Sebelumnya.....
Seorang pria menusuk Hae Gang! Seol Ri syok melihat Hae Gang ditusuk. Pria
itu juga menusuk seorang pria yang berpapasan dengannya. Hae Gang seketika
ambruk. Sebelum kesadarannya hilang, ia sempat melihat Seol Ri yang berlari
meninggalkannya.
Seol Ri langsung masuk ke kamarnya. Ia tidak bisa mengenyahkan pikirannya
saat melihat Hae Gang ditusuk seseorang. Seol Ri bahkan sampai memukul2 dadanya
karena syok.
Baek Seok yang baru tiba di rumahnya terkejut melihat seorang pria
tergeletak bersimbah darah. Saat ia mencoba memanggil ambulance, pandangannya
tertuju pada Yong Gi yang juga tergeletak bersimbah darah. Dengan tubuh
gemetaran, Baek Seok mendekati Yong Gi. Baek Seok memeluk erat tubuh Yong Gi
dan berteriak histeris membangunkan Yong Gi.
Setibanya di unit gawat darurat, Hae Gang langsung mendapatkan pertolongan
medis. Kondisi Hae Gang sangat buruk karena pisau itu melukainya terlalu dalam.
Dokter bahkan mencemaskan kalau2 ada organ dalam Hae Gang yang terluka. Baek
Seok syok mendengar penjelasan dokter tentang kondisi Hae Gang.
Jin Eon yang sedang bersiap2 di kamarnya terus teringat kata2 Baek Seok
bahwa keluarganya lah yang sudah merekayasa kematian Hae Gang. Jin Eon juga
teringat perkataan Baek Seok tentang apa yang akan dilakukan Hae Gang setelah memorinya
kembali. Jin Eon lantas membatalkan niatnya pergi ke kantor dan memilih
menghabiskan waktunya di ruang baca dengan melihat foto2 Hae Gang di kameranya.
“Choi Jin Eon, kali ini kau tidak akan
bisa menemukan istrimu. Dan kau tidak perlu mencarinya.”
Ucapan Baek Seok itu juga terngiang di telinga Jin Eon.
Sementara Tae Seok baru mendapat laporan dari anak buahnya bahwa Hae Gang
masih hidup, tapi kondisinya kritis dan harus segera di operasi. Tae Seok pun
menyuruh orang suruhannya mengawasi Hae Gang, sampai ia bisa mendengar berita
kematian Hae Gang. Tae Seok lantas mengakhiri pembicaraannya dengan orang
suruhannya. Bersamaan dengan itu, Jin Ri pun nongol.
“Siapa itu? Seseorang yang masih hidup dan membuatmu frustasi? Kau bisa
membodohi dunia, tapi tidak bisa membodohiku. Katakan padaku, apa ini ada
hubungannya dengan Jin Eon? Katakan padaku, mungkin aku bisa membantumu. Kenapa
kau bilang dia bunuh diri? Kenapa kau pergi ke China untuk mengambil abunya
yang tidak pernah ada?” Ucap Jin Ri.
“Tetap tutup mulutmu, karena kau akan terluka jika kau tahu. Aku tidak ingin
ibu dari anak2ku terluka. Jadi diamlah demi kebaikanmu. Kau Jin Ri ku.” Jawab
Tae Seok, lalu pergi.
Diluar, Tae Seok terdiam melihat Jin Eon yang duduk di ruang makan dengan
wajah frustasi. Tae Seok terus mengamati Jin Eon. Tak lama berselang, ponsel
Jin Eon berdering. Jin Eon terkejut menerima kabar kematian seseorang. Tae Seok
juga terkejut mendengarnya. Jin Eon pun terdiam saat melihat Tae Seok.
“Aku tidak bisa tidur, jadi aku kesini untuk minum.” Ucap Tae Seok.
“Dia meninggal. Moon Tae Joon.” Jawab Jin Eon.
Wajah Tae Seok seketika berubah tegang.
“Seseorang harus membayar kejahatan yang sudah dilakukannya.” Ucap Jin Eon.
“Sepertinya kau ingin membuatku yang membayar kejahatan itu. Tapi itu tidak
mungkin.” jawab Tae Seok.
“Tidak mungkin?” tanya Jin Eon.
“Bawakan buktinya, kau membuatku merasa aneh dengan semua kecurigaanmu itu,
Adik Ipar.” Jawab Tae Seok.
“Aku akan melakukannya tanpa kegagalan.” Ucap Jin Eon.
Baek Seok terduduk lemas mendengar penjelasan dokter soal kondisi Hae Gang.
Tuan Baek berbicara dengan dokter. Dokter berkata, operasi yang dilakukan Hae
Gang bukan operasi kecil. Luka yang didapat Hae Gang kemungkinan akan
membuatnya mengalami infeksi tambahan. Hae Gang juga mengalami pendarahan yang
hebat. Baek Seok pun langsung menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.
“Aku melihat Yong Gi ayah. Dia memanggilku dan mengenaliku. Dia bahkan
memiliki putri yang cantik yang mirip dengan dirinya.” Ucap Baek Seok.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Tuan Baek bingung.
“Yang dikatakan Choi Jin Eon itu benar. Yong Gi adalah istrinya. Dia Do Hae
Gang, ayah. Dia bukan Dokgo Yong Gi.” Jawab Baek Seok.
Tuan Baek terkejut, apa?
