• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Great Show Ep 2 Part 3

Sebelumnya...


Ternyata Da Jung minta diantarin ke motel tempat ia dan adik2nya sebelumnya tinggal.

Dae Han menurunkan koper2 Da Jung dari mobilnya.

Da Jung dengan wajah dingin minta koper2nya pada Dae Han. Dae Han pun hanya diam sambil menatap Da Jung.


Soo Hyun kemudian menatap Tae Poong dan Song Yi.

Soo Hyun : Tae Poong, Song Yi, kalian lelah, bukan? Ayo masuk. Ayo.

Soo Hyun mengajak mereka masuk.

Dae Han lagi2 menghela nafas melihat sikap Soo Hyun ke anak2.


Da Jung dan Tak kemudian menatap Dae Han. Tak menatap Dae Han kesal, lalu menyusul Soo Hyun ke dalam.

Da Jung menatap Dae Han dengan tatapan kecewa, lalu masuk ke dalam.

Dae Han menghela nafasnya, lalu menyusul mereka ke dalam.


Setibanya di dalam, Tae Poong dan Song Yi langsung duduk menonton televisi dan Tak duduk memainkan game nya.

Da Jung mendekati wastafel yang penuh piring kotor.

Dae Han dan Soo Hyun terdiam melihat kondisi kamar anak-anak.


Tae Poong memanggil Da Jung. Ia mengeluh lapar dan minta dibuatkan ramen.

Da Jung tersenyum dan meminta Tae Poong menunggu sebentar.


Tapi saat membuka lemari, ramennya tidak ada.

Da Jung pun berkata, akan merebuskan telur untuk Tae Poong tapi saat membuka kulkas, telurnya juga tidak ada.


Soo Hyun yang kasihan berniat membelikan mereka makanan. Ia tanya ke anak2 mau makan apa. Tae Poong bilang ingin daging sapi. Song Yi ingin dadar gulung dan sosis dan Tak ingin sirip hiu. Soo Hyun langsung diam.


Soo Hyun dan Dae Han lantas pergi belanja. Dae Han penasaran kenapa Soo Hyun sangat tertarik dengan kehidupan orang lain.

Soo Hyun : Aku hanya khawatir. Kau tidak bisa melihat dari Da Jung? Jelas sekali ayahnya mengusirnya. Sudah kuduga dia akan melakukan itu. Dia pria 20 tahun yang tidak bertanggung jawab, melakukan itu kepada wanita yang baru dia temui! Tidak mungkin pria menyedihkan seperti itu membiarkannya tinggal. Jika terserah kepadaku, aku pasti sudah melaporkannya.

Dae Han : Apakah pantas melapor ke polisi?

Soo Hyun : Kenapa tidak? Itu jelas kasus pencampakkan anak. Makin kupikirkan, makin kurasa dia hanya sampah.


Dae Han : Sampah? Kau terlalu kasar. Dan sampah? Aku yakin dia juga punya cerita.

Soo Hyun : Kau membelanya?

Dae Han : Tidak. Aku benar-benar merasa kasihan kepada anak-anak, tapi coba bayangkan dari perspektif ayah itu. Dia bisa menerima Da Jung karena dia putrinya. Tapi bagaimana dengan adik-adiknya? Dia sama sekali tidak berhubungan dengan mereka!

Soo Hyun : Menurutmu apa pilihan terbaik? Kita tidak bisa membiarkan mereka.

Dae Han : Mereka harus tinggal di panti asuhan. Itu pilihan terbaik bagi Da Jung dan saudara-saudaranya.

Soo Hyun : Itu bukan pilihan terbaik. Itu hanya alternatif.

Soo Hyun pun kembali memilih-milih bahan makanan.

Dae Han kesal, astaga...


Da Jung mengantarkan Soo Hyun dan Dae Han keluar. Da Jung tersenyum pada Soo Hyun dan berterima kasih untuk makanannya.

Soo Hyun : Aku sudah memasak, tapi tidak bisa menjamin rasanya. Aku tidak pandai memasak.

Da Jung : Lumayan. Hati-hati di jalan.


Dae Han pun meminta Da Jung menghubunginya jika butuh sesuatu. Da Jung kembali memasang wajah dingin dan berharap tidak perlu menghubungi Dae Han. Dae Han terdiam.


Soo Hyun memeluk Da Jung dan minta Da Jung menghubunginya jika butuh sesuatu. Da Jung mengerti.

