• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Great Show Ep 5 Part 1

Sebelumnya...


Song Yi dan Tae Poong sedang loncat2 di sofa, sedang Tak fokus dengan game nya. Saat Dae Han muncul di TV, Song Yi berhenti loncat2 dan langsung duduk manis.

Hye Jin memperkenalkan Dae Han sebagai anggota baru mereka.

"Itu Pak Wi!" Song Yi berseru. Tak pun langsung menoleh ke TV.


Di studio, Soo Hyun memberikan semangat pada Dae Han. Dae Han melirik Soo Hyun, lalu tersenyum.


Dae Han lantas mulai berbicara.

Dae Han : Aku yakin perkembangan demokrasi dimulai dengan debat sehat. Aku akan melakukan yang terbaik agar Debat menjadi program yang sehat dan bagus. Terima kasih.

Tak mengomentari penampilan Dae Han. Ia menyebut Dae Han norak sejak awal. LOL LOL LOL


Hye Jin : Anggota Dewan Wi, putri anda datang untuk menyemangati anda hari ini.

Hye Jin menatap Da Jung. Da Jung yang sudah diberi mic, langsung bangun dan mengenalkan dirinya sebagai siswi kelas 10.


Jung Woo yang menonton siaran itu di tempat latihannya melalui ponselnya, memuji Da Jung.


Hye Jin meminta Da Jung mengatakan sesuatu untuk Dae Han.

Da Jung malu2, lalu berteriak, semoga berhasil, Ayah Nasional!

Dae Han menatap Da Jung sembari tersenyum.

Debat dimulai.


Joon Ho : Kenyataan bahwa upah minimum tiba-tiba meningkat, melukai tingkat ketenagakerjaan dan mempersulit para pemilik bisnis kecil adalah fakta yang diketahui semua orang.

Dae Han : Memang benar perekonomian sulit bagi pemilik bisnis kecil. Namun, mengatakan itu karena kenaikan upah minimum hanya menunjukkan anda bingung antara korelasi dan sebab akibat.

Joon Ho : Gaji pegawai restoran naik lebih dari 10 persen tahun lalu. Penjualan menurun, tapi pengeluaran meningkat. Kau masih bisa bilang tidak ada sebab akibat?

Dae Han : Anda benar. Namun, apa anda semarah itu upah para buruh bergaji rendah naik?


Joon Ho : Maksudku adalah...

Dae Han : Bisa dimengerti. Karena anda pekerja bergaji tinggi. Benar, bukan?

Para penonton langsung heboh. Mereka merasa ucapan Dae Han ada benarnya. Joon Ho hanya tersenyum membalas Dae Han.


Si kembar sudah tidur.

Tak lantas mematikan TV karena merasa siaran Debate membosankan.


"Sekarang saatnya untuk segmen baru." lanjut Hye Jin.

"....  aku mengerti bahwa RUU hari ini disiapkan oleh Pengacara Kang. Apa undang-undangnya?" tanya Hye Jin.


Joon Ho : Seperti yang kalian tahu, hukum antiaborsi saat ini dianggap melarang konstitusi oleh pengadilan. Anggota Dewan Nasional harus merevisi undang-undang saat ini sebelum tanggal 31 Desember 2020. Hari ini, aku membawa undang-undang yang akan merevisi undang-undang yang ada saat ini.

Hye Jin mau bicara tapi langsung disela Dae Han.

Dae Han : Sebelum memulai diskusi kita, aku ingin memperjelas satu hal. Aturan pengadilan bukan berarti akhir dari hukum antiaborsi. Definisi keputusan pengadilan adalah merevisi kriteria undang-undang atas aborsi legal saat ini. Jika aku boleh mengekspresikan pendapat pribadiku, kurasa aborsi adalah kejahatan.


Sontak, para penonton heboh mendengar kata2 Dae Han bahwa aborsi adalah kejahatan.

Tiba2 saja, Da Jung yang duduk di bangku penonton merasa mual. Soo Hyun, Penulis Ma dan Penulis Ahn langsung memperhatikan Da Jung.


Sementara Dae Han dan Joon Ho melanjutkan perdebatan mereka.

