The Great Show Ep 2 Part 1

Sebelumnya...


Dae Han membawa keempat anak nakal itu masuk ke rumahnya. Begitu masuk, Tae Poong langsung manjat ke sofa dan melihat ikan di akuarium. Ia memukul2 kaca akuarium, lalu loncat2 di sofa.

Sementara Tak, dia anteng di sofa dgn ponselnya.

Dae Han langsung stress.

Da Jung memegang Song Yi melihat2 sekeliling rumah.

Da Jung : Rumah ini sangat sempurna  untuk keluarga berjumlah lima orang.


Dae Han mendekati Da Jung dan minta penjelasan bagaimana ia bisa menjadi ayah Da Jung.

Da Jung : Anda ingat Kim Sun Mi?

Dae Han : Kim Sun Mi? Aku belum pernah mendengar nama itu.

Da Jung : Jadi, anda berencana berpura-pura bodoh.

Dae Han : Tidak. Aku mengakuinya jika ingat. Kenapa aku berbohong? Dengar. Kurasa nama ibumu Kim Sun Mi, tapi aku tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Da Jung : Anda kuliah di Ong-do, bukan?

Dae Han : Di mana?

Da Jung : Pulau di tepi pantai. Pulau Ong.

Dae Han : Pulau Ong?

Dae Han pun mencoba mengingat2.


Dan memang benar, Dae Han berkenalan dengan seorang wanita di atas kapal yang menuju ke Pulau Ong.

Flashback...

Dae Han yang sendirian di bibir kapal, melihat seorang wanita yang juga berdiri sendirian disana. Dae Han lantas mendekati wanita itu.

Dae Han : Kau akan pergi ke Pulau Ong?

"Ya." jawab wanita itu.

"Sendirian?" tanya Dae Han.

"Ya, kenapa kau bertanya?"

"Aku juga sendirian." Dae Han tersenyum. Wanita itu juga balas tersenyum.

"Melihat pulau dari sini, aku teringat puisi ini. Ada pulau di antara orang-orang. Aku ingin pergi ke pulau itu."


Dae Han dan wanita itu akhirnya tiba di Pulau Ong.

Wanita itu kagum melihat keindahan Pulau Ong.

Dae Han tiba2 gugup. Untuk mengusir rasa gugupnya, Dae Han pun mencoba melakukan pull-up. Tapi dia hampir jatuh saat melakukan pull-up.

"Kau baik-baik saja?" tanya wanita itu.

"Duduk dan lihatlah. Lebih indah jika kau melihat sambil duduk." jawab Dae Han, membuat wanita itu tertawa.


Dae Han dan wanita itu kemudian menapaki tangga, menuju ke puncak. Di tengah perjalanan, wanita itu kelelahan. Dae Han pun langsung mengulurkan tangannya. Wanita itu dengan malu2 memegang tangan Dae Han. Mereka akhirnya tiba di puncak dan berciuman disana.

Terdengar narasi Dae Han.

Dae Han : Seperti film "Before Sunrise", yang kami tahu hanya nama dan usia kami, dan kami menjadi kekasih untuk hari itu di pulau.

Episode 2, Makna Keputusan


Dae Han pun terkejut teringat wanita itu.

Da Jung tersenyum menyadari pria di depannya sudah ingat.

Dae Han tidak percaya wanita yang ia temui di kapal saat itu adalah ibunya Da Jung.

"Bukankah aku tampak tidak asing? Aku persis seperti ibuku." jawab Da Jung.

"Tunggu. Jadi... Memang benar itu terjadi saat aku kuliah, tapi dia hamil?"

Dae Han pun bingung bagaimana menjelaskannya pada Da Jung yang masih anak-anak.

Da Jung : Apa yang tidak bisa kau katakan kepada anakmu?


Tapi saat mau mengatakannya, Song Yi tiba2 sudah berada di dekat Da Jung. Makin frustasi lah si Dae Han. Tapi Da Jun terus mendesaknya agar bicara jujur padanya.

Dae Han pun akhirnya berkata, kalau ia dan Sun Mi hanya melakukan itu sekali.

Da Jung : Daebak! Kalian pasti sangat cocok secara seksual.

Da Jung tepuk tangan. Song Yi pun tanya, apa maksud ucapan Da Jung.

Da Jung : Itu artinya kalian saling memahami dengan baik.

