The Great Show Ep 4 Part 2

Sebelumnya....


Joon Ho dan Soo Hyun sedang di jalan. Soo Hyun bilang, ia bisa naik bus. Joon Ho beralasan, mereka searah.

Soo Hyun : Tapi kau sibuk. Kau bilang sudah ada janji.

Joon Ho : Ini janjinya.

Soo Hyun kaget, apa?

Joon Ho tersenyum : Mengantarkanmu pulang. Itulah yang akan kulakukan.

Soo Hyun : Kau belajar atau semacamnya?

Joon Ho : Belajar?

Soo Hyun : Ya. Belajar merayu.

Joon Ho : Apa itu terlalu norak?


Soo Hyun : Ya. Kurasa aku butuh kimchi untuk mencucinya.

Joon Ho : Omong-omong, kapan kamu akan mentraktirku?

Soo Hyun : Itu... Kapan kau bisa?

Joon Ho : Bagaimana kalau Jumat malam?

Soo Hyun : Baiklah.

Soo Hyun lantas tertawa.


Sampai di rumah, Ji Hyun kepo dengan hubungan kakaknya dan Joon Ho. Ji Hyun tanya, apa mereka akan malam.

Soo Hyun mengangguk sambil mainin game di ponselnya.

Ji Hyun berseru, astaga! Itu bisa dibilang kencan!

Soo Hyun : Tidak.

Ji Hyun : Kau payah dalam percintaan. Tapi aku tidak menyukainya.

Soo Hyun : Kenapa?

Ji Hyun : Aku suka Dae Han. Dia seksi. Dia bahkan ditabrak bus untuk menyelamatkan seorang anak.


Di taman depan rumahnya, Dae Han ketawa2 sendiri membaca komentar orang2 di SNS.

"Mereka semua membicarakan bagaimana negara ini akan hancur  karena tingkat kelahiran yang rendah. Seseorang seperti Anggota Dewan Wi, yang menampung empat anak orang asing, seharusnya menjadi Menteri Kesetaraan Gender dan Keluarga!"

"Anggota Dewan Wi, yang pertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan anak memang politisi sejati masa kita."

"Terpilih Ayah Nasional, Wi Dae Han, kembali ke Dewan Nasional!"

"Kepada Dewan Nasional."

Dae Han senang, itu dia! Sudah kuduga. Menjadi ayah itu sepadan.


Tapi ada juga yang berkomentar negatif. Ia menuduh Dae Han berusaha menjadi ayah pengganti karena menjadi sopir pengganti tidak menarik perhatian.

Dae Han pun sewot.

Dae Han : Apa dia gila? Sial... Apa ada cara agar orang-orang ini bisa ditangkap?


Da Jung tiba2 datang. Dae Han langsung berdiri dan tanya kenapa Da Jung belum tidur. Da Jung bilang ia mau menelpon temannya.

Dae Han : Kau punya pacar, bukan? Jangan terlalu larut karena kau mulai sekolah besok.


Dae Han beranjak pergi tapi Da Jung kemudian memanggilnya. Da Jung mengucapkan terima kasih karena Dae Han sudah menolong Tae Poong.

Dae Han pun bilang yang ia lakukan bukan apa2. Mereka sudah membuat kontrak dan ia berjanji akan menepati janji.

Dae Han kemudian pergi.


Dan Da Jung menatapnya dengan sorot mata sedih.

Da Jung : Tentu, ini kontrak. Jangan terlalu dramatis.


Begitu masuk rumah, Dae Han terdiam menatap guci abu Sun Mi.


Paginya, Da Jung heran tidak melihat guci abu ibunya di belakang TV. Da Jung tanya ke Dae Han, dimana guci abunya. Dae Han bilang, ia meletakkan guci abu Sun Mi di lemari di kamarnya. Dae Han bilang, sebaiknya guci abunya jangan diletakkan di dekat TV karena takut Tae Poong memecahkan gucinya seperti memecahkan akuariumnya..

