"Kalian berdua... kalian berdua..."
"Wae, eomma?" tanya Roo Bi.
"Eomma, kau ingin mengatakan sesuatu pada kami?" tanya Roo Na.
"Kalian berdua..." Gilja tidak sanggup bicara. Pada akhirnya, ia menyuruh kedua putrinya pergi.
"Eomma, bagaimana mungkin kami bisa pergi. Kau sakit." ucap Roo Bi.
"Pergilah! Kalian berdua pergi! Pergi!" teriak Gilja.
"Wae, eomma!" tanya Roo Na bingung.
"Pergilah kalian berdua!"
Tak lama berselang, Gyeong Min masuk.
Gilja langsung menatap Gyeong Min lirih.
"Apa yang harus kita lakukan, menantuku?" tanya Gilja dalam hatinya.
Gyeong Min lantas duduk disamping Gilja. Gilja memegang tangan Gyeong Min.
"Mianhae, menantuku. Mianhae dan cobalah untuk mengerti." pinta Gilja.
Mereka pun tambah bingung.
"Eomma, ada apa denganmu?" tanya Roo Na.
"Ini pasti karena aku yang sudah semakin tua. Hatiku jadi sensitif." jawab Gilja sambil menghapus tangisnya.
Roo Bi dan Roo Na langsung saling menatap. Mereka curiga, sang ibu sudah mengetahui rahasia mereka.
Dalam perjalanan pulang, Gyeong Min memutar lagu favoritnya dengan Roo Bi.
Sontak, Roo Bi terkejut dan langsung menatap Gyeong Min dengan mata berkaca-kaca.
Ia ingat kenangannya dengan Gyeong Min, saat mendengarkan lagu itu ketika bicara dengan Gyeong Min di telepon.
Melihat tangis Roo Bi, Gyeong Min mengira itu karena Roo Bi mencemaskan Gilja.
"Aniyo, ibuku akan baik-baik saja." jawab Roo Bi.
Roo Bi lalu memuji lagu itu.
Mendengar itu, sontak Roo Na cemas. Ia langsung memegang lengan Gyeong Min dan mengaku bahwa lagu itu adalah lagu yang ia dengarkan saat ia pacaran dengan Gyeong Min.
Roo Bi pun langsung menatap Roo Na dengan kesal.
"Aku sudah ingat semuanya, tapi kau sama sekali tidak takut Jeong Roo Na? Kau tidak takut kalau aku mengungkap kebenarannya?" kata Roo Bi dalam hatinya.
Di basement kantor, Roo Bi tidak sengaja melihat Yeonho.
"Lihat siapa ini? Kau terlihat lebih baik sekarang. Kau melakukannya cukup baik untuk dirimu. Kudengar, kau bekerja satu tim dengan Jeong Roo Bi."
"Lalu?"
"Kenapa kau begitu dingin?"
"Itu lebih baik dari pria tidak tahu malu sepertimu."
Yeonho kesal mendengarnya. Ia mau membalas, tapi keburu melihat Roo Na yang melintas di depannya.
Yeonho pun langsung menuju ke arah Roo Na.
Roo Bi kesal melihatnya.
Mereka pun bertemu di kafe.
Roo Bi yang mengikuti mereka, langsung menghubungi kantor Gyeong Min.
"Apa yang kau inginkan Goo Yeon Ho? Kurasa kau tidak takut sama sekali." ucap Roo Na.
"Takut? Aku? Rasa takutku sudah hilang sejak lama. Wae? Kau mau menghubungi polisi?"
"Sebaiknya kau berhati-hati."
"Kau tahu apa yang paling menakutkan di dunia ini? Polisi? Bukan. Tapi uang. Uang itu menyenangkan tapi bisa juga menakutkan." jawab Yeonho.
"Jadi kau ingin uang? Maaf, uang yang menakutkan itu tidak bisa aku berikan."
"Jangan begitu, samonim!"