Tak yang anteng di sofa sambil main game, nyeletuk, kalau hal baik untuk diajarkan kepada seorang anak.

Dae Han lantas mengatakan, kalau Da Jung salah orang.


Dae Han : Aku tidak tahu apa kata ibumu tapi kemungkinan bahwa aku ayahmu sama dengan memenangi lotre.

Da Jung : Selamat. Kau menang lotre.

Dae Han : Kau tidak boleh keras kepala soal ini. Bagaimana bisa aku punya anak 16 tahun di usiaku ini?

Da Jung : Baiklah. Mari kita lakukan.

Dae Han : Apa?

Da Jung : Apa lagi? Tes DNA. Jika tertulis bukan anakmu,  aku akan minta maaf dan pergi. Tapi...

Dae Han : Tapi?

Da Jung : Jika tertulis begitu, kau harus menerima kami semua.

Dae Han, apa?


Bel Dae Han tiba2 berbunyi. Ia fikir Da Jung masih punya adik lagi tapi saat melihat layar intercom, ia panik melihat wajah Soo Hyun.

Dae Han : Kau memberi tahu Soo Hyun bahwa aku ayahmu?

Da Jung : Dia? Aku tidak memberitahunya, belum.


Dae Han pun membukakan pintu untuk Soo Hyun, tentu saja, setelah menyembunyikan keempat anak itu di ruang kerjanya.

"Tidak ada yang bisa dilihat. Ini rumah bujang rata-rata." ucap Dae Han pada Soo Hyun.

"Bujang? Ini lebih besar dari dugaanku. Rumah yang bagus." puji Soo Hyun.

Soo Hyun lantas menanyakan dapur Dae Han. Ia mengaku, datang untu meminjam palu.

Dae Han : Palu? Semalam ini? Untuk apa?

Soo Hyun : Kenapa gemetar? Kau pikir aku akan memukulmu dengan itu? Yang benar saja. Lelucon yang menakutkan. Aku harus memalu beberapa paku. Begitulah aku. Jika harus melakukan sesuatu, aku harus segera melakukannya. Kau tinggal di sini sendirian?


Da Jung yang menguping, berkata, kalau Dae Han akan tinggal dengan mereka.

Tae Poong tiba2 kebelet pipis dan sudah tidak bisa menahannya.


Soo Hyun akhirnya mendapatkan palunya. Ia langsung pamit, tapi tiba2, balik lagi dan mengajak Dae Han membahas soal Da Jung.

Dae Han pura2 gak ingat siapa Da Jung.

Soo Hyun : Da Jung. Orang yang kehilangan adiknya.

Dae Han : Ya, Da Jung. Dari pasar. Benar, namanya Da Jung. Ada apa dengannya?

Soo Hyun : Menurutmu dia baik-baik saja?


Dae Han : Apa maksudmu?

Soo Hyun : Aku sudah memikirkannya dan entah seperti apa ayah kandungnya. Aku merasa kita seharusnya tidak membiarkan anak pergi sendiri.

Dae Han : Kurasa begitu. Itu bisa dimengerti.

Soo Hyun : Bagaimana jika kita pergi dengan mereka untuk menemuinya?

Dae Han teriak, andwae!

Soo Hyun : Kenapa kau marah?

Dae Han : Aku hanya bermain-main denganmu. Kau takut? Aku mengerti apa yang kau cemaskan. Tapi itu masalah pribadi. Kita, sebagai orang luar, jangan ikut campur.


Tae Poong sudah tidak tahan lagi. Ia merengek ke Da Jung mau pipis.

Da Jung mencari sesuatu di laci yang bisa dipakai untuk menampung pipis Tae Poong tapi tidak apapun disana.

Lalu Da Jung melihat plakat Dae Han sebagai anggota dewan terbaik 2015.

Da Jung pun memakainya untuk menampung pipis Tae Poong.


Dae Han mengantar Soo Hyun keluar. Mereka masih membahas Da Jung.

Soo Hyun berkata, ia agak lega setelah bicara dengan Dae Han. Soo Hyun kemudian beranjak pergi. Dae Han : Semoga berhasil dengan palunya!


Dae Han : Aku sangat iri kau merasa lega. Aku hampir mati lemas.

Dae Han masuk ke dalam dan melihat Tae Poong lagi loncat2 di sofanya sementara Tak kembali anteng main game.