Soo Hyun yang ikut sarapan dengan mereka melirik Da Jung. Ia merasa Da Jung sedang tak sehat. Da Jung bahkan berjerawat.

Da Jung : Beberapa hari ini memusingkan. Dan kulitku sempurna seumur hidupku.

Dae Han kemudian tanya, kenapa Soo Hyun terus datang padahal Soo Hyun pernah bilang, mereka harus saling menjauh agar mereka tidak kena sial.

Soo Hyun : Aku datang untuk menemui anak-anak, bukan kau.


Tae Poong merengek, ingin makan nasi, bukan sereal.

Song Yi juga bilang perutnya tidak enak karena sereal.

Dae Han pun memberikan pengertian ke Song Yi.

Dae Han : Ini sangat bagus untukmu! Bahkan astronot memakan ini di angkasa. Kau tahu itu?


Tak nyeletuk kalau Dae Han bohong.

Dae Han pun langsung menatap Tak yang masih asyik main game.

Dae Han : Konstitusi Rumah, Pasal 1, Ayat 2. Kita akan saling bersikap sopan. Kau sudah lupa?

Tak : Kalau begitu, laporkan aku.

Dae Han pun kesal mendengar jawaban enteng Tak.


Soo Hyun lalu tanya ke Dae Han, kenapa Dae Han tak membuat sarapan padahal Da Jung sudah membantu membuat makan malam.

Dae Han : Benar, tapi aku juga akan sibuk mulai sekarang. Akan gila begitu acara itu tayang hari ini. Mereka semua akan menginginkanku tampil di acara mereka.

Soo Hyun : Tunggu, jika kau akan siaran langsung di radio, siapa yang akan menjemput Tae Poong dan Song Yi?

Dae Han : Itu sebabnya aku mencari tahu dan ternyata ada banyak program pengasuhan anak. Mereka bisa tinggal di sana.


Dae Han pun membawa Tae Poong dan Song Yi ke sekolah tapi gurunya blang sudah tidak ada kelas yang kosong

Dae Han kaget, tidak ada?

"Tidak. Semua sudah terisi di awal semester dan tidak semua orang bisa mengamankan tempat juga."

"Bu, aku dijadwalkan untuk tampil di acara penting hari ini. Tidak bisakah kau membantuku hari ini saja?" pinta Dae Han.

"Maka akan kubiarkan mereka tinggal di perpustakaan sekolah."

Tae Poong teriak, kalau ia tak mau tinggal di perpustakaan.


Dae Han pun mendekati Tae Poong dan Song Yi yang duduk di meja.

Dae Han : Tae Poong-ah, perpustakaan adalah tempat yang menakjubkan. Kau harus membaca banyak buku jika ingin menjadi orang hebat.

Tae Poong : Aku tidak mau menjadi orang hebat! Aku akan menjadi tiranosaurus.

Tae Poong menakuti Song Yi, lalu lari ke gurunya.


Dae Han lantas menatap Song Yi.

Dae Han : Song Yi, kau suka perpustakaan, bukan?

Song Yi menggeleng.

Dae Han : Ada apa? Kau juga tidak suka?

Song Yi : Bukan begitu. Perutku tidak enak. Kurasa ini karena sereal.

Dae Han : Astaga... Benarkah? Lalu kita akan makan nasi mulai besok. Aku akan segera kembali setelah acara.


Di kelas, Da Jung memperkenalkan dirinya pada teman-teman sekelasnya.

Da Jung : Namaku Han Da Jung dan aku tinggal di Chuncheon sepanjang hidupku. Aku ingin menjadi komikus daring. Aku tidak pandai belajar, tapi bisa menggambar dengan baik. Mari bersenang-senang bersama.

Tapi teman2nya malah bersikap acuh.


Lain lagi dengan Tak yang diganggu temannya saat ia asyik main ponsel. Temannya merebut ponselnya.

"Ponsel baru? Apa kau kaya?"

Tak menatap temannya tajam.

