• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Dan, Only Love Ep 1 Part 1

Hai, hai, hai.... sy kembali membawa drama baru... judulnya, Dan, Only Love. Atau dikenal juga dengan judul Angel's Last Mission : Love. Ni drama seru parah. Ada kocaknya, ada gregetnya. Sy dibuat terpingkal2 dengan kepolosan Dan, yang diperankan Kim Myung Soo aka L Infinite. Di sisi lain, sy juga dibuat kesal dengan tante dan dua sepupu Yeon Seo (diperankan Shin Hye Sun) yang jahatnya kebangetan.

Buat yang nunggu Mamas Lee Dong Gun, sabar dulu ya. Dia baru muncul di epi 2.....

Oke, gk usah lama2 lagi... sy langsung posting sinopnya... Happy reading...


Adegan dibuka dengan pertunjukan 'Black Swan' yang ditarikan para balerina di atas panggung yang megah.


Lee Yeon Seo bersiap di belakang panggung.

Di sisi lain, kita melihat Yeon Seo yang gelisah dalam tidurnya karena mimpi buruk.


Bersamaan dengan Yeon Seo yang berlari ke tengah panggung dan menari bersama para balerina, kita melihat Yeon Seo semakin gelisah dalam tidurnya.


Yeon Seo yang berperan sebagai angsa putih terus menari, hingga akhirnya, angsa hitam yang diperankan Geum Ni Na muncul dan berniat jahat kepadanya.


Yeon Seo terus menari. Namun, kecelakaan terjadi di tengah2 pertunjukan. Lampu sorot yang tergantung tepat di atas kepala Yeon Seo, meledak. Bersamaan dengan itu, Yeon Seo yang sedang menari melihat ke atas. Ia sontak terkejut dan tidak sempat menghindar ketika pecahan kaca si lampu sorot menusuk kornea matanya.


Percikan darah langsung membasahi gaun Yeon Seo.


Bersamaan dengan itu, Yeon Seo berteriak dan terbangun dari tidurnya.

Yeon Seo kesal, kenapa mimpiku selalu berwarna? Menyebalkan.


Yeon Seo kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Ia menyalakan lampu, kemudian mengambil baju handuknya dan berjalan menuju kamar mandi. Tapi dalam perjalanan menuju kamar mandi, ia terjatuh karena kakinya menabrak kursi kecil. Barulah disini, kita tahu bahwa Yeon Seo tidak bisa melihat. Kejadian di mimpinya tadi, adalah kejadian nyata yang membuat ia kehilangan penglihatannya. Yeon Seo meraba-raba, mencari sesuatu yang menyandung kakinya. Ia langsung berteriak marah saat menemukan benda yang membuatnya terjatuh.

Mendengar teriakan Yeon Seo, sontak, puluhan pembantunya berlarian menuju kamarnya.


Di kamarnya, Yeon Seo menghukum semua pembantunya. Ia duduk di kasurnya dengan wajah angkuh dan menyuruh pembantunya menabrak kursi yang sudah membuatnya tersandung dengan mata tertutup. Yeon Seo mendengarkan kerasnya suara kursi yang dihantam kaki dengan seksama.


Seorang pria masuk. Ia melihat itu dan tanya, apa yang sedang Yeon Seo lakukan.

Yeon Seo : Tidak ada yang tahu dari mana kursi ini. Kursi ini ditemukan di sebelah toilet, tepat di tempat yang bisa membuatku terjatuh. Tidak ada yang tahu kenapa kursi ini ada di situ. Mereka harus merasakan bahwa orang yang tidak bisa melihat apa pun kepalanya bisa pecah dan mati jika terjatuh.


Yeon Seo kemudian berdiri dan memegang tongkatnya.

Yeon Seo : Belum ada yang mengaku?

Semua pembantunya bungkam.

Yeon Seo kesal, apa ada hantu di sini? Baiklah. Kalian semua dipecat.


Lalu, Yeon Seo mulai berjalan dari arah kiri pembantunya.

Ia mulai berjalan di depan pembantunya, sambil menghitung pembantunya dari kiri.

Tepat saat ia berdiri di depan pembantunya yang nomor 3, si pembantu nomor 3 mengaku.

Yeon Seo : Aku tahu. Kursi itu berbau lavender murahan.

"Kemarin aku memakainya saat membersihkan baju musiman lama dan lupa mengembalikannya."

