• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Unknown Woman Ep 5 Part 1

Sebelumnya...


Yeo Ri masuk ke kamarnya. Ia masih tidak percaya bahwa saat ini ia tengah mengandung anak Moo Yeol.

"Aku harus memastikannya." ucap Yeo Ri, lalu beranjak pergi.

Do Chi heran. Ia melihat-lihat kameranya dan yakin itu bukan miliknya.


Do Chi lantas menghubungi Hae Joo.

Do Chi : Keadaannya sangat kacau kemarin, paman tidak sempat menyapamu.

Hae Joo : Paman berperang dengan ayah jadi mustahil bisa menyapaku.

Do Chi : Hae Joo-ya, kau masuk ke kamar paman kemarin?

Hae Joo : Kamar paman? Tidak.

Do Chi : Tidak ada yang masuk ke kamar paman kemarin sebelum paman datang?

Hae Joo : Wae?

Do Chi : Apa kau menyentuh kamera perekam yang ada disana?


Hae Joo : Kamera perekam?

Hae Joo pun langsung teringat saat melihat Yeo Ri keluar dari kamar Do Chi, membawa sebuah kamera.


Hae Joo mengerti. Ia memberitahi Do Chi bahwa kucingnya lah yang sudah mencuri kamera Do Chi.

Hae Joo : Ada gadis konyol di rumah kami sekarang. Terlalu rumit untuk dijelaskan. Lagipula, aku melihatnya mencuri kamera perekam itu dari kamar paman.

Do Chi : Dimana dia? Paman harus menemukannya.


Yeo Ri sendiri ada di rumah sakit. Perawat memanggil namanya, menyuruhnya masuk. Bersamaan dengan itu, sebuah nomor menghubunginya. Lantaran tidak mengenal nomor si penelpon, Yeo Ri pun tidak menjawabnya.

Do Chi kesal Yeo Ri mengabaikan panggilannya.

Do Chi lantas mengirimkan sms untuk Yeo Ri, meminta kameranya dikembalikan.


Yeo Ri duduk di ruang tengah keluarga Wid Group. Ia menatap foto hasil USGnya dan masih tidak percaya dirinya mengandung bayi Moo Yeol. Yeo Ri hamil 10 minggu.

Yeo Ri lantas berniat memberitahu Moo Yeol. Ia meletakkan foto USGnya di meja dan mengambil ponselnya.


Tepat saat itu, Hae Joo datang dan melihat foto USG Yeo Ri. Sontak, ia syok.

"Kau hamil?" tanya Hae Joo.

"Kembalikan." pinta Yeo Ri.

"Katakan padaku, kau hamil!"

"Aku hamil. Ini bayi Moo Yeol dan aku."

"Siapa bilang kau boleh hamil!"

"Goo Hae Joo."


"Aku tidak akan menerimanya! Aku tidak akan membiarkannya!"

"Ini antara aku dan Moo Yeol. Kami tidak butuh persetujuanmu. Kami berdua orang dewasa yang bertanggung jawab dan saling mencintai. Dia juga sudah melamarku. Rasanya seperti mendiang ayahku merestui kami. Sekarang kami juga punya bayi. Kami akan menikah dan membesarkan bayi ini."

"Apa? Menikah? Kau pikir Moo Yeol boleh menikahimu? Apa kau tahu kondisinya saat ini?"

Yeo Ri pun kaget, Oppa... wae?


Moo Yeol berusaha meminjam uang di bank, tapi tidak berhasil lantaran ia tidak memiliki jaminan.


Yeo Ri langsung ke rumah lamanya begitu tahu apa yang terjadi pada Moo Yeol. Ia melihat Yeol Mae sedang membereskan barang di halaman dan Ae Nok terduduk lemas di halaman.

"Apa yang terjadi" tanya Yeo Ri.

"Siapa lagi yang membuat masalah selain ibuku." jawab Yeol Mae sewot.

"Itu benar. Ibu melakukannya agar bisa hidup mewah sendirian." ucap Ae Nok.

Yeol Mae pun kembali marah-marah lagi. Ia takut dirinya akan dijual jika mereka tidak mampu melunasi hutang Ae Nok.

Yeo Ri menanyakan Moo Yeol.

"Aku tidak tahu. Dia pergi mencari uang."

Yeol Mae pun menangis.


Hae Sung sakit lagi. Ji Won langsung lemas saat Do Young memberitahunya hasil diagnosa dokter.

Ji Won lantas berencana meminta Yeo Ri menjadi pendonor lagi untuk Hae Sung.


Di kamarnya, Yeo Ri resah karena Moo Yeol tidak bisa dihubungi.

Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Ia fikir, dari Moo Yeol tapi ternyata dari Doo Chi yang meminta kameranya dikembalikan.

Yeo Ri langsung ngeh kalau ia salah mengambil kamera saat di kamar Do Chi. Ia pun membalas sms Do Chi dan berkata, akan mengembalikannya besok. Do Chi pun memberikan alamatnya.


Moo Yeol duduk di warung tenda, di mejanya ada 3 botol soju dan sepiring camilan.

Tak lama kemudian, Hae Joo datang. Hae Joo menegaskan, bahwa Moo Yeol adalah miliknya dan garis hidup Moo Yeol ada di tangannya.

Hae Joo : Jika tidak berpegangan, kau akan jatuh ke jurang. Jika berpegangan, kau masuk ke surga.

Malas mendengar ocehan Hae Joo, Moo Yeol berniat pergi tapi Hae Joo menahannya.

Hae Joo : Jujur saja, alasanmu belajar keras adalah untuk menjadi sepertiku. Kau mau menjadi seperti ayahku. Orang kaya. Meski kau berpura-pura membenci kami dan bertindak berbeda, kau iri dengan kami semua. Kau mau menjadi kami.

Moo Yeol terdiam. Ia merasa perkataan Hae Joo benar tapi ia tetap bertahan dengan pendiriannya kalau uang bukan segalanya.

Hae Joo : Kini uang segalanya! Aku makin lelah. Kesempatanmu berpegangan padaku tidak akan ada selamanya.


Paginya, Moo Yeol sedang bersiap-siap untuk pergi wawancara. Ae Nok bertanya, apa Moo Yeol sungguh mau pergi wawancara di tengah- tengah masalah yang mereka hadapi.

Ae Nok : Bagaimana jika terjadi sesuatu pada ibu dan adikmu selagi kau pergi? Kau harus mendapatkan uangnya.

Moo Yeol pun marah.

Moo Yeol : Kenapa aku harus memperbaiki masalah yang ibu buat? Aku sudah berusaha semampuku. Aku meminta bank dan temanku, tapi itu 300 ribu dolar! Mana bisa aku mendapatkannya dalam sehari!

Ae Nok : Tetap saja kau tidak akan menjual ibumu kepada mereka, kan?

Moo Yeol : Aku hanya bisa mendapatkan pekerjaan. Setelah memiliki jaminan, aku bisa dapat pinjaman. Dulu ayah sekuriti disana, tapi sesuai keinginannya, aku akan menjabat posisi tertinggi disana atas kemampuanku sendiri.

Ae Nok senang mendengar Moo Yeol melamar ke Wid. Ia lantas menyarankan Moo Yeol mengambil jalan pintas dengan menikahi Hae Joo atau Yeo Ri.


Tak lama kemudian, Yeo Ri datang dan mengaku ingin bicara empat mata dengan Moo Yeol. Ae Nok mengerti dan langsung meninggalkan mereka.


Setelah Ae Nok pergi, Yeo Ri memberikan 100 ribu dolar pada Moo Yeol.

Moo Yeol terkejut, darimana kau mendapatkan ini? Jangan bilang ini uang asuransi jiwa ayahmu.

Yeo Ri diam saja. Melihat reaksi Yeo Ri, Moo Yeol pun sadar tebakannya benar. Ia menolak uang Yeo Ri.

Yeo Ri pun bicara dalam hatinya.

"Oppa, ambil dan pergi lah. Aku hamil.  Kita membuat bayi dari cinta kita.

Yeo Ri : Oppa, selamatkan ibumu dulu. Sisanya akan kupinjam pada ibuku. Aku yakin dia akan meminjamkan uang jika mendengar apa yang terjadi.

Moo Yeol : Kenapa kau membuatku merasa begitu menyedihkan? Kenapa kau membuatku seperti pecundang?

Yeo Ri : Saat ini, siapa peduli dengan harga diri? Kita akan menikah. Aku khawatir kau akan hancur. Bahwa sesuatu mungkin terjadi padamu.

Moo Yeol : Jangan cemas jadi ambil uangnya dan pergi lah.


Yeo Ri pun pergi, membawa kembali uangnya. Tapi sampai diluar, Ae Nok malah mengambil uang Yeo Ri dan berkata akan memberikan uang Yeo Ri pada si rentenir. Ae Nok pun berjanji akan bersikap baik pada Yeo Ri mulai sekarang lantaran berutang pada Yeo Ri.


Di ruangannya, Do Young membaca CV Moo Yeol.


Tak lama kemudian, Hae Joo datang. Sontak Do Young kaget putrinya tiba-tiba datang ke kantor. Hae Joo berkata, ia punya permintaan dan meminta sang ayah mengabulkannya. Do Young pun memberitahu bahwa penyakit Hae Sung kambuh. Hae Joo kaget, ia baru mengerti kenapa Ji Won dan Hae Sung tidak berada di rumah kemarin malam.

