.

I Have a Lover Ep 49 Part 2

Sebelumnya...


Hae Gang yang baru tiba di rumah Presdir Choi, terkejut melihat Jin Ri yang berjalan terburu2 dengan tanah penuh obat menuju rumah. Jin Ri menjatuhkan obatnya di depan gerbang. Hae Gang turun dari taksi dan memungut obat itu. Hae Gang kemudian masuk ke rumah dan disambut hangat oleh Nyonya Hong. Nyonya Hong lega karena Hae Gang baik2 saja.

“Aku sudah lebih sehat. Aku makan setiap hidangan dan berolahraga serta bekerja.” Ucap Hae Gang.

“Bekerja? Pekerjaan apa?” tanya Nyonya Hong.


“Aku mencuci pakaian. Tiga puluh ribu won dalam sebulan. Aku memperoleh 360 ribu won dan memakainya untuk membeli ini.” jawab Hae Gang menunjukkan makanan yang dibawanya untuk Nyonya Hong.

“Apa? Mencuci pakaian? Bukan main. Mana bisa aku melahap ini? Bagaimana bisa aku memandang itu? Akan membuatku menangis.” Ucap Nyonya Hong.

“Ayo masuk ke dalam supaya aku bisa memberikan penghormatan resmi padamu.” Jawab Hae Gang.

“Penghormatan resmi apa? Ayo masuk bicara.” Ucap Nyonya Hong.

“Apakah ada yang sakit, Ibu Mertua?” tanya Hae Gang.

“Oh, Jin Ri. Dia sedang sakit, jadi dia berbaring seharian.” Jawab Nyonya Hong.


Hae Gang dan Nyonya Hong lalu bicara di kamar Nyonya Hong. Perawat Sohn datang membawakan minuman dan juga camilan. Nyonya Hong sewot saat Hae Gang mengadu tentang Jin Eon yang menghindarinya. Nyonya Hong lantas menyuruh Hae Gang menemui Jin Eon. Nyonya Hong berkata, Jin Eon marah pada Hae Gang dan dirinya sendiri selama setahun.

“Aku tahu.” jawab Hae Gang.

“Jangan cuma berkata tahu. Jadi, apa rencanamu soal itu?” tanya Nyonya Hong.

“Aku harus menekuk ke arah sebaliknya. Aku akan menempel padanya seperti permen karet dan mengikutinya ke mana-mana. Tak peduli jam berapapun, aku harus muncul di hadapannya dan mengaku. Aku harus menunggu tak peduli di manapun dan tinggal di manapun dia dapat melihatku. Seperti yang dilakukan putra Ibu padaku dulu.” Jawab Hae Gang.

“Aigooo, kau? Melakukannya?” tanya Nyonya Hong.

“Kali ini, aku yang akan melakukannya, Ibu Mertua.” Jawab Hae Gang.


Jin Eon yang lagi membaca buku di ruang bacanya, disamperin oleh Hae Gang. Awalnya Jin Eon berpikir yang datang adalah ibunya yang mau mengadu soal Jin Ri yang masih mengurung diri di kamar. Tapi begitu tahu yang datang Hae Gang, ia pun langsung beranjak pergi dengan wajah kesal. Ia menuju pintu keluar, tapi gak jadi keluar dan berdiri mematung di depan ruang bacanya. Jin Eon akhirnya memilih duduk di atas kasurnya.


Tak lama kemudian, Hae Gang keluar dari ruang baca dan duduk di sebelah Jin Eon. Hae Gang sengaja menempel pada Jin Eon dan membaca bukunya secara terbalik, tapi Jin Eon malah cuek dan terus menghindarinya meski Hae Gang terus menempel padanya seperti permen karet. Hae Gang lantas mengeluarkan permen karet dari sakunya dan memberikannya pada Jin Eon.

“Pegang bukumu dengan benar.” ucap Jin Eon tanpa menatap Hae Gang sedikit pun.

“Aku sengaja memegangnya terbalik supaya kau bicara.” Jawab Hae Gang, lalu memasukkan permen karet itu ke mulutnya.

“Apa?” tanya Jin Eon sembari menatap Hae Gang.

“Kau menyimpan cincinku dengan aman, kan?” tanya Hae Gang sambil membaca bukunya dengan benar.

“Aku mengembalikannya.” Jawab Jin Eon.

“Mengembalikannya?” tanya Hae Gang.

“Ya. Kupikir kau tidak memerlukannya lagi.” Jawab Jin Eon.

“Tidak apa-apa. Aku toh cuma memerlukan dirimu.” Ucap Hae Gang.


Hae Gang lantas membuat balon dari permen karetnya, membuat Jin Eon langsung menatapnya. Jin Eon berkata, lagi2 hanya dia yang gila. Hae Gang baik2 saja, cuma dia yang gila.