“Mereka kembar, aku pergi ke Buamdong dan memastikannya sendiri. Ini semua
salahku, ayah. Akulah yang mengatakan bahwa dia Yong Gi. Dia seperti itu karena
diriku.” ucap Baek Seok.
Jin Eon berbaring di kasurnya sambil memikirkan sesuatu. Hae Gang masih
belum sadar, sedangkan Seol Ri masih duduk bersender di pintu sambil memikirkan
penusukan yang dialami Hae Gang.
Keesokan harinya, Seol Ri menghubungi Baek Seok. Ia penasaran dengan kondisi
Hae Gang. Tak lama kemudian, Baek Jo dan Baek Ji bangun. Baek Ji berteriak2
memanggil Yong Gi untuk meminta conditionernya. Sedangkan Baek Jo memanggil
Yong Gi untuk meminta almamaternya. Baek
Jo bilang bahwa Yong Gi sengaja menyembunyikan conditioner itu karena mereka
menggunakannya dengan boros. Seol Ri tampak kesal melihat anak2 yang sibuk
mencari Yong Gi.
(Kayaknya si Seol Ri ngarepin kematian Hae Gang)
Jin Eon sedang bersiap2 di kamarnya. Nyonaya Hong masuk ke kamar Jin Eon dan
heran melihat Jin Eon mengenakan pakaian hitam putih. Jin Eon lantas bertanya,
apa sang ibu baik2 saja karena sang ibu terlihat pucat. Nyonya Hong berkata,
bahwa ia pucat karena kurang tidur.
“Karena mu, bahkan jika aku merasa sakit, aku tidak bisa bebas beristirahat
karena sakit.” Ucap Nyonya Hong.
“Dengan kata lain, aku adalah pria yang mudah putus asa, pria yang aneh,
pria yang bodoh. Meskipun aku sudah hidup melalui setengah dari itu, aku tetap
tidak terbiasa dengan hidupku sendiri. Aku merasa canggung seperti biasa, aku
terus membuat kesalahan, aku menciptakan rasa sakit. Aku benar2 seorang
pecundang.” Jawab Jin Eon.
“Aku tidak mau menjadi bebanmu. Aku tidak mau menjadi beban siapapun seumur
hidupku.” Ucap Nyonya Hong.
“Apa yang ibu bicarakan? Beban? Beban apa? Justru akulah yang menjadi beban
untuk ibu.” Jawab Jin Eon.
Nyonya Kim tiba di rumah Yong Gi. Begitu Yong Gi keluar dengan Woo Joo,
Nyonya Kim langsung bersembunyi. Nyonya Kim terus memperhatikan Yong Gi yang
berbicara dengan Woo Joo di halaman rumah. Yong Gi sedang mengingatkan Woo Joo
bahwa nama mereka adalah Zhang Ming dan Zhang Ling dan mereka berasal dari
China. Nyonya Kim menangis melihat mereka. Yong Gi lantas membawa Woo Joo
pergi. Nyonya Kim bergegas mengikuti mereka.
Yong Gi dan Woo Joo pergi ke apartemen Seol Ri. Setelah keduanya masuk ke
dalam, Nyonya Kim berhenti di depan pintu dan mengernyit heran sambil melihat
ke apartemen Seol Ri.
Woo Joo tengah memperhatikan Seol Ri yang duduk melamun. Seol Ri masih tidak
bisa melupakan peristiwa penusukan Hae Gang. Tiba2, terdengar suara Yong Gi
yang bertanya bagaimana cara menggunakan mesin cuci. Seol Ri diam saja. Woo Joo
lantas mendekati Seol Ri dan memberitahu Seol Ri bahwa ibunya memanggil Seol
Ri.
Seol Ri membantu Yong Gi menyalakan mesin cuci. Yong Gi tampak terkagum2
melihat mesin cuci Seol Ri. Sembari mengucek handuk di papan pencucian, Yong Gi
bilang bahwa ia akan menyapu setelah selesai mencuci. Seol Ri diam saja dan
menatap sebal ke arah Yong Gi. Seol Ri lantas menutup mesin cucinya dan
membiarkan mesin cuci yang membersihkan handuknya.
“Aku akan pergi sebentara, kau bekerja lah dengan nyaman.” Ucap Seol Ri.
“Sebelum kau pergi, bisakah kau mengunci semua pintumu. Aku takut kalau
nanti anakku akan menyentuh barang2mu.” Pinta Yong Gi.
“Baiklah.” Jawab Seol Ri.
“Oya, apa kau memberitahu kakakmu kalau aku bekerja disini?” tanya Yong Gi.
“Tidak.” Jawab Seol Ri.
“Biarkan aku saja yang memberitahunya. Setelah kami bertemu, aku meminjam
uangnya dan sekarang aku melakukan ini pada adikanya.” Ucap Yong Gi.
Seol Ri pun terkejut, maksudmu kau sudah bertemu kakakku?
Yong Gi mengiyakan.
“Jadi itu artinya kakak sudah tahu juga?” tanya Seol Ri.
“Apa? Aku? Iya, kami sudah bertemu.” Jawab Yong Gi.
Seol Ri pun panic dan langsung pergi begitu saja membuat Yong Gi heran.
Nyonya Kim masih di depan pintu apartemen Seol Ri. Begitu Seol Ri keluar,
Nyonya Kim terkejut dan heran kenapa putrinya bisa berada di apartemen Seol Ri.