Do Young pun meminta Hae Joo menjaga sikap.

Do Young : Jangan berulah. Perhatikan ibumu dan Yeo Ri juga.

Hae Joo : Yeo Ri?

Do Young : Kita akan memintanya mendonorkan sumsumnya lagi untuk Hae Sung.

Hae Joo pun teringat Yeo Ri yang sedang hamil.


Hae Joo kemudian melihat CV Moo Yeol di meja sang ayah. Sang ayah berkata, Moo Yeol adalah kandidat terakhir yang akan diwawancara.

Otak Hae Joo langsung bekerja. Ia meminta uang pada sang ayah dan melarang ayahnya bertanya untuk apa uang itu.


Sementara itu, Ji Won yang baru tiba di rumah langsung ke kamar Yeo Ri. Namun ia tak menemukan Yeo Ri di sana. Ji Won pun menghubungi Yeo Ri. Tapi baru tersambung, Yeo Ri sudah tiba di depan pintu.

Ji Won ingin memberitahu Yeo Ri soal Hae Sung tapi Yeo Ri bicara duluan. Yeo Ri minta tolong pada Ji Won.

Ji Won yang ingin menyelamatkan Hae Sung pun berkata, akan membantu Yeo Ri sebisanya.

Yeo Ri pun meminjam uang. Ji Won berkata, akan meminjamkan... Ji Won meralat kata-katanya. Ia berkata, bukan meminjamkan, tapi memberikan berapa pun yang diminta Yeo Ri.

Yeo Ri cerita, jika keluarga Moo Yeol sedang kesulitan dan ia tidak bisa diam saja.

Ji Won kemudian memberitahu Yeo Ri bahwa Hae Sung kambuh. Yeo Ri kaget.

Saat Ji Won memintanya menjadi pendonor Hae Sung lagi, Yeo Ri pun kebingungan dan langsung menyentuh perutnya.

Ji Won memohon. Yeo Ri pun meminta waktu untuk berpikir.


Moo Yeol bersiap pergi. Ia bertekad mendapatkan pekerjaan agar bisa mengajukan pinjaman untuk membayar hutang ibunya.

Namun saat hendak pergi, rentenir itu datang lagi. Mereka mengaku, akan datang setiap hari sampai Moo Yeol melunasi hutang Ae Nok.

Moo Yeol pun menyuruh mereka minggir dan mengaku ada wawancara penting. Tapi si rentenir berkata, uangnya lebih penting dari wawancara Moo Yeol.

Si rentenir menyuruh anak buahnya memegangi Moo Yeol.


Tak lama kemudian, Ae Nok dan Yeol Mae keluar dari dalam rumah. Ae Nok melemparkan uang dari Yeo Ri dan menyuruh si rentenir pergi.

Si rentenir marah, ia tidak terima Ae Nok meninggikan suara saat bicara padanya dan menyebut uang yang diberikan Ae Nok hanya cukup untuk membayar bunganya saja.


Si rentenir lantas menjatuhkan tubuh Moo Yeol ke tanah.

Moo Yeol berteriak, bahwa ia harus pergi.


Sementara itu, wawancara dimulai. Karena itu wawancara tahap akhir, Do Young pun ikut menyeleksi calon karyawannya.

Saat memanggil nama Moo Yeol, ia terkejut menyadari Moo Yeol belum datang.


Si rentenir akhirnya melepaskan Moo Yeol. Namun anehnya, alasan si rentenir melepaskan Moo Yeol karena waktu wawancara Moo Yeol sudah selesai.

Si rentenir kemudian menyuruh kedua anak buahnya membawa Ae Nok dan Yeol Mae.

Moo Yeol pun sontak menolong ibu dan adiknya. Ia memukuli si rentenir beserta anak buahnya.

Tapi, ketika jatuh tersungkur lantaran dipukuli Moo Yeol, kedua anak buah si rentenir malah menyakiti diri mereka sendiri. Yang satu memukuli kepalanya dengan ember. Yang satu lagi, menghantukkan kepalanya ke pohon hingga berdarah.

Dari depan pintu, Hae Joo melihat keributan itu.


Ternyata itu ulah Hae Joo! Hae Joo sebelumnya mendatangi kantor si rentenir. Ia membawa tas besar berisi uang dan melunasi hutang Ae Nok. Tak hanya itu, ia juga memberikan tambahan uang pada si rentenir asalkan si rentenir mengikuti perintahnya. Hae Joo menyuruh si rentenir mengancam Moo Yeol.