Soo Hyun dan Dae Han pergi. Setelah mereka pergi, Da Jung dan adik2nya langsung berbaring.


Da Jung : Bukankah menyenangkan bisa pulang?

Tae Poong : Ya. Tapi karena kini di rumah, aku merindukan Ibu.

Song Yi : Aku juga.

Da Jung : Aku juga.

Da Jung kemudian menangis. Tak mau tangisnya semakin kencang, ia minta Song Yi menghiburnya dengan membacakan lelucon.

Song Yi : Apa yang dikatakan raja saat dia tidak mau kembali ke istana?

Tae Poong : Aku tidak mau pergi?

Song Yi : Bukan.

Da Jung : Pergilah.

Song Yi : Bukan.

Da Jung : Kakak tidak tahu lagi.

Song Yi : Jawabannya? Dia bergumam.


Da Jung pura2 tertawa. Tapi tangisnya tidak mau berhenti.

Da Jung : Lucu sekali sampai mata kakak berlinang air mata.


Tiba2, terdengar teriakan pasangan suami istri yang sedang bertengkar di kamar sebelah.

Da Jung pun menyuruh Tae Poong dan Song Yi menutup telinga.

Song Yi kemudian memanggil Da Jung.

Song Yi : Apa paman itu bukan ayah Kakak?

Da Jung : Begini... Kakak rasa Ibu salah.

Da Jung yang tak mau semakin sedih, akhirnya mencubit pipi Song Yi dan mengatakan Song Yi sangat lucu.


Song Yi kemudian bangun dan mencari2 sesuatu.

Da Jung : Apa yang kau cari?

Song Yi : Saputangan. Saputangan ibu hilang. Kak Da Jung, apa yang harus kulakukan? Kurasa aku meninggalkannya di rumah Paman Dae Han. Ayo kembali ke sana dan ambil saputangan kita.

Song Yi menangis.

Da Jung : Jangan menangis, Song Yi. Tidak apa-apa. Kakak akan meneleponnya agar dia bisa mengirimkannya kepada kita.

Song Yi : Kak Da Jung, kita harus ke sana.


Dae Han akhirnya tiba di rumah. Mereka turun dari mobil dan Soo Hyun tanya apa tidak ada cara lain selain mengirim anak2 ke panti asuhan.

Dae Han : Ya.

Soo Hyun : Sunbae!

Dae Han : Kita tidak punya pilihan lain. Itu pilihan terbaik.


Soo Hyun kemudian pulang. Dan Dae Han masuk ke rumahnya. Setibanya di rumah, Dae Han mulai merasa kehilangan anak-anak itu.

Melihat meja makan, Dae Han ingat saat Da Jung menyiapkan makanan untuk mereka.


Melihat sofa, Dae Han ingat saat Tae Poong loncat2 di sofanya.

Melihat kursi yang biasa diduduki Tak, Dae Han ingat saat Tak duduk disana bermain game.

Dae Han juga ingat saat Song Yi tidak mengunci pintu kamar mandi saat pup.


Dae Han lalu melihat brosur panti asuhan di atas meja dan melihatnya. Ia lalu teringat pertanyaan Da Jung, apakah Dae Han akan tetap mengirimnya ke panti meski ia adalah putrinya.


Ponselnya kemudian berbunyi. Telepon dari Da Jung yang ia namai 'gadis pemberani'.

Da Jung : Kurasa Song Yi meninggalkan saputangannya di sana. Itu saputangan merah muda dengan bunga. Dia menjadi gelisah tanpa itu.

Dae Han : Kenapa?

Da Jung : Ibu kami biasa menggunakannya, dan kurasa itu membuatnya merasa seolah-olah ada bersamanya. Aku tahu ini mungkin merepotkan, tapi jika anda menemukannya, tolong kirimkan kepadaku. Aku akan mengirimkan alamatnya.

Dae Han : Tentu....

Da Jung langsung memutuskan panggilan padahal Dae Han masih mau bicara.


Dae Han lantas menyadarkan dirinya bahwa ia tidak perlu mengkhawatirkan anak2 itu.


Di rumahnya, Soo Hyun sedang main game sambil minum soju. Ji Hyun yang duduk di depannya, minta ia bersikap dewasa.

Ji Hyun : Kau tahu sudah berapa lama?

Soo Hyun : Jangan ganggu aku. Kurasa aku akan menyebabkan masalah jika berhenti melakukan ini.

Ji Hyun : Masalah apa?