Yong Gi sedang menyapu, dan Woo Joo memeriksa laci Seol Ri. Woo Joo pun
menemukan paspor Hae Gang dan langsung memberikannya pada Yong Gi. Yong Gi
terkejut melihat paspor Hae Gang. Ia penasaran, kenapa paspor Hae Gang bisa ada
di laci Seol Ri.
Baek Seok terus menunggui Hae Gang yang masih belum siuman. Tangisan Baek
Seok pecah melihat kondisi Hae Gang. Baek Seok menyuruh Hae Gang bangung. Baek
Seok bilang Hae Gang hanya punya waktu 30 menit lagi. Tak lama kemudian, Seol
Ri datang dan terkejut melihat kondisi Hae Gang.
“Apa yang harus kita lakukan, Oppa? Kalau terjadi sesuatu yang buruk
bagaimana? Apa dia akan sadar?” tanya Seol Ri.
Namun dalam hatinya, Seol Ri tidak ingin Hae Gang sadar. Seol Ri lalu
menatap tajam Hae Gang. Dalam hati, ia meminta Hae Gang mati sebagai Dokgo Yong
Gi. Errrrr.
“Bagaimana aku harus memanggilnya sekarang? Apakah aku harus memanggilnya
seperti orang itu? Hae Gang-ah. Haruskah aku memanggilnya begitu? Haruskah aku
memanggilnya Do Hae Gang-ssi?” tanya Baek Seok.
“Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti dengan yang kau bicarakan.”
Jawab Seol Ri.
“Kau menemukan namamu. Tapi aku kehilangan namamu.” Ucap Baek Seok.
Baek Seok lantas memegang tangan Hae Gang.
“Pergilah denganku. Aku akan mempertemukanmu dengan ibumu dan adikmu. Kau
tidak sendirian. Kau punya ibu dan adik kembar yang sangat mirip denganmu. Kau
bahkan memiliki keponakan yang cantik. Bukalah matamu, sehingga kau bisa
bertemu dengan ibu, adik dan juga keponakanmu.” Ucap Baek Seok.
“Tidak. Kau tidak boleh melakukannya. Jangan katakan apapun, jangan lakukan
apapun. Hanya meninggalkan dia sebagai Dokgo Yong Gi. Do Hae Gang mati. Dia
sudah mati. Apa untungnya membawa dia kembali ke kehidupannya? Apa kau mau
mempertemukannya dengan Jin Eon? Jika kau melakukannya, setelah kau
melakukannya, apa yang akan terjadi padaku? Apa yang akan terjadi pada kakak?
Kakak mau dia kembali pada Jin Eon? Apa kakak bisa melanjutkan hidup kakak
tanpa dirinya? Jika wanita ini kembali menjadi Do Hae Gang, dia tidak akan mau
menghabiskan waktu bersama kakak. Dia akan membuangmu seperti sepatu usang dan
dia akan menginjak harga diriku lagi. Wanita ini, dia bukan wanita seperti yang
kau pikirkan, Kak. Biarkan dia mati sebagai Dokgo Yong Gi. Itu yang terbaik, jadi
Jin Eon Sunbae dan juga kakak dapat melindungi wanita ini.” pinta Seol Ri.
Seol Ri lalu menatap Hae Gang penuh dengan kebencian.
(Emang Hae Gang nginjak2 dia kayak mana sih? Setau aku dia yg melukai harga
diri Hae Gang. Setau aku dia udah benci dari awal sama Hae Gang karena Hae Gang
adalah istri dari pria yang dicintainya. Egois banget Kang Seol Ri ini)
Jin Eon baru saja turun dari mobilnya dan bertemu Seol Ri di depan rumah
sakit. Seol Ri sedikit cemas melihat Jin Eon. Ia takut Jin Eon di rumah sakit
untuk menemui Hae Gang. Jin Eon sendiri heran melihat Seol Ri di rumah sakit.
Seol Ri terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia berkata bahwa ia di rumah sakit
untuk menjenguk seseorang. Seol Ri ingin tahu kenapa Jin Eon ke rumah sakit.
Jin Eon bilang ia datang untuk memberikan tanda belasungkawa pada seseorang.
Seol Ri menatap Jin Eon dengan tatapan terluka. Jin Eon lalu mengingatkan
Seol Ri bahwa mulai semester depan Seol Ri akan memulai seminar penelitiannya.
Jin Eon meminta Seol Ri untuk focus terhadap penelitannya.
“Lalu bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan? Kau sibuk di lab,
melakukan penelitianmu, menulis disertasimu, kecuali saat kau tidur… kau benar2
tenggelam dalam pekerjaanmu tapi kau masih tidak terlihat melakukan apa2. Kau
cukup banyak terjebak dalam lab mu, kau hanya memiliki waktu tidur siang yang
cukup singkat tapi kemudian kau memanggil nama putrimu dan memimpikan Do Hae
Gang. Kau tidak bisa melakukan itu untuk dirimu tapi sekarang kau menyuruhku
melakukannya?” jawab Seol Ri.
“Aku akan berpura2 tidak tahu. Rasa sakitmu, penderitaanmu, aku sudah
membuat keputusan apa yang akan kulakukan, apa yang harus kulakukan dan apa
yang akan kulakukan sehingga kau dapat melupakanku. Jangan hidup sepertiku.
Jangan hidup untukku. Pergilah dan lanjutkan hidupmu, Seol Ri-ya. Aku harus
pergi sekarang.” ucap Jin Eon.
“Aku ingin mengatakan sesuatu. Setelah urusanmu selesai, temui aku. Aku
ingin mengatakan soal ibumu. Kau harus tahu soal ini.” jawab Seol Ri, membuat
Jin Eon heran.