Yeon Seo : Aku tidak menanyakan alasannya. Aku tidak ingin mengetahuinya. Hanya gadis lavender ini yang dipecat.

Pembantunya yang nomor 3 itu, si gadis lavender, menangis dan langsung pergi.


Sekarang, Yeon Seo sudah duduk di meja riasnya. Seorang wanita merangsek masuk. Pria itu menyapa wanita itu dengan sebutan Nona Jung.

Yeon Seo : Anggota stafmu membuat masalah karena kau selalu datang dan pergi tepat waktu. Pilih kamar semaumu. Pindahlah kemari.

Nona Jung : Bagaimana aku bisa menghadapi temperamenmu seharian? Pak Jo bisa bertahan karena dia menyayangimu, tapi aku...

Yeon Seo : Kau membenciku?

Nona Jung : Kau sudah tahu.


Nona Jung lalu memberikan setumpuk surat untuk Yeon Seo.

Yeon Seo menghitung surat2nya.

Yeon Seo : Lima.

Nona Jung mengambil surat itu dan membacakannya.

"Universitas, asosiasi, donasi, dan surat tidak berguna seperti biasa."


Tapi saat melihat surat terakhir, ia terdiam dan langsung melirik Tuan Jo.

Tuan Jo berkata, surat terakhir hanyalah tagihan air.


Yeon Seo yang tidak percaya, merebut surat itu dan membacanya sendiri.

Yeon Seo : Korea menjadi negara yang hebat. Mereka membuat tagihan dalam huruf braille.


Yeon Seo mulai membaca surat itu yang ditulis dengan huruf braille.

Yeon Seo : Undangan untuk menghadiri Pesta Hari Jadi ke-20. Yayasan Fantasia Cultural. Undangan untuk menghadiri Pesta Hari Jadi ke-20 Yayasan Fantasia Cultural.

Tak mau Yeon Seo terluka dengan datang kesana, Nona Jung langsung pura2 heran, kenapa undangan itu sudah datang, padahal harusnya pekan depan.

Lalu Nona Jung berusaha mengambil undangan itu tapi tangannya langsung ditepuk Yeon Seo.

Nona Jung pura2 tertawa, Bu Choi sungguh gigih.


Yeon Seo kembali membaca undangannya.

"Selasa, pukul 17.00. Besok?"

Nona Jung dan Tuan Jo langsung menatapnya dengan cemas.


 Yeon Seo memanggil Lee Gureum, anjing kesayangannya. Ia mengajak anjingnya pergi.

Tuan Jo menyusulnya dan berniat menemaninya tapi ia bilang bisa pergi sendiri.

Yeon Seo pergi.


Ponsel Tuan Jo berdering.

Tuan Jo : Aku Jo Seung Hwan....

Ternyata itu telepon dari dokter. Tuan Jo pun langsung menanyakan hasilnya.

Yeon Seo balik lagi dan merebut ponsel Tuan Jo.

Yeon Seo : Aku Lee Yeon Seo. Bicara saja denganku. Akulah yang akan menerima donasi kornea itu. Kali ini, apa masalahnya?

Yeon Seo mulai emosi.

"Walinya menolak lagi di saat terakhir! Atau Anda menemukan infeksi lagi! Kali ini, apa kesalahannya!"

Yeon Seo pun meminta dokter tidak menghubunginya lagi. Ia mengaku akan mundur dari daftar tunggu.


Tuan Jo mengambil ponselnya. Yeon Seo bergegas pergi.

Tuan Jo : Dokter, jangan tutup teleponnya. Tunggu sebentar.

Tuan Jo mengejar Yeon Seo tapi Nona Jung melarangnya.

Nona Jung : Anda tidak berpakaian dengan pantas. Dia akan lebih tenang setelah menghirup udara segar. Aku pun pasti kesal. Mereka selalu melakukan ini.

Tuan Jo : Aku harus ke rumah sakit.


Yeon Seo mulai jogging di taman, bersama anjingnya.

Kita lalu mendengar cerita pilu soal Yeon Seo dari Tuan Jo.

Tuan Jo : Kau tahu yang dia alami? Setelah menjadi buta, dia melarang kami semua membahas balet. Dia tidak ingin berkaitan dengan Fantasia.

Flashback...


Yeon Seo terpuruk setelah kehilangan penglihatannya.

Saat Tuan Jo masuk ke kamarnya, membawakannya obat, ia melihat Yeon Seo duduk meringkuk di lantai dengan wajah pilu dan baju serta sepatu balet yang sudah tercabik.


