Ruby Ring Ep 78 Part 2

Sebelumnya...


Dongpal tidak bisa tidur karena dengkuran Chorim yang cukup keras.

"Dia lebih berisik dari suara kereta. Aku pikir, dengkuran Daepung yang terburuk." ucap Dongpal.


Sementara Jihyeok juga tidak bisa tidur lantaran dengkuran Daepung.

Lalu Daepung tiba-tiba saja berhenti mendengkur.

Jihyeok pun cemas dan langsung membangunkan Daepung.

"Kenapa kau belum tidur?" tanya Daepung.

"Aku harus berterima kasih padamu karena aku tidak bisa tidur." jawab Jihyeok.

"Kenapa itu menjadi salahku? Kau tidak bisa tidur lantaran mencemaskan ayahmu." ucap Daepung.

Tak lama kemudian, ponsel Jihyeok berbunyi.

Daepung pun heran siapa yang menghubungi Jihyeok tengah malam begitu.


Jihyeok menyambar ponselnya dan tersenyum melihat layar ponselnya.

"Appa, kenapa kau menelpon larut malam begini?"

"Aku ingin tahu apa kau tidur dengan baik." jawab Dongpal.

"Aku tidur dengan baik." ucap Jihyeok.

"Jihyeok-ah, appa minta maaf karena tidak ada di sana." jawab Dongpal.

"Ani, lebih bagus appa ada di sana bersama ajumma, maksudku bersama eomma." ucap Jihyeok.

"Dia seperti kereta." jawab Dongpal.

"Apa?" tanya Jihyeok heran.


"Lupakan, sekali lagi, aku minta maaf."

"Jangan minta maaf. Kau memberiku seorang ibu. Ibu muda dan cantik. Aku akan menjadi anak yang baik. Appa, kau bahagia kan? Jawab aku."

"Appa minta maaf."

"Berhenti minta maaf. Aku lebih baik tanpamu. Rasanya seperti sebuah tumor diangkat dari diriku."

Mendengar itu, Dongpal pun ngambek dan langsung memutuskan panggilannya.


Roo Bi juga tidak bisa tidur. Pikirannya terus tertuju pada kata-kata sang ibu di telepon padanya tadi. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya mendengar percakapannya dengan Roo Na di toilet.

"Tapi tetap saja, aku tidak bisa mengerti Roo Na. Aku tidak bisa memaafkannya. Mianhae, Eomma."


Gilja masih menangis.


Paginya, Soyoung terbangun dan langsung meneguk air. Namun tak lama berselang, ia menjerit.

Roo Bi dan Chorim langsung keluar dari kamar. Chorim menyalakan lampu dan kaget melihat Dongpal yang tidur dibalik meja.

Chorim membangunkan Dongpal. Dongpal yang masih belum sadar sepenuhnya heran melihat Soyoung.

Chorim pun kesal dan langsung menarik Dongpal ke kamar.


"Kenapa dia tidur diluar? Ini malam pertama mereka." ucap Soyoung.

"Apa mereka bertengkar?" tanya Roo Bi cemas.

"Oya, kemana ibumu sepagi ini?" tanya Soyoung.


Gilja duduk di taman.

Ia teringat saat Roo Bi mengaku membencinya.

"Aku membenci semuanya. Aku juga membenci ibu. Kenapa kalian membiarkan ini terjadi padaku!" tangis Roo Bi.


Lalu ia teringat pertengkaran Roo Bi dan Roo Na di Jeju.

"Iya, aku gila! Aku gila jadi jangan mengetesku dan tetaplah diam!"

"Bersiaplah. Aku akan mengungkap semuanya. Satu per satu, yang kau ambil dariku, akan kuambil kembali." jawab Roo Bi.


Terus, ia ingat pertengkaran Roo Bi dan Roo Na di toilet.

"Pemilik cincin ini? Jangan seperti anak-anak. Tidak akan ada yang berubah." ucap Roo Na.

"Aku tahu kau memalukan Jeong Roo Na, tapi aku tidak menyangka kau seburuk ini." jawab Roo Bi.


Gilja lalu berjalan ke tengah jalan.

Tepat saat itu, sebuah mobil melaju dengan kencang ke arahnya.

Mobil itu berhenti tepat sebelum menabrak Gilja.

Gilja yang syok jatuh pingsan.


Roo Na yang sedang sarapan bersama keluarga Gyeong Min pun terkejut mendapat kabar ibunya di rumah sakit.

"Apa yang terjadi?" tanya nenek.

"Bibiku menelpon, dia bilang ibuku ada di rumah sakit. Aku harus segera ke sana." jawab Roo Na.

"Aku akan mengantarmu." ucap Gyeong Min.


Gilja yang belum siuman teringat saat melahirkan Roo Na tanpa didampingi suaminya.

Flashback...


Usai melahirkan Roo Na, Chorim menyuruh Gilja makan. Tapi Gilja menolaknya. Gilja juga menolak menyusui Roo Na.

Semua itu karena Gilja mengetahui suaminya ada affair dengan wanita lain.

Gilja yang marah, lantas turun dari tempat tidurnya dan mengemasi barang-barangnya.

"Aku mau pulang, aku akan meninggalkannya, aku akan menceraikan kakakmu!" ucap Gilja pada Chorim.


Tak lama kemudian, mereka mendapat kabar tentang ayah Roo Na yang mengalami kecelakaan di pabrik.

Ayah Roo Na masuk ke dalam mesin penggiling dan tewas seketika. Gilja syok.



Di hari kematian suaminya, Gilja terkejut melihat ada dua bayi di kamarnya.

Ia langsung berteriak memanggil Chorim.

Chorim mengatakan, bahwa ibunya lah yang menyuruhnya membawa bayi itu ke rumah mereka.

"Itu bayi wanita itu. Wanita itu meninggalkan bayinya pada ibuku setelah mengetahui kakakku meninggal."

"Aku tidak mau membesarkannya! Bawa dia pergi! Kakakmu menyelingkuhiku dan membuat wanita itu hamil, jadi kenapa aku harus membesarkan anak mereka!"

"Yang mana anak itu! Mana!"

Gilja tidak tahu yang mana putrinya dan yang mana putri suaminya.



Lantas Gilja meninggalkan salah satu bayi di depan pintu emperan sebuah toko tanpa mengetahui bayi siapa yang ia tinggalkan.

Tapi tak lama, ia kembali mengambil bayi itu dan memutuskan merawat bayi hasil perselingkuhan suaminya.

Flashback end...



Gilja akhirnya siuman setelah mendengar suara kedua putrinya.

"Eomma, kau baik-baik saja?" tanya Roo Bi.

"Eomma." panggil Roo Na.

"Dimana aku?" tanya Gilja.

"Rumah sakit, kau pingsan." jawab Roo Bi.

"Ibu sakit, harusnya ibu tetap di rumah bukan pergi keluar!" marah Roo Na.

Gilja lalu menatap wajah kedua putrinya.

"Kalian berdua... kalian berdua..."


Bersambung......

0 Comments:

Post a Comment