Jin Eon memberikan penghormatan terakhirnya untuk Moon Tae Joon. Kakak Moon
Tae Joon menatapnya kesal. Usai memberikan penghormatan, kakak Moon Tae Joon
menanyakan keberadaan Hae Gang pada Jin Eon. Jin Eon terkejut karena Hae Gang
belum datang. Kakak Moon Tae Joon marah.
“Setelah membunuh seseorang, setelah dia membunuh adikku, dia tidak menjawab
teleponnya dan tidak datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Aku tidak
akan diam saja! Aku tidak akan melepaskan wanita itu! Katakan dimana wanita
itu!” teriak kakak Moon Tae Joon.
Jin Eon menghubungi Hae Gang sambil berjalan menuju mobilnya. Namun ponsel
Hae Gang tidak aktif. Jin Eon lantas menghubungi bodyguard nya yang ia tugaskan
untuk menjaga Hae Gang. Namun belum sempat tersambung, Seol Ri datang
menghampirinya. Seol Ri mengajak Jin Eon ke kafe untuk membiarkan soal Nyonya
Hong. Namun Jin Eon menolak. Jin Eon bilang ia tidak punya waktu pergi ke kafe
dan meminta Seol Ri bicara di jalan saja. Seol Ri setuju, dan masuk ke mobil
Jin Eon.
Jin Eon langsung mengerem mobilnya. Ia terkejut mengetahui ibunya mengidap
dementia. Seol Ri bilang, bahwa Nyonya Hong acapkali memanggil dirinya Hae
Gang. Seol Ri meminta Jin Eon focus pada kesehatan Nyonya Hong. Seol Ri tidak
ingin Jin Eon menyesal nantinya kalau sesuatu terjadi pada Nyonya Hong. Seol Ri
berkata, bahwa Nyonya Hong sangat hancur setelah mengetahui dirinya mengidap
dementia.
Yong Gi yang sedang menyuapi Woo Joo di taman rumah sakit teringat soal
paspor Hae Gang. Ia juga ingat kartu nama Hae Gang yang ia temukan di mobil Hae
Gang saat melarikan diri dari kejaran anak buah Tae Seok dengan mobil Hae Gang.
Yong Gi pun merasa heran.
“Do Hae Gang? Cheon Nyeon Farmasi? Kenapa dia bisa bersamaku?” gumam Yong
Gi.
“Eomma, haruskah aku memberikan darahku juga? Terakhir kali saat ibu memberikan
darah ibu, kita bisa makan susu dan roti. Tempat itu memiliki banyak susu dan
roti.” Ucap Woo Joo polos.
(Dan aku pun menangis mendengar ucapan polos Woo Joo)
“Kau ingin makan roti?” tanya Yong Gi.
“Rotinya untuk ibu, bukan untukku.” Jawab Woo Joo.
“Apa maksudnya kau tidak mau. Lihat ibu, ya.” ucap Yong Gi, lalu memakan
kimbab nya.
Tak lama kemudian, Gyu Seok datang menghampiri mereka. Woo Joo tercengang
melihat Gyu Seok. Melihat ekspresi Woo Joo, Yong Gi pun menoleh ke belakang dan
melihat Gyu Seok. Woo Joo menyapa Gyu Seok, ia bilang, Ni Hao (Hallo). Gyu Seok
pun mengucapkan kata yang sama, tapi dalam Bahasa Korea. Gyu Seok lalu menyuruh
Yong Gi pergi karena bangku yang diduduki Yong Gi dan Woo Joo adalah bangkunya.
“Bangkumu?” tanya Yong Gi aneh.
“Itu benar. Setiap hari pada jam 12.05, di kursi ini aku menyantap makan
siangku sambil menikmati cahaya matahari.” Jawab Gyu Seok.
“Jadi maksudmu aku harus pergi dari sini? Aku tidak mau. Disana masih banyak
kursi yang kosong. Kau bisa duduk dan makan di sana.” Ucap Yong Gi.
“Cepat habiskan makananmu dan pergilah. Sekarang sudah jam 12.07, kau punya
waktu 20 menit lagi.” Jawab Gyu Seok.
“Aku tidak mau pergi. Kami tidak akan pergi sampai waktu pemeriksaan Woo Joo
tiba. Kami tidak punya tempat untuk pergi, kami tidak punya yang dan aku sudah
tidak punya kekuatan. Sejujurnya aku masih mencurigaimu, maksudku karena kau
seorang dokter dan professor, jadi polisi mempercayai kata2mu tanpa melakukan
penyelidikan. Di mataku, kau itu aneh, tidak normal dan misterius. Di mataku,
kau terlihat seperti pelakunya.” Ucap Yong Gi.
“Cepat habiskan makananmu dan pergilah.” Jawab Gyu Seok.
“Woo Joo-ya, pencernaanmu tidak boleh terganggu jadi pastikan kau mengunyah
makananmu dengan begitu pelan dan hati2. Hati2, oke. Kunyahlah sebanyak 100
kali.” Ucap Yong Gi.
Yong Gi pun kembali menyuapi Woo Joo kimbab, dan ia meledek Gyu Seok dengan
menghitung setiap kunyahan Woo Joo. Gyu Seok diam saja melihatnya, tapi
ekspresinya menunjukkan bahwa ia sedang berusaha menahan tawanya.