Soo Hyun : Aku sangat ingin menerobos masuk ke rumah ayah Da Jung dan menamparnya sangat keras.

Ji Hyun : Aku mengerti kau bersimpati, tapi ini berlebihan.

Soo Hyun : Bagaimana tidak? Aku baru saja meninggalkan anak-anak di rumah yang sangat tua.

Ji Hyun hanya menghela nafas melihat sikap kakaknya.


Paginya, Dae Han mulai mencari saputangan Song Yi. Tak lama, ia menemukannya dibalik sofa.

Ponselnya kemudian berdering. Telepon dari Bong Joo yang mengatakan bahwa ia sudah menerima hasil tes DNA.

Dae Han menghela nafas sejenak, lalu tanya hasilnya.

Bong Joo : Ada kabar baik dan kabar buruk.


Hasilnya, Da Jung terbukti bukan putri Dae Han. Dae Han senang.

Bong Joo penasaran kenapa Da Jung bilang Dae Han ayahnya.

Dae Han : Apa? Bukankah sudah jelas? Mungkin agar dia bisa membayangkannya. Dia akan bangga berpikir ayah kandungnya adalah anggota dewan.

Bon Joo : Dia berbohong hanya untuk membantunya berfantasi?

Dae Han : Lalu apa?

Bong Joo : Itu salah satu dari keduanya. Entah sang ibu tidak tahu siapa ayah kandungnya atau ayah kandungnya adalah seseorang yang tidak bisa dia ungkapkan.

Dae Han : Terserah. Itu tidak penting lagi.

Bong Joo : Kau akan meninggalkan anak-anak itu begitu saja?


Dae Han : Aku tidak tahu. Bahkan jika bukan ayahnya, aku tidak bisa membiarkan anak-anak itu tetap seperti itu. Aku harus membantu mereka tinggal di panti asuhan.

Bong Joo : Mungkin lebih baik bagi mereka daripada tinggal denganmu.

Kesal, Dae Han mencubit mulut Bong Joo. LOL LOL

Dae Han : Kau adalah pembenci terbesarku.

Dae Han lalu tanya kabar buruknya.

Bong Joo : Kau tahu Kang Joon Ho, bukan? Putra Anggota Dewan Kang. Kalian satu sekolah.

Dae Han : Ada apa dengannya?

Bong Joo : Ada rumor tentangnya di Yeouido. Katanya dia akan mencalonkan diri di wilayah yang sama seperti ayahnya.

Dae Han kaget, apa?


Sementara itu, Soo Hyun di lobi bersama teman2nya, sedang berjalan ke sebuah arah. Soo Hyun menenggak aspirin.

Penulis Ma : Bu Jung, bukankah sebaiknya kau memeriksakan kepalamu?

Soo Hyun : Kenapa?

Penulis Ma : Kau minum aspirin seperti vitamin. Apa kau tidak khawatir?

Soo Hyun : Dalam pekerjaan ini, tidak sakit berarti tidak bekerja.

Penulis Ahn menatap Soo Hyun.

"Kutipan yang bagus." jawabnya.


Mereka tiba di lift. Soo Hyun seketika memasang wajah ngeri melihat lift.

Tak mau naik lift, Soo Hyun menyuruh teman2nya pergi duluan.

Penulis Ahn : Naik lift saja bersama kami. Kau bahkan punya migrain.


Soo Hyun : Ini hanya karena aku kurang berolahraga. Aku pergi.

Teman2nya pun menatap ia heran.


Soo Hyun menaiki tangga dan teringat bagaimana kehidupan Da Jung dan adik2nya.

Lalu Soo Hyun ingat kata2 Da Jung bahwa rumah ayahnya kecil untuk ditempati bersama. Soo Hyun pun jadi kesal.

Bersambung ke part 4...

*Ada apa dengan Soo Hyun? Kenapa dia seperti takut naik lift??

The Great Show Ep 2 Part 2

Sebelumnya...


Di cvN, Soo Hyun dan teman2nya sedang membahas Da Jung. Penulis Ma tanya dengan wajah antusias, apakah Da Jung sudah bertemu ayahnya. Soo Hyun mengaku tidak tahu karena dia belum mendengarapapun dari Da Jung.

Penulis Ma lalu menatap Penulis Ahn.

"Bukankah ini kisah sempurna untuk "Screening Humanity"?" tanyanya.

"Itu tidak cukup. Kau tidak mendengar tentang Nam Bo Ra? Dia punya 12 saudara." jawab Penulis Ahn dengan wajah dingin.

