• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 78 Part 2

Sebelumnya...


Dongpal tidak bisa tidur karena dengkuran Chorim yang cukup keras.

"Dia lebih berisik dari suara kereta. Aku pikir, dengkuran Daepung yang terburuk." ucap Dongpal.


Sementara Jihyeok juga tidak bisa tidur lantaran dengkuran Daepung.

Lalu Daepung tiba-tiba saja berhenti mendengkur.

Jihyeok pun cemas dan langsung membangunkan Daepung.

"Kenapa kau belum tidur?" tanya Daepung.

"Aku harus berterima kasih padamu karena aku tidak bisa tidur." jawab Jihyeok.

"Kenapa itu menjadi salahku? Kau tidak bisa tidur lantaran mencemaskan ayahmu." ucap Daepung.

Tak lama kemudian, ponsel Jihyeok berbunyi.

Daepung pun heran siapa yang menghubungi Jihyeok tengah malam begitu.


Jihyeok menyambar ponselnya dan tersenyum melihat layar ponselnya.

"Appa, kenapa kau menelpon larut malam begini?"

"Aku ingin tahu apa kau tidur dengan baik." jawab Dongpal.

"Aku tidur dengan baik." ucap Jihyeok.

"Jihyeok-ah, appa minta maaf karena tidak ada di sana." jawab Dongpal.

"Ani, lebih bagus appa ada di sana bersama ajumma, maksudku bersama eomma." ucap Jihyeok.

"Dia seperti kereta." jawab Dongpal.

"Apa?" tanya Jihyeok heran.


"Lupakan, sekali lagi, aku minta maaf."

"Jangan minta maaf. Kau memberiku seorang ibu. Ibu muda dan cantik. Aku akan menjadi anak yang baik. Appa, kau bahagia kan? Jawab aku."

"Appa minta maaf."

"Berhenti minta maaf. Aku lebih baik tanpamu. Rasanya seperti sebuah tumor diangkat dari diriku."

Mendengar itu, Dongpal pun ngambek dan langsung memutuskan panggilannya.


Roo Bi juga tidak bisa tidur. Pikirannya terus tertuju pada kata-kata sang ibu di telepon padanya tadi. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya mendengar percakapannya dengan Roo Na di toilet.

"Tapi tetap saja, aku tidak bisa mengerti Roo Na. Aku tidak bisa memaafkannya. Mianhae, Eomma."


Gilja masih menangis.


Paginya, Soyoung terbangun dan langsung meneguk air. Namun tak lama berselang, ia menjerit.

Roo Bi dan Chorim langsung keluar dari kamar. Chorim menyalakan lampu dan kaget melihat Dongpal yang tidur dibalik meja.

Chorim membangunkan Dongpal. Dongpal yang masih belum sadar sepenuhnya heran melihat Soyoung.

Chorim pun kesal dan langsung menarik Dongpal ke kamar.


"Kenapa dia tidur diluar? Ini malam pertama mereka." ucap Soyoung.

"Apa mereka bertengkar?" tanya Roo Bi cemas.

"Oya, kemana ibumu sepagi ini?" tanya Soyoung.


Gilja duduk di taman.

Ia teringat saat Roo Bi mengaku membencinya.

"Aku membenci semuanya. Aku juga membenci ibu. Kenapa kalian membiarkan ini terjadi padaku!" tangis Roo Bi.


Lalu ia teringat pertengkaran Roo Bi dan Roo Na di Jeju.

"Iya, aku gila! Aku gila jadi jangan mengetesku dan tetaplah diam!"

"Bersiaplah. Aku akan mengungkap semuanya. Satu per satu, yang kau ambil dariku, akan kuambil kembali." jawab Roo Bi.


Terus, ia ingat pertengkaran Roo Bi dan Roo Na di toilet.

"Pemilik cincin ini? Jangan seperti anak-anak. Tidak akan ada yang berubah." ucap Roo Na.

"Aku tahu kau memalukan Jeong Roo Na, tapi aku tidak menyangka kau seburuk ini." jawab Roo Bi.


Gilja lalu berjalan ke tengah jalan.

Tepat saat itu, sebuah mobil melaju dengan kencang ke arahnya.

Mobil itu berhenti tepat sebelum menabrak Gilja.