Nyonya Kim ke rumah sakit, sepertinya ia mau melihat Yong Gi dan Woo Joo. Di
sana, ia bertemu dengan Tuan Baek yang juga baru tiba. Tuan Baek tidak bisa
menjawab saat Nyonya Kim bertanya siapa yang sakit. Nyonya Kim pun mengira
bahwa Baek Seok yang sakit. Tuan Baek tidak menjawab dan mengajak Nyonya Kim
bicara di tempat lain.
Woo Joo mengajak Gyu Seok duduk bersama mereka. Yong Gi pun dengan terpaksa
membiarkan Gyu Seok duduk disampingnya. Gyu Seok membuka serbetnya dan menutupi
celananya dengan serbetnya. Melihat itu, Yong Gi pun kembali meledek Gyu Seok
dengan mengatakan orang dewasa seharusnya bersikap seperti orang dewasa. Gyu
Seok diam saja dan membuka kotak makan siangnya. Woo Joo ngiler melihat menu
makan siang Gyu Seok.
Yong Gi pun dengan wajah manis meminta sosis Gyu Seok. Tapi Gyu Seok tidak
mau membagi sosisnya, membuat Yong Gi kesal. Yong Gi lantas menyuruh Woo Joo
minum susu dan berkata makan sosis bisa membuat Woo Joo kehilangan selera
makan, tapi jika Woo Joo minum susu makan Woo Joo akan tumbuh tinggi, leher Woo
Joo akan bertambah panjang dan tulang2 Woo Joo akan menguat dan Woo Joo akan
memiliki hati yang baik.
“Lalu haruskah aku membagi susunya pada pria itu?” tanya Woo Joo.
“Untuk apa kau membagi susumu padanya?” ucap Yong Gi.
“Bukannya tadi ibu bilang jika minum susu maka kau akan memiliki hati yang
baik. Jika hatimu baik, maka pikiranmu tidak akan sempit. Dokter itu, tangannya
besar, tubuhnya tinggi tapi otaknya kecil.” Jawab Woo Joo.
Yong Gi langsung tertawa puas sambil menatap Gyu Seok. Gyu Seok pun kesal,
tapi ia memilih untuk tidak terpancing dan memasang earphone nya agar tidak
terpancing dengan kata2 Woo Joo dan Yong Gi. Hahah…. Saya ngakak parah dengan
scene ini.
Tuan Baek mengajak Nyonya Kim bicara di kantin rumah sakit. Tuan Baek yang
bingung harus mengatakan apa malah diam saja. Nyonya Kim menyuruh Tuan Baek
bicara sekarang karena dia harus pergi. Tuan Baek pun berkata bahwa ia ingin
membicarakan tentang putri Nyonya Kim. Nyonya Kim terkejut.
“Bagaiamana kau tahu soal putriku? Aku sudah memintanya untuk merahasiakan
soal ini. Pasti anakmu kan yang mengatakan soal Yong Gi.”
“Yong Gi?”
“Aku tahu dia di rumah sakit, itulah kenapa aku datang ke sini. Cucuku
sedang sakit. Aku ingin mengajaknya pulang ke rumah, tapi aku bingung bagaimana
caranya. Aku tidak tahu bagaimana kondisinya, tapi aku melihatnya berjalan ke
sini bersama putrinya. Dia hanya memiliki satu kimbab untuk putrinya. Aku ingin
menolongnya tapi aku tidak tahu bagaimana caranya.”
Tuan Baek pun terdiam. Sebenarnya ia ingin memberitahu Nyonya Kim soal Hae
Gang, tapi urung melakukannya.
Jin Eon masuk ke rumahnya dengan buru2 dan langsung menemuinya ibunya yang
duduk di ruang tengah sambil menatap buku harian. Nyonya Hong pun kaget melihat
Jin Eon pulang lebih cepat. Jin Eon beralasan bahwa ia pulang untuk mengambil
dasi. Nyonya Hong pun ingin membuatkan Jin Eon jus buah, tapi Jin Eon menolak.
Nyonya Hong berkeras, ia bilang kalau ia memberikan buah Jin Eon pasti tidak
akan memakannya, karena itulah ia akan membuatkan jus untuk Jin Eon.
Saat Nyonya Hong pergi ke dapur, Jin Eon melihat buku harian Nyonya Hong. Di
sana tertulis nomor kontak Nyonya Hong, Presdir Choi, Jin Ri dan juga Jin Eon.
Jin Eon pun menangis melihatnya. Begitu Nyonya Hong datang, Jin Eon buru2
menghapus tangisnya dan meminum jus buatan sang ibu.
“Kau tahu, aku sangat bahagia sekarang. Aku bersyukur untukmu, aku bersyukur
untuk diriku sendiri. Aku benar2 bahagia sekarang.” ucap Nyonya Hong.
Jin Eon diam saja, wajahnya tertunduk sedih.
“Jin Eon-ah.” Panggil Nyonya Hong dan Jin Eon langsung menatap ibunya.
“Kau adalah yang nomor satu dan yang terbaik bagiku. Di pikiranku hanya ada
dirimu. Bahkan jika aku melupakanmu, kau tidak boleh melupakan itu.” ucap
Nyonya Hong.
“Apa ada yang ingin kau lakukan bersama anakmu? Kita harus menghabiskan
waktu bersama mulai sekarang.” jawab Jin Eon.
“Benarkah? Kenapa begitu tiba2?” tanya Nyonya Hong.