Hae Joo : Jika kalian terlibat pertengkaran, biarkan dia memukulmu. Kim Moo Yeol akan dipenjara karena penyerangan dan pemukulan.


Moo Yeol dijebloskan ke penjara. Polisi tidak peduli saat Moo Yeol mengaku sebagai korban.

Tak lama kemudian, Ae Nok dan Yeol Mae datang. Mereka menangisi Moo Yeol.


Yeo Ri mengunjungi ayahnya.

Yeo Ri : Apa yang harus kulakukan? Aku mau melahirkan anak ini, tapi Hae Sung dalam bahaya. Moo Yeol Oppa membutuhkan uang dan Bu Hong bilang, dia akan meminjamkan uang padaku. Ayah, aku mau menolong Hae Sung dan Moo Yeol Oppa. Ini keputusan yang benar, kan?

Yeo Ri menangis.


Di rumah sakit, Ji Won menunggu dengan cemas. Tak lama kemudian, ia curiga kalau Yeo Ri menyuruhnya menunggu karena enggan menjadi pendonor Hae Sung.


Yeo Ri minta maaf pada anaknya. Ia mengaku, tidak bisa mempertahankan sang anak bukan lantaran sang anak tidak berharga tapi karena ada orang-orang yang harus ia lindungi.


Ponsel Yeo Ri kemudian berdering. Telepon dari Ji Won yang menanyakan keputusan Yeo Ri.

Yeo Ri menghela nafas, sebelum akhirnya berkata, akan mendonorkan sumsum nya untuk Hae Sung.

Sontak Ji Won senang.


Tapi kemudian, Yeo Ri ditabrak sebuah motor.

Ji Won yang mendengar itu kaget, Yeo Ri-ya, ada apa? Yeo Ri-ya!

Si pengendara motor meminta maaf.

Yeo Ri langsung memegangi perutnya. Ia takut bayinya kenapa-napa.


Yeo Ri pun ke dokter, memeriksakan janinnya. Ia menangis saat dokter mengatakan, bayinya tidak apa-apa.

Tangis Yeo Ri pecah seketika saat mendengar suara detak jantung bayinya.


Sampai di rumah, Yeo Ri langsung memberitahu Ji Won bahwa ia hamil dan tidak bisa menjadi pendonor Hae Sung.

Sontak Ji Won marah. Ia berkata, Yeo Ri bisa hamil lagi nanti.

Ji Won : Aku tidak bisa menukar nyawa Hae Sung dengan nyawa bayi yang belum lahir!

Ji Won pun mengatakan, alasan Yeo Ri tinggal di rumahnya cuma karena Hae Sung.

Yeo Ri menolak dengan tegas. Ia mengaku, tidak bisa membunuh bayinya dan memutuskan pindah dari rumah itu.


Ji Won menyusul Yeo Ri ke atas. Ia marah dan melarang Yeo Ri pergi.

Ji Won : Jika kau menganggap aku sebagai ibumu, kau tidak boleh melakukan ini!

Ji Won kemudian berlutut, memohon Yeo Ri menyelamatkan Hae Sung. Tapi Yeo Ri tetap menolak.

Ji Won marah. Ia berkata, Yeo Ri tidak akan bisa keluar dari rumahnya sebelum menjadi pendonor untuk Hae Sung.


Ji Won lantas menghubungi seseorang.

Ji Won : Utus dua orang kemari!

Setelah itu, ia menatap tajam Yeo Ri lalu mengunci Yeo Ri di kamar.


Yeo Ri pun meraih ponselnya, menghubungi Moo Yeol. Ji Won masuk lagi dan merebut ponsel Yeo Ri.


Diluar, ia mematikan ponsel Yeo Ri. Ia berkata, Hae Sung lah prioritas utamanya.

Dua orang yang diminta Ji Won datang. Ji Won pun menyuruh dua orang itu menjaga Yeo Ri.

Dua pria itu mengerti dan langsung berdiri di depan pintu kamar Yeo Ri.


Bersambung ke part 2...........

Enak banget si Ji Won bilang 'kau bisa hamil lagi'...

Lalu entar kalo Hae Sung kambuh dan kambuh lagi, dia mau mengatakan hal yang sama lagi? Ini sama aja ngebunuh Yeo Ri pelan-pelan.

Kalau seandainya, Yeo Ri setuju jadi pendonor Hae Sung tapi Hae Sung tetap gak selamat, dia mau nyalahin Yeo Ri gitu? Aigoooo.... sakit jiwa si Ji Won ini.

The Promise Ep 20 Part 3

Sebelumnya...


Do Hee mentraktir Hwi Kyung ceker ayam pedas di warung tenda.

"Kakimu pasti berkeringat, jadi makanlah ini." ucap Do Hee.