Gilja yang syok jatuh pingsan.


Roo Na yang sedang sarapan bersama keluarga Gyeong Min pun terkejut mendapat kabar ibunya di rumah sakit.

"Apa yang terjadi?" tanya nenek.

"Bibiku menelpon, dia bilang ibuku ada di rumah sakit. Aku harus segera ke sana." jawab Roo Na.

"Aku akan mengantarmu." ucap Gyeong Min.


Gilja yang belum siuman teringat saat melahirkan Roo Na tanpa didampingi suaminya.

Flashback...


Usai melahirkan Roo Na, Chorim menyuruh Gilja makan. Tapi Gilja menolaknya. Gilja juga menolak menyusui Roo Na.

Semua itu karena Gilja mengetahui suaminya ada affair dengan wanita lain.

Gilja yang marah, lantas turun dari tempat tidurnya dan mengemasi barang-barangnya.

"Aku mau pulang, aku akan meninggalkannya, aku akan menceraikan kakakmu!" ucap Gilja pada Chorim.


Tak lama kemudian, mereka mendapat kabar tentang ayah Roo Na yang mengalami kecelakaan di pabrik.

Ayah Roo Na masuk ke dalam mesin penggiling dan tewas seketika. Gilja syok.



Di hari kematian suaminya, Gilja terkejut melihat ada dua bayi di kamarnya.

Ia langsung berteriak memanggil Chorim.

Chorim mengatakan, bahwa ibunya lah yang menyuruhnya membawa bayi itu ke rumah mereka.

"Itu bayi wanita itu. Wanita itu meninggalkan bayinya pada ibuku setelah mengetahui kakakku meninggal."

"Aku tidak mau membesarkannya! Bawa dia pergi! Kakakmu menyelingkuhiku dan membuat wanita itu hamil, jadi kenapa aku harus membesarkan anak mereka!"

"Yang mana anak itu! Mana!"

Gilja tidak tahu yang mana putrinya dan yang mana putri suaminya.



Lantas Gilja meninggalkan salah satu bayi di depan pintu emperan sebuah toko tanpa mengetahui bayi siapa yang ia tinggalkan.

Tapi tak lama, ia kembali mengambil bayi itu dan memutuskan merawat bayi hasil perselingkuhan suaminya.

Flashback end...



Gilja akhirnya siuman setelah mendengar suara kedua putrinya.

"Eomma, kau baik-baik saja?" tanya Roo Bi.

"Eomma." panggil Roo Na.

"Dimana aku?" tanya Gilja.

"Rumah sakit, kau pingsan." jawab Roo Bi.

"Ibu sakit, harusnya ibu tetap di rumah bukan pergi keluar!" marah Roo Na.

Gilja lalu menatap wajah kedua putrinya.

"Kalian berdua... kalian berdua..."


Bersambung......

Ruby Ring Ep 78 Part 1

Sebelumnya <<<


Chorim masuk ke kamarnya sambil terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Gilja.

Tapi saat melihat ke sekeliling kamarnya, ia terkejut karena kamarnya kini sudah disulap menjadi begitu cantik, dengan wallpaper yang indah.

Chorim tersenyum.

"Tidak terlalu buruk untuk pengantin baru. Baiklah, kami hanya akan tinggal disini untuk satu tahun. Selama satu tahun ini, aku akan bekerja keras mengumpulkan uang untuk membeli apartemen yang kecil." ucap Chorim.


Lalu, Chorim ingat lagi masalah Gilja.

Ia pun meraih ponselnya dan menghubungi Roo Bi.

"Komo, bagaimana bulan madumu?" tanya Roo Bi.

"Aku sudah di rumah. Roo Na-ya, apa terjadi sesuatu di rumah?"

"Maksud bibi apa?"

"Ibumu, dia mulai menangis setelah aku datang. Dia bilang, ini tentang kau dan Roo Bi. Aku mengira kau melakukan sesuatu atau terjadi sesuatu pada Roo Bi."

"Aniyo, Komo. Jangan cemas." jawab Roo Bi, lalu menyudahi pembicaraan mereka.


Selesai bicara dengan bibinya, Roo Bi langsung ingat kata-kata ibunya tadi di telepon.