Kemudian kita melihat Yeon Seo yang berusaha menuruni tangga pelan2, tapi terjatuh.

Flashback end...


Yeon Seo terus berlarian di taman. Seekor merpati terbang di atas nya dan pergi ke arah lain.


Adegan beralih pada sosok Dan yang duduk di tepi gedung. *Lu ye mentang2 punya sayap, mainnya di ketinggian.

Dan : Tiga tahun sudah berlalu. Selamat tinggal, langit. Selamat tinggal, dunia. Walau aku sudah pergi, kalian harus cantik seperti biasa, ya?


Dan kemudian berdiri. Ia memejamkan matanya, lalu menjatuhkan dirinya ke bawah. Beberapa saat kemudian, sayapnya muncul dan ia terbang dengan bebas menyusuri arah.


Dan sekarang, Dan duduk di dalam mobil pick up berplat nomor 80W 3964.

Si supir mobil pick up, hendak menyalakan rokoknya tapi Dan terus mengganggunya dengan mematikan pemantik apinya setiap kali apinya mulai menyala.

Dan : Kau orang bodoh. Kau mencuri hewan. Kau membeli dan menjual nyawa. Hidupmu sangat menyedihkan.

Di belakang mobil, tampak beberapa ekor anjing yang terkurung di kandang.


Si supir mobil kesal karena koreknya terus2an tidak menyala. Saking kesalnya, ia bahkan melempar koreknya tapi Dan mempermainkannya lagi. Dengan jarinya, Dan memutar2 korek api itu di depan mata si supir mobil. Sontak, pria itu ketakutan.

"Ada hantu! Astaga!" teriak pria itu.

Dipanggil hantu, Dan sewot.

Dan : Aku malaikat, Bedebah! Hiduplah lebih baik. Jika hidupmu lebih buruk daripada wajahmu, tamatlah riwayatmu!

Dan lalu melempar korek itu ke wajah pria itu. Pria itu kesakitan dan mobilnya keluar jalur, menabrak trotoar.


Dan lantas membuka kunci pintu kandang. Anjing2 itu pun kabur. Pria itu bergegas mengejar tangkapannya.

Dan mendekati seekor anjing yang sekarat.

Dan : Klienku, kau sudah siap?

Lalu Dan meletakkan tangannya di atas badan anjing itu dan cahaya putih seketika keluar dari tubuh si anjing dan terbang ke atas.


Dan tersenyum senang, sekarang aku harus menerima misi terakhirku.

Dan menjentikkan jarinya. Seketika, ia tiba di sebuah taman dan menerima tugas lagi. Dan lalu mendongak, menatap langit.

Dan : Karena ini hari terakhirku, berilah aku tugas yang hebat.


Tiba2, ia mendengar gonggongan anjing.

Ternyata, Gureum lah yang menyalak. Yeon Seo berhenti berlari dan meminta Gureum menunggunya sebentar.

Di belakang, dua pria mendekat arahnya. Pria yang satu, melaju padanya menggunakan skateboard. Yang satu lagi hanya berlari.

Yeon Seo mendengarkannya dengan seksama. Saat pria berskateboard hendak menabraknya, Yeon Seo dengan sigap menghindar. Pria berskateboard itu jatuh.

Yeon Seo : Maaf, kau baik2 aja?

Pria itu menggerutu.

"Perhatikan jalanmu!"


Yeon Seo lantas berdiri.

"Kau terjatuh?" tanya Yeon Seo.

"Apa? Kau buta? Jika kau buta, berdiam diri saja di rumah. Untuk apa kau joging di luar? Kau hanya akan merepotkan. Paham? Kau akan merepotkan orang-orang normal. Paham?" jawab pria itu.

Yeon Seo kesal, apa?

Pria itu, benar bukan?

Berpikir Yeon Seo buta, kedua pria itu coba melecehkannya. Dan yang melihat itu, berniat menolong Yeon Seo tapi urung melakukannya karena melihat Yeon Seo bisa melindungi diri sendiri.

Pria itu lalu berkata, sering melihat Yeon Seo jogging disana bersama seorang pria tua.

"Mana pria tua itu?  Konon bersentuhan dengan baju orang lain berarti takdir." ucap pria berskateboard itu.

Si pria berskateboard lantas mengeluarkan minuman keras dan menyuruh Yeon Seo meminumnya.


Yeon Seo langsung memanjangkan tongkatnya dan mengambil kuda2.