Joon Ho : Masalah terbesar di sini adalah periode kehamilan yang diperbolehkan melakukan aborsi legal. Menurutku, hak untuk hidup janin amat penting. Tapi aku yakin hak wanita atas autonomi fisik harus diprioritaskan. Mengingat periode saat janin bisa hidup tanpa tali pusar, aborsi harus diperbolehkan dalam situasi apa pun sampai kehamilan 24 pekan.


Kyung Hoon yang menonton siaran itu di ruangannya bersama asistennya, mengernyit heran.

Kyung Hoon : 24 pekan? Bukankah itu terlalu jauh?

"Jika kita pertimbangkan bagaimana reaksi kelompok religius, pernyataan ini bisa sedikit terlalu ekstrem." jawab asistennya.

"Perjalanannya masih panjang." ucap Kyung Hoon.


Dae Han : Hak untuk kesehatan wanita dan autonomi fisik adalah dua hak berharga yang dilindungi oleh konstitusi kita. Jadi, aku selalu yakin aborsi tidak akan pernah menjadi dosa." Tapi kini nilai-nilaiku berubah. Sekarang aku punya seorang putri yang tidak kusangka. Jika ibu anakku yang belum menikah memutuskan mengakhiri kehamilannya, putriku tidak akan terlahir. Melihat betapa sehat dan cantiknya dia, aku tidak punya pilihan selain menerima bahwa janin juga kehidupan yang berharga.

Joon Ho : Namun,ada wanita yang tidak mampu membuat keputusan seperti itu. Anda bisa salahkan mereka? Anda mau mereka menjadi penjahat?

Dae Han : Aku setuju dengan anda. Tapi UU antiaborsi saat ini memiliki pengecualian yang amat sempit untuk aborsi legal. Dan ini sangat penting untuk dicatat. Ada satu hal yang selalu kita lupakan dalam debat aborsi. Itu adalah tanggung jawab pria. Hukum saat ini hanya membuat wanita bertanggung jawab. Menurutku, pertanggungjawaban seharusnya lebih ditujukan kepada pria daripada wanita. Apa kebijakan bagus untuk wanita?


Walikota Jung menyaksikan debat itu di mobilnya melalui ponselnya. Ia memuji performa Dae Han. Ia yakin, Dae Han akan mendapat dukungan dari partai konservatif dan para wanita.


Bong Joo yang duduk di depan dan menyaksikan acara debat itu melalui ponselnya pula, setuju dengan Walikota Jung.


Hye Jin berterima kasih atas opini Joon Ho dan Dae Han. Setelah itu, ia meminta para penonton memberikan suara.

Hye Jin : Kalian yang membela Pengacara Kang, yang berpendapat bahwa aborsi harus legal hingga kehamilan 24 pekan, tekan satu. Atau jika kalian setuju dengan mantan Anggota Dewan Wi Dae Han, aborsi tidak boleh legal setelah hamil enam pekan, tekan dua. Tolong pilih sekarang.


Para penonton termasuk Da Jung, mulai memberikan suara lewat remote yang sudah disediakan. Tapi ditengah2 itu, Da Jung mual lagi.

Soo Hyun menatap curiga Da Jung.


Sementara Hyuk juga menatapnya dengan wajah penasaran.


Dan Dae Han, sama seperti Soo Hyun.

-Episode 5, Jika Itu Terjadi Kepadamu-


Acara selesai. Soo Hyun pun mendekati Dae Han.

Soo Hyun : Aku tidak bisa memahami ini. Bagaimana bisa kau mendapatkan persentase persetujuan 51 persen?

Dae Han : Itu artinya aku sepersuasif itu.


Joon Ho hanya tersenyum mendengarnya. Sedangkan Hye Jin menyindir Dae Han. Ia bilang, itu karena cerita yang diunggah Da Jung. *Diiih rese' ya ni org...

Dae Han langsung menatap kesal Hye Jin.


Joon Ho : Untuk menjadi undang-undang masyarakat, kau butuh lebih dari 80 persen, bukan?

Soo Hyun : Ya.

Joon Ho : Bukankah itu terlalu tinggi?