Tak butuh waktu lama bagi Roo Bi untuk menyadari bahwa sang ibu sudah mengetahui semuanya.


Gilya yang masih berbaring di kamarnya, tiba-tiba memutuskan untuk memberitahu semua orang kebenaran itu.

Ia mengambil jaketnya dan beranjak dari kamar.

Chorim langsung menghalangi Gilja yang mau pergi.

"Jangan halangi aku!" teriak Gilja.

"Eonni! Ada apa sebenarnya?" tanya Chorim.

"Komo, uri Roo Na... Roo Na..." Gilja pun tak jadi bicara. Ia lantas masuk lagi ke kamarnya dan memutuskan tidak memberitahu semua orang.


Chorim menyusul Gilja. Gilja ingin memberitahu Chorim, tapi tak bisa.

Chorim pun putus asa karena Gilja tak mau cerita padanya.

"Aku akan membuatkanmu bubur." ucap Chorim lalu beranjak dari kamar Gilja.


Tangis Gilja pecah lagi.

"Roo Na, dia berniat bunuh diri terakhir kali. Aku tidak bisa memberitahu siapa pun. Aku tidak mau dia mati. Tapi bagaimana dengan Roo Bi? Uri Roo Bi... mianata... mianata..."


Di kamarnya, Roo Na dapat telepon tentang 'program baru'.

Seseorang memintanya memandu acara tersebut.

Roo Na pun berkata, bahwa ia harus meminta izin terlebih dahulu pada mertuanya.


Roo Na langsung memberitahu keluarga suaminya.

Gyeong Min terkejut, program baru?

"Direktur menghubungiku dan memintaku mengisi acaranya."

Kesal, nenek langsung berteriak memanggil Geum Hee. Tak lama Geum Hee datang dan nenek langsung meminta air dingin pada Geum Hee.

Nenek menentang keras niatan Roo Na untuk kembali memandu acara TV.  Ia tidak ingin ada bencana lagi di dalam rumahnya.


Roo Na berjanji tidak akan membuat kesalahan lagi kali ini.

Tuan Bae lantas meminta pendapat Gyeong Min.

Gyeong Min berkata, jika orang rumahnya setuju maka ia tidak punya alasan mengatakan tidak.

Tuan Bae langsung mempertimbangkannya.

Nenek menyuruh Tuan Bae memutuskannya.

Tuan Bae mengizinkan dengan satu syarat. Roo Na tidak boleh membawa satu orang kru pun ke dalam rumah dan membahas keluarga mereka di TV.

Roo Na setuju.


Roo Na dan Gyeong Min lantas kembali ke kamar. Setibanya di kamar, Roo Na langsung memeluk Gyeong Min dan mengucapkan terima kasih atas dukungan Gyeong Min.

"Kupikir kau akan menentangnya." ucap Roo Na.

"Meski aku melarangmu, kau akan tetap melakukannya, kan?" jawab Gyeong Min.

"Tidak bisa kah kau mendukung dan menyemangatiku?" pinta Roo Na.

Gyeong Min diam saja.

Roo Na pun menghela nafas. Ia lalu berterima kasih sekali lagi karena Gyeong Min sudah mengizinkannya.

Roo Na lalu masuk ke kamar mandi.


Gyeong Min pun menatap jejak Roo Na.

"Lihat bagaimana serakahnya dirimu, Jeong Roo Bi."

Gyeong Min kemudian teringat kata-kata In Soo.

"Apa menurutmu aku dan Roo Na terlihat bahagia? Apa kami tampak seperti sepasang kekasih?"

Gyeong Min lalu bertanya-tanya, apa dia dan 'Roo Bi' juga bahagia?


Geum Hee menghampiri Se Ra yang baru pulang.

Ia memberitahu Se Ra bahwa Roo Na akan kembali memandu acara televisi.

"Mencoba dan melakukan hal yang baru memang sudah seharusnya." jawab Se Ra.

Geum Hee lalu membicarakan In Soo. Ia mengaku tahu bahwa Se Ra menyukai In Soo.

Geum Hee pun menasihati Se Ra agar berjuang mendapatkan In Soo.

"Jangan pikirkan kata orang lain. Kejar dia dan dapatkan. Aku akan menjaga rahasiamu." ucap Geum Hee lalu beranjak pergi.