"Tinggi badanmu sekitar 175 cm." ucap Yeon Seo ke pria satunya.

"Dan kau...." Yeon Seo mendekati si pria berskateboard. "... lebih pendek darinya.  Tinggi badanmu mencapai 170 cm? Jika ingin menyentuhku, kalian akan terluka.

"Kau atlet? Pantas tubuhmu tampak indah dari belakang." jawab si pria berskateboard.

"Sudah kuperingatkan." ucap Yeon Seo.

"Kau akan melakukan anggar dengan itu? Kau bahkan tidak bisa melihat kami. Apa gunanya hidup sebagai wanita buta? Hidupmu sudah tidak berarti. Sudahlah, menurut saja."

Yeon Seo pun langsung menjatuhkan kedua pria itu dengan tongkatnya.

"Hati-hati. Kalian bisa terluka dalam sekejap. Kalian pikir aku menduga ini? Aku bukan buta, tapi tunanetra." ucap Yeon Seo.


Yeon Seo lantas mengarahkan tongkatnya pada mata si pria berskateboard dan menyuruh pria itu mengulangi ucapannya.

Pria itu ketakutan dan mengulangi kata2 Yeon Seo.

Yeon Seo kemudian melakukan hal yang sama pada pria yang satunya.

Yeon Seo : Buta adalah istilah merendahkan untuk menyebut orang yang kehilangan penglihatannya karena bawaan lahir atau akibat suatu kejadian. Kalian bisa memahaminya? Gureum lebih berharga daripada kalian.


Si pria berskateboard bangkit dan coba menyerang Yeon Seo lagi tapi Yeon Seo menghindar dengan cepat, hingga pria itu menubruk temannya sendiri.

Kedua pria itu ketakutan dan langsung kabur.

Dan speechles melihatnya.


Dan lalu melihat Yeon Seo meraba-raba, mencari tongkatnya.

Tak lama, Yeon Seo menemukan tongkatnya dan bergegas pergi.


Di depan jembatan, Yeon Seo berhenti melangkah. Lalu, ia menggesek2 matanya berulang.

Yeon Seo lalu mengingat kata2 dokter bahwa ia gagal mendapat donor mata.

Setelah itu, ia teringat hinaan pria berskateboard tadi.

Yeon Seo pun marah dan menangis.

Di belakang, Dan tertegun melihatnya.


Yeon Seo lalu memegang besi jembatan.

Dan menghela nafas dan memegang besi jembatan juga.

Dan : Kau pernah mati disini, kan?


Kita lalu ditunjukkan sebuah flashback, dimana Yeon Seo yang sudah buta, menari di tepi jembatan. Orang2 yang berkerumun, takut melihatnya dan memintanya turun. Tapi Yeon Seo tidak mempedulikan mereka dan terus menari.


Lalu, Yeon Seo berhenti sejenak dan mendongak ke atas.

Yeon Seo : Appa, eomma, aku tidak bisa melihat apa pun.


Yeon Seo kembali menari. Lalu ia meloncat dan terjun bebas ke bawah.

Lalu terdengar narasi Yeon Seo.

Konon balerina meninggal dua kali. Kali pertama, saat kami berhenti menari balet. Kali kedua, saat kami berhenti bernapas. Saat aku berhenti menjadi penari, kegelapan menyelimutiku. Apa gunannya menunggu kematian keduaku? Lebih baik aku menghadapi dua kematian sekaligus.

Flashback end...


Yeon Seo menghembuskan nafasnya kuat2. Ia lalu memejamkan matanya dan berusaha menenangkan dirinya.

Dan mendekat. Ia menyentuh bibir Yeon Seo. Seketika, sebuah cahaya menyinari wajah Yeon Seo.

Dan : Dasar bodoh. Manusia meninggal saat berhenti bernapas.

Dan tersenyum.

Yeon Seo menoleh ke arah Dan.

Dan pun menghilang.


Gureum menyalak dan berlari ke arah Yeon Seo. Yeon Seo jongkok dan mengelus Gureum.


Hujan salju turun dengan deras.

Yeon Seo duduk di bangku taman. Ia menengadahkan tangannya, berusaha menyentuh salju yang jatuh.

Tak lama, Dan datang dan duduk disamping Yeon Seo.

Yeon Seo memejamkan matanya.


Beberapa saat kemudian, hujan salju berhenti.

