The Great Show Ep 2 Part 2

Sebelumnya...


Di cvN, Soo Hyun dan teman2nya sedang membahas Da Jung. Penulis Ma tanya dengan wajah antusias, apakah Da Jung sudah bertemu ayahnya. Soo Hyun mengaku tidak tahu karena dia belum mendengarapapun dari Da Jung.

Penulis Ma lalu menatap Penulis Ahn.

"Bukankah ini kisah sempurna untuk "Screening Humanity"?" tanyanya.

"Itu tidak cukup. Kau tidak mendengar tentang Nam Bo Ra? Dia punya 12 saudara." jawab Penulis Ahn dengan wajah dingin.

"Aku berteman dengan staf untuk "Screening Humanity". Haruskah kuberi tahu dia soal mereka?" tanya Penulis Ma ke Soo Hyun.


"Lupakan saja. Kita belum tahu hasilnya. Ayah kandung mereka mungkin akan menerima mereka." jawab Soo Hyun.

"Kurasa itu tidak mungkin." ucap Penulis Ahn.

"Kenapa begitu?" tanya Soo Hyun.

"Sulit membesarkan satu anak pun di negeri ini, apalagi empat anak. Dan tiga di antaranya bahkan tidak berhubungan dengannya. Siapa yang mau menerimanya?" jawab Penulis Ahn.

"Kau tidak pernah tahu. Kembar sangat manis. Kurasa dia akan menerimanya." ucap Soo Hyun.


Dae Han mendatangi sebuah pabrik dan berbicara dengan seorang pria yang mengaku sebagai paman Da Jung. Dae Han menanyakan ayah tiri Da Jung.

Pria itu berkata, ayah tiri Da Jung pria brengsek.

"Dahulu dia detektif dan sangat berengsek. Dia pecandu judi yang menghabiskan seluruh hartanya. Dia pergi dari rumah dua tahun lalu dan tidak bisa dihubungi. Mereka lebih baik tanpa dia."

"Apa itu artinya mereka hanya punya paman mereka untuk bertumpu?" tanya Dae Han.

"Aku?"

"Da Jung bilang paman mereka orang yang sangat baik." ucap Dae Han.

"Tentu saja aku ingin menerimanya. Lagi pula, aku satu-satunya keluarga mereka."


"Itulah maksudku! Meski dia putri kandungku, kami orang asing. Bagaimana perasaan anak-anak lain terhadapku?"

"Tapi aku punya utang 60.000 dolar dan aku bahkan belum bisa membayar uang sewa selama dua bulan. Hidup setiap hari saja sudah sulit!" ucap pria itu. Pria itu kemudian memegang tangan Dae Han dan mengaku iri saat tahu Dae Han adalah ayah Da Jung.

Dae Han : Itu agak berlebihan...

"Jika kau ayah kandungnya, kau adik iparku. Adik Ipar, aku benar-benar kesulitan. Bisakah kau meminjamiku 500 dolar?"

Dae Han kaget, apa?

"Kumohon adik ipar."


Dae Han beranjak pergi. Ponsel Dae Han berdering. Telepon dari Bong Joo.

Bong Joo : Bagaimana pamannya?

Dae Han : Aku baru bertemu dengannya beberapa menit lalu. Bisa gawat jika aku terlibat dengan keluarga ini.


Kita pindah ke scenenya Mamas Ju Hwan... akhirnya keluar juga si mamas ganteng....

Joon Ho sedang bekerja sebagai sukarelawan menemani ayahnya dan tim ayahnya. Mereka membagi-bagikan makanan pada gelandangan. Ayah Joon Ho sok ramah.

Kyung Hoon : Kau pasti kelaparan. Kau akan membutuhkan tenaga jika ingin memulai kembali. Nikmati makanannya dan bersemangatlah!

Joon Ho diam saja menatap ayahnya.


Usai membagi-bagikan makanan, Joon Ho dan ayahnya kembali ke mobil. Di mobil, asisten Kyung Hoon menyemprotkan cairan anti kuman ke tangan Kyung Hoon. Joon Ho syok dan kesal melihat bagaimana ayahnya yang tadi sok ramah, kini membersihkan tangan pakai cairan anti kuman. Kyung Hoon berdalih, bahwa ia makin lemah seiring bertambahnya usia dan tidak mau melakukan pekerjaan seperti itu lagi.

Joon Ho : Ini bukan karena usia ayah.  Ini masalah hati ayah.

Kyung Hoon : Apa maksudmu?

Joon Ho : Ayah menganggap ini acara politik, bukan kerja sukarela.

Kyung Hoon : Lagi pula, sudah waktunya ayah berhenti dari keduanya.