Dae Han : Bisa lihat Pak Kang tidak tahu tentang acara TV? Harus diatur tinggi untuk menciptakan efek dramatis. Bagaimana bisa kau tidak tahu setelah punya banyak pengalaman?

Soo Hyun : Dengan begitu kita bisa menamainya sebagai UU masyarakat.

Joon Ho hanya tersenyum membalas Dae Han.


Hye Jin : Kurasa aku akan memihaknya untuk mengatakan itu terlalu tinggi.

Hye Jin lalu berkata ada sesuatu di jaket Joon Ho dan bergegas membersihkannya.


PD Koo, bersama Penulis Ma dan Penulis Ahn datang. PD Koo senang program mereka mendominasi tangga kata kunci populer.

PD Koo : Program ini akan populer sejak awal. Kata kunci terpopuler adalah aborsi dan Wi Dae Han.

Dae Han : Kau tahu ide antiaborsi berasal dariku, bukan?

PD Koo : Tentu saja. Penulis lain menentangnya, tapi aku tahu itu akan berhasil. Firasatku bilang begitu.


Penulis Ma berdiri disamping Joon Ho. Melihat itu, Hye Jin pun langsung menggeser Penulis Ma dan berdiri disamping Joon Ho. Penulis Ma pun berlari ke sisi Joon Ho yang lain dan menatap kesal Hye Jin.


Da Jung mendekati mereka dan memanggil Soo Hyun.

Soo Hyun : Bagaimana perasaanmu? Aku melihatmu muntah tadi.

Da Jung : Aku baik-baik saja. Kurasa perutku sakit karena terlalu gugup.

Dae Han : Kau bekerja dengan baik hari ini. Kau yakin tidak perlu minum obat?

Da Jung : Tentu saja tidak. Aku baik-baik saja.

Dae Han : Ini kali pertama dia tampil di TV.


Da Jung : Ayah luar biasa hari ini.

Dae Han kaget dipanggil ayah. Ia menatap sekelilingnya, lalu mulai berkata, kalau seperti itulah ayah yang dilihat Da Jung setiap hari.

PD Koo : Kalian berdua sangat mirip!

Soo Hyun : Da Jung-ah, kau ikut makan malam bersama kami?

Dae Han membujuk Da Jung ikut tapi Da Jung menolak dengan alasan harus menidurkan adik-adiknya dan menyuruh Dae Han bersenang-senang.

Dae Han melirik Soo Hyun. Soo Hyun pun menatapnya galak. Dan Dae Han pun terpaksa mengatakan bahwa ia akan pulang bersama Da Jung.


Tapi akhirnya Dae Han ikut makan malam bersama Tim Debate.

Soo Hyun menegur Dae Han.

Soo Hyun : Meski dia bilang akan pergi sendirian, ayah macam apa yang mengirim putrinya ke rumah sendirian?

Dae Han : Aku tidak mengirimnya sendiri. Dia pergi sendirian. Kau tidak melihat dia berlari untuk pulang?


Di halte, Da Jung membaca tanda2 kehamilan di internet.

Dia lalu memejamkan mata dan menghela nafas, takut kalau dirinya beneran hamil.


Dae Han sibuk makan. Soo Hyun yang sedang memasak daging, kesal melihatnya.

Joon Ho berkata pada Soo Hyun, biar ia saja yang memasak dagingnya. Soo Hyun mengucapkan terima kasih dan langsung memberikan penjepitnya ke Joon Ho.

Hye Jin sedikit sebal melihat Joon Ho yang bersikap manis pada Soo Hyun.


Soo Hyun lantas mengomeli Dae Han yang sedari tadi hanya makan saja.

Dae Han : Apa? Dia memasak dengan sangat baik.

Lalu Dae Han memberikan piring dagingnya ke Joon Ho dan meminta Joon Ho memasakkan dagingnya juga.


Joon Ho lagi2 hanya tersenyum. Hye Jin kesal dengan kelakuan Dae Han.


Dae Han lantas mengambil botol air mineral di belakangnya dan menuangkannya ke gelas Soo Hyun. Soo Hyun padahal sudah menolak tapi Dae Han tetap menuangkannya.

Soo Hyun : Kau sangat menyebalkan sampai kesabaranku habis.

