• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Blessing of the Sea Ep 6 Part 2

Sebelumnya <<<


Young In kembali ke kantornya. Pil Doo menyuruh Young In pulang dan beristirahat. Young In tanya, soal seleksi murid penerima beasiswa. Pil Doo bilang, akan meminta siswa yang lolos tes mengirimkan portfolio mereka.

Young In : Manusia sangatlah penting. Sediakan semua yang mereka butuhkan.

Pil Doo : Baik, Bu.

Young In : Bukankah kau seperti ini karena program beasiswa kami?


Young In lalu melihat lukisan potret kecantikan yang dipajang di dinding ruangannya.

Young In : Andaikan kau tidak ada, kami tidak akan bisa mendapatkan kembali potret itu.

Pil Doo : Anda sangat merindukan Direktur Ma, ya?

Young In : Bawakan beberapa portofolio yang terbaik.

Pil Doo : Baik, Bu.


Chung Yi mencari Ji Na ke salon. Tapi pihak salon malah memarahinya karena mencari Ji Na ke tempat mereka. Pihak salon minta

Chung Yi mengatakan pada Ji Na, agar jangan hidup seperti itu, jika Chung Yi menemukan Ji Na.

Chung Yi tambah frustasi.

"Kak Ji Na, sebenarnya Kakak di mana!"

Chung Yi lalu merogoh saku jaketnya. Ia kaget karena tidak menemukan ponselnya disana.

Chung Yi : Astaga.


Sekarang, Chung Yi sudah tiba di depan rumahnya.

Chung Yi : Aku bahkan belum melunasinya. Semua ini karena si sampah mesum itu.


Hak Kyu keluar dari dalam.

Hak Kyu : Chung Yi, kau darimana? Kau pergi demi mendapatkan uangnya, tapi ayah tidak bisa menghubungimu.

Chung Yi : Masalahnya, ternyata berbeda rekening.

Hak Kyu : Kenapa bisa kau salah?

Chung Yi : Aku tahu. Maaf, Ayah. Aku membuat keributan tanpa alasan.

Hak Kyu : Tidak apa-apa jika uangnya masih ada. Ayah khawatir sekali semua uang yang kau tabung hilang. Kini sudah baik-baik saja.

Hak Kyu tertawa.

Beberapa saat kemudian, Hak Kyu tanya, apa Chung Yi senggang?


Deok Hee menghubungi Ji Na, tapi ponsel Ji Na tidak aktif.

Deok Hee bingung sendiri, haruskah ia melapor polisi tapi ia juga takut kalau polisi tahu uang Chung Yi hilang.

Tapi kemudian ia mengatakan, Ji Na bukan pelakunya dan tidak ada bukti Ji Na yang mengambil uang Chung Yi.


Lalu seorang wanita datang mencarinya, minta dibuatkan jimat seperti yang ia beli dari Deok Hee tempo hari.

"Tapi kudengar kau sedang ada masalah. Kau baik-baik saja?" tanya wanita itu.

"Apa maksudmu? Masalah apa?" tanya Deok Hee balik.

"Putri sulungmu mengambil uang Chung Yi. Ibu-ibu penjual kue beras mendengarnya dari Pak Lee di bank. Itu tidak benar?" jawab wanita itu.

Deok Hee langsung menghela napas mendengarnya.


Hak Kyu membawa Chung Yi ke toko cat.

Wajah Chung Yi langsung sumringah melihat cat yang berjejer di rak.

Hak Kyung mendekati Chung Yi.

Chung Yi : Appa, kenapa kita kesini?

Hak Kyu : Ayah membutuhkan sesuatu untuk pekerjaan. Cat apa yang biasa digunakan oleh orang-orang sekarang? Bisakah kau memilihkannya?

Chung Yi : Penglihatanku memang bagus.

Chung Yi tersenyum.


Chung Yi dan ayahnya keluar dari toko cat sambil menenteng beberapa paper bag berisi cat dan perlengkapan lukis. Chung Yi mengaku senang ada di dalam sana dan menyukai bau cat. Tapi kemudian ia ingat kalau tidak seharusnya ia membuang2 waktu.


Hak Kyu memberikan paper bag yang ditentengnya ke Chung Yi.

Hak Kyu : Ayah tahu kau sedang bersiap menghadapi kontes. Ayah melihat lukisanmu. Kau cukup mahir.

Chung Yi terkejut, appa...