"Ini berlebihan, aku bahkan tidak menangkapnya." jawab Hwi Kyung sambil membuka tutup botol soju.

"Jika kau menangkapnya, yang harus kau makan adalah kaki babi, bukan ceker ayam." ucap Do Hee.

"Ngomong-ngomong, apa kau yakin kita tidak pernah bertemu sebelumnya?" tanya Hwi Kyung.

"Sekarang kau melihatku lebih dekat. Kau menyukaiku?" balas Do Hee.


"Apa kau punya kembaran?" tanya Hwi Kyung.

"Siapa yang tahu? Mungkin saja orang tuaku menyembunyikan kembaranku yang terlihat sama denganku dimana pun." jawab Do Hee.

"Lupakan." ucap Hwi Kyung.

"Aku pernah melihatmu sebelumnya." jawab Do Hee.

"Benar, kau pernah melihatku." ucap Hwi Kyung bersemangat.

"Aku melihat fotomu di koran sebelumnya. Apakah semua itu benar? Jika benar, tidakkah kau merasa seperti sampah yang bahkan tidak bisa didaur ulang?"

"Baek Do Hee-ssi, jadi kau datang untuk berkencan dengan sampah?"

"Aku tidak peduli kau sampah atau bukan. Tapi ayahku punya mata elang untuk menilai seseorang."


"Memangnya ada penghinaan yang dilapisi gula?"

"Kau pamannya Jang Se Jin, kan? Seperti apa Kang Tae Joon itu?"

"Jujurlah, kau disini untuk kencan buta atau bekerja?"

"Dua burung dengan satu batu. Ini dunia yang sibuk."

"Aku suka sikap itu, tapi kau salah orang."

"Apa maksudmu?"


"Dia keponakanku. Tapi aku tahu pernikahannya dari koran. Kau tidak akan mendapatkan apapun dariku, jadi minum lah saja."

"Kau terpaksa kan datang kesini?"

"Apakah terlalu jelas?"

"Kau tahu kan, dipaksa orang tua hal yang umum. Mereka semua terlihat keren."

"Apa maksudmu aku ini keren?"

Do Hee mengambil sumpit dan memukul-mukulkkannya ke mangkuk.

"Benar." jawab Do Hee.

"Kau punya mata yang bagus." puji Hwi Kyung.


Do Hee lantas melihat wajahnya di cermin.

"Bukankah aku terlihat cantik. Aku tidak mengenakan riasan tapi aku super cantik kan?"

"Kau juga mau bilang kau terpaksa datang kesini?"

"Pada awalnya iya, tapi tidak kali ini. Sebenarnya, aku datang ke tempat kerjamu, untuk mencari tahu seperti apa pekerjaan kencan butaku. Tapi aku bersyukur, aku mengetahuinya lebih awal."

Hwi Kyung pun mulai berpikir lain tentang Do Hee.


Se Gwang dan Geum Bong berduaan di depan Sungai Han.

"Geum Bong-ah."

Sontak, Geum Bong terkejut mendengar Se Gwang memanggil namanya.

"Wae? Kau tidak suka pacarmu memanggil namamu?"

"Bukan tidak suka, hanya saja ini terlalu tiba-tiba."

"Geum Bong-ah, hal manis selalu terjadi tiba-tiba, seperti kilat di langit musim panas."

"Oppa, kau suka padaku?"

Se Gwang pun berniat mencium Geum Bong. Tapi tiba-tiba saja, ponsel Se Gwang berbunyi saat mereka hampir berciuman. Geum Bong pun kesal.

"Geum Bong-ah, aku harus pergi. Ayahku memanggilku. Dia pergi ke konferensi eksekutif dan lupa membawa dokumennya."

"Konferensi eksekutif?" tanya Geum Bong bingung tapi setelahnya, Geum Bong langsung tersenyum lebar dan menyuruh Se Gwang pergi.

"Bukankah ibumu juga pergi kesana?" tanya Se Gwang.

Geum Bong pun beralasan, ibunya tidak bisa hadir karena ada rencana lain. Se Gwang pun hanya tertawa sebal mendengarnya.


Se Gwang mengantarkan Geum Bong pulang ke rumah mewah itu. Setelah Se Gwang pergi, Geum Bong juga pergi ke rumah aslinya.


Tae Joon yang baru pulang kesal mendapati Na Yeon berdiri di depan pintunya.

Ia lantas membuat Na Yeon teh, dan menyuruh Na Yeon minum, lalu pergi setelah minum teh.

"Dulu aku tersentuh saat kau melakukan ini padaku. Tapi sekarang rasanya aneh dan tidak nyaman."

