I Have a Lover Ep 22

Sebelumnya.....


Seorang pria menusuk Hae Gang! Seol Ri syok melihat Hae Gang ditusuk. Pria itu juga menusuk seorang pria yang berpapasan dengannya. Hae Gang seketika ambruk. Sebelum kesadarannya hilang, ia sempat melihat Seol Ri yang berlari meninggalkannya.


Seol Ri langsung masuk ke kamarnya. Ia tidak bisa mengenyahkan pikirannya saat melihat Hae Gang ditusuk seseorang. Seol Ri bahkan sampai memukul2 dadanya karena syok.


Baek Seok yang baru tiba di rumahnya terkejut melihat seorang pria tergeletak bersimbah darah. Saat ia mencoba memanggil ambulance, pandangannya tertuju pada Yong Gi yang juga tergeletak bersimbah darah. Dengan tubuh gemetaran, Baek Seok mendekati Yong Gi. Baek Seok memeluk erat tubuh Yong Gi dan berteriak histeris membangunkan Yong Gi.


Setibanya di unit gawat darurat, Hae Gang langsung mendapatkan pertolongan medis. Kondisi Hae Gang sangat buruk karena pisau itu melukainya terlalu dalam. Dokter bahkan mencemaskan kalau2 ada organ dalam Hae Gang yang terluka. Baek Seok syok mendengar penjelasan dokter tentang kondisi Hae Gang.


Jin Eon yang sedang bersiap2 di kamarnya terus teringat kata2 Baek Seok bahwa keluarganya lah yang sudah merekayasa kematian Hae Gang. Jin Eon juga teringat perkataan Baek Seok tentang apa yang akan dilakukan Hae Gang setelah memorinya kembali. Jin Eon lantas membatalkan niatnya pergi ke kantor dan memilih menghabiskan waktunya di ruang baca dengan melihat foto2 Hae Gang di kameranya.

“Choi Jin Eon, kali ini kau tidak akan bisa menemukan istrimu. Dan kau tidak perlu mencarinya.”
 
Ucapan Baek Seok itu juga terngiang di telinga Jin Eon.


Sementara Tae Seok baru mendapat laporan dari anak buahnya bahwa Hae Gang masih hidup, tapi kondisinya kritis dan harus segera di operasi. Tae Seok pun menyuruh orang suruhannya mengawasi Hae Gang, sampai ia bisa mendengar berita kematian Hae Gang. Tae Seok lantas mengakhiri pembicaraannya dengan orang suruhannya. Bersamaan dengan itu, Jin Ri pun nongol.

“Siapa itu? Seseorang yang masih hidup dan membuatmu frustasi? Kau bisa membodohi dunia, tapi tidak bisa membodohiku. Katakan padaku, apa ini ada hubungannya dengan Jin Eon? Katakan padaku, mungkin aku bisa membantumu. Kenapa kau bilang dia bunuh diri? Kenapa kau pergi ke China untuk mengambil abunya yang tidak pernah ada?” Ucap Jin Ri.


“Tetap tutup mulutmu, karena kau akan terluka jika kau tahu. Aku tidak ingin ibu dari anak2ku terluka. Jadi diamlah demi kebaikanmu. Kau Jin Ri ku.” Jawab Tae Seok, lalu pergi.


Diluar, Tae Seok terdiam melihat Jin Eon yang duduk di ruang makan dengan wajah frustasi. Tae Seok terus mengamati Jin Eon. Tak lama berselang, ponsel Jin Eon berdering. Jin Eon terkejut menerima kabar kematian seseorang. Tae Seok juga terkejut mendengarnya. Jin Eon pun terdiam saat melihat Tae Seok.

“Aku tidak bisa tidur, jadi aku kesini untuk minum.” Ucap Tae Seok.


“Dia meninggal. Moon Tae Joon.” Jawab Jin Eon.

Wajah Tae Seok seketika berubah tegang.

“Seseorang harus membayar kejahatan yang sudah dilakukannya.” Ucap Jin Eon.

“Sepertinya kau ingin membuatku yang membayar kejahatan itu. Tapi itu tidak mungkin.” jawab Tae Seok.

“Tidak mungkin?” tanya Jin Eon.

“Bawakan buktinya, kau membuatku merasa aneh dengan semua kecurigaanmu itu, Adik Ipar.” Jawab Tae Seok.

“Aku akan melakukannya tanpa kegagalan.” Ucap Jin Eon.


Baek Seok terduduk lemas mendengar penjelasan dokter soal kondisi Hae Gang. Tuan Baek berbicara dengan dokter. Dokter berkata, operasi yang dilakukan Hae Gang bukan operasi kecil. Luka yang didapat Hae Gang kemungkinan akan membuatnya mengalami infeksi tambahan. Hae Gang juga mengalami pendarahan yang hebat. Baek Seok pun langsung menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.