Hak Kyu : Appa bahkan tidak pernah membelikan cat. Gunakan itu untuk menyelesaikannya. Peralatan juga penting dalam seni.

Chung Yi terharu dan mengatakan kalau ia baik-baik saja.


Hak Kyu : Ayah harus bekerja. Kau pulanglah lebih dahulu.

Chung Yi : Baik, Ayah. Terima kasih. Aku akan bekerja keras.

Hak Kyu tertawa. Setelah itu, ia beranjak pergi.


Ryan berlari menuju mobilnya. Di mobil, Poong Do sudah menunggu. Poong Do : Kau sudah menemukannya?

Ryan : Bahkan tidak berhasil dengan siaran. Kau tahu nomor ponselnya?

Poong Do pun menunjukkan ponsel Chung Yi.

Poong Do : Ponselnya ada di sini.

Ryan sewot, ada apa denganmu? Pencurian itu kejahatan.

Poong Do : Berhenti beromong kosong. Isi dayanya. Ponselnya mati.

Ryan pun langsung men-cas ponsel Chung Yi.

Ryan lalu tanya alasan Poong Do mengikuti Chung Yi.


Hak Kyu yang masih di jalan, kepikiran soal lukisan Chung Yi. Ia takut Deok Hee melihat lukisan Chung Yi dan merusaknya.

Hak Kyu pun berpikir, menyuruh Chung Yi menyembunyikan lukisan itu.

Hak Kyu menghubungi Chung Yi.


Poong Do dan Ryan masih berdebat soal Chung Yi. Ryan memarahi Poong Do yang sudah menguntit anak dibawah umur seperti Chung Yi.

Ponsel Chung Yi berdering. Poong Do dan Ryan kaget membaca nama yang muncul di layar ponsel Chung Yi. Di layar tertulis, Cintaku.

Poong Do sewot, apa ini dari kekasihnya? Seharusnya dia belajar. Dia punya pacar lagi selain Shi Joon?


Ryan menjawab ponsel Chung Yi.

Hak Kyu : Bukankah ini ponselnya Chung Yi?

Ryan : Chung Yi?


Poong Do merebut ponsel Chung Yi.

Poong Do : Ini ponselnya. Kau siapa?

Hak Kyu sewot, aku ayahnya! Kau siapa! Kenapa kau menjawab ponselnya!

Tahu itu ayahnya Chung Yi, Poong Do pun langsung memberikan ponsel Chung Yi ke Ryan. Ryan yang juga takut, mematikan ponsel Chung Yi.

*Ngakak scene ini...


Chung Yi sampai di rumah saat Deok Hee sedang membakar lukisannya.

Chung Yi terkejut melihat lukisannya dibakar dan langsung berusaha menghentikan sang ibu.

Deok Hee marah dan menampar Chung Yi.

Deok Hee : Beraninya kau membuat Ji Na menjadi pencuri. Dasar berandal tidak tahu diri. Aku menerimamu, memberimu makan dan pakaian. Apa? Siapa yang mencuri uangmu?

Chung Yi : Ibu, bukan begitu. Akan kujelaskan. Bukan begitu. Ada kesalahpahaman.

Deok Hee : Kesalahpahaman? Kau membuat Ji Na tampak seperti pencuri dan ada kesalahpahaman? Beraninya kau bilang begitu.


Deok Hee mendorong Chung Yi, hingga Chung Yi jatuh.

Setelah itu, Deok Hee melemparkan barang2 yang dibawa Chung Yi saat Chung Yi datang pertama kali ke tempat mereka. Teropong dari Poong Do jatuh ke kakinya.

Deok Hee : Ambil yang kau bawa saat datang kemari dan pergi. Enyahlah!


Chung Yi berdiri dan memegangi Deok Hee.

Chung Yi : Kenapa Ibu seperti ini? Aku putri Ibu. Ibu tidak mengandungku, tapi bukankah aku putri Ibu?

Deok Hee : Jangan panggil aku Ibu! Kau membuatku merinding. Raja Naga sekalipun tidak akan kumaafkan jika mengganggu Ji Na. Jangan hanya berdiri! Pergi!


Hak Kyu pulang dan kaget melihat pemandangan itu.

Chung Yi memungut sisa2 lukisannya dan berlari keluar.


Hak Kyu memarahi Deok Hee.

Chung Yi ke dermaga.

Ia menangis keras di sana sambil melihat lukisannya.


Poong Do berkeliaran sendiri di Yongwang-ri, desanya Chung Yi.