Dae Han : Sebal? Kau tidak boleh sebal. Bertahanlah. Aku bisa menuangkan air.

Soo Hyun : Jangan lakukan itu!

Dae Han : Kau tidak boleh sebal. Ini air dinginmu.

Joon Ho : Memnbuatnya kesal dan memberinya segelas air adalah suatu keahlian.


Penulis Ahn dan PD Koo menatap kedua pria itu.

Penulis Ahn : Kalian juga akan terus berdebat di sini?

Joon Ho : Kami harus bertarung di atas ring saja.

Dae Han : Tentu saja! Aku setuju dengannya. Jika tidak, akan ada insiden besar. Aku akan baik-baik saja...

Joon Ho : Terserah.


Joon Ho lalu meletakkan potongan daging yang sudah matang ke piring Soo Hyun.

Joon Ho : Daging ini dimasak dengan baik. Makanlah.

Soo Hyun : Terima kasih.


Hye Jin : Pengacara Kang. Aku di sampingmu. Bisa tuangkan aku minum?

Joon Ho : Aku sedang memasak. Pak Koo, bisa tolong tuangkan? Wkwkwkwkw....

Pak Koo pun langsung mengambil gelas Hye Jin yang masih berisi air mineral. Ia lantas meminum isinya lalu menuangkan bir untuk Hye Jin.

Melihat Pak Koo minum di gelasnya, Hye Jin pun langsung teriak minta gelasnya diganti.


Da Jung ke apotek. Ia memakai seragam olahraganya dan juga topi dan membeli testpack.


Hye Jin yang sudah setengah mabuk, memberitahu rekan2nya kalau ia kuliah di kampus yang sama dengan Dae Han dan Soo Hyun.

Hye Jin : .... tapi dia lebih dekat dengan Pak Wi daripada aku. Mereka tergabung dalam BEM bersama. Dan mereka menghabiskan malam bersama!

Dae Han : Kau benar. Kami sering bergadang.

Soo Hyun : Benar. Bergadang. Kami bergadang untuk bekerja bersama. Tidak semua anggota BEM dekat.

Dae Han : Itu terlalu kejam. Kau tahu aku mengagumimu.

Soo Hyun : Mengagumiku? Kapan?


Joon Ho : Aku penasaran. Bagaimana Soo Hyun saat kuliah?

Soo Hyun : Aku? Aku normal. Kenapa kau ingin tahu?

Hye Jin : Benar, bukan? Kenapa dia ingin tahu?

Joon Ho : Aku orang yang penasaran.


Dae Han : Aku punya hubungan yang amat spesial dengan Soo Hyun. Dia bahkan pindah ke seberang jalan. Aku bisa melihat pintu depannya saat membuka pintuku.

Mendengar itu, Soo Hyun pun sewot.

Soo Hyun : Itu bukan hal istimewa, hanya kebetulan.


Penulis Ma : Jika kebetulan terus terjadi, itu takdir.

PD Koo : Benar sekali. Kalian berdua mungkin akan berkencan! Kau tidak pernah tahu apa yang mungkin terjadi.

Penulis Ahn langsung menatap kesal ke arah Soo Hyun dan Dae Han. *Wae? Naksir Dae Han kah ni penulis Ahn?


Mendengar kata-kata PD Koo, Soo Hyun yang sedang minum pun langsung menyemburkan minumnya ke wajah Dae Han.

Tapi Dae Han malah senang disembur.

Dae Han : Lihat? Kau tidak tahu! Kau tidak tahu itu akan terjadi kepadaku!


"Maafkan aku." ucap Soo Hyun, lalu mengambil tisu dan mengelap wajah Dae Han. Joon Ho tersenyum memperhatikan mereka berdua.

Soo Hyun : Kenapa kau mengatakan omong kosong itu?

Dae Han : Apa maksudmu omong kosong?

Soo Hyun : Kenapa aku mau mengencani orang yang punya empat anak?


Di kamar mandi, Da Jung memakai testpacknya dan berharap yang keluar adalah garis satu. Tapi yang keluar adalah garis dua, membuatnya terkejut. DA JUNG HAMIL! Omo...

Bersambung ke part 2....

The Great Show Ep 4 Part 3

Sebelumnya....