Lalu tak lama, ia melihat Da Jung keluar sambil berhati2 membawa plakatnya yang ada pipis Tae Poong.

Melihat Da Jung memegang plakatnya, ia sewot.

Dae Han :  Hei. Jangan sentuh barang orang lain. Itu barang berhargaku. Berikan kepadaku.

Dae Han mengambil plakatnya dan kesiram pipis Tae Poong.

Tak tertawa melihatnya. Sementara Tae Poong langsung berhenti loncat2.


Dae Han mencium bau pesing dari air yang menyiram wajah dan tubuhnya.

Dae Han : Apa ini?

Da Jung nyengir, lebih baik kau tidak tahu.

Dae Han pun sadar air apa itu. Ia langsung menatap Song Yi. Song Yi menunjuk Tae Poong. Tae Poong pun ngumpet dibalik akuarium.

Dae Han menyuruh Tae Poong keluar.


Di rumahnya, Soo Hyun berniat meng-SMS Da Jung, tanya apa Da Jung udah ketemu ayahnya tapi ia urung mengirimnya.

Ji Hyun menghampirinya dan menyuruh Soo Hyun menelpon Da Jung jika sangat khawatir.

Soo Hyun : Aku merasa melewati batas.

Ji Hyun : Kalau begitu, jangan ikut campur.

Soo Hyun : Benar, bukan? Dia tidak akan mengusir putrinya sendiri.


Sementara Dae Han sedang mengambil sampel ludah Da Jung untuk di tes DNA. Dae Han bilang, hasilnya akan keluar dalam sehari.

Dae Han : Kau bisa menginap di sini malam ini. Hasilnya akan jelas.

Da Jung : Ibuku bukan tipe wanita yang akan berbohong kepadaku.

Dae Han : Kau tahu, bukan hanya orang jahat yang berbohong.

Da Jung : Apa golongan darah anda?

Dae Han : Tipe O.


Da Jung : Lihat? Ibuku adalah tipe O, aku tipe O, dan anda juga. Ini sangat jelas.

Dae Han : Banyak orang Tipe O. Kita tidak selangka RH negatif.

Da Jung : Bagaimanapun, instingku biasanya benar. Aku bisa tahu. Aku merasa dekat dengan Anda saat kali pertama kita bertemu! Mungkin itu sebabnya orang bilang darah lebih kental daripada air.

Dae Han : Maaf mengatakan ini, tapi aku tidak merasakan hal yang sama denganmu.

Da Jung : Itu karena Anda sangat kering emosional!

Dae Han : Kau punya kerabat dekat?

Da Jung : Aku tidak bisa menghubungi ayah tiriku. Aku punya seorang paman, tapi dia tidak bisa menampung kami. Anda tidak lihat betapa sulitnya sampai aku datang mencari Anda, orang yang belum pernah kutemui?

Dae Han : Ini sudah larut, kau pasti lelah. Kau harus tidur.

Da Jung : Tentu saja.


Da Jung beranjak ke pintu. Sampai di pintu, ia kembali menatap Dae Han yang tidak menatapnya lagi.

Da Jung : Selamat malam... Appa.

Dae Han pun langsung menatap Da Jung saat dipanggil Appa.


Empat bersaudara imut itu tidur di ruang tengah. Tae Poong tanya ke Da Jung, apa mereka akan tinggal disana. Da Jung membenarkan. Tae Poong lalu tanya lagi, jika Dae Han adalah ayah kandung Da Jung apa artinya dia juga adalah ayah mereka.

Song Yi yang tadinya udah tidur, jadi bangun lagi gara2 mendengar pertanyaan Tae Poong.

Da Jung mengiyakan.

Song Yi ikut bertanya. Ia tanya, bagaimana dengan ayah kandung mereka.

Da Jung : Begini...  kau punya dua ayah. Semua orang punya satu, tapi kita punya dua.

Song Yi : Tapi kurasa dia tidak menyukai kita.

Da Jung : Itu tidak benar! Dia bilang kalian manis sekali.


Tak yang masih sibuk dengan game nya, langsung menyambar omongan Da Jung. Dia bilang, hidup Da Jung adalah kebohongan.

Da Jung sewot, apa katamu!


Song Yi memanggil Da Jung. Ia tanya, bagaimana kalau Dae Han mengusir mereka.