“Aku melihat Yong Gi ayah. Dia memanggilku dan mengenaliku. Dia bahkan memiliki putri yang cantik yang mirip dengan dirinya.” Ucap Baek Seok.

“Apa yang kau bicarakan?” tanya Tuan Baek bingung.

“Yang dikatakan Choi Jin Eon itu benar. Yong Gi adalah istrinya. Dia Do Hae Gang, ayah. Dia bukan Dokgo Yong Gi.” Jawab Baek Seok.

Tuan Baek terkejut, apa?

“Mereka kembar, aku pergi ke Buamdong dan memastikannya sendiri. Ini semua salahku, ayah. Akulah yang mengatakan bahwa dia Yong Gi. Dia seperti itu karena diriku.” ucap Baek Seok.


Jin Eon berbaring di kasurnya sambil memikirkan sesuatu. Hae Gang masih belum sadar, sedangkan Seol Ri masih duduk bersender di pintu sambil memikirkan penusukan yang dialami Hae Gang.


Keesokan harinya, Seol Ri menghubungi Baek Seok. Ia penasaran dengan kondisi Hae Gang. Tak lama kemudian, Baek Jo dan Baek Ji bangun. Baek Ji berteriak2 memanggil Yong Gi untuk meminta conditionernya. Sedangkan Baek Jo memanggil Yong Gi untuk meminta almamaternya.  Baek Jo bilang bahwa Yong Gi sengaja menyembunyikan conditioner itu karena mereka menggunakannya dengan boros. Seol Ri tampak kesal melihat anak2 yang sibuk mencari Yong Gi.

(Kayaknya si Seol Ri ngarepin kematian Hae Gang)


Jin Eon sedang bersiap2 di kamarnya. Nyonaya Hong masuk ke kamar Jin Eon dan heran melihat Jin Eon mengenakan pakaian hitam putih. Jin Eon lantas bertanya, apa sang ibu baik2 saja karena sang ibu terlihat pucat. Nyonya Hong berkata, bahwa ia pucat karena kurang tidur.

“Karena mu, bahkan jika aku merasa sakit, aku tidak bisa bebas beristirahat karena sakit.” Ucap Nyonya Hong.


“Dengan kata lain, aku adalah pria yang mudah putus asa, pria yang aneh, pria yang bodoh. Meskipun aku sudah hidup melalui setengah dari itu, aku tetap tidak terbiasa dengan hidupku sendiri. Aku merasa canggung seperti biasa, aku terus membuat kesalahan, aku menciptakan rasa sakit. Aku benar2 seorang pecundang.” Jawab Jin Eon.

“Aku tidak mau menjadi bebanmu. Aku tidak mau menjadi beban siapapun seumur hidupku.” Ucap Nyonya Hong.

“Apa yang ibu bicarakan? Beban? Beban apa? Justru akulah yang menjadi beban untuk ibu.” Jawab Jin Eon.


Nyonya Kim tiba di rumah Yong Gi. Begitu Yong Gi keluar dengan Woo Joo, Nyonya Kim langsung bersembunyi. Nyonya Kim terus memperhatikan Yong Gi yang berbicara dengan Woo Joo di halaman rumah. Yong Gi sedang mengingatkan Woo Joo bahwa nama mereka adalah Zhang Ming dan Zhang Ling dan mereka berasal dari China. Nyonya Kim menangis melihat mereka. Yong Gi lantas membawa Woo Joo pergi. Nyonya Kim bergegas mengikuti mereka.

Yong Gi dan Woo Joo pergi ke apartemen Seol Ri. Setelah keduanya masuk ke dalam, Nyonya Kim berhenti di depan pintu dan mengernyit heran sambil melihat ke apartemen Seol Ri.


Woo Joo tengah memperhatikan Seol Ri yang duduk melamun. Seol Ri masih tidak bisa melupakan peristiwa penusukan Hae Gang. Tiba2, terdengar suara Yong Gi yang bertanya bagaimana cara menggunakan mesin cuci. Seol Ri diam saja. Woo Joo lantas mendekati Seol Ri dan memberitahu Seol Ri bahwa ibunya memanggil Seol Ri.


Seol Ri membantu Yong Gi menyalakan mesin cuci. Yong Gi tampak terkagum2 melihat mesin cuci Seol Ri. Sembari mengucek handuk di papan pencucian, Yong Gi bilang bahwa ia akan menyapu setelah selesai mencuci. Seol Ri diam saja dan menatap sebal ke arah Yong Gi. Seol Ri lantas menutup mesin cucinya dan membiarkan mesin cuci yang membersihkan handuknya.