Ia mencari Chung Yi dan terus menghubungi ponsel Hak Kyu.

Poong Do : Kenapa ayahnya tidak menjawab?


Poong Do menoleh dan menemukan Chung Yi di dermaga.

Chung Yi masih menangis.


Poong Do menghampiri Chung Yi.

Sontak, Chung Yi langsung mengira Poong Do menguntitnya.

Poong Do : Kenapa kau menangis?

Poong Do lalu menjelaskan kalau ia datang untuk mengembalikan ponsel Chung Yi.

Poong Do : Ayahmu tidak mengatakan apa pun? Aku tidak sengaja melihat, tapi tampaknya kau menang semacam kontes seni. Kau mempelajari seni?


Chung Yi berterima kasih Poong Do mengembalikan ponselnya dan pamit. Tapi Poong Do menahannya.

Poong Do : Hanya itu? Aku menunggu di depan rumah sakit dan kemari untuk memberikan itu. Aku menghabiskan seharian demi dirimu.

Chung Yi : Aku harus bagaimana? Kau mau kuberi hadiah? Berapa yang kau inginkan?

Poong Do : Kau tidak boleh bicara seperti itu. Aku tahu ini terdengar aneh. Kau  tampak berbeda di mataku. Tapi aku tidak tahu alasannya. Jadi, aku datang untuk menemuimu karena ingin tahu alasannya.

Chung Yi : Apa hubungannya denganku? Kenapa aku harus tahu soal itu? Kenapa? Jika kau sakit, pergilah ke dokter. Jangan muncul di hadapanku lagi.

Chung Yi pergi.


Poong Do menatap kepergian Chung Yi.

Poong Do : Tidak akan ada yang berubah hanya karena kau tampak berbeda. Lagi pula, kau tampak gelap di balik kegelapan.

Poong Do lalu menghubungi Ryan, mengatakan kalau dia akan pergi keluar negeri besok dan meminta Ryan bersiap.


Bersambung ke part 3...

Blessing of the Sea Ep 6 Part 1

Sebelumnya <<<


Ji Na langsung pergi begitu Ryan datang. Ryan minta maaf karena datang terlambat. Perjalanan dari bandara macet sekali, ungkap Ryan.

Sementara Poong Do terus menatap Chung Yi.


Chung Yi mengejar detektif yang menangani kasus Shi Joon.

Chung Yi : Jadi, dia tidak mengatakan apa pun soal uang penyelesaian? Serta tidak ada yang datang?

"Uang tidak akan menyelesaikan ini. Seorang putra keluarga kaya tewas. Mereka tidak akan melepaskannya hanya dengan sedikit uang. Sebaiknya kau mencari pengacara." ungkap detektif.

Detektif kemudian pergi.

Chung Yi tambah pusing karena Ji Na menghilang membawa uangnya.

Detektif balik lagi dan mengatakan soal ibu Shi Joon yang masuk RS. Detektif bilang, jika Chung Yi sungguh adiknya Shi Joon, harusnya Chung Yi ke RS sekarang.


Chung Yi berlari keluar meninggalkan kantor polisi sembari berusaha menghubungi Hun Jung yang tak bisa dihubungi.

Taksi lewat. Chung Yi langsung menyetopnya.

Tapi begitu masuk, ia mendapati Poong Do di dalam.

Chung Yi berniat turun tapi dicegah Poong Do.

Poong Do : Kau tampak sibuk. Sebaiknya kamu pergi saja. Aku akan membayar biaya taksinya.

Chung Yi : Kenapa kau membayarnya?

Poong Do : Untuk menebus bajumu. Kau mau ke mana?

Sebuah mobil mengklakson mereka.


Supir taksi tanya, mereka jadi pergi apa tidak.

Terpaksalah Chung Yi menurut.


Sepanjang perjalanan, Poong Do terus menatap Chung Yi. Ia membuka kacamatanya, lalu memakainya lagi dan bertanya-tanya, kenapa Chung Yi tampak berbeda. Poong Do : Apa ada istilah buta warna selektif?

Dipandangi seperti itu, membuat Chung Yi salah paham dan mengira Poong Do pria mesum.

Supir taksi langsung menatap Poong Do.

Poong Do sontak menjelaskan kalau ia hanya penasaran saja.

Chung Yi : Kau sungguh menguntitku? Jika dipikirkan, kau selalu muncul ke mana pun aku pergi.

Poong Do : Tadi aku ke kantor polisi untuk menemui penguntitku.