“Kebahagiaan itu sederhana. Kita tidak membutuhkan yang lebih dari ini. Kita
harus bahagia mulai sekarang, Nyonya Hong.” Jawab Jin Eon.
Nyonya Hong pun mengangguk dan tersenyum bahagia.
Nyonya Kim masih di rumah sakit. Tanpa sengaja, ia melihat Yong Gi dan Woo
Joo berjalan ke arahnya. Nyonya Kim pun buru2 membalikkan badannya. Setelah
Yong Gi dan Woo Joo berjalan melewatianya, Nyonya Kim pun bergegas mengikuti
Yong Gi sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan. Yong Gi mengajak Woo Joo
duduk di bangku di koridor rumah sakit. Nyonya Kim pun terus berjalan melewati
Yong Gi. Saat tiba di depan Yong Gi, Nyonya Kim pun pura2 terjatuh. Yong Gi
terpancing dan langsung menolong Nyonya Kim.
“Apa kau mau kuantar ke ruang gawat darurat?” tanya Yong Gi.
“Tidak perlu, aku hanya perlu istirahat saja sebentar. Bisakah kau
mengantarku pulang?” pinta Nyonya Kim.
“Tapi aku sibuk, begini saja, berikan aku nomor telepon keluargamu.” Jawab
Yong Gi.
“Aku tidak punya keluarga.” Ucap Nyonya Kim.
“Ibu, tidak bisakah kita mengantarkan nenek ke rumahnya?” tanya Woo Joo.
“Woo Joo-ya, kau tidak boleh memanggilnya nenek. Kau tidak mengenalnya.”
Jawab Yong Gi.
Nyonya Kim pun makin berpura2 sakit. Yong Gi yang kasihan akhirnya
mengantarkan Nyonya Kim pulang.
Setibanya di rumah, Woo Joo membantu Nyonya Kim berbaring. Nyonya Kim
menanyakan letak selimut Nyonya Kim. Tapi Nyonya Kim bilang dia tidak perlu
selimut dan hanya perlu berbaring. Yong Gi lantas pergi ke dapur untuk
mengambil air. Nyonya Kim bangun dan menyuruh Woo Joo duduk disampingnya.
“Ini punyamu, Nek.” Ucap Woo Joo sambil menyerahkan kantong belanjaan Nyonya
Kim.
“Ini untukmu.” Jawab Nyonya Kim berkaca2, lalu memeluk Woo Joo erat2. Yong
Gi yang melihat itu dari dapur pun kaget.
“Nenek menangis?” tanya Woo Joo.
“Tidak. Kenapa aku harus menangis. Aku tidak menangis.” Jawab Nyonya Kim,
lalu melepaskan pelukannya dan menatap Woo Joo.
“Itu karena kau manis. Karena kau sangat manis.” Ucap Nyonya Kim sambil
mengelus pipi Woo Joo.
“Ibuku juga suka menangis karena aku manis.” Jawab Woo Joo, membuat Nyonya
Kim semakin menangis.
Melihat tangis Nyonya Kim, Yong Gi buru2 keluar dari dapur dan memberikan
segelas air untuk Nyonya Kim. Nyonya Kim beralasan ia menangis karena teringat
pada cucunya. Yong Gi pun langsung menarik Woo Joo untuk berdiri. Nyonya Kim
mengajak Yong Gi makan malam di rumahnya, tapi Yong Gi menolak dengan alasan ia
harus pergi mencari pekerjaan.
“Pekerjaan? Pekerjaan seperti apa yang kau butuhkan?” tanya Nyonya Kim.
“Kau lihat, kan? Karena aku harus sering ke rumah sakit, jadi aku tidak bisa
mengerjakan apapun yang menyita banyak waktuku. Aku hanya bisa mengerjakan
pekerjaan rumah tangga atau apapun yang tidak menyita banyak waktuku.” Jawab
Yong Gi.
“Bekerjalah dirumahku. Aku tidak bisa melakukan pekerjaan sendiri karena
kesehatanku. Kalau kau setuju, datanglah dan bantu aku. Bagiku, tidak ada
masalah dengan anakmu. Saat kau bekerja, aku bisa bermain dengan anakmu dan aku
tidak akan merasa kesepian lagi.” Ucap Nyonya Kim.
Yong Gi pun terdiam dan menatap wajah Nyonya Kim lekat2.
Jin Eon baru saja tiba di kantornya dan langsung disambut oleh tiga
bawahannya. Jin Eon pun meminta bawahannya berhenti memperlakukannya sehormat
itu. Saat hendak masuk ke ruangannya. Seketaris Byeon (sekarang kita panggil
seketaris aja ya, karena Manajer Byeon udah jadi seketarisnya Jin Eon) bertanya
Jin Eon darimana saja. Jin Eon pun langsung menatap Seketaris Byeon.
“Anda tidak pernah memberitahukan kemana anda akan pergi. Seorang seketaris
harus tahu kemana atasannya pergi dan apa yang ada di dalam pikiran atasannya.
Tolong biarkan kami tahu kemana anda pergi.” Pinta Seketaris Byeon.
“Baiklah, aku akan memberitahu kemana saja aku pergi sepanjang kau tidak
melaporkannya pada Direktur Eksekutif.” Jawab Jin Eon.
Jin Eon masuk ke ruangannya dan mendapati Hyun Woo sedang melihat foto2
kronologis kecelakaan yang menimpa Hae Gang. Hyun Woo bilang seseorang
mengirimkan foto itu, tapi ia tidak tahu siapa pengirimnya. Jin Eon melihat
sebuah foto dan memikirkan sesuatu. Dalam foto itu, terlihat sebuah truk yang
hendak menabrak mobil Yong Gi.