Mobil mereka mulai berjalan. Joon Ho tanya apa maksud sang ayah berhenti. Kyung Hoon berkata, tidak akan ikut pemilu berikutnya. Joon Ho tanya alasannya. Joon Ho bilang, ia fikir impian ayahnya masuk ke Blue House. Kyung Hoon berkata, Joon Ho bisa melakukan itu untuknya. Joon Ho berkata, ia sudah bilang pada ayahnya berkali2 kalau ia tidak tertarik pada pemilu.

Kyung Hoon : Ini bukan tahun terbaik para konservatif. Kau tidak boleh hanya bicara.

Joon Ho : Itu sebabnya aku ada di acara itu. Aku ingin mewakili nilai suara konservatif.

Kyung Hoon : Jika ingin membangun nilai-nilai itu, kau harus bertindak. Berhentilah menolak dan bergabunglah. Tahtanya kosong, jadi, waktunya juga tepat.


Joon Ho diam saja sambil menghela nafas. Kyung Hoon lalu tanya, apa Joon Ho punya pacar. Joon Ho bilang dia belum punya pacar tapi ada seseorang yang disukainya.

Kyung Hoon : Politik itu seperti bisnis keluarga. Kita harus bekerja sama untuk meningkatkan peluang kemenangan. Semua baik-baik saja jika kau menyukainya. Adakan pernikahan sebelum pemilihan umum.

Joon Ho memalingkan wajahnya ke jendela.

Joon Ho : Ini sebabnya aku tidak ingin terjun ke politik. Aku takut politik lebih utama daripada keluarga sama seperti ayah.

Kyung Ho hanya tertawa sinis mendengarnya.


Soo Hyun sedang bekerja dengan rekan-rekannya di kantin. Ponsel Soo Hyun berdering. SMS dari Da Jung. Da Jung mengabari, bahwa ia sudah bertemu ayahnya dan memuji ayahnya luar biasa. Soo Hyun tersenyum membacanya dan membalas SMS Da Jung.

Saat kamera menyorot Soo Hyun yang membaca SMS Da Jung, terdengar narasi Dae Han.

Dae Han : Ada berbagai tipe orang di dunia ini. Ada orang berhati baik....


Kamera lalu menyorot Kyung Hoon yang membaca SMS dari seseorang.

"Terima kasih sudah membantuku, Pak. Kami akan segera mengatur pertemuan."

Kyung Hoon menatap keluar jendela dengan wajah senang. Terdengar kembali narasi Dae Han.

Dae Han : Ada orang yang korup....


Lalu kamera menyorot Joon Ho yang masih kesal dengan ayahnya.

Narasi Dae Han kembali terdengar.

Dae Han : ... dan ada orang-orang yang menjadi saingan dalam hidup.


Da Jung dibantu Song Yi dan Tae Poong sedang mengelap kaca akuarium Dae Han. Sementara Tak sibuk dengan gamenya.


Lalu Da Jung mengepel lantai.

Narasi Dae Han kembali terdengar.

Dae Han. Yang paling berbahaya bagi seorang politisi adalah mereka yang mencoba memancing mereka ke dalam bahaya.


Dae Han tiba di rumahnya. Sebelum masuk ke rumah, ia menghela nafas lalu melihat amplop yang dibawanya.

Narasi Dae Han : Jika gagal memutus hubungan, mereka tidak akan selamat.


Melihat Dae Han pulang, Da Jung memanggil Tak dan menyuruh ketiga adiknya mengucapkan selamat datang.

Dae Han lalu melihat rumahnya yang sudah bersih dan rapi. Da Jung pun berkata, ia dibantu Tae Poong dan Song Yi udah membersihkan rumah.

Dae Han menghela nafas lalu mengajak Da Jung bicara. Dae Han masuk duluan ke ruangannya.


Da Jung pun menatap adik2nya dan menyuruh mereka menonton TV. Ia minta adik2nya untuk tidak takut pada Dae Han.


Da Jung pergi menyusul Dae Han. Dae Han tanya apa Da Jung sudah makan. Da Jung tersenyum dan berkata, ia memesan makanan menggunakan kartu kredit yang diberikan Dae Han.

Dae Han : Itu bagus.

Da Jung : Aku mau memasak, tapi tidak ada nasi.

Dae Han : Hasil tes DNA akan keluar besok.

Da Jung : Sudah jelas apa yang akan tertulis di situ. Ibuku tidak akan...

Dae Han : Apa pun hasilnya aku hanya punya satu pilihan.

Da Jung : Apa itu?

Dae Han lantas memberikan amplop dibawanya. Ia menyuruh Da Jung membukanya. Da Jung membukanya. Isinya brosur panti asuhan. Da Jung terkejut.