“Begitulah dirimu, jadi... dia baik-baik saja pada orang lain, namun gila hanya pada satu orang saja, dasar lelaki gila. Aku selalu hanya ingin menemui lelaki gila itu. Aku ingin memeluk lelaki gila itu. Aku ingin dicintai oleh lelaki gila itu. Hmm?” jawab Hae Gang.

“Tidak berhasil. Tidak berhasil. Kau tidak cantik sedikitpun sekarang. Kau benar-benar jelek dan kelihatan bodoh.” Ucap Jin Eon.

Hae Gang pun langsung diam karena kesal.


“Jika kau memberitahuku, kau ingin memelukku, menurutmu aku akan memelukmu seolah-olah aku ingin? Jika kau memberitahukanku kau ingin dicintai, menurutmu aku akan mencintaimu kapanpun kau inginkan? Kau anggap apa diriku? Aku tidak senang sedikitpun karenanya. Kalau kau seperti ini, kau pikir aku benar-benar tertipu olehmu. Kau harus singkirkan khayalan itu. Aku tidak mau menerimamu seperti ini sama sekali.” Ucap Jin Eon.

“Lalu apa yang harus kulakukan? Aku akan lakukan semua yang kau minta, apapun yang kau mau.” jawab Hae Gang.

“Katakan padaku alasan kau tidak banding. Meninggalkanku dengan satu SMS saja, katakan sejujurnya alasan kau harus pergi. Cinta tidak mencari-cari jalan lain dan juga tidak pergi sendiri. Akan kubawa hidupku yang jemu, terluka dan tertusuk padamu. Aku akan pergi sampai akhir, aku akan pergi hingga yang terakhir.Jadi berhentilah memikirkan lukaku, dan beritahukan padaku soal lukamu. Percayakan padaku!” pinta Jin Eon.

Tapi Hae Gang diam saja dan hanya menatap Jin Eon.

“Hae Gang-ah.” Pinta Jin Eon.



Tapi Hae Gang tetap diam. Jin Eon pun kesal dan mengunci diri di ruang baca. Hae Gang berkata, dalam hatinya kalau ia tidak sanggup memberitahu Jin Eon bahwa Jin Ri lah yang membuatnya di penjara. Bahwa Presdir Choi lah yang membunuh ayahnya.

“Jika kuberitahukan, aku akan kehilangan dirimu. Bagiku, kau lebih berharga dari apapun sekarang. Karena kupikir melindungimu akan membuatku lebih bahagia ketimbang kebenarannya. Bukan karena dirimu, melainkan karena diriku hingga tidak dapat memberitahukanmu.” Batin Hae Gang.


Hae Gang turun ke bawah. Ia mau menemui Nyonya Hong di kamar, tapi saat mau masuk ke kamar Nyonya Hong, ia lihat Jin Ri yang mengambil banyak handuk baru yang diberikan pembantu. Jin Ri pun membawa handuk2 itu ke kamarnya. Beberapa handuknya jatuh di lantai dan Hae Gang memungutnya seraya memikirkan sesuatu.


Begitu masuk kamar, Jin Ri terkejut melihat Tae Seok yang sudah terduduk di lantai. Jin Ri berusaha menyadarkan Tae Seok. Tae Seok mengigau memanggil2 nama Presdir Choi, juga kedua putra putrinya. Tak lama kemudian, Hae Gang datang dan terkejut melihat Tae Seok. Tae Seok pun kehilangan kesadarannya lagi.


“Yeobo, bangun!” teriak Jin Ri. Jin Ri lantas memindahkan Tae Seok ke kasur. Hae Gang pun masuk dan membantu Jin Ri, tapi Jin Ri menampik tangan Hae Gang dan menyuruh Hae Gang pergi.

“Cepat bangunkan dia. Aku akan pergi setelah membantunya bangun.” Ucap Hae Gang, lalu membantu Jin Ri memindahkan Tae Seok ke kasur.

“Ada apa dengannya? Sudah berapa lama dia seperti ini? Tubuhnya panas tinggi. Kau harus segera membawanya ke rumah sakit. Jika kau biarkan dia seperti ini, nyawanya dalam bahaya. Mungkin saja otaknya rusak.” Ucap Hae Gang.


“Kau ingin melaporkannya, bukan? Kau ingin melaporkannya begitu saja? Kau ingin mengurungnya di penjara. Itu sebabnya kau ingin memindahkannya ke rumah sakit, kan?” tuduh Jin Ri.

Tepat saat itu, Jin Eon pun datang.


“Kau ingin balas dendam padaku karena memenjarakanmu jadi kau ingin melaporkannya? Kau juga ingin membuatnya menderita selama setahun. Mungkin kau mengira ini hari keberuntunganmu! Kau pasti senang!” tuduh Jin Ri.