"Aku juga merasa aneh melihatmu disini. Aku tidak nyaman dan tidak suka." jawab Tae Joon.

"Lalu bagaimana lagi caranya aku bisa menemuimu? Kau tidak menjawab teleponku dan tidak membalas pesanku. Apalagi yang harus kulakukan?"

"Sudah kubilang itu tidak ada gunanya."

"Ini tentang Sae Byeol. Bukan aku tapi Sae Byeol. Dia sangat ingin bertemu ayahnya. Apakah itu sangat sulit?"


"Aku sibuk. Tentang Sae Byeol, akan kupikirkan caranya. Jika terlalu sulit bagimu, bisakah aku meminta Sae Byeol?"

"Mwo? Ibunya masih hidup dan baik-baik saja tapi kau ingin membuatnya menjadi anak yang tidak sah dan tidak diharapkan? Aku tidak akan pernah membiarkan Sae Byeol ku diperlakukan seperti itu."

"Lee Na Yeon, kenapa kau sangat memuakkan? Kenapa kau membuatku menderita!" teriak Tae Joon.

"Jangan berteriak Kang Tae Joon. Aku disini untuk membuat hidupmu lebih mudah. Aku akan menerima fakta kalau kau sudah bukan lagi milikku. Kau tidak perlu kembali padaku tapi jadilah ayah Sae Byeol. Katakan pada Se Jin tentang Sae Byeol dan buat dia mengerti. Itulah

yang ingin kukatakan."

Setelah mengatakan itu, Na Yeon pun pergi.

Tae Joon hanya terdiam.


Na Yeon menyusuri jalanan dengan wajah terluka.

Dari arah berlawanan, Do Hee juga sedang menuju pulang bersama Se Gwang.

Kedua gadis ini berpapasan dan saling melihat satu sama lain.


Bersambung.........

The Promise Ep 20 Part 2

Sebelumnya...


Kyung Wan sedang rapat bersama Tae Joon dan juga para dewan direksi. Tae Joon menjelaskan, bahwa laba dan penjualan mereka untuk kuartal keempat tahun lalu tiba-tiba turun. Ia meminta para dewan direksi segera mengambil keputusan.

"Jadi maksudmu menjual AP Food adalah jalan terbaik? Itu bukan kerugian sementara karena relokasi pabrik?" tanya Kyung Wan.

"Ini bukan kerugian sementara. Tapi bahaya yang mengancam saham Baekdo." jawab Tae Joon.

"Aku mengakui AP Food sedang berjuang. Hajiman, sektor bisnis FNB memiliki keuntungan besar dua tahun terakhir. Jika AP Food tidak berjalan, kita harus memperhatikan semua opsi yang bisa membangun sektor FNB." ucap Kyung Wan.

Tapi Tae Joon tetap dengan pendapatnya, menjual AP Food untuk menekan kerugian.


Para dewan direksi mengangguk-ngangguk sambil tersenyum, entah mereka senyum karena setuju atau senyum meremehkan Tae Joon.

Kyung Wan juga tersenyum, tapi kemudian senyumnya hilang dan berganti dengan tatapan menusuk.


Yoo Kyung ke rumah sakit. Bersamaan dengan itu, Young Sook keluar dari kamar Pimpinan Park.

Melihat Young Sook, Yoo Kyung meninggalkan kamar ayahnya hanya untuk menyapanya.

"Kau tahu lebih baik dari orang lain bahwa itu tidak mungkin." jawab Young Sook.

"Belakangan ini, hal tidak terduga terjadi. Kudengar, putramu dikirim ke gudang AP Food." ucap Yoo Kyung meremehkan.

"Kau selalu cepat menerima kabar perusahaan. Apa kau juga begitu akhir-akhir ini? Apa rencana pernikahan Se Jin tidak sesuai harapanmu?" balas Young Sook santai.

"Tidak sesuai harapan? Aku menemui seorang peramal. Dia mengatakan, mereka pasangan yang cocok." jawab Yoo Kyung.

"Itu bagus. Se Jin sedang hamil, jadi kau harus cepat mengadakan pernikahan sebelum perutnya membesar. Orang-orang akan bergosip." ucap Young Sook.

"Yoo Young Sook, bagaimana kau bisa punya waktu mencemaskan orang lain? Putramu mungkin harus merangkak dari bawah. Dia harus menderita dulu. Dengan begitu, dia akan tahu betapa kejamnya dunia dan sulitnya menjalankan bisnis dan merendahkan diri. Bukankah aku benar?" jawab Yoo Kyung.

"Hwi Kyung adik yang baik, kan? Dia membuat orang yang dipanggilnya kakak bahagia seperti ini. Kalian saudara kandung tapi sangat berbeda." ucap Young Sook.