"Aku berteman dengan staf untuk "Screening Humanity". Haruskah kuberi tahu dia soal mereka?" tanya Penulis Ma ke Soo Hyun.


"Lupakan saja. Kita belum tahu hasilnya. Ayah kandung mereka mungkin akan menerima mereka." jawab Soo Hyun.

"Kurasa itu tidak mungkin." ucap Penulis Ahn.

"Kenapa begitu?" tanya Soo Hyun.

"Sulit membesarkan satu anak pun di negeri ini, apalagi empat anak. Dan tiga di antaranya bahkan tidak berhubungan dengannya. Siapa yang mau menerimanya?" jawab Penulis Ahn.

"Kau tidak pernah tahu. Kembar sangat manis. Kurasa dia akan menerimanya." ucap Soo Hyun.


Dae Han mendatangi sebuah pabrik dan berbicara dengan seorang pria yang mengaku sebagai paman Da Jung. Dae Han menanyakan ayah tiri Da Jung.

Pria itu berkata, ayah tiri Da Jung pria brengsek.

"Dahulu dia detektif dan sangat berengsek. Dia pecandu judi yang menghabiskan seluruh hartanya. Dia pergi dari rumah dua tahun lalu dan tidak bisa dihubungi. Mereka lebih baik tanpa dia."

"Apa itu artinya mereka hanya punya paman mereka untuk bertumpu?" tanya Dae Han.

"Aku?"

"Da Jung bilang paman mereka orang yang sangat baik." ucap Dae Han.

"Tentu saja aku ingin menerimanya. Lagi pula, aku satu-satunya keluarga mereka."


"Itulah maksudku! Meski dia putri kandungku, kami orang asing. Bagaimana perasaan anak-anak lain terhadapku?"

"Tapi aku punya utang 60.000 dolar dan aku bahkan belum bisa membayar uang sewa selama dua bulan. Hidup setiap hari saja sudah sulit!" ucap pria itu. Pria itu kemudian memegang tangan Dae Han dan mengaku iri saat tahu Dae Han adalah ayah Da Jung.

Dae Han : Itu agak berlebihan...

"Jika kau ayah kandungnya, kau adik iparku. Adik Ipar, aku benar-benar kesulitan. Bisakah kau meminjamiku 500 dolar?"

Dae Han kaget, apa?

"Kumohon adik ipar."


Dae Han beranjak pergi. Ponsel Dae Han berdering. Telepon dari Bong Joo.

Bong Joo : Bagaimana pamannya?

Dae Han : Aku baru bertemu dengannya beberapa menit lalu. Bisa gawat jika aku terlibat dengan keluarga ini.


Kita pindah ke scenenya Mamas Ju Hwan... akhirnya keluar juga si mamas ganteng....

Joon Ho sedang bekerja sebagai sukarelawan menemani ayahnya dan tim ayahnya. Mereka membagi-bagikan makanan pada gelandangan. Ayah Joon Ho sok ramah.

Kyung Hoon : Kau pasti kelaparan. Kau akan membutuhkan tenaga jika ingin memulai kembali. Nikmati makanannya dan bersemangatlah!

Joon Ho diam saja menatap ayahnya.


Usai membagi-bagikan makanan, Joon Ho dan ayahnya kembali ke mobil. Di mobil, asisten Kyung Hoon menyemprotkan cairan anti kuman ke tangan Kyung Hoon. Joon Ho syok dan kesal melihat bagaimana ayahnya yang tadi sok ramah, kini membersihkan tangan pakai cairan anti kuman. Kyung Hoon berdalih, bahwa ia makin lemah seiring bertambahnya usia dan tidak mau melakukan pekerjaan seperti itu lagi.

Joon Ho : Ini bukan karena usia ayah.  Ini masalah hati ayah.

Kyung Hoon : Apa maksudmu?

Joon Ho : Ayah menganggap ini acara politik, bukan kerja sukarela.

Kyung Hoon : Lagi pula, sudah waktunya ayah berhenti dari keduanya.


Mobil mereka mulai berjalan. Joon Ho tanya apa maksud sang ayah berhenti. Kyung Hoon berkata, tidak akan ikut pemilu berikutnya. Joon Ho tanya alasannya. Joon Ho bilang, ia fikir impian ayahnya masuk ke Blue House. Kyung Hoon berkata, Joon Ho bisa melakukan itu untuknya. Joon Ho berkata, ia sudah bilang pada ayahnya berkali2 kalau ia tidak tertarik pada pemilu.

