My Golden Life E 16 Part 2

Sebelumnya...


Di ending part sebelumnya, Do Kyung mandangin Ji Soo dari luar toko roti dengan tatapan lirih. Setelah itu, Do Kyung menyusul Ji Soo yang lagi makan siang di kafe. Do Kyung pura2 kaget ketemu Ji Soo disana.

“Kau harus memesan. Donkatsu di sini enak.” Ucap Ji Soo.

“Aku akan memesan menu serupa.” Jawab Do Kyung.


Begitu pelayan datang membawakan roti pesanannya, Ji Soo pun memesan donkatsu nya satu lagi.

“Kau menyukai roti, ya?” tanya Do Kyung.

“Itu alasanku bekerja di toko roti.” Jawab Ji Soo, lalu mulai melahap rotinya.


Sementara itu, Do Kyung tak pernah melepaskan pandangannya dari Ji Soo. Ditatap seperti itu, membuat Ji Soo heran sendiri. Do Kyung pun berkata, Ji Soo pasti hidup ditengah2 keluarga yang miskin.

“Tidak sama sekali. Hidupku tidak sulit sama sekali. Kembaranku... Tidak, Ji An... Adikmu yang bekerja keras. Kudengar kau memanggilnya Eun Seok.” Jawab Ji Soo.

“Kalian hidup sebagai saudari kembar. Kehidupan kalian pasti sama.” Ucap Do Kyung.

“Kubilang tidak seperti itu. Jika kupikirkan kembali, aku merasa bersalah kepadanya. Sejujurnya, aku tidak pernah memberikan satu sen pun kepada keluargaku. Tapi Ji An memberikan 300 dolar setiap bulan kepada orang tuaku dengan bekerja paruh waktu. Dia juga biasa memberiku uang jajan. Untuk Ji Ho juga. Sejak kami kecil, setiap kali aku diganggu oleh anak-anak yang lain, dia selalu datang dan menghajar mereka.” Jawab Ji Soo.


Habis dari kafe, Ji Soo duduk di depan kafe itu sambil menikmati es krimnya. Padahal Do Kyung sudah mengajaknya ke tempat lain, tapi Ji Soo malah memilih menikmati es krimnya di tempat itu.

“Kalian memang sangat mirip.” Ucap Do Kyung.

“Benar, bukan? Dahulu kami sangat dekat. Kami sangat mirip.” Jawab Ji Soo..

Ji Soo kemudian berkata, kalau Ji An pribadi yang rajin dan penuh ambisi. Tidak seperti dirinya dan Ji Ho.

“Ji Ho dan aku berpikir kami tidak perlu kuliah. Maksudku, kami tidak suka belajar.” ucap Ji Soo.

“Kamu tidak kuliah?” tanya Do Kyung kaget.


“Aku kuliah. Aku tidak terlalu pintar, jadi, tadinya tidak mau kuliah. Tapi diam-diam, Ji An menyerahkan aplikasiku dan aku bisa masuk ke universitas kejuruan. Dia bilang aku tidak bisa bertahan di Korea tanpa ijazah universitas. Kami bertengkar hebat karena itu.”  jawab Ji Soo.

Do Kyung mulai tersentuh. Ia tidak menyangka Ji An memperlakukan Ji Soo dengan sangat baik. Ji Soo pun meminta maaf karena merasa sudah banyak menyusahkan Ji An.

Do Kyung lantas menyuruh Ji Soo memanggilnya kakak. Ji Soo pun setuju memanggil Do Kyung kakak. Ia bilang, karena Do Kyung kakaknya Ji An berarti Do Kyung kakaknya juga.


Beralih ke Ji An yang sedang menceritakan masalahnya ke Hyuk di kantor Hyuk.

“Kami akan menggantung kain celup berwarna alami dari daun nila sebagai latar belakang. Seperti saat menjemur cucian. Jadi, kita perlu memasang tali di belakangnya.” Ucap Ji An.

“Tiangnya dari besi, bukan? Tampaknya itu tidak pas.” Jawab Hyuk.

“Benar. Tepat sekali. Ini kain celup tradisional. Tidak cocok dengan tiang besi.” Ucap Ji An.

“Jadi, kau memerlukan tiang kayu.” Jawab Hyuk.

“Sudah kuduga. Kau memang anak desain.” Puji An.

“Omong-omong, peragaan busana pelanggan? Siapa yang mengadakan acara ini?” tanya Hyuk.

“Untuk acara hari jadi Haesung Apparel yang ke-40.” Jawab Ji An.

“Haesung Apparel? Kau pernah bekerja di Tim Pemasaran di sana.” Ucap Hyuk kaget.

“Ya. Aku mendapat pekerjaan lagi di sana.” Jawab Ji An.

“Kapan?” tanya Hyuk.

“Belum lama. Akan kujelaskan nanti.” Jawab Ji An.