Di ruang kerjanya, Presdir Choi juga sedang melihat foto2 yang sama.
(Mungkinkan Presdir Choi yang mengirim foto2 itu pada Jin Eon? Atau
seseorang juga mengirimkan foto2 itu pada Presdir Choi??)
Hyun Woo berkata, bahwa mereka bisa mengetahui siapa yang mengirimkan truk
itu dengan melacak truk itu. Jin Eon setuju, ia berkata perusahaan rental mobil
juga sudah bersedia mengirimkan jalur yang dilalui truk itu pada hari
kecelakaan.
“Hae Gang seharusnya pergi ke bandara tapi kenapa dia memutar mobilnya
menuju bendungan Wonju?” tanya Jin Eon.
“Dimana kau pada hari itu?” tanya Hyun Woo.
“Aku? Tanggal 16 September 2011… 16 September 2011….”
Jin Eon pun menyadari sesuatu. Ia menyebutkan daerah Gangneung. Jin Eon
bilang pada hari itu ada konferensi pers di Gangneung. Hyun Woo pun berpikir
bahwa Hae Gang ingin menemui Jin Eon sebelum ia pergi ke bandara. Mendengar
itu, wajah Jin Eon langsung berubah sedih.
Flashback…..
Jin Eon berjalan gontai menjauhi mobil
Hae Gang dengan wajah sedih. Di mobil, Hae Gang berkali2 membunyikan
klaksonnya, memanggil Jin Eon. Namun Jin Eon tak bergeming dan terus berjalan
menjauhi mobil Hae Gang. Jin Eon berusaha sekuat mungkin agar dirinya tidak
goyah. Keduanya sama2 terluka.
(Scene flashback ini ep 9. Saat itu, Hae Gang ke rumah Jin Eon untuk meminta
dukungan Predir Choi. Selesai menemui Presdir Choi, Hae Gang malah dipaksa
menandatangani surat perceraian oleh Nyonya Hong dan Jin Ri. Tepat saat itu,
Jin Eon pulang dan Presdir Choi keluar dari ruang kerjanya. Jin Eon memohon,
agar Presdir Choi menyetujui perceraiannya dengan Hae Gang. Hae Gang pun goyah,
ia menandatangani surat perceraian akhirnya dan pergi begitu saja dari rumah
Jin Eon dengan tatapan kosong)
Flashback end…
Hae Gang yang masih belum sadarkan diri mulai mendapatkan kembali
ingatannya. Ia ingat saat Jin Eon berjalan menjauhi mobilnya. Sementara itu, di
ruangannya, Jin Eon menangis mengira Hae Gang ingin menemui dirinya sebelum
pergi ke China.
Tiba2, sebuah fax masuk. Dengan tangan gemetar, Jin Eon mengambil fax hasil
tes DNA Hae Gang. Jin Eon menangis haru membaca hasil tes DNA itu. Hasil tes
DNA itu menunjukkan bahwa Hae Gang dan Yong Gi adalah orang yang sama.
Dengan wajah sumringah, Hae Gang berlari ke kantor Baek Seok. Ia menggedor
pintu sambil berteriak2 memanggil nama Hae Gang namun pintu tak kunjung terbuka.
Jin Eon pun menghubungi ponsel Hae Gang.
Sayanganya, ponsel Hae Gang berada di tangan Tae Seok. Produser Kim bilang
bahwa Jin Eon masih tidak tahu kondisi ‘Yong Gi’ (read : Hae Gang). Tae Seok
lantas menanyakan tentang bodyguard yang disewa Jin Eon untuk menjaga ‘Yong
Gi’. Produser Kim bilang setelah diserang, tubuh bodyguard itu dibuang di dekat
rumah.
(oooh jadi pria yang ikut diserang di depan rumah Baek itu bodyguard sewaan
Jin Eon toh)
Tae Seok pun menyuruh Produser Kim mengakhiri hidup ‘Yong Gi’ sekarang. Ia
menyuruh Produser Kim menyuntikkan potassium ke tubuh ‘Yong Gi’!!!
Jin Eon menghubungi pengawalnya. Pengawalnya mengaku bahwa ia kehilangan
kontak dengan pengawal yang menjaga Hae Gang. Jin Eon pun cemas, ia mencoba
menghubungi Baek Seok tapi Baek Seok tidak menjawab panggilannya.
Jin Eon melajukan mobilnya menuju rumah Baek Seok. Setibanya di sana, ia
terkejut melihat garis polisi yang terpasang di tempat Hae Gang ditusuk. Jin
Eon syok melihat darah Hae Gang yang bercecer di sana.
Jin Eon berlari ke ruang UGD. Bersamaan dengan itu, Baek Seok melangkah
gontai keluar dari ruang UGD. Baek Seok cemburu menatap Jin Eon. Sementara Jin
Eon yang masih syok tidak memperdulikan Baek Seok dan terus berjalan menuju
ruang UGD. Namun pintu ruang UGD dikunci dari dalam saat ia mencoba membukanya.
“Hae Gang-ah! Hae Gang-ah!” teriak Jin Eon sambil menggedor pintu ruang UGD.
Baek Seok pun menoleh dan menatap Jin Eon dengan tatapan terluka.