Kyung Hoon : Ini bukan tahun terbaik para konservatif. Kau tidak boleh hanya bicara.

Joon Ho : Itu sebabnya aku ada di acara itu. Aku ingin mewakili nilai suara konservatif.

Kyung Hoon : Jika ingin membangun nilai-nilai itu, kau harus bertindak. Berhentilah menolak dan bergabunglah. Tahtanya kosong, jadi, waktunya juga tepat.


Joon Ho diam saja sambil menghela nafas. Kyung Hoon lalu tanya, apa Joon Ho punya pacar. Joon Ho bilang dia belum punya pacar tapi ada seseorang yang disukainya.

Kyung Hoon : Politik itu seperti bisnis keluarga. Kita harus bekerja sama untuk meningkatkan peluang kemenangan. Semua baik-baik saja jika kau menyukainya. Adakan pernikahan sebelum pemilihan umum.

Joon Ho memalingkan wajahnya ke jendela.

Joon Ho : Ini sebabnya aku tidak ingin terjun ke politik. Aku takut politik lebih utama daripada keluarga sama seperti ayah.

Kyung Ho hanya tertawa sinis mendengarnya.


Soo Hyun sedang bekerja dengan rekan-rekannya di kantin. Ponsel Soo Hyun berdering. SMS dari Da Jung. Da Jung mengabari, bahwa ia sudah bertemu ayahnya dan memuji ayahnya luar biasa. Soo Hyun tersenyum membacanya dan membalas SMS Da Jung.

Saat kamera menyorot Soo Hyun yang membaca SMS Da Jung, terdengar narasi Dae Han.

Dae Han : Ada berbagai tipe orang di dunia ini. Ada orang berhati baik....


Kamera lalu menyorot Kyung Hoon yang membaca SMS dari seseorang.

"Terima kasih sudah membantuku, Pak. Kami akan segera mengatur pertemuan."

Kyung Hoon menatap keluar jendela dengan wajah senang. Terdengar kembali narasi Dae Han.

Dae Han : Ada orang yang korup....


Lalu kamera menyorot Joon Ho yang masih kesal dengan ayahnya.

Narasi Dae Han kembali terdengar.

Dae Han : ... dan ada orang-orang yang menjadi saingan dalam hidup.


Da Jung dibantu Song Yi dan Tae Poong sedang mengelap kaca akuarium Dae Han. Sementara Tak sibuk dengan gamenya.


Lalu Da Jung mengepel lantai.

Narasi Dae Han kembali terdengar.

Dae Han. Yang paling berbahaya bagi seorang politisi adalah mereka yang mencoba memancing mereka ke dalam bahaya.


Dae Han tiba di rumahnya. Sebelum masuk ke rumah, ia menghela nafas lalu melihat amplop yang dibawanya.

Narasi Dae Han : Jika gagal memutus hubungan, mereka tidak akan selamat.


Melihat Dae Han pulang, Da Jung memanggil Tak dan menyuruh ketiga adiknya mengucapkan selamat datang.

Dae Han lalu melihat rumahnya yang sudah bersih dan rapi. Da Jung pun berkata, ia dibantu Tae Poong dan Song Yi udah membersihkan rumah.

Dae Han menghela nafas lalu mengajak Da Jung bicara. Dae Han masuk duluan ke ruangannya.


Da Jung pun menatap adik2nya dan menyuruh mereka menonton TV. Ia minta adik2nya untuk tidak takut pada Dae Han.


Da Jung pergi menyusul Dae Han. Dae Han tanya apa Da Jung sudah makan. Da Jung tersenyum dan berkata, ia memesan makanan menggunakan kartu kredit yang diberikan Dae Han.

Dae Han : Itu bagus.

Da Jung : Aku mau memasak, tapi tidak ada nasi.

Dae Han : Hasil tes DNA akan keluar besok.

Da Jung : Sudah jelas apa yang akan tertulis di situ. Ibuku tidak akan...

Dae Han : Apa pun hasilnya aku hanya punya satu pilihan.

Da Jung : Apa itu?

Dae Han lantas memberikan amplop dibawanya. Ia menyuruh Da Jung membukanya. Da Jung membukanya. Isinya brosur panti asuhan. Da Jung terkejut.


Dae Han : Aku memeriksanya sendiri hari ini. Gedungnya bersih dan direkturnya baik.

Da Jung : Lalu?