Song Yi sendiri berlari mengejar pria yang dilihatnya sambil berteriak memanggil pria itu ayah? *What?? Itu ayahnya Song Yi?Berarti ayahnya Tae Poong dan Tak juga dong.

Tapi saat Song Yi berhasil mengejarnya, pria itu bukanlah pria yang dilihat Song Yi tadi. Song Yi langsung kebingungan dan celingak celinguk mencari sosok ayahnya. Pria itu kemudian pergi.


Song Yi menangis.


Dae Han berlari mencari Song Yi.

Tak lama, ia melihat Song Yi duduk sendirian di bangku taman.

Dae Han : Kau pergi ke mana? Aku mencarimu ke mana-mana.

Song Yi menangis lagi dan langsung memeluk Dae Han sambil menggenggam saputangan ibunya. Dae Han tertegun.

Song Yi : Aku mengejarnya karena kupikir itu ayah, tapi ternyata orang lain dan aku tidak bisa melihat paman.

Dae Han lantas memeluk Song Yi dan menenangkan Song Yi.

Dae Han : Maafkan aku. Begitu rupanya. Tidak apa-apa. Maafkan aku... Aku teralihkan.


Dae Han kemudian menatap Song Yi.

Dae Han : Song Yi-ya, akan kutambahkan ini ke Konstitusi. Tidak teralihkan di taman hiburan. Ya? Aku janji, ya?


Song Yi mengangguk, lalu kembali memeluk Dae Han.

Tepat saat itu, Soo Hyun muncul bersama Tae Poong. Soo Hyun sedikit tersenyum melihat mereka.


Mereka lantas berjalan menuju mobil.

Soo Hyun : Song Yi-ya, kapan kau buang air besar selain hari ini?

Song Yi : Kurasa sudah lebih dari sepekan.

Soo Hyun : Anak-anak bisa sembelit jika mereka gelisah. Kurasa gangguan pencernaan hari ini juga akibat stres.

Dae Han : Aku kejam.

Soo Hyun : Kurasa kau tidak boleh menyekolahkannya sampai dia stabil.

Dae Han : Baiklah.


Mendengar itu, Tae Poong langsung loncat2 girang karena berpikir ia juga ikut libur.

Dae Han dan Soo Hyun sontak tertawa melihatnya.

Dae Han : Kau harus pergi ke sekolah.

Tae Poong : Aku sama tidak mau bersekolah!

Dae Han : Yang benar juga, bukan sama.

Tae Poong : Juga! Sama!

Dae Han : Aku juga sama! Kau harus pergi ke sekolah.


Ponsel Soo Hyun tiba2 berdering. Telepon dari PD Koo. Suara PD Koo terdengar panic.

PD Koo : Bu Jung, sudah kuduga. Aku tahu bedebah itu akan membuat masalah.

Soo Hyun : Ada apa?

PD Koo : Apa?

PD Koo : Lihatlah daring. Saat ini sedang kacau.

Soo Hyun : Apa?


Dalam perjalanan, Soo Hyun kesal membaca berita Anggota Dewan Hwang yang dituduh melakukan pelecehan seksual.


Sementara Dae Han tersenyum melihat si kembar tidur.


Dae Han lalu melirik Soo Hyun.

Dae Han : Kenapa Hwang Sunae melakukan itu di zaman sekarang? Apa hubungannya pelecehan seksual dengan waktu?

Soo Hyun : Ini kejahatan kapan pun juga.

Dae Han : Benar. Kurasa itu artinya dia harus meninggalkan acaramu, bukan?

Soo Hyun : Bukan hanya meninggalkan acara kami. Dia harus dipenjara.

Dae Han : Akan sulit mencari panelis baru, terutama karena ini siaran langsung.

Soo Hyun : Itulah maksudku. Apa ada yang bagus?

Dae Han langsung batuk2 dan menyebutkan namanya.

Soo Hyun melirik Dae Han.

Soo Hyun : Kau?

Dae Han : Apa? Kau dengar itu? Aku sangat populer sekarang. Citraku juga bagus sekarang.

Soo Hyun : Aku akan memikirkannya jika gagal menemukan orang lain.

Dae Han : Kau serius?


