The Great Show Ep 2 Part 3

Sebelumnya...


Ternyata Da Jung minta diantarin ke motel tempat ia dan adik2nya sebelumnya tinggal.

Dae Han menurunkan koper2 Da Jung dari mobilnya.

Da Jung dengan wajah dingin minta koper2nya pada Dae Han. Dae Han pun hanya diam sambil menatap Da Jung.


Soo Hyun kemudian menatap Tae Poong dan Song Yi.

Soo Hyun : Tae Poong, Song Yi, kalian lelah, bukan? Ayo masuk. Ayo.

Soo Hyun mengajak mereka masuk.

Dae Han lagi2 menghela nafas melihat sikap Soo Hyun ke anak2.


Da Jung dan Tak kemudian menatap Dae Han. Tak menatap Dae Han kesal, lalu menyusul Soo Hyun ke dalam.

Da Jung menatap Dae Han dengan tatapan kecewa, lalu masuk ke dalam.

Dae Han menghela nafasnya, lalu menyusul mereka ke dalam.


Setibanya di dalam, Tae Poong dan Song Yi langsung duduk menonton televisi dan Tak duduk memainkan game nya.

Da Jung mendekati wastafel yang penuh piring kotor.

Dae Han dan Soo Hyun terdiam melihat kondisi kamar anak-anak.


Tae Poong memanggil Da Jung. Ia mengeluh lapar dan minta dibuatkan ramen.

Da Jung tersenyum dan meminta Tae Poong menunggu sebentar.


Tapi saat membuka lemari, ramennya tidak ada.

Da Jung pun berkata, akan merebuskan telur untuk Tae Poong tapi saat membuka kulkas, telurnya juga tidak ada.


Soo Hyun yang kasihan berniat membelikan mereka makanan. Ia tanya ke anak2 mau makan apa. Tae Poong bilang ingin daging sapi. Song Yi ingin dadar gulung dan sosis dan Tak ingin sirip hiu. Soo Hyun langsung diam.


Soo Hyun dan Dae Han lantas pergi belanja. Dae Han penasaran kenapa Soo Hyun sangat tertarik dengan kehidupan orang lain.

Soo Hyun : Aku hanya khawatir. Kau tidak bisa melihat dari Da Jung? Jelas sekali ayahnya mengusirnya. Sudah kuduga dia akan melakukan itu. Dia pria 20 tahun yang tidak bertanggung jawab, melakukan itu kepada wanita yang baru dia temui! Tidak mungkin pria menyedihkan seperti itu membiarkannya tinggal. Jika terserah kepadaku, aku pasti sudah melaporkannya.

Dae Han : Apakah pantas melapor ke polisi?

Soo Hyun : Kenapa tidak? Itu jelas kasus pencampakkan anak. Makin kupikirkan, makin kurasa dia hanya sampah.


Dae Han : Sampah? Kau terlalu kasar. Dan sampah? Aku yakin dia juga punya cerita.

Soo Hyun : Kau membelanya?

Dae Han : Tidak. Aku benar-benar merasa kasihan kepada anak-anak, tapi coba bayangkan dari perspektif ayah itu. Dia bisa menerima Da Jung karena dia putrinya. Tapi bagaimana dengan adik-adiknya? Dia sama sekali tidak berhubungan dengan mereka!

Soo Hyun : Menurutmu apa pilihan terbaik? Kita tidak bisa membiarkan mereka.

Dae Han : Mereka harus tinggal di panti asuhan. Itu pilihan terbaik bagi Da Jung dan saudara-saudaranya.

Soo Hyun : Itu bukan pilihan terbaik. Itu hanya alternatif.

Soo Hyun pun kembali memilih-milih bahan makanan.

Dae Han kesal, astaga...


Da Jung mengantarkan Soo Hyun dan Dae Han keluar. Da Jung tersenyum pada Soo Hyun dan berterima kasih untuk makanannya.

Soo Hyun : Aku sudah memasak, tapi tidak bisa menjamin rasanya. Aku tidak pandai memasak.

Da Jung : Lumayan. Hati-hati di jalan.


Dae Han pun meminta Da Jung menghubunginya jika butuh sesuatu. Da Jung kembali memasang wajah dingin dan berharap tidak perlu menghubungi Dae Han. Dae Han terdiam.