“Yeobo! Yeobo! Yeobo! Ayo kita pulang! Yeobo! Aku ingin kembali! Ke rumah
kita! Kembali padamu! Aku ingin kembali! Yeobo! Aku tahu ini terlambat, tapi
Yeobo….! Berikan aku kesempatan sekali lagi. Kembalilah padaku! Hae Gang-ah!”
teriak Jin Eon.
Di dalam, Hae Gang mulai sadar dan kembali teringat masa lalunya.
“Apa kau tahu, sekarang aku lebih,
lebih dan lebih mencintaimu dibandingkan saat kita pacaran dulu.” Ucap Jin Eon.
“Ayah, tolong singkirkan orang ini
agar dia tidak bisa muncul lagi di hadapanku. Agar aku dapat melanjutkan
hidupku tanpa melihatnya, agar aku tidak memiliki kenangan apapun tentangnya.”
Ucap Jin Eon.
“Kau tahu, semua makhluk di dunia ini
saling membutuhkan. Aku untukmu. Dan kau, untukku.” Ucap Jin Eon.
Hae Gang juga ingat saat ia mencoba bunuh diri dengan terjun ke sungai dan
Jin Eon datang menyelamatkannya.
“Bernapaslah! Aku bilang bernapaslah!
Bernapaslah, Yeobo!” teriak Jin Eon sambil terus menekan dada Hae Gang.
Hae Gang menangis.
Sementara di luar, Jin Eon dan Baek Seok masih terus
menunggui Hae Gang. Tak lama kemudian, Hae Gang siuman!
Bersambung…………….
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
Kumpulan Sinopsis
- Sinopsis Adamas
- Sinopsis Again My Life
- Sinopsis Alice
- Sinopsis Anna
- Sinopsis Babel
- Sinopsis Big Mouth
- Sinopsis Black Out (LENGKAP)
- Sinopsis Blessing of the Sea
- Sinopsis Blind
- Sinopsis Defendant
- Sinopsis Different Dreams
- Sinopsis Fantastic
- Sinopsis Graceful Family
- Sinopsis Gyeongseong Creature
- Sinopsis Happiness
- Sinopsis Hide and Seek
- Sinopsis Hide Identity
- Sinopsis I Have a Lover
- Sinopsis King Maker : The Change of Destiny
- SInopsis King the Land
- Sinopsis Lies of Lies
- Sinopsis Love Rain
- Sinopsis Maestra
- Sinopsis Moving
- Sinopsis My Golden Life
- Sinopsis My Happy End
- Sinopsis My Perfect Stranger
- Sinopsis Oh My Geum Bi
- Sinopsis Perfect Marriage Revenge
- Sinopsis Ruby Ring
- Sinopsis Ruler : Master Of The Mask
- Sinopsis Selection : The War Between Women
- Sinopsis Song of the Bandits
- Sinopsis still 17
- Sinopsis Temptation Of An Angel
- Sinopsis The Game : Towards Zero
- Sinopsis The Glory
- Sinopsis The Great Show
- Sinopsis The Legend Of The Blue Sea
- Sinopsis The Police Station Next to The Fire Station
- Sinopsis The Princess Man
- Sinopsis The Promise
- Sinopsis The World of the Married
- Sinopsis The Worst of Evil
- Sinopsis Train
- Sinopsis Undercover
- Sinopsis Unknown Woman
- Sinopsis Vigilante
- Sinopsis Watcher
- Sinopsis Wonderful World
Labels
- Adamas (1)
- Again My Life (20)
- Alice (6)
- Babel (47)
- Big Mouth (24)
- Blessing of the Sea (24)
- Blind (9)
- Defendant (35)
- Different Dreams (81)
- Fantastic (42)
- Flower of Evil (10)
- Good Witch (3)
- Graceful Family (63)
- Happines (24)
- Hide and Seek (77)
- Hide Identity (1)
- I Have a Lover (88)
- King Maker : The Change of Destiny (62)
- Lean Of You - Jung Yup (1)
- Lee Yoo Ri Setuju Bintangi Drama MBC Selanjutnya Spring Must Be Coming (1)
- Lies of Lies (32)
- live up to your name (36)
- Love Rain (16)
- Love Story - Lyn (1)
- Maestra (5)
- My Golden Life (100)
- My Happy End (15)
- Oh My Geum Bi (6)
- Perfect Marriage Revenge (2)
- Ruby Ring (181)
- Ruler : Master Of The Mask (56)
- Selection : The War Between Women (63)
- SInopsis King the Land (1)
- Temptation Of An Angel (22)
- The Game : Towards Zero (50)
- The Glory (1)
- The Great Show (62)
- The Legend Of The Blue Sea (39)
- The Police Station Next to The Fire Station (3)
- The Princess Man (24)
- The Promise (211)
- The Road : The Tragedy of One (1)
- The Second Anna (5)
- The World of the Married (21)
- The Worst of Evil (1)
- Train (2)
- Undercover (9)
- Unknown Woman (92)
- VIP (1)
- Watcher (65)
Blog Archive
- ► 2020 (285)
- ► 2019 (614)
- ► 2018 (436)
- ► 2017 (209)
Recent Comments
Followers
-
Sebelumnya... Lanjut ya gaes.... Episode ini dibuka dengan Moo Yeol yang terkejut melihat Yeo Ri. Moo Yeol pun memutuskan panggilanny...
-
Sebelumnya... In Soo membawa Roo Bi ke apartemennya. Ponsel Roo Bi berdering. In Soo pun mengambil ponsel Roo Bi. Setelah mengetahui ...
daebakkkk