Mereka lantas tiba di cvN. Dae Han mengucapkan terima kasih atas bantuan Soo Hyun hari ini.

Soo Hyun menatap si kembar yang sudah bangun.

Soo Hyun : Aku senang berkat kalian. Hati-hati di jalan. Sampai jumpa.


Dae Han : Beristirahatlah. Sebut aku di rapatmu....

Soo Hyun langsung turun dan berlari masuk ke gedungnya.

Dae Han pun menghela nafas dan ngomong sendiri sebagai lanjutan dari kata2nya tadi.

Dae Han : Mengerti? Apa itu sulit?


Soo Hyun dan timnya sibuk memikirkan panelis baru pengganti Anggota Dewan Hwang. PD Koo gemas dan berkata, harusnya mereka memecat Anggota Dewan Hwang sejak lama. Soo Hyun berpikir lain. Ia rasa, itu yang terbaik dan mengajak tim nya merubah seluruh acara.

Soo Hyun : Panel, format, dan semuanya.

PD Koo : Kau ingin mengubah semuanya? Ada format yang kau pikirkan?

Soo Hyun : Pemirsa bosan hanya dengan diskusi. Yang orang inginkan sekarang bukan melihat orang berdebat soal hal-hal kecil, tapi berpartisipasi untuk membawa perubahan nyata.

Penulis Ahn setuju.

"Petisi Rakyat Rumah Biru agak populer karena alasan itu. Itu terdengar bagus. Acara interaktif terdengar bagus." ucapnya.

Penulis Ma dan yang lain juga setuju.


Maka PD Koo langsung melaporkan itu ke atas mereka tapi saat sang atasan tanya itu ide siapa, dia malah mengakui itu sebagai idenya. Atasannya alu menanyakan panelisnya.

PD Koo : Pak Kang populer, jadi, kami akan tetap memakainya sebagai konservatif. Sedangkan panelis progresifnya...


PD Koo ingat saat Soo Hyun mengajak mereka memakai Dae Han sebagai panelis progresif mereka. PD Koo tidak setuju karena cap 'anak durhaka'

Dae Han. Soo Hyun membela Dae Han. Ia bilang, Dae Han sudah menjadi 'Ayah Nasional' sekarang.

Flashback end...


PD Koo : ... Wi Dae Han sebagai panelis progresif.

Atasannya setuju.

"Itu akan menarik perhatian. Wi Dae Han sebagai panelis untuk Debat." ucap pria itu.


Atasan Soo Hyun menghubungi Walikota Jung.

Walikota Jung : Sudah ditentukan?

"Aku masih menahannya." jawab atasan Soo Hyun.

"Kurasa partai tidak akan menyukainya. Tapi akan menarik melihat Kang Joon Ho dan Wi Dae Han berhadapan." ucap Walikota Jung.


Dae Han sedang melakukan tugasnya sebagai supir pengganti.

"Berapa usia anak-anak?" tanya kliennya, seorang pria yang dalam kondisi setengah mabuk.

"Begini, yang sulung kelas 11, kedua kelas 9, dan si kembar fraternal berusia delapan tahun."

"Aku sangat kesulitan hanya dengan satu putra. Kau tidak lelah?"

"Aku tidak boleh kelelahan. Daripada itu, aku merasa bangga. Dan rumah kami terasa jauh lebih nyaman karena sekarang penuh anak-anak. Dan saat aku melihat si Kembar tertidur, entah kenapa aku juga menjadi agak emosional."


Tiba2 saja, darah keluar dari hidung Dae Han.

Melihat itu, klien Dae Han panic dan marah2 ketika Dae Han menyentuh laci mobilnya dengan tangan penuh darah.


Klien Dae Han lantas memberi Dae Han tisu.

"Bagaimana bisa kau berdarah di seluruh mobilku! Bahkan belum sampai satu bulan sejak aku membelinya! Sial..."

" Tapi ini tertulis anda sudah menempuh 70.000 km. Itu bukan baru."

"Mungkin bukan mobil ini. Ini mobilku yang paling berharga..."


Dae Han pun akhirnya tiba di tempat tujuan si klien. Ia pun langsung mengelap darahnya dengan tisu begitu mereka tiba.