Jin Eon pun terkejut mendengarnya noona nya lah yang mengirim Hae Gang ke penjara.

“Tidak ada waktu untuk ini. Kau harus menyelamatkan nyawanya dulu. Aku menghubungi 911.” Ucap Hae Gang.


Jin Ri pun langsung mencegah Hae Gang menghubungi ambulance. Jin Eon masuk, ia menyuruh Hae Gang menghubungi ambulance. Hae Gang pun segera menghubungi ambulance. Dan Jin Eon memeriksa pernapasan Tae Seok.

“Dia tidak bernapas.” Ucap Jin Eon.

“Coba lakukan pernapasan buatan, yeobo.” Suruh Hae Gang.


Ambulance datang. Jin Eon masuk ke ambulance menemani Tae Seok. Sedangkan Jin Ri, ia terbaring lemas di tempat tidur. Hae Gang memberikan Jin Ri segelas air. Jin Ri lalu meminta Hae Gang menemaninya ke rumah sakit.


“Jika Anda menundanya sedikit lebih lama lagi, nyawanya berada dalam bahaya. Syukurlah tidak ada kerusakan otak, namun dia menderita kurang darah dan kekurangan gizi parah. Saat dia sudah dipulangkan, tolong isitrahatkan dia dengan baik dan beri makan dengan baik.” Ucap dokter.


Setelah dokter pergi, Jin Ri bertanya apa Jin Eon akan melaporkan Tae Seok ke polisi??

“Fakta kau yang mengirimkan Hae Gang ke penjara, jelaskan padaku dan bertanggungjawablah. Dan mohon ampun pada Hae Gang dengan semestinya. Mohon hingga dia mengampunimu.” Ucap Jin Eon.


Jin Eon pun mengajak Hae Gang keluar. Di luar, Hae Gang memberitahu soal surat pernyataan Presdir Choi itu. Jin Eon syok. Hae Gang meminta Jin Eon tenang karena surat pernyataan itu 100% dipalsukan, ia sudah mengirimkan tulisan itu untuk dianalisa dan hasilnya akan keluar besok.

“Kalau begitu, kau menyerah naik banding gara-gara itu?” tanya Jin Eon.

“Aku tidak tahu surat itu palsu pada awalnya.” Jawab Hae Gang.

“Jika disidangkan aku akan tahu yang dilakukan Noona padamu dan dia juga mungkin menerima hukuman. Itu sebabnya kau tutup mulutmu rapat-rapat. Kau membuatku kelihatan bodoh. Kau membuatku menyedihkan dan setragis ini?” ucap Jin Eon.


“Kau ingin bertengkar lagi? Kita bertengkar tadi dan kau ingin bertengkar lagi? Kita bertengkar kemarin dan kau ingin bertengkar lagi hari ini? Lalu aku harus bagaimana? Lebih baik aku mati daripada membuatmu menderita. Aku tak mau kau tersakiti lagi. Aku gelisah dan takut kau akan kabur lagi dariku. Aku merasa kasihan untukmu. Kau juga selalu merasa kasihan padaku. Tanpa sepengetahuanku, kau terus membohongiku. Membayarkan utang Ibuku, kau mau menjadi sopir pengganti dan dihajar oleh rentenir. Bukannya aku tidak percaya padamu. Bukan karena aku tak bisa bergantung padamu. Karena aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu sampai-sampai aku melakukannya.” Jawab Hae Gang.


Tangis Hae Gang pun keluar. Hae Gang berkata, Jin Eon lah yang membuatnya memilih jalan itu. Karena ia mencintai Jin Eon lebih daripada ia mencintai hidupnya sendiri. Hae Gang lantas memegang tangan Jin Eon dan berdiri menatap Jin Eon.

“Mungkin kau membenciku sekarang tapi aku masih mencintaimu sampai mati. Apa yang bisa kulakukan?” ucap Hae Gang.
  

Hae Gang lalu mengarahkan tangan Jin Eon ke pipinya.

“Tolong hapuskan air mataku. Karena kau membuatku menangis, kau yang menghapusnya.” Ucap Hae Gang.

Jin Eon pun menghapus air mata Hae Gang. Selang beberapa detik, ia menarik Hae Gang ke dalam pelukannya.

“Aku tak bisa hidup lantaran dirimu. Aku masih tak berdaya gara-gara dirimu.” Ucap Jin Eon.


Keesokan harinya… kita melihat Hae Gang dan Jin Eon yang tertidur di depan ruang rawat Tae Seok. Hae Gang tidur di pangkuan Jin Eon. Jin Eon terbangun, ia merasakan pahanya yang sedikit kram karena dijadikan bantal oleh Hae Gang, namun melihat Hae Gang yang tertidur pulas, membuatnya rela menahan rasa kram nya. Jin Eon akhirnya menatap wajah Hae Gang lekat2 dan tersenyum teringat kata2 Hae Gang.