"Diam! Aku kehilangan bayiku karenamu! Aku kehilangan pewaris JM Group. Kau sudah membunuh seseorang lalu apa? Kau mau uangku?"
"Siapa yang tahu siapa ayah dari bayi yang kau kandung itu? Berikan aku uang. Aku bisa menjual itu pada siapa pun." ucap Yeonho.
Yeonho pun menunjukkan flashdishnya untuk mengancam Roo Na.
"Kau mau menyeretku jatuh bersamamu? Sudah bagus aku tidak menuntutmu atas kasus pembunuhan! Jadi pergilah dan jangan pernah kembali!" teriak Roo Na.
Tepat saat itu, Gyeong Min datang dan mendengar semuanya. Oooow...
Gyeong Min pun menghampiri mereka.
Roo Na langsung kaget melihat kehadiran Gyeong Min di sana.
Yeonho beralasan, ia mengaku menemui Roo Na untuk meminta nasehat tentang Eun Ji.
Yeonho lalu beranjak pergi. Tapi Gyeong Min mengajaknya bicara. Yeonho menolak dan buru-buru pergi.
"Yeobo, kenapa kau kesini? Apa yang ingin kau lihat?"
"Bukankah kau menghubungiku? Seketarisku bilang kau menghubungiku."
"Aku?" tanya Roo Na.
Tak lama kemudian, Roo Na pun sadar Roo Bi lah yang menyuruh Gyeong Min datang ke sana.
"Tuduhan pembunuhan. Apa maksudnya? Katakan padaku."
"Eun Ji hamil anak Goo Yeonho. Mereka lalu bertengkar dan Eun Ji keguguran, jadi aku memarahinya karena merasa kasihan pada Eun Ji."
Roo Na lalu teringat kalau dia ada janji meeting dengan direktur program. Ia pun menggunakan alasan itu untuk pergi agar Gyeong Min tidak menanyainya lagi.
Sekembalinya ke ruangannya, Gyeong Min kepikiran kata-kata Roo Na tadi.
"Pembunuhan? Menyeretku jatuh bersamamu? Kenapa dia mengatakan itu?"
Gyeong Min lantas menghubungi Eun Ji.
Roo Na ke ruangan direktur. Betapa kagetnya ia saat melihat sosok Roo Bi di sana.
Direktur meminta maaf karena tidak memberitahu Roo Na. Ia beralasan, ingin memberikan kejutan pada Roo Na.
Direktur lalu memberikan draft proposal acara baru mereka.
Roo Na pun kaget membaca judul proposal itu.
"Secret Garden, The Talk Show Jeong Roo Bi dan Jeong Roo Na."
"Direktur, kupikir aku akan memandu Jeong Roo Bi Show lagi."
Direktur menjelaskan, acara Jeong Roo Bi Show tidak mungkin dilanjutkan lagi setelah insiden yang Roo Na buat, ditambah Roo Bi menjadi terkenal sejak kemunculannya di televisi hari itu.
Roo Na yang tak mau kerja bareng Roo Bi pun beralasan, kalau beresiko menggunakan Roo Bi yang baru muncul sekali di televisi.
Tapi Roo Bi malah setuju dengan program baru itu.
Roo Na menolaknya dengan tegas. Lalu ia menatap tajam Roo Bi.
"Aku lebih sukses dan terkenal darimu. Kenapa aku harus disamakan denganmu? Kau pikir aku gila dan bodoh?" batinnya.
Yeonho menemui Eun Ji di kafe. Ia penasaran, dengan orang yang mau dipertemukan Eun Ji dengannya.
"Dia akan membantu karirmu. Jika semuanya berjalan lancar, kau berhutang padaku." ucap Eun Ji.
Tapi saat sosok itu muncul, Yeonho terkejut.
Dia Gyeong Min!
Yeonho mau pergi, tapi Gyeong Min menyuruhnya duduk.
"Aku mungkin bisa menanganinya lebih baik dari istriku." ucap Gyeong Min.
Bersambung ke part 2....
0 Comments:
Post a Comment