Tapi si klien menyuruhnya berhenti dan berkata akan mencuci mobilnya saja.

Dae Han : Maafkan aku, Pak. Aku tidak akan meminta bayaran.

"Setidaknya kau masih tahu malu." jawab pria itu lalu pergi.


Setelah pria itu pergi, Dae Han mengambil skuternya di bawah yang sebelumnya sudah ia keluarkan, lalu beranjak pergi tapi saat mau pergi,

Walikota Jung menghubunginya.


Mereka pun bertemu di restoran. Walikota Jung tampak sedikit kesal melihat tisu yang masih melekat di hidung Dae Han. Dae Han pun sadar dan langsung membuang tisunya.

Walikota Jung : Bagaimana rasanya menjadi seorang ayah?

Dae Han : Ini menyiksaku. Setelah mengalaminya, bisa kulihat setiap orang tua di negara ini adalah patriot. Mereka harus diberi penghargaan. Biayanya lebih mahal dari dugaanku dan kondisinya buruk. Ke mana perginya semua pajak itu?

Walikota Jung : Ini semua karena kita, para politisi payah. Ini enam bulan sebelum pemilu dimulai. Kau sedang bersiap, bukan?

Dae Han : Aku membuang julukan itu, tapi perjalananku masih panjang.

Walikota Jung : Jadi, kau tidak akan terburu-buru? Kau harus naik bus ekspres atau kereta untuk bisa lewat.

Dae Han : Aku tahu aku harus, tapi aku tidak punya uang atau koneksi, jadi, tidak dapat tiketnya.


Walikota Jung : Kau akan menjadi panel baru untuk Debat.

Dae Han : Bagaimana Anda tahu?

Walikota Jung : Apa itu penting? Yang penting adalah sebaik apa kau melakukannya. Omong-omong, apa namanya Kang Joon Ho? Putra Kang

Kyung Hoon?

Dae Han : Ya. Ada apa dengan Joon Ho?

Walikota Jung : Ada rumor bahwa dia mengikuti pemilu.

Dae Han : Aku sudah dengar tentang itu.

Walikota Jung : Kang Kyung Hoon menyangkalnya, tapi rubah licik itu tidak akan menunjukkan kartunya. Aku yakin dia berusaha mewariskan posisinya kepada putranya. Apa dia pikir ini zaman feodal?

Dae Han : Aku tidak akan sekadar melihatnya melakukan itu. Entah itu Kang Kyung Hoon atau Kang Joon Ho, aku pasti akan mengalahkannya.

Walikota Jung : Jika ingin melakukan itu, sebaiknya kau berpikir jernih. Jika kau melawan Joon Ho sebagai panel di acara itu, pada dasarnya kau memulai kampanye untuk pemilu. Jika kau tertinggal di sana, tidak ada gunanya berlari. Awasi anak-anak itu juga. Sangat sulit untuk memperbaiki citramu, tapi hanya butuh sesaat untuk memperburuknya.


Dae Han kembali ke rumah dan menjatuhkan dirinya ke sofa. Ia lalu memejamkan mata dan memikirkan kata2 Walikota Jung.

"Hanya butuh sesaat untuk memperburuknya." gumam Dae Han.


Tiba2, kepala Da Jung muncul di depannya. Dae Han membuka mata dan sontak ia menjerit kaget, membuat Da Jung juga kaget.


Da Jung : Kenapa Anda sangat terkejut?

Dae Han : Tentu saja. Kau muncul seperti hantu!

Da Jung : Apa rencana Anda besok?

Dae Han : Ada apa dengan besok?

Da Jung : Anak-anak akan ke mana jika mereka tidak bersekolah?

Dae Han : Kukira mereka akan bosan di rumah, jadi, aku mengajak mereka berdarmawisata.


Da Jung : Ke mana?

Dae Han : Ada tempat bagus. Tidurlah. Kau harus sekolah besok.

Da Jung lalu menyuruh Dae Han masuk ke kamar dan melihat sesuatu di atas meja. Dae Han pun bingung.

Bersambung ke part 4....

Penasaran siapa ayah Da Jung sebenarnya. Apa benar Joon Ho??