"Kembalikan." ucap Tak, tapi temannya itu malah tertawa.


Dae Han tiba2 di stasiun radio. Pihak radio meminta maaf karena mengundang Dae Han secara mendadak. Mereka menjelaskan, biasanya mereka tidak mengundang tamu dengan pemberitahuan mendadak, tapi karena tamu yang dijadwalkan hari itu membatalkan  janji, terpaksalah mereka merubah tamu dan memutuskan mengundang Dae Han.

Dae han : Begitu rupanya. Entah apa yang terjadi kepada mereka, tapi mereka seharusnya tidak begitu jika siaran langsung. Pokoknya, aku akan melakukan yang terbaik hari ini.


Di ruang siaran, seorang penyiar tengah bertugas.

"Biarkan aku membacakan cerita. Musim semi telah datang, tentu saja. Bukan hanya karena cuacanya, tapi juga karena ada banyak kisah di radio tentang orang yang melihat bunga.  Aku mengelola toko kecil, jadi, aku tidak bisa bermimpi...

Penyiar yang bersama Dae Han tadi, membawa Dae Han masuk ke ruang siaran. PD mereka langsung menyambut Dae Han.

"Anda amat tampan sampai seharusnya tampil di TV, bukan di radio." ucap pria itu.

"Kau menyanjungku. Tapi aku lebih suka radio daripada TV." jawab Dae Han.

"Kenapa begitu?" tanya pria itu heran..

"Kau tahu, aku punya suara yang manis." jawab Dae Han.


Orang2 yang ada di dalam ruangan itu kaget tapi mereka kemudian tertawa meskipun kata2 Dae Han tidak ada yang lucu. Pria itu bahkan bilang, Dae Han punya selera humor yang bagus dan cocok menjadi tamu mereka.

Pria itu lantas memanggil penyiar yang membawa Dae Han masuk.

"Bu Jang, bagaimana jika dia menjadi tamu tetap?"

"Kedengarannya bagus. "Buku Harian Orang Tua Ayah Nasional "." jawab Bu Jang.

"Bagus. Ayah Nasional. terdengar bagus. Harta karun yang indah untuk acara kita!" ucap pria itu.


Telepon Dae Han berdering. Bu Jang memberitahu Dae Han bahwa Dae Han akan tampil di bagian ketiga nanti. Dae Han mengerti dan bergegas menjawab teleponnya.

Telepon dari gurunya Song Yi yang memberitahu Song Yi pup di celana.

Dae Han kaget, Pup! Dae Han pun bergegas keluar.

"Dia ada di UKS sekarang, tapi teman-teman sekelasnya tahu. Dia tidak punya baju ganti dan menangis. Kurasa anda harus datang dan menjemputnya." pinta gurunya.

Song Yi sendiri berbaring di kasur, sambil menangis.


Dae Han pun menghubungi Soo Hyun. Tapi Soo Hyun tidak menjawab.

Dae Han : Ini membuatku gila.


Soo Hyun sendiri ada di sauna bersama ibunya. Nyonya Yang mengaku senang pergi ke sauna bersama putrinya.

Nyonya Yang lantas menggaruk2 kulitnya.

Nyonya Yang : Kenapa mereka sangat tidak sabar? Sel-sel kulit mati ibu sudah lepas. Akan ada banyak nanti.

Soo Hyun : Ibu, jangan bersikap seperti ini di depan umum. Ini memalukan!

Nyonya Yang : Memalukan apanya! Kau tidak merasa orang lain di sini menggosok tubuh juga? Berhenti bersikap berlebihan.

Soo Hyun : Tidak ada yang menggosok di sini.

Nyonya Yang : Tentu saja mereka menggosok di sauna.

Nyonya Yang lalu menggosok kaki Soo Hyun. Soo Hyun yang malu, langsung menjauhkan kakinya.


Dae Han menghubungi Bong Joo dan minta Bong Joo ke sekolah Song Yi.