Dan mendongak ke atas dan melihat daun yang bertuliskan apa tugasnya muncul di pohon. Dan tersenyum dan mengangkat tangannya tinggi2 untuk mengambil daun itu.


Tapi Yeon Seo tiba2 bertanya, siapa dia.

Dan celingukan, mencari orang yang dimaksud Yeon Seo.

Yeon Seo mendekatkan wajahnya ke Dan.

Yeon Seo : Siapa kau!

Dan menoleh dan langsung kaget melihat Yeon Seo menatapnya.

Yeon Seo : Kenapa kau langsung duduk di bangku ini? Kau meremehkan aku? Kau bahkan tidak menjawabku. Aku tahu kau ada di situ! Hanya karena tidak bisa melihat, bukan berarti aku tidak tahu apa pun. Aku hanya kehilangan indra penglihatanku. Aku masih bisa mencium, mendengar, dan menyentuh. Karena aku tidak bisa melihat, indra keenamku lebih meningkat.


Yeon Seo bersiap dengan tongkatnya. Dan yang takut, langsung manjat ke kursi.

Tapi Dan kemudian kaget Yeon Seo bisa mendengarnya.

"Dia tidak mungkin mendengarku." ucap Dan.

"Kau seorang pria?" tanya Yeon Seo.

"Kau bisa mendengarku? Benarkah?" Dan kaget.

"Sudah kubilang, pendengaranku normal!" jawab Yeon Seo.

"Bagaimana  ini bisa terjadi?" tanyanya panik.

Yeon Seo pun mengarahkan tongkatnya pada Dan.

Yeon Seo : Seharusnya aku yang bertanya. Bagaimana ini bisa terjadi dua kali dalam sehari? Siapa kau Pencopet? Orang mesum? Apa yang kau incar? Aku ragu kau duduk di sebelah wanita buta hanya untuk melihat hujan.


Tapi Yeon Seo yang sedang tidak mood, akhirnya melepaskan Dan dan menyuruh Dan pergi. Yeon Seo juga mengancam akan membuat Dan terluka jika masih mengganggunya.

"Tidak mau!" jawab Dan, lalu duduk disamping Yeon Seo lagi.

"Apa?" tanya Yeon Seo.

"Bangku ini bukan milikmu atau milikku. Bangku ini hanya milik dewa. Apa aku salah?" jawab Dan.

"Kau bukan orang mesum atau pencopet. Kau penipu gila?" ucap Yeon Seo.

"Kurang ajar! Sejak tadi bicaramu tidak sopan. Dengar. Apa pun yang mengikatmu di siniakan terus mengikatmu di langit." jawab Dan.


"Aku tidak butuh. Entah itu Buddha, Yesus, atau Allah. Aku tidak memercayai siapa pun." ucap Yeon Seo.

"Orang yang menyangkal keberadaan dewa akan menghadapi..."

"Aku tidak bilang begitu. Dewa? Tentu dia ada. Hanya saja dewa itu bedebah." tambah Yeon Seo lagi.

"Bedebah? Orang yang menghujat dewa..."

"Dia tidak mau mendengarku sekhusyuk apa pun aku berdoa. Dia mengabaikan satu-satunya permohonanku. Aku memohon agar Dia membuat ayahku hidup sehari lagi agar aku bisa menemui ayahku sepekan sebelum dia wafat. Aku berdoa sambil menangis selama 11 jam di pesawat, tapi Dia tidak mendengarku. Aku meminta Dia mengambil salah satu anggota tubuhku, bukan mataku agar aku tetap bisa menjadi penari. Dia mengabaikan aku padahal doaku khusyuk. Itulah perbuatan dewa, sang Mega Bintangmu, terhadapku."

"Tidak semua orang bersikap sepertimu setelah mengalami tragedi. Tidak semua orang melompat dari jembatan sepertimu."


Mendengar itu, Yeon Seo kaget dan tanya siapa Dan. Ia heran bagaimana Dan bisa tahu ia pernah melompat dari jembatan.

Dan kaget melihat reaksi Yeon Seo.


Lalu Nona Jung datang. Yeon Seo menyuruh Nona Jung menangkap Dan.

Tapi Nona Jung tidak melihat siapapun disana.

Yeon Seo : Tadi dia disini.

Nona Jung cemas, ia pikir Yeon Seo habis melihat hantu.


Yeon Seo yang tidak percaya pria yang ngobrol dengannya hilang begitu saja, langsung meraba2, mencari sesuatu. Tak lama, ia menemukan saputangan Dan di rumput.