Dae Han : Kau mungkin berpikir aku hebat karena aku anggota dewan, tapi kau bukan siapa-siapa setelah meninggalkan Dewan. Menjadi wali legal seseorang adalah tanggung jawab yang sangat membebani. Aku tidak punya waktu atau tenaga untuk bertanggung jawab.

Wajah Da Jung langsung berubah sedih. Da Jung tanya, apa Dae Han tetap akan mengirimnya ke panti asuhan meski terbukti ia putri kandung Dae Han.

Dae Han : Meski aku ayah kandungmu, aku sama sekali tidak berhubungan dengan adik-adikmu. Aku tidak punya kewajiban ataupun tidak mampu menampung mereka. Tapi aku tidak bisa memisahkanmu dari mereka.

Da Jung : Hanya sampai aku menyelesaikan sekolah dan menghasilkan uang. Apa itu juga terlalu sulit?

Dae Han : Kau tahu apa yang akan kau lihat saat mencari namaku?

Da Jung : Apa?

Dae Han : Putra durhaka.

Da Jung : Maksud anda sama seperti anda dengan ayah anda? Bahwa anda bisa mencampakkan putri anda juga?

Dae Han : Kau cepat tanggap.


Da Jung marah dan meletakkan brosur itu di atas meja.

Da Jung : Aku datang ke orang yang salah. Maaf atas ketidaknyamanannya.


Dan malam itu juga, Da Jung langsung membawa adik2nya keluar dari rumah Dae Han. Dae Han yang kasihan, melarang mereka pergi karena hari sudah malam.

Dae Han kemudian menyuruh Da Jung masuk mobilnya dan mengambil koper Da Jung, tapi Da Jung mengambil kopernya balik dan minta Dae Han keluar dari hidupnya jika tidak mau menampung mereka.


Dae Han terdiam. Da Jung mau pergi tapi Soo Hyun datang, membuat mereka terkejut.

Soo Hyun lantas mendekati mereka dan bertanya kenapa Da Jung ada disana.

Dae Han bingung menjelaskannya. Melihat Dae Han yang kebingungan, Da Jung pun berkata, bahwa ia datang untuk berpamitan.

Dae Han : Ya, dia ingin berpamitan.

Soo Hyun : Kenapa? Bukankah kau tinggal dengan ayahmu?

Da Jung : Rumahnya terlalu kecil untuk tinggal dengannya.

Soo Hyun : Di mana ayahmu tinggal? Di sekitar sini? Aku akan ikut denganmu. Aku akan bicara sendiri.


Dae Han : Hei. Jangan ikut campur urusan orang lain.  Kau hanya mempersulit dia. Hentikan itu.

Soo Hyun : Bagaimana denganmu? Sedang apa kau di sini?

Dae Han : Aku berniat mengantar mereka pulang. Aku tidak bisa memulangkan mereka sendiri.


Dae Han lantas mengambil koper Da Jung dan menyuruh Da Jung masuk mobilnya. Terpaksalah Da Jung menurut karena ada Soo Hyun disana.

Soo Hyun minta ikut dan langsung masuk ke mobil Dae Han. Dae Han kesal dan menyuruh Soo Hyun tapi Soo Hyun menolak dan memasang sabuk pengaman.

Dae Han greget, astaga... dia membuatku gila..


Dae Han pun melajukan mobilnya. Dalam perjalanan, Soo Hyun tanya soal ayah Da Jung yang Da Jung bilang baik itu.

Da Jung berkata, ayahnya hebat tapi hidupnya sulit dan rumahnya terlalu kecil.

Da Jung : Anak-anak lain tidak nyaman di sana.

Tae Poong : Aku tidak merasa tidak nyaman.


Tak menatap Dae Han.

Tak : Aku membencinya. Ayah itu benar-benar berengsek.

Dae Han langsung batuk mendengarnya. Tak mau Soo Hyun curiga, ia pura2 minum.

Soo Hyun : Meski hidup sulit bagi ayahmu, bagaimana bisa dia mengusirmu seperti ini?

Da Jung : Tidak. Dia mencarikan panti asuhan untuk kami. Lalu dia melakukan semua yang dia bisa.


Dae Han : Bukankah lebih baik tinggal di panti asuhan daripada tinggal dengan ayah yang belum pernah kau temui?

Da Jung : Kami bukan anak yatim piatu. Kami akan tinggal sendiri saja.

Dae Han terdiam.

Bersambung ke part 3.....