Da Jung : Kurasa kau tidak mengenalnya, Song Yi. Dia pria yang hebat. Dia anggota dewan!


Tae Poong : Anggota dewan? Apa itu?

Tak : Itu mirip dengan penipu.

Dae Han yang mau pergi, tidak jadi membuka pintu kamarnya dan menguping pembicaraan anak2 itu. Dia langsung kesal dikatain penipu. LOL LOL LOL, eh tapi ada benernya sih ya kan.. jaman sekarang, anggota dewan mana ada yg 100% jujur.

Da Jung memarahi Tak. Ia minta Tak berhenti bersikap tidak sopan.


Song Yi : Kak Da Jung,  apa dia seorang penipu?

Da Jung : Tidak. Kau tahu ada ketua kelas di sekolah?

Song Yi dan Tae Poong mengangguk.

Da Jung : Dan orang yang baik dan populer akan terpilih, bukan?

Song Yi : Ya.

Da Jung : Seorang anggota dewan mirip dengan itu.

Tae Poong : Ketua kelas kami memukuli anak-anak lain.


Tak : Anggota dewan juga sama. Mereka memukuli siapa pun.

Da Jung pun spontan melempar Tak dengan tas. Tak memeloti Da Jung. Tak : Ayah dan anak sama saja.

Tae Poong : Bagaimana jika tesnya menunjukkan dia bukan ayah kakak?

Da Jung : Bahkan jika tesnya mengatakan sebaliknya, dia tidak akan mengusir kita.

Dae Han yang masih menguping, pun bertanya darimana Da Jung tahu dia tidak akan mengusir mereka.

Tae Poong tanya kenapa. Da Jung berkata, itu karena Dae Han pria yang hebat. Da Jung lantas meminta Tae Poong dan Song Yi tidur.


Dae Han pun keluar dari kamarnya. Melihat Dae Han mau pergi, Da Jung tanya Dae Han mau kemana. Dae Han bilang mencari uang.

Da Jung : Kukira anda bilang tidak mengemudi malam ini.

Dae Han : Bagaimana bisa?


Da Jung pun langsung menyuruh Song Yi dan Tae Poong bangun untuk mengucapkan selamat malam pada Dae Han yang akan pergi bekerja.

Tae Poong dan Song Yi bangun dan mengucapkan selamat malam dengan manisnya.

Dae Han hanya berkata iya, lalu pergi.


Dae Han dan Bong Joo bertemu di tepi Sungai Han. Dae Han memberikan sampel Da Jung dan minta Bong Joo melakukan tes DNA. Dae Han bilang, jika ia sendiri yang melakukannya, rumor akan berkembang. Dae Han lalu bilang, ia berutang banyak pada Bong Joo.

Bong Joo : Tidak sulit untuk meminta tes itu, tapi berita macam apa ini? Kau bahkan belum menikah. Mungkin kita harus melakukan ritual.

Dae Han : Itu mahal. Aku sama sekali tidak punya uang.

Bong Joo : Benar juga. Apa yang akan kau lakukan jika dia putri kandungmu?

Dae Han : Apa yang harus kulakukan? Meskipun dia putriku, adik-adiknya tidak berhubungan denganku.

Bong Joo : Itu benar.


Dae Han mendengus kesal. Ia bilang hidupnya sendiri saja sudah susah.

Dae Han : Dia membicarakan seorang paman. Aku akan menemuinya besok.


Paginya, kehebohan terjadi di rumah Dae Han. Dae Han yang masih ingin tidur terpaksa bangun lantaran mendengar suara Tae Poong.

Dae Han kemudian keluar dan meminta Tae Poong berhenti melompat2 di sofanya. Dae Han bilang, itu berbahaya.

Tae Poong : Ini tidak berbahaya! Hei, Paman! Aku bisa melakukan guling depan.

Tae Poong pun berguling di lantai.

Tae Poong : Bagaimana menurut anda? Aku hebat?


Da Jung yang sedang menyiapkan sarapan, menyapa Dae Han.

Dae Han melihat Da Jung sedang memasak.

Dae Han : Apa yang kau lakukan?

Da Jung : Aku membuat semur taoco. Aku pandai memasak, sama seperti ibuku.