Se Ra syok. Haha...


Sambil membuat bubur, Chorim bertanya-tanya apa masalah Gilja sebenarnya.

Tak lama kemudian, ia mendengar suara pintu yang dibuka.


Chorim pun langsung berlari ke depan sambil berteriak memanggil suaminya.

Tapi yang pulang ternyata Roo Bi.

"Mian, Komo. Aku bukan suamimu. Paman Dongpal tidak di rumah?"

"Dia merapikan restoran."


"Ibu dimana?"

"Ibumu sepertinya sakit. Aku yakin dia belum makan seharian ini. Kau yakin tidak melakukan apapun kan?"

"Aniyo, Komo."

"Lalu apakah Roo Bi?"

"Apa yang dikatakan ibu?"

"Mentalnya terguncang. Seperti demensia atau..."

"Komo!"

"Aku serius. Dia bersikap aneh!"


Roo Bi pun langsung membuka pintu kamar ibunya. Melihat sang ibu tertidur, Roo Bi pun kembali menutup pintu kamar ibunya dan tidak jadi masuk.

Setelah Roo Bi pergi, Gilja kembali menangis.

"Mianata, Roo Bi-ya." ucapnya.


Di kamarnya, In Soo memikirkan kata-katanya tadi ke Gyeong Min.

"Jika kau tidak bodoh, kau akan tahu Bae Gyeong Min! Aku tidak bisa mengejanya untukmu. Jadi pikirkanlah sendiri." ucapnya kesal.


Dongpal pulang bersama Soyoung.

Mendengar suara Dongpal, Roo Bi langsung keluar dari kamarnya dan menyambut Dongpal.

Soyoung memberitahu Dongpal kalau Chorim tidurnya mendengkur.

"Aku sudah tahu. Dia lebih berisik dari kereta api. Kalau aku tahu sejak awal, aku tidak akan menikahinya." balas Dongpal.

Mendengar itu, Chorim ngambek dan langsung masuk ke kamar.

Roo Bi, Soyoung dan Dongpal tertawa.

Roo Bi lalu menyuruh Dongpal menyusul Chorim.


"Soyoung-ah, Komo marah. Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku hanya bercanda. Aku akan pergi keluar negeri." jawab Soyoung.

Roo Bi tertawa.


Dongpal menjelaskan pada Chorim bahwa ia hanya bercanda mengatakan itu.

Dongpal lalu mendekatkan bibirnya ke bibir Chorim, tapi Chorim langsung menjauhkan dirinya dari Dongpal lantaran malu.

"Ada apa denganmu? Kita ini suami istri." jawab Dongpal.

Dongpal lalu kembali berusaha mencium Chorim tapi gak jadi gara-gara mulut Chorim bau.

Dongpal kemudian mengambil piyamanya dari dalam laci dan mengaku ingin mandi.


Sampai di depan pintu, Dongpal kembali menatap Chorim dan mengatakan bahwa dirinya akan segera kembali.

Sontak Chorim tertawa. Chorim lalu mencium bau mulutnya dan terkejut mulunya bau kimchi.


Gyeong Min tak bisa tidur dan terus memikirkan kebersamaannya dengan Roo Bi di Jeju.


Roo Na yang sudah tidur meracau.

"Ini milikku. Cincin itu milikku."

Gyeong Min lalu menatap Roo Na.

"Apakah dia benar-benar ingat janji yang kuminta saat aku melamarnya?" tanyanya dalam hati.

Bersambung ke part 2............

Ruby Ring Ep 77 Part 2

Sebelumnya...


Tuan Bae, Nyonya Park dan nenek asyik menikmati buah sambil menonton televisi.

Tak lama kemudian, Geum Hee datang membawakan teh.


Chorim kesal karena Dongpal mengajaknya ke restoran sekembalinya mereka dari bulan madu.

Dongpal beralasan, kalau mereka harus membantu Gilja di restoran.

Tapi Chorim tetap kesal, ditambah bulan madu mereka yang belum selesai.


Dongpal mengajak Chorim masuk, tapi saat hendak masuk, mereka melihat Jihyeok yang bekerja membantu Soyoung.

"Itulah anakku." puji Dongpal.

"Anakmu? Anak kita." ralat Chorim.


Mereka pun masuk.