Bong Joo : Ini hari yang sangat sibuk. Aku hampir buang air di celanaku karena tidak punya waktu untuk pergi ke kamar mandi.

Dae Han : Sial. Ini buruk. Aku tidak bisa mengundurkan diri dari acara ini.

Bong Joo : Pergilah setelahnya. Sama saja jika pergi lebih cepat. Dia sudah buang air juga.

Dae Han mendengus kesal dan mematikan panggilannya.

Dae Han lalu mengambil keputusan, bahwa ia tidak bisa menjemput Song Yi. Lagipula Song Yi sudah keburu pup.


Tapi tiba2, sms Da Jung masuk.

Da Jung : Anda tidak lupa syarat kontrak bahwa jika anda tidak menjalankan tugas anda dengan tekun, akan kuberi tahu yang sebenarnya, bukan? Semoga anda beruntung juga hari ini.

Dae Han kaget,  apa ini? Dia mendengarku?

Bu Jang lantas memanggil Dae Han.


Dae Han masuk ke ruang siaran. Pria itu memberi semangat, ayo, Ayah Nasional!

Dae Han : Baik. Mari menjadi anggota tetap!


Tapi akhirnya Dae Han menjalani wawancara itu via telepon. Saat ini, ia sedang menyetir mobil sambil diwawancara via telepon dan tak lupa ia menyalakan siaran radio hari itu.

"Anggota Dewan Wi mengalami situasi yang tidak bisa dihindari dan tidak bisa bergabung dengan kami di studio hari ini. Kita akan bicara dengannya di telepon. Halo, Anggota Dewan Wi. Bisa mendengarku?"

"Ya, halo. Aku mantan anggota dewan Wi Dae Han, politisi yang melayani rakyat."

"Anda datang jauh-jauh ke studio, tapi harus pergi. Anda mau ke mana?"

"Aku akan pergi ke sekolah anak bungsuku."

"Si bungsu? Maksud Anda, si Kembar delapan tahun?"

"Ya, itu benar."

"Apa yang terjadi sampai Anda harus pergi ke sekolah?"

"Putri bungsuku mengalami sakit perut karena radang usus. Dia terus memanggilku di ruang UKS, jadi, itu membuatku sedih."


Dae Han pun tiba di UKS. Dokter di UKS terpana melihat Dae Han dan memuji Dae Han dengan mengatakan Dae Han tampan jika dilihat secara langsung. Dae Han tersipu malu. Lalu Dae Han menanyakan Song Yi. Dokter pun menunjuk ke arah Song Yi.


Dae Han lantas mendekati Song Yi.

Dokter : Dia terus menangis dan tertidur.

Dae Han lalu menanyakan pakaian dalam Song Yi.

Dokter : Tidak. Gurunya membawanya ke kamar mandi, membuang pakaian dalamnya, dan menggantinya.


Dokter lalu menunjuk bungkusan plastik yang berisi pakaian dalam Song Yi. Dae Han menciumnya dan langsung menutup hidungnya. Dae Han kemudian berkata, guru Song Yi sangat baik.

Dokter : Song Yi terus menangis dan berkata itu karena sereal.


Dae Han membawa Song Yi dan Tae Poong pulang. Song Yi sendiri masih sedih. Untuk menghibur Song Yi, Dae Han pun memaki2 si sereal. Ia mengatakan si sereal yang bodoh.

Dae Han : Kau tidak berbuat kesalahan. Aku akan membuang semua sereal begitu kita sampai di rumah. Sereal jahat itu.

Song Yi masih diam.

Dae Han : Song Yi, tidak apa-apa. Aku kencing di celana saat masih SD.

Song Yi : Benarkah?

Dae Han : Tentu saja, itu benar.


Tae Poong menyahut kalau Song Yi pup, bukan pipis. Dae Han pun menatap galak Tae Poong.

Dae Han lalu menjelaskan ke Song Yi kalau pup dan pipis sama saja.