“Aku akan pergi sebentara, kau bekerja lah dengan nyaman.” Ucap Seol Ri.

“Sebelum kau pergi, bisakah kau mengunci semua pintumu. Aku takut kalau nanti anakku akan menyentuh barang2mu.” Pinta Yong Gi.

“Baiklah.” Jawab Seol Ri.


“Oya, apa kau memberitahu kakakmu kalau aku bekerja disini?” tanya Yong Gi.

“Tidak.” Jawab Seol Ri.

“Biarkan aku saja yang memberitahunya. Setelah kami bertemu, aku meminjam uangnya dan sekarang aku melakukan ini pada adikanya.” Ucap Yong Gi.

Seol Ri pun terkejut, maksudmu kau sudah bertemu kakakku?

Yong Gi mengiyakan.

“Jadi itu artinya kakak sudah tahu juga?” tanya Seol Ri.

“Apa? Aku? Iya, kami sudah bertemu.” Jawab Yong Gi.


Seol Ri pun panic dan langsung pergi begitu saja membuat Yong Gi heran. Nyonya Kim masih di depan pintu apartemen Seol Ri. Begitu Seol Ri keluar, Nyonya Kim terkejut dan heran kenapa putrinya bisa berada di apartemen Seol Ri.


Yong Gi sedang menyapu, dan Woo Joo memeriksa laci Seol Ri. Woo Joo pun menemukan paspor Hae Gang dan langsung memberikannya pada Yong Gi. Yong Gi terkejut melihat paspor Hae Gang. Ia penasaran, kenapa paspor Hae Gang bisa ada di laci Seol Ri.


Baek Seok terus menunggui Hae Gang yang masih belum siuman. Tangisan Baek Seok pecah melihat kondisi Hae Gang. Baek Seok menyuruh Hae Gang bangung. Baek Seok bilang Hae Gang hanya punya waktu 30 menit lagi. Tak lama kemudian, Seol Ri datang dan terkejut melihat kondisi Hae Gang.

“Apa yang harus kita lakukan, Oppa? Kalau terjadi sesuatu yang buruk bagaimana? Apa dia akan sadar?” tanya Seol Ri.


Namun dalam hatinya, Seol Ri tidak ingin Hae Gang sadar. Seol Ri lalu menatap tajam Hae Gang. Dalam hati, ia meminta Hae Gang mati sebagai Dokgo Yong Gi. Errrrr.

“Bagaimana aku harus memanggilnya sekarang? Apakah aku harus memanggilnya seperti orang itu? Hae Gang-ah. Haruskah aku memanggilnya begitu? Haruskah aku memanggilnya Do Hae Gang-ssi?” tanya Baek Seok.


“Apa yang kau bicarakan? Aku tidak mengerti dengan yang kau bicarakan.” Jawab Seol Ri.

“Kau menemukan namamu. Tapi aku kehilangan namamu.” Ucap Baek Seok.

Baek Seok lantas memegang tangan Hae Gang.

“Pergilah denganku. Aku akan mempertemukanmu dengan ibumu dan adikmu. Kau tidak sendirian. Kau punya ibu dan adik kembar yang sangat mirip denganmu. Kau bahkan memiliki keponakan yang cantik. Bukalah matamu, sehingga kau bisa bertemu dengan ibu, adik dan juga keponakanmu.” Ucap Baek Seok.


“Tidak. Kau tidak boleh melakukannya. Jangan katakan apapun, jangan lakukan apapun. Hanya meninggalkan dia sebagai Dokgo Yong Gi. Do Hae Gang mati. Dia sudah mati. Apa untungnya membawa dia kembali ke kehidupannya? Apa kau mau mempertemukannya dengan Jin Eon? Jika kau melakukannya, setelah kau melakukannya, apa yang akan terjadi padaku? Apa yang akan terjadi pada kakak? Kakak mau dia kembali pada Jin Eon? Apa kakak bisa melanjutkan hidup kakak tanpa dirinya? Jika wanita ini kembali menjadi Do Hae Gang, dia tidak akan mau menghabiskan waktu bersama kakak. Dia akan membuangmu seperti sepatu usang dan dia akan menginjak harga diriku lagi. Wanita ini, dia bukan wanita seperti yang kau pikirkan, Kak. Biarkan dia mati sebagai Dokgo Yong Gi. Itu yang terbaik, jadi Jin Eon Sunbae dan juga kakak dapat melindungi wanita ini.” pinta Seol Ri.

Seol Ri lalu menatap Hae Gang penuh dengan kebencian.