Soo Hyun memeluk Da Jung dan minta Da Jung menghubunginya jika butuh sesuatu. Da Jung mengerti.

Soo Hyun dan Dae Han pergi. Setelah mereka pergi, Da Jung dan adik2nya langsung berbaring.


Da Jung : Bukankah menyenangkan bisa pulang?

Tae Poong : Ya. Tapi karena kini di rumah, aku merindukan Ibu.

Song Yi : Aku juga.

Da Jung : Aku juga.

Da Jung kemudian menangis. Tak mau tangisnya semakin kencang, ia minta Song Yi menghiburnya dengan membacakan lelucon.

Song Yi : Apa yang dikatakan raja saat dia tidak mau kembali ke istana?

Tae Poong : Aku tidak mau pergi?

Song Yi : Bukan.

Da Jung : Pergilah.

Song Yi : Bukan.

Da Jung : Kakak tidak tahu lagi.

Song Yi : Jawabannya? Dia bergumam.


Da Jung pura2 tertawa. Tapi tangisnya tidak mau berhenti.

Da Jung : Lucu sekali sampai mata kakak berlinang air mata.


Tiba2, terdengar teriakan pasangan suami istri yang sedang bertengkar di kamar sebelah.

Da Jung pun menyuruh Tae Poong dan Song Yi menutup telinga.

Song Yi kemudian memanggil Da Jung.

Song Yi : Apa paman itu bukan ayah Kakak?

Da Jung : Begini... Kakak rasa Ibu salah.

Da Jung yang tak mau semakin sedih, akhirnya mencubit pipi Song Yi dan mengatakan Song Yi sangat lucu.


Song Yi kemudian bangun dan mencari2 sesuatu.

Da Jung : Apa yang kau cari?

Song Yi : Saputangan. Saputangan ibu hilang. Kak Da Jung, apa yang harus kulakukan? Kurasa aku meninggalkannya di rumah Paman Dae Han. Ayo kembali ke sana dan ambil saputangan kita.

Song Yi menangis.

Da Jung : Jangan menangis, Song Yi. Tidak apa-apa. Kakak akan meneleponnya agar dia bisa mengirimkannya kepada kita.

Song Yi : Kak Da Jung, kita harus ke sana.


Dae Han akhirnya tiba di rumah. Mereka turun dari mobil dan Soo Hyun tanya apa tidak ada cara lain selain mengirim anak2 ke panti asuhan.

Dae Han : Ya.

Soo Hyun : Sunbae!

Dae Han : Kita tidak punya pilihan lain. Itu pilihan terbaik.


Soo Hyun kemudian pulang. Dan Dae Han masuk ke rumahnya. Setibanya di rumah, Dae Han mulai merasa kehilangan anak-anak itu.

Melihat meja makan, Dae Han ingat saat Da Jung menyiapkan makanan untuk mereka.


Melihat sofa, Dae Han ingat saat Tae Poong loncat2 di sofanya.

Melihat kursi yang biasa diduduki Tak, Dae Han ingat saat Tak duduk disana bermain game.

Dae Han juga ingat saat Song Yi tidak mengunci pintu kamar mandi saat pup.


Dae Han lalu melihat brosur panti asuhan di atas meja dan melihatnya. Ia lalu teringat pertanyaan Da Jung, apakah Dae Han akan tetap mengirimnya ke panti meski ia adalah putrinya.


Ponselnya kemudian berbunyi. Telepon dari Da Jung yang ia namai 'gadis pemberani'.

Da Jung : Kurasa Song Yi meninggalkan saputangannya di sana. Itu saputangan merah muda dengan bunga. Dia menjadi gelisah tanpa itu.

Dae Han : Kenapa?

Da Jung : Ibu kami biasa menggunakannya, dan kurasa itu membuatnya merasa seolah-olah ada bersamanya. Aku tahu ini mungkin merepotkan, tapi jika anda menemukannya, tolong kirimkan kepadaku. Aku akan mengirimkan alamatnya.

Dae Han : Tentu....

Da Jung langsung memutuskan panggilan padahal Dae Han masih mau bicara.


Dae Han lantas menyadarkan dirinya bahwa ia tidak perlu mengkhawatirkan anak2 itu.