Dae Han : Dan teman-temanmu tidak peduli tentang hal begitu. Jangan khawatir.

Tae Poong lagi2 menyahut.

Tae Poong : Itu tidak benar. Mereka mengejeknya karena dia buang air di celana.

Dae Han menatap Tae Poong kesal.


Lalu Dae Han kembali membela Song Yi.

Dae Han : Memang mereka tidak buang air? Tidak apa-apa. Tidak apa-apa.

Song Yi : Aku tidak akan bersekolah lagi.

Dae Han : Apa? Lalu apa yang akan kau lakukan?

Song Yi : Aku ingin tetap di rumah.

Dae Han : Tidak bisa. Aku terlalu sibuk, jadi, aku tidak di rumah lagi. Bagaimana jika ada pencuri masuk saat kau sendirian di rumah? Bukankah itu menakutkan?


Tae Poong merengek minta makan.

Dae Han : Bagaimana kau bisa memikirkan makanan di saat seperti ini?

Tae Poong : Aku lapar karena melewatkan makan siang. Belikan aku hamburger. Hamburger. Jebaaaal!

"Baiklah. Kita ganti baju Song Yi dahulu, lalu pergi membeli hamburger." jawab Dae Han sambil merapatkan giginya. LOL LOL LOL


Ponsel Dae Han berdering. Telepon dari Soo Hyun.

Dae Han : Hei. Di mana kau? Kenapa ponselmu mati?

Soo Hyun : Apa urusannya denganmu ponselku mati atau tidak?

Dae Han : Bagaimana bisa aku tidak peduli? Song Yi buang air di sekolah.

Soo Hyun : Wajar saja. Bagus untuknya.

Dae Han : Di celananya. Dia buang air di celana.

Soo Hyun yang saat itu baru meninggalkan sauna bersama ibunya kaget, apa!


Soo Hyun langsung ke rumah Dae Han. Sementara Tae Poong asyik menikmati burgernya. Song Yi sama sekali tidak makan.

Melihat itu, Dae Han tanya, apa Song Yi tidak lapar. Song Yi bilang tidak.

Dae Han : Tentu. Mungkin lebih baik tidak makan saat perutmu sakit.

Dae Han lalu tanya, apa besok Song Yi mau ke sekolah. Song Yi tidak mau. Dae Han bingung dan minta Soo Hyun membujuk Song Yi.

Soo Hyun : Aku juga tidak mau pergi.

Dae Han : Aku pusing. Aku harus menjaga anak-anak, siaran, memasak, berbenah, mencuci pakaian, dan menjadi sopir pengganti saat malam. Tapi jika dia tidak sekolah, apa yang harus kulakukan? Aku bukan Superman.


Mendengar kata 'superman' Tae Poong langsung berdiri dan mengangkat sebelah tangannya ke atas sambil bersorak, Superman.... Tae Poong lalu berlari. Dae Han tambah sakit kepala melihatnya.

Dae Han lalu berdiri dan mendudukkan Tae poong di kursi.

Dae Han : Duduk di sini dan makanlah dengan tenang. Makan hamburgermu, ya?


Soo Hyun kemudian menatap Song Yi.

Soo Hyun : Song Yi. Apa ada tempat di Seoul yang ingin kau kunjungi?

Song Yi : Kenapa?

Soo Hyun : Mari pergi untuk menghibur diri dan menghirup udara segar.

Tae Poong berseru lagi, ada! Taman hiburan! Ayo pergi ke taman hiburan!

Song Yi : Song Yi, haruskah kita pergi ke taman hiburan?


Song Yi mengangguk. Dae Han tak setuju dengan alasan, taman hiburan penuh dengan orang2 dan mahal.

Soo Hyun : Aku yang traktir. Ayah Nasional? Yang benar saja. Kau bahkan tidak mau bermain dengan anak-anak.

Dae Han : Jika dipikir-pikir, Ayah Nasional bisa membawa anak-anak ke taman hiburan. Benar sekali. Kau yang membayar, bukan?