Dae Han : Aku memeriksanya sendiri hari ini. Gedungnya bersih dan direkturnya baik.

Da Jung : Lalu?

Dae Han : Kau mungkin berpikir aku hebat karena aku anggota dewan, tapi kau bukan siapa-siapa setelah meninggalkan Dewan. Menjadi wali legal seseorang adalah tanggung jawab yang sangat membebani. Aku tidak punya waktu atau tenaga untuk bertanggung jawab.

Wajah Da Jung langsung berubah sedih. Da Jung tanya, apa Dae Han tetap akan mengirimnya ke panti asuhan meski terbukti ia putri kandung Dae Han.

Dae Han : Meski aku ayah kandungmu, aku sama sekali tidak berhubungan dengan adik-adikmu. Aku tidak punya kewajiban ataupun tidak mampu menampung mereka. Tapi aku tidak bisa memisahkanmu dari mereka.

Da Jung : Hanya sampai aku menyelesaikan sekolah dan menghasilkan uang. Apa itu juga terlalu sulit?

Dae Han : Kau tahu apa yang akan kau lihat saat mencari namaku?

Da Jung : Apa?

Dae Han : Putra durhaka.

Da Jung : Maksud anda sama seperti anda dengan ayah anda? Bahwa anda bisa mencampakkan putri anda juga?

Dae Han : Kau cepat tanggap.


Da Jung marah dan meletakkan brosur itu di atas meja.

Da Jung : Aku datang ke orang yang salah. Maaf atas ketidaknyamanannya.


Dan malam itu juga, Da Jung langsung membawa adik2nya keluar dari rumah Dae Han. Dae Han yang kasihan, melarang mereka pergi karena hari sudah malam.

Dae Han kemudian menyuruh Da Jung masuk mobilnya dan mengambil koper Da Jung, tapi Da Jung mengambil kopernya balik dan minta Dae Han keluar dari hidupnya jika tidak mau menampung mereka.


Dae Han terdiam. Da Jung mau pergi tapi Soo Hyun datang, membuat mereka terkejut.

Soo Hyun lantas mendekati mereka dan bertanya kenapa Da Jung ada disana.

Dae Han bingung menjelaskannya. Melihat Dae Han yang kebingungan, Da Jung pun berkata, bahwa ia datang untuk berpamitan.

Dae Han : Ya, dia ingin berpamitan.

Soo Hyun : Kenapa? Bukankah kau tinggal dengan ayahmu?

Da Jung : Rumahnya terlalu kecil untuk tinggal dengannya.

Soo Hyun : Di mana ayahmu tinggal? Di sekitar sini? Aku akan ikut denganmu. Aku akan bicara sendiri.


Dae Han : Hei. Jangan ikut campur urusan orang lain.  Kau hanya mempersulit dia. Hentikan itu.

Soo Hyun : Bagaimana denganmu? Sedang apa kau di sini?

Dae Han : Aku berniat mengantar mereka pulang. Aku tidak bisa memulangkan mereka sendiri.


Dae Han lantas mengambil koper Da Jung dan menyuruh Da Jung masuk mobilnya. Terpaksalah Da Jung menurut karena ada Soo Hyun disana.

Soo Hyun minta ikut dan langsung masuk ke mobil Dae Han. Dae Han kesal dan menyuruh Soo Hyun tapi Soo Hyun menolak dan memasang sabuk pengaman.

Dae Han greget, astaga... dia membuatku gila..


Dae Han pun melajukan mobilnya. Dalam perjalanan, Soo Hyun tanya soal ayah Da Jung yang Da Jung bilang baik itu.

Da Jung berkata, ayahnya hebat tapi hidupnya sulit dan rumahnya terlalu kecil.

Da Jung : Anak-anak lain tidak nyaman di sana.

Tae Poong : Aku tidak merasa tidak nyaman.


Tak menatap Dae Han.

Tak : Aku membencinya. Ayah itu benar-benar berengsek.

Dae Han langsung batuk mendengarnya. Tak mau Soo Hyun curiga, ia pura2 minum.

Soo Hyun : Meski hidup sulit bagi ayahmu, bagaimana bisa dia mengusirmu seperti ini?

Da Jung : Tidak. Dia mencarikan panti asuhan untuk kami. Lalu dia melakukan semua yang dia bisa.


Dae Han : Bukankah lebih baik tinggal di panti asuhan daripada tinggal dengan ayah yang belum pernah kau temui?

Da Jung : Kami bukan anak yatim piatu. Kami akan tinggal sendiri saja.

Dae Han terdiam.

Bersambung ke part 3.....

0 Comments:

Post a Comment