Hyuk kemudian mengajak Ji An ke ruangan yang penuh dengan kayu. Ji An langsung tersenyum begitu mencium bau kayu. Ia berkata, sudah 10 tahun tapi ia masih menyukai bau kayu.


Do Kyung mengantarkan Ji Soo sampai ke toko roti. Sambil memandangi Ji Soo yang berlari menuju toko roti, Do Kyung mengingat cerita Ji Soo tadi soal Ji An.

“Seo Ji An, kau sungguh tidak beruntung.” Gumam Do Kyung.


Ji Soo yang baru keluar dari dapur, terkejut melihat Hyuk yang lagi menyusun meja riasnya. Ji Soo pun langsung keluar dan bertanya apa yang sedang dilakukan Hyuk.

“Nanti malam akan hujan. Kayu tidak boleh basah.” Jawab Hyuk.

“Maaf sudah merepotkanmu.” Ucap Ji Soo.


Hyuk pun beranjak pergi.Ji Soo seperti biasa, terpesona pada Hyuk. Tapi tak lama kemudian, ia menepuk2 pipinya, berusaha menyadarkan dirinya. Tapi kemudian, ia tersenyum lagi menatap kepergian Hyuk.


Di restoran, Hae Ja mengomentari Nyonya Yang yang mendapat untung besar dari Haesung karena sudah membesarkan Ji An. Nyonya Yang pun membela dirinya dengan berkata, kalau mereka tidak membawa Ji An pulang saat itu, entah apa yang akan terjadi pada Ji An.

“Intinya, aku iri karena kau bisa menghasilkan uang.” ucap Hae Ja.

“Astaga. Aku hanya mau membelikan perhiasan untuk Soo A sebagai hadiah pernikahan.” Jawab Nyonya Yang.

“Kau bisa melakukan itu.” ucap Hae Ja.

“Apa aku bisa membeli kalung ruby dan bilang kepada Tae Soo bahwa aku meminjam uangmu?” tanya Nyonya Yang.

“Kenapa harus bilang begitu?” tanya Hae Ja heran.

“Tae Soo tidak mau memakai uang dari toko ini? Dia tidak mengerti alasanku melakukan ini.” jawab Nyonya Yang.

“Aku mengerti. Tae Soo punya harga diri. Kau tidak boleh melakukan itu. Dengarkan suamimu.” Ucap Hae Ja.

“Kenapa aku harus mendengarkan Tae Soo? Ji Tae itu putraku. Kami tidak melakukan apa-apa untuk pernikahannya.” Jawab Nyonya Yang.

“Biar Tae Soo mempertahankan harga dirinya. Dia menyayangi dan memedulikanmu seumur hidupnya.” Ucap Hae Ja.

“Eonni, kau selalu berpikir positif tentang Tae Soo karena dahulu pernah menyukainya. Pikirmu aku tidak mengetahuinya? Itulah alasanmu mencoba menjodohkanku dengan suamimu saat kita berkencan berdua. Kau hanya ingin bertemu dengan Tae Soo.” Jawab Nyonya Yang.

Hae Ja yang kesal, lantas beranjak pergi. Nyonya Yang terkejut dan langsung menyusul Hae Ja.


Tuan Seo dan Ji Ho sibuk menghias kamar yang nantinya akan ditempati Ji Tae dan Soo A setelah menikah.


Sementara itu, Ji An sibuk dengan tugasnya di kantor. Ia bahkan hanya makan siang dengan sandwich saking sibuknya.


Ji Soo kemudian datang, membawa meja riasnya ke kamar Ji Tae.


Sekarang, Ji An sudah berada di ruangan Do Kyung. Mereka membahas soal Tuan Jung yang tidak bisa dihubungi.

“Kudengar dia kehilangan istri dan putranya karena kecelakaan mobil beberapa tahun lalu. Setelah itu, dia menghilang dan pindah ke area pedesaan. Tapi tidak seorang pun tahu keberadaannya sekarang.” ucap Ji An.

“Sungguh?” Do Kyung terkejut.

“Kurasa anda harus memilih antara Tuan Ki atau Tuan Cho. Kami mengubah tata panggungnya menjadi tiang kayu. Begitu Anda menyetujuinya, kami sudah hampir siap. Anda harus memilih di antara para ahli ini.” jawab Ji An.

“Aku akan mencarinya sekali lagi. Aku tidak bisa menyerah akan warna nila ini.” ucap Do Kyung.


Tiba2, ponsel Ji An berdering. Begitu menjawabnya, Ji An terkejut mendengar suara CEO No. Ia pun langsung melirik Do Kyung yang juga terkejut. CEO No menyuruh Ji An ke Yangpyeong. Ia ingin bertemu Ji An karena besok ia akan pergi ke Hawaii.

“Hari ini? Ke Yangpyeong?” tanya Ji An sambil menatap Do Kyung.