Poong Do lantas mengambil ponselnya dan mencari artikel tentang dirinya yang seorang pianis. Ia bermaksud menunjukkannya pada Chung Yi. Tapi ia salah pencet. Bukan artikel soal dirinya yang ia tunjukkan, melainkan seorang wanita yang menawarkan diri menemani pria2 kesepian.

Sontak, Chung Yi makin salah paham, mengira Poong Do adalah pria mesum.


Poong Do heran. Ia melihat layar ponselnya dan terkejut melihat wanita yang menawarkan jasa begituan.

Poong Do berusaha mematikan videonya tapi ia malah menjatuhkan ponselnya.

Poong Do mengambil ponselnya yang jatuh ke kaki Chung Yi. Chung Yi langsung menjerit, mengira Poong Do mau macam2 pada dirinya.


Taksi lalu berhenti di depan RS. Chung Yi yang ketakutan langsung turun dari taksi dan berlari ke RS.

Poong Do berteriak memanggil Chung Yi sembari melepas sabuknya. Saat itulah, matanya tak sengaja menemukan ponsel Chung Yi yang tertinggal di bangku taksi.


Deok Hee tanya ke patung naganya, bukan Ji Na yang mencuri uang Chung Yi, kan?

Lalu kemudian ia sewot karena si patung naga diam saja.

Hak Kyu masuk dan tanya Deok Hee marah sama siapa.

Deok Hee : Bagaimana dengan Chung Yi? Uangnya kembali?

Hak Kyu : Tidak sama sekali! Semua sudah hilang.


Hak Kyu kemudian duduk.

Hak Kyu : Kurasa sebaiknya kita melapor ke polisi.

Deok Hee : Melapor ke polisi? Polisi tidak gratis. Apa menurutmu Chung Yi bertindak lebih awal karena berpikir kita akan meminta uangnya? Gadis licik itu mungkin saja melakukannya.

Hak Kyu : Teganya kau berkata begitu! Dia bekerja keras agar kita tidak mencemaskannya!


Chung Yi berdiri diluar ruangan intensive, menatap Nyonya Jung yang masih belum siuman.

Chung Yi : Ajumma, ppalli ireonaseyo. Anda harus segera siuman demi Shi Joon.


Poong Do menunggu Chung Yi di koridor RS.

Tak lama, ia menerima sms dari Grup Joobo, bahwa ia lolos tes seleksi pertama kontes seni.

Poong Do tersenyum, kontes? Kau lebih berbakat daripada kelihatannya. Tapi kenapa harus Grup Joobo?

Poong Do kemudian mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.


Tiba2 saja, ia terbayang masa kecilnya. Ia seolah melihat dirinya di masa lalu, tengah berkeliarann di lobbi RS sambil menangis mencari ayahnya.


Poong Do yang sudah tidak tahan, akhirnya beranjak keluar dan muntah.

Saat Poong Do lagi muntah, Chung Yi melintas di belakangnya dan pergi.


Young In, Gwi Nyeo dan Pil Doo ada di rumah abu Sung Jae.

Young In terlihat kesal dan melirik jam nya.

Tak lama kemudian, Jae Ran datang dengan pakaian yang agak berlebihan untuk dipakai ke sebuah pemakaman.

Gwi Nyeo langsung berbisik pada Jae Ran.

Gwi Nyeo : Ibu, pakaian ibu agak berlebihan.

Jae Ran : Aku berpakaian rapi demi menemui Kakak. Maksudku, Ma Sung Jae, seorang genius seni. Aku harus seperti ini agar dia suka melihatku dari alam baka, bukan?

Young In tambah kesal dan melarang Jae Ran datang ke pemakaman mulai sekarang.


Jae Ran menatap ibunya dengan tatapan berani.

Jae Ran : Ibu mengeluh aku tidak berpakaian seperti Malaikat Maut juga? Baiklah, sesuka bbu saja. Memberi hormat di depan abunya tidak ada artinya. Semua berakhir saat kita mati.

Young In emosi dan membuang topi Jae Ran ke lantai.

Jae Ran : Eomma! Astaga, apa kau tahu harganya? Apa aku salah? Seharusnya ibu bersikap baik saat dia masih hidup. Bukankah ibu yang paling membuatnya tersiksa?

Pil Doo : Jae Ran-ssi...

Kesal, Young In pun memutuskan pergi.


Gwi Nyeo :  Ibu, apa-apan ini. Ada apa dengan ibu?

Bersambung ke part 2....