Soo Hyun langsung kesal.


Jadilah mereka jalan2 ke taman bermain, menjajal semua wahana.


Puas bermain, mereka berjalan keluar sambil bergandengan tangan. Soo Hyun tanya ke Song Yi, apa Song Yi senang datang ke taman bermain. Song Yi mengangguk sambil tersenyum.

Dae Han : Kalau begitu, kau akan ke sekolah besok, bukan?

Song Yi : Aku akan memikirkannya.

Dae Han : Apa? Kau akan memikirkannya. Kau sudah bisa jual mahal. Kau akan andal berkencan saat besar.

Soo Hyun : Apa yang kau katakan kepada seorang anak? Kau sungguh mengajarkannya dengan baik.

Dae Han : Apa? Aku harus melakukannya.


Song Yi lantas menghentikan perdebatan Soo Hyun dan Dae Han dengan mengatakan mereka cocok secara seksual. Sontak,

Dae Han dan Soo Hyun kaget mendengar ucapan Song Yi. Soo Hyun lalu tanya, apa Song Yi tahu artinya cocok secara seksual.

Song Yi : Kak Da Jung bilang artinya kalian saling menyukai.

Mendengar itu, Dae Han pun memberikan pengertian kepada Song Yi.

Dae Han : Song Yi-ya, begini... Kak Da Jung salah paham. Itu bukan hal yang baik, jadi, jangan begitu di tempat lain, ya?

Song Yi : Baiklah. Tapi memang benar kalian berdua berpacaran, bukan?

Soo Hyun langsung membantah. Ia bilang, Dae Han bukan tipenya. Mendengar itu, Dae Han juga membantah kalau Soo Hyun tipenya.


Tiba2, seorang pria lewat dengan putranya. Pria itu menggendong putranya di punggung. Melihat itu, Tae Poong merengek minta Dae Han menggendongnya juga. Dae Han tidak mau dengan alasan itu berbahaya.

Tae Poong : Itu tidak berbahaya.


Tae Poong lantas naik ke bangku taman.

Tae Poong : Aku punya keseimbangan yang bagus. Gendong aku. Jebal-yo....

Melihat itu, Soo Hyun pun menyuruh Dae Han menggendong Tae Poong tapi Dae Han malah menyuruh Soo Hyun menggendong Tae Poong dan menyebut Soo Hyun bibi.

Soo Hyun sewot, bibi? Cepat gendong dia!

Dae Han : Punggungku sakit.


Dae Han pun terpaksa membungkuk di depan Tae Poong. Soo Hyun membantu Tae Poong naik ke pundak Dae han. Dae Han yang keberatan tanya berapa berat Tae Poong. Tapi tak lama, ia mulai menikmatinya dan minta Soo Hyun memfotonya. Soo Hyu menebak Dae Han mau mengunggah fotonya di medsos. Dae Han berdalih, itu kenangan.

Soo Hyun pun mulai mengambil foto Dae Han bersama Tae Poong dan Song Yi.


Asyik berfoto, kerumunan orang lewat dan melihat Dae Han. Langsung saja, mereka mendekati Dae Han dan mengajak Dae Han foto bersama. Orang2 itu memberikan ponsel mereka ke Soo Hyun dan mulai berjalan ke sisi Dae Han, membuat Song Yi tersingkir ke belakang.


Saat Dae Han asyik melayani para fansnya, Song Yi melihat seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. Pria itu tengah berbicara dengan seseorang di telepon.

Pria itu kemudian pergi dan Song Yi langsung mengikutinya.


Usai berfoto, Dae Han tanya ke Tae Poong, apa Tae Poong senang.

Soo Hyun kemudian membantu Tae Poong turun dari pundak Dae Han. Saat itulah, Soo Hyun menyadari Song Yi hilang.


Mereka panic. Dae Han lantas menyerahkan Tae Poong ke Soo Hyun. Lalu mereka berpencar mencari Song Yi.

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment