau melakukannya?"

"Tentu saja, kau juga putriku."


Nyonya Han ingin membujuk Yeon Hwa menerima uang itu tapi belum sempat bicara, ponsel Yeon Hwa tiba-tiba berdering.

Telepon dari si rentenir yang menagih uangnya. Sontak Yeon Hwa kaget.

Melihat reaksi Yeon Wa, Nyonya Han pun penasaran siapa yang menelpon Yeon Hwa. Yeon Hwa berbohong, ia mengatakan, salah sambung.


Si rentenir terus menelpon Yeon Hwa. Tapi Yeon Hwa mengabaikannya.

Tak lama kemudian, si rentenir muncul saat Yeon Hwa sudah sendiri.

Yeon Hwa pun mengaku, sedang berusaha mempersiapkan 3 ribu won untuk hutang ayahnya.


Yoon Jae masuk ke ruangannya. Tak lama kemudian, ia di-SMS Yeon Hwa.

"Terima kasih untuk kekasihku. Aku penuh dengan kekuatan sekarang. Aja, aja, fighting!"

Yoon Jae tertawa membaca SMS Yeon Hwa.


Yoo Ra kemudian masuk, memberitahu schedule Yoon Jae.

"Karena hari ini pertunjukan make up, jadi kau tidak punya jadwal lain. Jadwalmu hari ini sudah selesai dan aku sudah menjadwal ulang untuk makan siang kita." ucap Yoo Ra.

"Baiklah, buatlah reservasi." jawab Yoon Jae.

"Aku juga akan mengganti air vas nya." ucap Yoo Ra, lalu mengambil vas di atas meja.

"Bukankah itu lily?" tanya Yoon Jae.

"Benar, lily adalah simbol kepolosan dan kesucian." jawab Yoo Ra.

"Kedengarannya bagus." puji Yoon Jae.


Yoo Ra keluar dari ruangan Yoon Jae dengan hati berbunga-bunga tanpa menyadari dirinya salah paham.

"Bagi Yoon Jae Oppa, aku seperti lily." ucapnya senang.


Yoon Jae dan Yoo Ra makan siang bersama.

"Oppa, kau tahu berapa lama aku menantikan momen ini?" ucap Yoo Ra. Yoon Jae tersenyum mendengarnya.

Yoo Ra lantas memberitahu Yoon Jae bahwa tadi ia menemui ayah Yoon Jae.

"Benarkah? Dia pasti senang. Terima kasih atas perhatianmu."

"Ayahmu terlihat lebih baik. Istrinya pasti mengurusnya dengan baik."

Wajah Yoon Jae langsung berubah mendengarnya. Ya, ia agak kesal.

"Kau tidak nyaman setiap kali aku menyebut ibu tirimu."

"Bagaimana denganmu?"

"Aku berencana pindah agar ayahku dan istrinya bisa hidup nyaman."

*Saya skip ya...


Yeon Hwa lagi di perpustakaan saat ia melihat kalendernya.

Ia terkejut melihat tanggal yang dilingkarinya. Ya, di tanggal itu J Cosmetic harusnya menghubunginya.

Yeon Hwa pun berdoa, ia berjanji akan melakukan apapun jika ia diterima.


Tak lama kemudian, ponsel Yeon Hwa berdering.

Yeon Hwa langsung keluar menjawabnya dan raut wajahnya nampak senang menerima telepon itu.

Yeon Hwa bergegas ke J Cosmetic.


Sampai di depan gedung J Cosmetic, ia berteriak, "Seol Yeon Hwa, kau bisa melakukannya. Aja, aja, aja!"

Kang Wook yang melihat itu, langsung menirukan Yeon Hwa.

"Aja, aja, aja! Tapi apa artinya."

Kang Wook mengikuti Yeon Hwa ke lift. Ia menanyakan arti 'aja' yang tadi diucapkan Yeon Hwa.

"Artinya sama dengan berjuang." jawab Yeon Hwa.


Saat pintu lift hendak menutup, Yoo Ra tiba-tiba datang. Yoo Ra masuk ke lift dan terkejut melihat Yeon Hwa.


Sontak, Yoo Ra langsung menarik Yeon Hwa keluar.

"Apa yang kau lakukan disini!"

"Aku diminta datang. Aku lolos wawancara pertama jadi aku akan mengikuti wawancara kedua."

"Kau ingin bekerja di perusahaan yang sama denganku? Bertemu denganmu di tangga berjalan, di rumah bertemu ibumu, di kantor bertemu denganmu."

Yoo Ra tidak peduli saat Yeon Hwa mengaku, bekerja di J Cosmetic adalah impiannya.


Yoo Ra lalu menghina Yeon Hwa yang tidak lulus kuliah.

Ia kemudian membahas Yeon Hwa yang gagal menutupi wajah babak belurnya dengan make up.

"Meski tidak babak belur, kemampuan make up mu nol. Seol Yeon Hwa, kau tidak memenuhi kualifikasi." ucap Yoo Ra.


Bersambung.......

Prolog :


Di lift, Yeon Hwa mengaku tidak peduli dengan ucapan Yoo Ra. Ia berkata. Bekerja di J adalah impiannya.


Yoon Hee menemui calon karyawan perusahaannya. Ia menyuruh semuanya pergi.

"Di depan perusahaan, ada pelatih yang menunggu kalian. Penilaian untuk wawancara kedua dimulai disini." ucap Yoon Hee.

"Kedengarannya menarik." jawab Kang Wook yang juga menjadi calon karyawan.

Para calon karyawan pun langsung berdiri diluar.


Tak lama kemudian, Yoon Hee datang.

"Wawancara kedua akan segera dimulai. Kalian berpencar lah dan cari seseorang yang bagus untuk kalian dandani." ucap Yoon Hee.

Sontak, Yeon Hwa pun kebingungan dimana harus mencari orang seperti itu.

0 Comments:

Post a Comment