“Datanglah dengan kakakmu dan menginap di sini.” Suruh CEO No.

Ji An pun langsung memberikan ponselnya ke Do Kyung. Do Kyung minta maaf pada kakeknya karena tidak bisa memenuhi undangan sang kakek. Do Kyung membuat alasan kalau besok ia dan tim pemasaran harus ikut seminar.

“Kami menunda pemasaran produk-produk musim dingin untuk menyiapkan acara hari jadi ke-40. Kami akan melakukan semuanya di seminar. Kami akan pergi ke Yangpyeong usai menghadiri seminar. Ada rapat malam harinya dan kami tidak bisa menginap di sana. Kami akan menemui perencana acara pada sore hari. Kami hanya bisa mampir untuk berpamitan.” Ucap Do Kyung.


Ji An pun cemas. Ia takut CEO No tahu kalau sebenarnya mereka tidak ada seminar. Do Kyung berkata, mereka akan pergi.

“Kita bahkan tidak memesan tempat.” Ucap Ji An.

“Sudah kupesan. Kakek datang dan pergi kapan pun dia mau tanpa pemberitahuan. Kupikir dia akan segera pergi, tapi entah kapan, jadi, aku memesan tempat untuk seminar. Kurasa dia mau menghabiskan waktu dengan dirimu. Kau tidak akan bisa menipu kakekku. Kecuali untuk sementara.” Jawab Do Kyung.


Keesokan harinya, Do Kyung dan Ji An pamit mau ke seminar. Nyonya No kecewa melihat kesibukan Ji An. Do Kyung berkata, kalau sang ibu akan jarang melihat mereka sampai acara hari jadi perusahaan selesai.

“Lakukan yang terbaik dalam seminar itu dan bersenang-senanglah dengan kakekmu juga.” jawab Nyonya No.


Sepeninggalan Ji An, Tuan Choi masuk ke kamar Ji An. Ia mengedarkan pandangannya, mencari hadiah yang ia berikan ke Ji An. Dan pandangannya pun berhenti di lemari. Tuan Choi membuka lemari Ji An dan langsung kecewa melihat hadiahnya yang belum dibuka.

Sy skip lagi yaa, karena adegan berikutnya isinya hanya Do Kyung dan tim pemasran yang lagi membahas produk musim dingin mereka.


Lanjut ke adegannya Tuan Choi yang berdiri di depan halaman perusahaan, menatap sebuah pohon. Tuan Choi tidak menyangka pohon di depan perusahaannya sudah tumbuh sebesar itu. Tuan Choi lalu menggumam, kalau sudah 20 tahun sejak ia pindah ke Haesung. Tuan Choi yang ingin bernostalgia dengan masa lalunya, memutuskan berjalan kaki menuju restoran.


Do Kyung membuat alasan lagi pada kakeknya demi menghalangi kakeknya bertemu Ji An. Do Kyung beralasan mobilnya rusak, jadi ia dan Ji An tidak bisa ikut melepaskan kepergian CEO No. Tak lama kemudian, ia terkejut mendengar suara bibinya. Sang bibi berkata, akan mengirim supirnya untuk menjemput Ji An dan Do Kyung.


Sontak, Do Kyung panik dan bergegas menghubungi Ji An.


Singkat, cerita Do Kyung mengajak Ji An merusak mobilnya. Do Kyung bilang bakal gawat kalau kakeknya sampai tahu mereka berbohong. Do Kyung mengambil gunting dan mengajak Ji An mengempeskan ban mobilnya.

“Untuk apa? Kau bilang mobilmu rusak.” Jawab Ji An.

Do Kyung pun2 nyesel sendiri udah bilang mobilnya rusak.

Ji An lantas mencari caranya di internet. Ia mengaku pernah menonton film yang ada adegan seseorang merusak mobil.


Setelah menemukan caranya, Ji An memberitahu Do Kyung apa yang perlu Do Kyung lakukan. Do Kyung hanya perlu menaikkan sedikit saja bagian depan mobil dan menahannya dengan gundukan tanah yang sudah diberi kayu sebagai jalan mobil.


Setelah itu, Ji An mulai mengutak ngatik mobil Do Kyung. Cukup lama Ji An melakukannya, sampai membuat Do Kyung cemas dan memutuskan untuk menyuap supir bibinya saja. Tapi tak lama kemudian, Ji An bersorak kalau ia berhasil memotong kabelnya.


Ji An lantas keluar dari kolong mobil dan menunjukkan potongan kabel yang berhasil ia putuskan sambil tersenyum cerah. Do Kyung pun terpesona menatap Ji An yang tersenyum cerah ke arahnya.

Sementara itu, Jin Hee tidak jadi mengirimkan supirnya untuk menjemput Ji An dan Do Kyung karena jalanan yang cukup macet. CEO No pun memutuskan berangkat ke bandara tanpa menemui Ji An.

 

0 Comments:

Post a Comment