Yoo Kyung pun tertawa.

"Kau berusaha terlalu keras tapi kata-katamu tidak akan menggangguku hari ini."


Yoo Kyung lantas masuk ke kamar ayahnya dan terkejut tidak mendapati ayahnya di sana.

"Ayahmu sedang diperiksa dengan MRI. Jika tidak ada yang serius, dia bisa segera pulang ke rumah. Masih banyak yang harus dia lakukan. Dia sudah terlalu lama disini." ucap Young Sook.

"Ayahku harus ada agar bisa menjatuhkan bom seperti ini agar Hwi Kyung sadar." jawab Yoo Kyung.

"Ayahmu masih lama. Kau ingin menunggu? Tidak akan bagus dilihat siapapun jika kita berada di tempat yang sama dan situasi yang kaku."

"Tapi sebenarnya aku disini bukan untuk melihat ayahku. Aku disini untuk melihatmu. Aku bahagia lebih dari yang aku bayangkan." jawab Yoo Kyung.

Yoo Kyung lantas keluar, meninggalkan Young Sook yang mulai kesal.


Yoo Kyung memberitahu Se Jin bahwa ia sudah menetapkan tanggal pernikahan Se Jin. Se Jin akan menikah pertengahan bulan depan.

Se Jin sontak senang mendengarnya.

Yoo Kyung berdalih, itu tanggal yang dipilih oleh peramal yang ia temui. Ia juga mengaku tidak punya pilihan lain karena putrinya hamil diluar nikah.

Se Jin yang senang langsung memeluk ibunya.


Tae Joon berjalan keluar bersama Kyung Wan dengan wajah menunduk. Melihat itu, Kyung Wan pun bertanya, kenapa wajah Tae Joon ditekuk seperti itu.

"Kau membuatku merasa bersalah karena menolak proposalmu." ucap Kyung Wan.

"Ada yang ingin kukatakan. Bisakah kau meluangkan waktu untukku?" jawab Tae Joon.

"Ini hal pribadi atau tentang pekerjaa?" tanya Kyung Wan.

"Ini hal pribadi." jawab Tae Joon.

"Aku masih ada meeting jadi mari bertemu setelah itu. Jika itu masalah pribadi, sebaiknya kita bertemu diluar." ucap Kyung Wan.


Ponsel Tae Joon berbunyi. Tae Joon sontak terkejut membaca layar ponselnya.

Tae Joon pun langsung kembali ke ruangannya. Ia membaca pesan dari Se Jin yang memberitahunya tentang tanggal pernikahan mereka.

Tae Joon lalu kembali membaca pesan Na Yeon yang memintanya mampir untuk menemui Sae Byeol.

Tae Joon pun bingung harus bagaimana.


Kyung Wan yang sedang menunggu Tae Joon, dihubungi Yoo Kyung yang memberitahunya tentang tanggal pernikahan Se Jin. Sontak

Kyung Wan terkejut. Kyung Wan lantas mengajak Yoo Kyung membicarakan lagi hal itu di rumah.


Tak lama kemudian, Tae Joon datang. Ia tidak menyangka, Kyung Wan mengajaknya bertemu lebih awal.

"Kau membuatku penasaran, jadi aku gelisah." jawab Kyung Wan, lalu menyuruh Tae Joon duduk.

"Aku tidak percaya alkohol bisa membuat seseorang lebih jujur, jadi aku lebih suka kau mengatakannya lebih dulu." ucap Kyung Wan.

Tae Joon berkata, sulit baginya untuk mengaku tapi ia merasa harus mengatakannya pada Kyung Wan.

Kyung Wan yang sudah tahu apa yang mau dikatakan Tae Joon pun tetap menyuruh Tae Joon bicara. Ia ingin mendengar langsung dari mulut Tae Joon.

Tae Joon mengaku, bahwa ia tidak bisa mengakhiri hubungannya dengan gadis yang dipacarinya sebelum ia ke Amerika.

"Kami sangat dekat, kami bahkan berencana untuk menikah. Lalu...."

"Lalu?" tanya Kyung Wan sambil menatap tajam Tae Joon.


Tae Joon sontak kaget.

"Maaf karena aku menyelamu." ucap Kyung Wan.

"Aku butuh waktu." jawab Tae Joon.

"Memangnya akan ada yang berubah? Apa kau berencana memberitahu Se Jin?" tanya Kyung Wan.

"Animnida." jawab Tae Joon.


Tae Joon terdiam sejenak, ia mengumpulkan keberaniannya terlebih dahulu sebelum akhirnya mengaku, bahwa ia memiliki seorang anak dari mantan pacarnya dan ia harus bertanggung jawab terhadap anak itu.

Kyung Wan marah dan langsung memukul Tae Joon.

"Itu untuk caramu yang menyedihkan menangani urusanmu!"

Kyung Wan kembali memukul Tae Joon.

"Itu untuk kau yang lebih mencemaskan wanita itu daripada Se Jin!"


Kyung Wan lantas kembali duduk dan berterima kasih karena Tae Joon mengatakan itu padanya terlebih dulu.

"Aku tidak akan menyuruhmu meninggalkan Se Jin. Aku percaya padamu, jadi persiapkan dan lakukan sesuai rencana. Mantan kekasihmu dan anaknya, aku yang akan mengurusnya. Aku akan menjadi iblis mulai sekarang dan kau akan menjadi penonton yang tidak mengerti."

*Omo, omo... Kyung Wan mau mutusin hubungan ayah-anak antara Tae Joon dan Sae Byeol. Dia mau jadi iblis pemirsaaaah, tanpa dia sadar, yang coba dia lukai adalah putri kandungnya sendiri.


Di kantornya, Eun Bong protes karena disuruh menjadi berita seputar pernikahan Tae Joon dan Se Jin.

"Kau tidak mau bekerja? Kau tidak mau uang? Reporter lepas sepertimu harusnya bersyukur karena aku membuatmu bisa berlari seperti angin."

"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa." tolak Eun Bong, lalu pergi.


Kalau Eun Bong galau karena disuruh mencari berita pernikahan Se Jin dan Tae Joon, Joong Dae lain lagi. Ia marah lantaran disuruh ibunya hangout dengan calon ayah tirinya.


Joong Dae lantas mendongak dan tanpa sengaja melihat Eun Bong yang tengah galau di lantai atas.

Joong Dae pun terpesona pada Eun Bong. Ia merasa Eun Bong sangat cantik saat itu.

Tapi.... wajahnya langsung berubah jijik saat melihat ketombe Eun Bong berjatuhan saat Eun Bong garuk-garuk kepala.

*Aigooo, lagi kesel ama Kyung Wan yg mau nyingkirin Sae Byeol, langsung dibuat ngakak sama scene Joong Dae ini.


Malam harinya, Dong Jin yang sedang membaca grafik, teringat pada permintaan Pimpinan Park yang memintanya menjaga Hwi Kyung dan Baekdo. Ia juga ingat pertemuannya dengan Young Sook di rumah sakit.


Dong Jin lantas menghubungi Do Hee.

"Kau akan menepati janjimu kan?"

"Appa, kenapa kau terus menanyakan itu?"

"Bisakah aku percaya padamu 100% dan tidak cemas?"

"Appa, aku ada di tempat janjian kami sekarang. Kau bahkan menyuruh Se Gwang memataiku. Jadi kenapa kau bertanya lagi?"


Do Hee lantas menutup teleponnya dengan alasan mau menelpon seseorang.

Se Gwang lalu menyarankan agar Do Hee mengubah sedikit tatanan rambut dan menambahkan make up nya agar terlihat berbeda di depan Hwi Kyung.

Do Hee pun setuju dan langsung mengacak-ngacak rambutnya, juga menggosok-gosok bibirnya yang berlipstick dengan tisu membuat lipsticknya terlihat sedikit berantakan.

Setelah itu, ia menyuruh Se Gwang pergi. Se Gwang menolak karena tidak mau dicepat Dong Jin.

"Aku akan menelponmu saat aku sudah selesai. Lagipula kau tidak mau bertemu pacar kencan butamu?"

"Siapa itu? Tidak ada." jawab Se Gwang.

"Terserahmu lah. Kau boleh pergi." ucap Do Hee, lalu turun dari mobil.

Se Gwang awalnya protes, tapi setelah Do Hee pergi, ia langsung menghubungi Geum Bong.


Do Hee berjalan menuju tempatnya janjian dengan Hwi Kyung.

Bersamaan dengan itu, Hwi Kyung juga hampir tiba.

Tiba-tiba, seorang pengendara motor merampas tas Do Hee.

Hwi Kyung yang melihat itu pun langsung menolong Do Hee. Ia berusaha merebut tas Do Hee kembali. Tapi sayangnya, si penjambret berhasil kabur.


Do Hee datang dan menghentikan Hwi Kyung.

"Kenapa kau menghentikanku?"

"Kau mungkin bisa terluka."

"Ada yang hilang?"

"Laptopku disana tapi tidak masalah karena ini...."


Do Hee pun menunjukkan flashdisknya.

Hwi Kyung pun syok melihat Do Hee yang biasa aja habis dirampok.

Ia tambah syok melihat bibir Do Hee yang belepotan lipstick.


Bersambung ke part 3........