Tuan Jo datang menemui Bu Choi, pemilik Yayasan Fantasia Cultural yang mengundang Yeon Seo ke acara mereka.

Bu Choi terkejut Tuan Jo mendatanginya sehari lebih awal sebelum acara.

Tuan Jo: Besok adalah peringatan kematian orang tua Yeon Seo.

Bu Choi  : Aku tahu.

Tuan Jo : Lantas? Haruskah itu dilaksanakan besok? Maksudku, hari jadi ke-20 pekan depan.

Bu Choi : Yeon Seo akan datang?

Tuan Jo : Bu Choi, dia mengurung diri di rumah selama tiga tahun. Dia tidak pernah menghadiri acara yayasan.

Bu Choi : Menggantikan dia mengelola organisasi sebesar ini sangatlah sulit. Kau tidak tahu. Aku mengundang dia agar bisa menonton. Agar dia bisa melihat aku mengelola organisasi yang dia telantarkan dengan baik. Sayang sekali. Dia tidak akan bisa melihatnya. Keponakanku yang malang.

Tuan Jo : Yeon Seo tidak akan menghadiri acara besok.

Bu Choi : Aku mengundang dia secara resmi. Mari meluruskan satu hal. Tugas kami sudah selesai.


Tuan Jo lantas berdiri.

Tuan Jo : Bukankah ini janggal? Tiga tahun sudah berlalu. Aku ingin tahu alasan dia belum mendapatkan sumbangan kornea. Dia selalu hampir berhasil, tapi selalu dibatalkan pada saat terakhir.

Bu Choi : Sepertinya selnya tidak cocok. Apa boleh buat? Dia tidak beruntung.

Tuan Jo : Berkat itu, kau berhasil mempertahankan jabatanmu sebagai direktur umum, bukan?

Bu Choi berdiri. Ia kesal.

Bu Choi : Apa maksudmu?

Tuan Jo : Sungguh menarik kemalangan seseorang bisa menjadi keberuntungan bagi orang lain. Aku akan meminta polisi menyelidiki pembatalan donasi kali ini.

Bu Choi takut dan meminta Tuan Jo tidak membuat keributan. Tuan Jo berkata, siapapun orang yang menghalangi proses donor mata untuk Yeon Seo, ia tidak akan menghalanginya.

Tuan Jo beranjak pergi. Bu Choi gugup.

Bersambung ke part 2...

Komen :

Oooo... jadi Yayasan Fantasia itu milik ortunya Yeon Seo toh. Setelah ortu Yeon Seo tewas, harusnya yang ngelola yayasann itu, Yeon Seo. Tapi karena Yeon Seo buta, dia tidak bisa melakukannya.

Kek nya kecelakaan Yeon Seo di panggung yang bikin mata Yeon Seo buta, serta meninggalnya ortu Yeon Seo, itu disengaja. Dan, Yeon Seo yang selalu gagal dapat donor mata juga disengaja. Feeling sy, pelakunya Bu Choi, bibinya Yeon Seo. Untung Yeon Seo punya Tuan Jo, Nona Jung serta Dan yang akan membantunya.

Different Dreams Ep 11-12 Part 2

Sebelumnya...


Hiroshi resmi diangkat sebagai Direktur RSU Pemerintah menggantikan Taro, oleh Saito, Gubernur Jenderal Joseon.


Kenta dan Oda sedang membahas kematian Tae Joon. Oda yakin, pasukan kemerdekaan Joseon akan mencari sumber dana lain.

Oda : Mereka seperti boneka tanpa uang.

Kenta : Benar. Ini pertarungan uang. Uang untuk membeli amunisi bagi gerakan kemerdekaan. Aku dengar mereka kini menggalang dana di Hawaii.

Oda : Itu tidak cukup bagi Lee Seung Man untuk melobi Amerika. Kita harus berkonsentrasi pada galangan dana mereka yang ada di dalam Joseon.

Kenta : Sungguh? Kau bilang kita?

Oda : Ya, kita. Kita masuk akademi militer bersama. Kau aku, dan Hiroshi. Kita memutuskan akan bertemu lagi saat mencapai puncak.

Kenta : Memutuskan apa? Ini bukan seperti "Romance of the Three Kingdoms". Kalau dipikir-pikir, Hiroshi selalu menjadi yang terdepan. Letnan Jenderal adalah direktur Rumah Sakit Umum Pemerintah. Secara teknis, dia tepat di bawah letnan jenderal.