“Saat usiaku 20 tahun, aku memilihmu hanya dengan melihat cintamu, tapi sekarang aku melihat semuanya dan aku memilihmu. Jadi cobalah mempercayaiku. Aku akan menunggu lamaranmu.”


Sementara itu di dalam, Jin Ri berniat membawa kabur Tae Seok. Jin Ri memeriksa keadaan diluar terlebih dahulu, ia terkejut saat mendapati Jin Eon tengah menatap ke arahnya. Jin Eon yang mengerti Jin Ri ingin kabur bersama Tae Seok, melarang Jin Ri pergi dengan menggelengkan kepalanya. Jin Ri langsung lemas. Tak lama kemudian, Tae Seok pun sadar.

“Sayang! Kau benar-benar sadar. Kau benar-benar hidup, Sayang. Bagus. Kau sudah bekerja keras. Kau sudah bekerja keras, Sayang.” Ucap Jin Ri.

“Terima kasih karena menyelamatkanku, karena membolehkanku melihatmu lagi.” Jawab Tae Seok.


“Aku akan melaporkanmu. Dengan tanganku sendiri, saat ini, aku akan menyerahkanmu. Aku akan menghubungi polisi.” Ucap Jin Ri.

“Denganmu aku akan sarapan pagi dan pergi. Untuk terakhir kalinya, biarkan aku makan sebelum pergi.” Pinta Tae Seok.

Jin Ri menangis. Tae Seok pun menghapus air mata istrinya itu.


Berikutnya, kita melihat Jin Ri yang sedang menyuapi Tae Seok. Di belakang, dua orang detektif tampak menunggui Tae Seok. Hae Gang dan Jin Eon menunggu diluar. Tak lama kemudian, polisi membawa Tae Seok keluar. Tae Seok pun ingin berbicara sebentar dengan kedua iparnya.

“Haruskah kau melemparkanku, Adik Ipar?” tanya Tae Seok pada Jin Eon.

Tae Seok kemudian menatap Hae Gang.


“Beritahu Gyu Seok bahwa aku menyerahkan diri. Tolong beritahukan padanya bahwa kakaknya menyerahkan diri dan beritahukan agar jangan pernah menjenguk diriku.” pinta Tae Seok.


Hae Gang mengangguk. Setelah itu, Tae Seok pun dibawa pergi oleh polisi. Jin Ri menangis di kamar rawat Tae Seok.



Beberapa hari kemudian.. Hae Gang duduk di ruang baca di rumahnya di Buamdong sambil mendengarkan lagu kesukaan Eun Sol.


Sementara itu, di Cheon Nyeon Farmasi, ruangan yang dulunya ditempati Jin Eon kini menjadi milik Hyun Woo. Jin Eon sudah menjadi presdir, menggantikan sang ayah. Tak lama kemudian, Mi Ae datang membawa berkas untuk Hyun Woo. Mi Ae bilang Jin Eon ingin Hyun Woo menandatangani berkas itu. Namun begitu membuka berkasnya, Hyun Woo terkejut karena isinya adalah formulir pendaftaran pernikahan.

“Akhirnya Presiden menikah.” Ucap Mi Ae senang.


Jin Eon sendiri tengah menatap cincin yang akan digunakannya untuk melamar Hae Gang nanti di ruangannya.

Dan Hae Gang sedang merapikan kasur yang akan ditempatinya bersama Jin Eon nanti. Usai merapikan kasur, Hae Gang duduk di meja riasnya dan menatap cincin pernikahannya yang lama.

“Kurasa orang yang lebih menginginkannya yang harus melakukan. Aku tidak boleh menahan napasku lagi.” Ucap Hae Gang.


Jin Eon dan Hae Gang kemudian bertemu di depan sauna. Begitu bertemu Hae Gang, Jin Eon mengaku bahwa ia baru saja terpikat lagi pada Hae Gang. Hae Gang pun mengaku kalau ia tahu Jin Eon terpikat padanya.

“Berikan tasmu.” Pinta Jin Eon.

“Tidak mau. Tas merupakan harga diri wanita.” Jawab Hae Gang.

“Berikan kemari. Tas wanita-ku merupakan harga diri lelaki ini.” ucap Jin Eon.


Hae Gang tersenyum, lalu memberikan tas mandinya pada Jin Eon. Jin Eon lalu menyuruh Hae Gang menggandengnya. Hae Gang menggandeng Jin Eon. Keduanya pun beranjak menuju sauna dengan senyum merekah lebar.

Post a Comment

0 Comments