Begitu melihat Chorim, Soyoung pun langsung memeluk Chorim.

Soyoung kemudian bercerita, bahwa ia akan menutup restoran jika saja Jihyeok tidak datang dan membantunya.

"Memangnya kemana kakakku?" tanya Chorim.

"Dia tidak datang dan pergi dari rumah pagi-pagi sekali." jawab Soyoung.


Chorim pun menghubungi Gilja. Gilja berkata, bahwa ia ada di rumah dan merasa tidak enak badan.

Mengetahui Gilja sakit, Dongpal langsung menyuruh Chorim pulang.

Chorim kembali protes soal bulan madu mereka yang belum selesai.

"Bulan madunya sudah berakhir, Jeong Chorim-ssi." jawab Dongpal, lalu beranjak ke dapur.

Chorim mendengus kesal, lalu meminta Jihyeok menemaninya pulang.


Dalam perjalanan pulang, Chorim mengajak Jihyeok duduk sebentar di taman.

Chorim mau duduk, tapi Jihyeok menyuruhnya menunggu sebentar.

Jihyeok lantas mengeluarkan sapu tangannya dan menjadikannya sebagai alas duduk Chorim.


Ia juga melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke Chorim.


Mereka kemudian duduk.

Jihyeok berterima kasih karena Chorim sudah mau menikah dengan ayahnya.

Chorim pun meminta maaf karena merasa sudah mencuri ayah Jihyeok.

"Jangan berkata seperti itu. Aku justu merasa senang terbebas darinya. Tidak ada lagi omelannya." jawab Jihyeok.

"Jjinja?"

Mereka kemudian tertawa.

Chorim lalu meminta maaf karena tidak bisa mengajak Jihyeok tinggal bersama mereka.

Ia lantas meminta Jihyeok menunggu sedikit lagi. Ia berjanji mereka akan tinggal bersama setelah ia dan Dongpal menemukan apartemen murah dengan dua kamar.

Tapi Jihyeok menolak tinggal bersama mereka. Jihyeok bilang, bahwa ia harus mengawasi Daepung agar tidak melakukan hal aneh lagi.


Jihyeok lantas meminta izin untuk memanggil Chorim dengan panggilan eomma.

"Sejak kecil, aku selalu merasa iri saat mendengar teman-temanku memanggil eomma. Aku tidak pernah mengucapkan kata itu." ucap Jihyeok.

Chorim terdiam sejenak.

Tak lama berselang, ia menyuruh Jihyeok memanggilnya eomma.

"Eom... eom..." Jihyeok merasa malu memanggil Chorim eomma.

Chorim lalu cerita, bahwa ia juga tidak punya ibu.


Chorim lantas berteriak memanggil ibunya.

Tangisnya pecah.

Melihat Chorim, Jihyeok ikut berteriak memanggil ibunya.

Chorim lalu memegang tangan Jihyeok dan berjanji akan menjadi ibu yang baik untuk Jihyeok.


Gilja memutuskan membawa rahasia Roo Bi dan Roo Na sampai mati. Menurutnya, itulah yang terbaik. Ia tidak ingin hidup Roo Bi dan Roo Na lebih hancur lagi.


Tak lama kemudian, Chorim datang. Gilja menanyakan Dongpal.

"Dia di restoran, membantu Soyoung. Jihyeok juga ada di sana dan membantu Soyoung."

"Komo, jangan menganggap Jihyeok sebagai beban."

"Itulah rencanaku tapi aku berpikir aku tidak akan bisa menjadi ibu yang baik sepertimu."

"Menurutmu aku ibu yang baik?"

"Tentu saja."


"Bagi Roo Bi iya, tapi tidak bagi Roo Na. Aku mungkin meninggalkan luka batin yang besar padanya."

"Apa Roo Na membuat masalah? Atau Roo Bi? Ah tidak, pasti Roo Na kali ini. Aku sudah menduganya, kukira dia akan berubah setelah kecelakaan itu."

Mendengar itu, Gilja pun marah. Ia meminta Chorim tidak menyalahkan Roo Na lagi.

Gilja lalu ingin memberitahu Chorim bahwa Roo Na adalah Roo Bi, tapi tidak bisa.


Tangis Gilja pecah lagi.

Bersambung...........