Majar dan Young Jin tiba di Stasiun Gyeongseong.

Young Jin berbisik, meminta Majar tidak bicara bahasa Joseon selain dengannya. Majar mengerti.


Keduanya lantas keluar dari Stasiun. Di pintu keluar, mereka diperiksa terlebih dahulu oleh penjaga.

Polisi bertugas memeriksa identitas Young Jin. Young Jin menjelaskan pada mereka, bahwa Majar baru pertama kali mengunjungi Gyeongseong dan akan segera mendapatkan sertifikasi pendaftaran orang asing. Polisi yang memeriksa mereka, melirik atasannya.


Si atasan, menanyakan kewarganegaraan Majar.

Majar pura2 tidak mengerti bahasa mereka dan menjawabnya dengan Bahasa Rusia.

Young Jin : Dia dari Rusia.

Atasan : Ada urusan apa dia datang ke Gyeongseong?

Young Jin : Aku harus memberitahumu soal itu?

Atasan : Apa alasannya hingga kau tidak bisa memberitahuku?

Young Jin : Dia penjahit. Dia membuat jas. Dia akan membuka toko jahit di Gyeongseong.

Atasan : Kami akan memeriksa tasmu.


Young Jin memberikan tasnya. Si atasan menggeleng dan menunjuk ke arah tas Majar. Majar meletakkan tas nya di meja. Pria itu mengambil tas Majar dengan kasar dan memeriksanya dan menemukan tumpukan baju serta benang disana. Tak percaya begitu saja, pria itu membongkar tumpukan baju dan menemukan alat pembuat bom.

"Apa ini?"

Majar gugup. Hampir saja ia menjawab. Tapi Young Jin buru2 menjelaskannya. Young Jin bilang itu besi panas.

"Kau bilang dia penjahit."

"Dia membuat jas dan sepatu. Dia membuat sepatu tanpa menjahit bagian atasnya. Dia menggunakan besi untuk melelehkan lem." jawab Young Jin.


Pria itu mengembalikan tas Majar. Lalu ia tersenyum pada Young Jin dan mengembalikan identitas Young Jin serta mengucapkan selamat datang.

Young Jin tersenyum dan bergegas pergi. Majar mengambil tasnya dan langsung mengikuti Young Jin.


Setelah mereka pergi, pria itu melapor pada Matsuura.

"Ini Taro. Lee Young Jin datang ke Gyeongseong. Dia membawa orang Korea-Rusia."

*Jadi Direktur RS Pemerintahan yg dibunuh Hiroshi bukan Taro toh... Sy pikir Taro, abis mukanya agak susah sy bedakan.

"Adakah yang mencurigakan?" tanya Matsuura.

"Aku memeriksa tasnya, tapi tidak ada yang mencurigakan." jawab Taro.

"Baiklah. Pastikan kau memeriksa semua orang dari Manchuria." ucap Matsuura.


Usai bicara dengan Taro, Matsuura menemui Daiki.

Matsuura : Kenapa Lee Young Jin datang ke Gyeongseong tanpa menuju Shanghai?

Daiki : Lee Young Jin kembali?

Matsuura : Siapa yang bersama Jenderal Hiroshi?

Daiki : Kimura bersamanya.

Matsuura kesal, beri tahu aku begitu Kimura kembali.

Daiki mengerti. Matsuura bergegas pergi.


Won Bong di Shanghai. Seorang pria mengawasinya dari kejauhan saat ia bertemu dengan Kim Goo di sebuah restoran.


Kim Goo : Sudah lima atau enam tahun? Dia bilang Kim Kyu Sik mengirimnya kemari. Dia baru saja datang dan bilang ingin melakukan sesuatu di KPG.

Won Bong : Kau memberinya peran?

Kim Goo : Tidak. Aku mengawasinya sekitar satu setengah tahun. Aku memberinya beberapa informasi palsu dan memeriksa pergerakan Kantor Gubernur Joseon.

Won Bong : Young Jin dan KPG terlalu gegabah.

Kim Goo : Begitu kita yakin dia bukan mata-mata, dia memberikan informasi kepada kita. Pesta kecil pengusaha pro-Jepang. Tidak ada yang siap, jadi, kita biarkan saja. Tapi kita memeriksa daftar tamu pesta. Ternyata itu sama persis.

Won Bong : Bisa saja itu umpan. Untuk mendapatkan kepercayaanmu.