Di rumahnya, Soo Hyun sedang main game sambil minum soju. Ji Hyun yang duduk di depannya, minta ia bersikap dewasa.

Ji Hyun : Kau tahu sudah berapa lama?

Soo Hyun : Jangan ganggu aku. Kurasa aku akan menyebabkan masalah jika berhenti melakukan ini.

Ji Hyun : Masalah apa?

Soo Hyun : Aku sangat ingin menerobos masuk ke rumah ayah Da Jung dan menamparnya sangat keras.

Ji Hyun : Aku mengerti kau bersimpati, tapi ini berlebihan.

Soo Hyun : Bagaimana tidak? Aku baru saja meninggalkan anak-anak di rumah yang sangat tua.

Ji Hyun hanya menghela nafas melihat sikap kakaknya.


Paginya, Dae Han mulai mencari saputangan Song Yi. Tak lama, ia menemukannya dibalik sofa.

Ponselnya kemudian berdering. Telepon dari Bong Joo yang mengatakan bahwa ia sudah menerima hasil tes DNA.

Dae Han menghela nafas sejenak, lalu tanya hasilnya.

Bong Joo : Ada kabar baik dan kabar buruk.


Hasilnya, Da Jung terbukti bukan putri Dae Han. Dae Han senang.

Bong Joo penasaran kenapa Da Jung bilang Dae Han ayahnya.

Dae Han : Apa? Bukankah sudah jelas? Mungkin agar dia bisa membayangkannya. Dia akan bangga berpikir ayah kandungnya adalah anggota dewan.

Bon Joo : Dia berbohong hanya untuk membantunya berfantasi?

Dae Han : Lalu apa?

Bong Joo : Itu salah satu dari keduanya. Entah sang ibu tidak tahu siapa ayah kandungnya atau ayah kandungnya adalah seseorang yang tidak bisa dia ungkapkan.

Dae Han : Terserah. Itu tidak penting lagi.

Bong Joo : Kau akan meninggalkan anak-anak itu begitu saja?


Dae Han : Aku tidak tahu. Bahkan jika bukan ayahnya, aku tidak bisa membiarkan anak-anak itu tetap seperti itu. Aku harus membantu mereka tinggal di panti asuhan.

Bong Joo : Mungkin lebih baik bagi mereka daripada tinggal denganmu.

Kesal, Dae Han mencubit mulut Bong Joo. LOL LOL

Dae Han : Kau adalah pembenci terbesarku.

Dae Han lalu tanya kabar buruknya.

Bong Joo : Kau tahu Kang Joon Ho, bukan? Putra Anggota Dewan Kang. Kalian satu sekolah.

Dae Han : Ada apa dengannya?

Bong Joo : Ada rumor tentangnya di Yeouido. Katanya dia akan mencalonkan diri di wilayah yang sama seperti ayahnya.

Dae Han kaget, apa?


Sementara itu, Soo Hyun di lobi bersama teman2nya, sedang berjalan ke sebuah arah. Soo Hyun menenggak aspirin.

Penulis Ma : Bu Jung, bukankah sebaiknya kau memeriksakan kepalamu?

Soo Hyun : Kenapa?

Penulis Ma : Kau minum aspirin seperti vitamin. Apa kau tidak khawatir?

Soo Hyun : Dalam pekerjaan ini, tidak sakit berarti tidak bekerja.

Penulis Ahn menatap Soo Hyun.

"Kutipan yang bagus." jawabnya.


Mereka tiba di lift. Soo Hyun seketika memasang wajah ngeri melihat lift.

Tak mau naik lift, Soo Hyun menyuruh teman2nya pergi duluan.

Penulis Ahn : Naik lift saja bersama kami. Kau bahkan punya migrain.


Soo Hyun : Ini hanya karena aku kurang berolahraga. Aku pergi.

Teman2nya pun menatap ia heran.


Soo Hyun menaiki tangga dan teringat bagaimana kehidupan Da Jung dan adik2nya.

Lalu Soo Hyun ingat kata2 Da Jung bahwa rumah ayahnya kecil untuk ditempati bersama. Soo Hyun pun jadi kesal.

Bersambung ke part 4...

*Ada apa dengan Soo Hyun? Kenapa dia seperti takut naik lift??

0 Comments:

Post a Comment