Dae Han mengangguk2, lalu masuk ke kamar mandi. Tapi di kamar mandi, ada Song Yi yang lagi pup. Song Yi teriak begitu Dae Han membuka pintu. Dae Han pun langsung memalingkan wajahnya dan keluar sambil meminta maaf. Dae Han lalu memarahi Song Yi karena tidak mengunci pintu kamar mandi. Song Yi beralasan, ia bisa sesak kalau pintunya dikunci.

Dae Han : Kalau begitu, jangan panik. Kau yang buang air besar dengan pintu terbuka. Seharusnya aku yang terkejut.


Da Jung : Berhenti bilang air besar kepada nona itu. Di mana sopan santun anda?

Dae Han : Kau yang menerobos masuk dan kamu ingin sopan santun? Ini konyol.


Dae Han lantas masuk ke ruangannya dan mendapati Tak lagi main game di komputernya.

Dae Han : Aku tidak pernah tahu aku punya game itu.

Tak : Aku mengunduhnya. Komputer anda payah.

Dae Han tambah stress...


Da Jung mengambilkan semur untuk Tae Poong. Da Jung lalu melirik Dae Han yang tidak makan. Da Jung tanya, kenapa Dae Han tidak makan. Dae Han bilang, ia tidak lapar. Da Jung pun meminta Dae Han mencicipi masakannya. Ia bilang, ia yakin setelah Dae Han mencicipinya, Dae Han pasti ketagihan.

Dae Han menghela nafas dan mulai makan, tapi baru mau makan, Song Yi kentut. Dae Han berusaha tidak mempedulikannya dan mencoba makan tapi bau kentut Song Yi langsung menyengat dan itu mengganggunya.

Dae Han : Apa yang kau makan kemarin?

Song Yi : Hei, Paman. Anda tahu "jangan kentut" dalam bahasa Inggris?

Dae Han : Entahlah.

"Don't gas." jawab Song Yi.


Song Yi berusaha ngelucu tapi jokes nya tidak lucu sama sekali. Agar Song Yi tidak sedih, Da Jung pura2 tertawa dan berkata Song Yi punya banyak lelucon bagus.

Da Jung : Anda akan lihat betapa lucunya dia saat anda tinggal dengannya.

Dae Han : Kita belum tahu apakah kita akan tinggal bersama.

Da Jung : Apa maksud anda?

Dae Han : Maksudku, kita belum tahu apakah kau putriku atau bukan, atau kau akan tinggal denganku atau pulang ke rumah.

Da Jung : Kami tidak punya rumah untuk kembali. Kami tidak bisa bayar sewa, jadi, pemiliknya mengusir kami.

Dae Han : Kalau begitu, aku akan bicara dengannya. Kita tidak akan merasa nyaman tinggal bersama di rumah ini.

Tae Poong : Aku nyaman.

Dae Han : Aku yang merasa tidak nyaman!


Dibentak Dae Han, membuat Tae Poong dan Song Yi takut. Da Jung marah Dae Han membentak adiknya. Dae Han balik marah, ia bilang itu rumahnya jadi ia punya hak untuk berteriak.

Dae Han : Kalian berbuat sesuka kalian di rumahku.

Tak yang lagi2 fokus dengan game nya berkata, kalau ia mengerti kenapa Dae Han kalah dalam pemilu. Dae Han tambah kesal dan mengambil ponsel Tak. Tak marah dan minta ponselnya dikembalikan.

Dae Han tidak mau dan minta Tak menatap matanya dan berbicara dengan sopan kepada orang dewasa.

Tak : Memangnya anda siapa bisa berkata begitu?

Dae Han : Ini rumahku. Ikuti peraturanku di rumah ini atau pergi jika tidak mau. Mengerti?

Kesal, Tak langsung pergi dari ruang makan. Ia bahkan menjatuhkan kursinya saat bangun.


Da Jung minta pengertian Dae Han. Ia bilang, Tak berada di usia yang merepotkan.

Dae Han : Aku ingin memberitahumu ini kemarin. tapi bukankah terlalu cepat untuk memanggilku ayah?

Da Jung : Anda pikir aku siapa? Aku bahkan tidak bisa memanggil ayahku ayah?

Bersambung ke part 2...

Mungkin gak sih ayah kandungnya Da Jung adalah Joon Ho?? Gak tahu kenapa, sejak epi 1, sy ngerasa ayah kandungya Da Jung ini Joon Ho... Ada yang sepemikiran??

0 Comments:

Post a Comment