Kim Goo : Semua kepercayaan melibatkan risiko.

Won Bong : Apa tujuan Korps Patriotik Korea? Apa yang Young Jin sebenarnya lakukan di Gyeongseong?

Kim Goo : Hanya karena kau memercayakan setengah dari dana itu kepadaku, bukan berarti jalan kita sama.

Won Bong : Aku tahu jalan kita berbeda.

Kim Goo : Kalau begitu, kenapa kau menanyaiku tentang Young Jin?

Won Bong tersenyum, hanya karena penasaran.

Kim Goo membalas senyuman Won Bong.


Kim Goo lantas menyuruh Won Bong ke Imcheonggak di Andong.

Kim Goo : Kau akan menemui putra Seokju, Donggu, di sana. Dia baru saja kembali ke Andong. Dia akan membantumu.


Won Bong tersenyum. Lalu ia berdiri dan meletakkan tas besar di atas meja.

Won Bong : Sampai jumpa lagi.

Won Bong kemudian pergi.


Young Jin ke RSU Pemerintah. Dari kejauhan, Fukuda menatap Young Jin, dalam mobilnya.


Fukuda kemudian melihat seorang pria yang entah mengawasi Young Jin atau dirinya. Pria itu, Kimura, orangnya Hiroshi.

Setelah Young Jin masuk, Kimura bergegas pergi.

Fukuda teringat kesalahpahamannya dengan Young Jin di Shanghai.

Flashback...


Young Jin marah, ia tanya apa Fukuda sedang mencoba memanfaatkannya untuk menemukan Tae Joon.

Fukuda berusaha menjelaskan, tapi Young Jin tak mau mendengar.

Young Jin : Apa itu alasannya kau bersikap baik kepadaku?

Flashback end...


Fukuda lalu teringat kata2 Hiroshi.

Hiroshi : Fukuda, bisakah aku memercayaimu? Suatu hari nanti, kau harus melakukan sesuatu untukku dan Young Jin.


Fukuda menemui Oda.

Fukuda : Aku akan bertanggung jawab.

Oda : Aku sudah bilang selidiki, tapi kau malah ingin terus melindunginya?

Fukuda : Aku telah mengawasi Inspektur Kepala Matsuura selama beberapa hari. Aku harus mengakui dia inspektur yang kompeten. Masalahnya dia menggunakan kemampuannya untuk mengendalikan Biro Urusan Pengadilan dan polisi militer. Akan kubuat dia memercayaiku.

Matsuura : Itu tidak akan mudah.

Fukuda : Sesuatu yang tidak terkendali akan terjadi jika tidak kulakukan. Tolong izinkan aku memimpin Satuan Tugas Khusus.

Oda : Apa ini tentang Lee Young Jin? Aku tahu Matsuura sedang mengorek kejahatan Hiroshi. Jika kau mengatakan itu karena mencemaskan Lee Young Jin dan Hiroshi...

Fukuda membantah, tidak, bukan begitu.

Oda tersenyum, bagus. Aku akan pergi menemui Kenta.


Malam pun tiba. Young Jin duduk bersama Hiroshi. Hyun Ok kemudian datang membawakan camilan.

Hyun Ok : Perjalanan yang begitu jauh pasti membuatmu lelah. Ini. Silakan coba.

Young Jin : Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada Ayah. Aku ingin bekerja di Rumah Sakit Pemerintah Joseon.

Hiroshi : Dahulu kau tidak mau. Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?

Young Jin : Orang berubah. Aku ingin merasa tenang dalam hidup.

Hyun Ok gembira mendengarnya.

Hyun Ok : Akan lebih bagus jika kau bekerja untuk direktur. Kau pasti akan merasa tenang. Sebenarnya, kami sudah membicarakan ini sebelumnya. Begitu kau kembali, kami akan mengizinkanmu kerja di rumah sakit.

Young Jin senang.


Sekembalinya ke kamar, Young Jin melihat tulisan di halaman pertama buku Bluebird nya.

"Aku mengizinkan Bluebird"


Lalu ia ingat kata2 Won Bong saat mereka di Manchuria.

Young Jin : Sampai jumpa di Gyeongseong. Kita akan mulai dari sana.

Terakhir, ia ingat saat mereka berjabat tangan di stasiun Manchuria.


Young Jin lalu menutup buku bluebird nya.


Ishida mulai memeriksa isi kendi minuman yang diberikan Hiroshi pada Direktur RS.

Bersambung ke part 3....