(Emang Hae Gang nginjak2 dia kayak mana sih? Setau aku dia yg melukai harga diri Hae Gang. Setau aku dia udah benci dari awal sama Hae Gang karena Hae Gang adalah istri dari pria yang dicintainya. Egois banget Kang Seol Ri ini)


Jin Eon baru saja turun dari mobilnya dan bertemu Seol Ri di depan rumah sakit. Seol Ri sedikit cemas melihat Jin Eon. Ia takut Jin Eon di rumah sakit untuk menemui Hae Gang. Jin Eon sendiri heran melihat Seol Ri di rumah sakit. Seol Ri terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia berkata bahwa ia di rumah sakit untuk menjenguk seseorang. Seol Ri ingin tahu kenapa Jin Eon ke rumah sakit. Jin Eon bilang ia datang untuk memberikan tanda belasungkawa pada seseorang.


Seol Ri menatap Jin Eon dengan tatapan terluka. Jin Eon lalu mengingatkan Seol Ri bahwa mulai semester depan Seol Ri akan memulai seminar penelitiannya. Jin Eon meminta Seol Ri untuk focus terhadap penelitannya.


“Lalu bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan? Kau sibuk di lab, melakukan penelitianmu, menulis disertasimu, kecuali saat kau tidur… kau benar2 tenggelam dalam pekerjaanmu tapi kau masih tidak terlihat melakukan apa2. Kau cukup banyak terjebak dalam lab mu, kau hanya memiliki waktu tidur siang yang cukup singkat tapi kemudian kau memanggil nama putrimu dan memimpikan Do Hae Gang. Kau tidak bisa melakukan itu untuk dirimu tapi sekarang kau menyuruhku melakukannya?” jawab Seol Ri.

“Aku akan berpura2 tidak tahu. Rasa sakitmu, penderitaanmu, aku sudah membuat keputusan apa yang akan kulakukan, apa yang harus kulakukan dan apa yang akan kulakukan sehingga kau dapat melupakanku. Jangan hidup sepertiku. Jangan hidup untukku. Pergilah dan lanjutkan hidupmu, Seol Ri-ya. Aku harus pergi sekarang.” ucap Jin Eon.

“Aku ingin mengatakan sesuatu. Setelah urusanmu selesai, temui aku. Aku ingin mengatakan soal ibumu. Kau harus tahu soal ini.” jawab Seol Ri, membuat Jin Eon heran.


Jin Eon memberikan penghormatan terakhirnya untuk Moon Tae Joon. Kakak Moon Tae Joon menatapnya kesal. Usai memberikan penghormatan, kakak Moon Tae Joon menanyakan keberadaan Hae Gang pada Jin Eon. Jin Eon terkejut karena Hae Gang belum datang. Kakak Moon Tae Joon marah.


“Setelah membunuh seseorang, setelah dia membunuh adikku, dia tidak menjawab teleponnya dan tidak datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Aku tidak akan diam saja! Aku tidak akan melepaskan wanita itu! Katakan dimana wanita itu!” teriak kakak Moon Tae Joon.


Jin Eon menghubungi Hae Gang sambil berjalan menuju mobilnya. Namun ponsel Hae Gang tidak aktif. Jin Eon lantas menghubungi bodyguard nya yang ia tugaskan untuk menjaga Hae Gang. Namun belum sempat tersambung, Seol Ri datang menghampirinya. Seol Ri mengajak Jin Eon ke kafe untuk membiarkan soal Nyonya Hong. Namun Jin Eon menolak. Jin Eon bilang ia tidak punya waktu pergi ke kafe dan meminta Seol Ri bicara di jalan saja. Seol Ri setuju, dan masuk ke mobil Jin Eon.


Jin Eon langsung mengerem mobilnya. Ia terkejut mengetahui ibunya mengidap dementia. Seol Ri bilang, bahwa Nyonya Hong acapkali memanggil dirinya Hae Gang. Seol Ri meminta Jin Eon focus pada kesehatan Nyonya Hong. Seol Ri tidak ingin Jin Eon menyesal nantinya kalau sesuatu terjadi pada Nyonya Hong. Seol Ri berkata, bahwa Nyonya Hong sangat hancur setelah mengetahui dirinya mengidap dementia.


Yong Gi yang sedang menyuapi Woo Joo di taman rumah sakit teringat soal paspor Hae Gang. Ia juga ingat kartu nama Hae Gang yang ia temukan di mobil Hae Gang saat melarikan diri dari kejaran anak buah Tae Seok dengan mobil Hae Gang. Yong Gi pun merasa heran.


“Do Hae Gang? Cheon Nyeon Farmasi? Kenapa dia bisa bersamaku?” gumam Yong Gi.


“Eomma, haruskah aku memberikan darahku juga? Terakhir kali saat ibu memberikan darah ibu, kita bisa makan susu dan roti. Tempat itu memiliki banyak susu dan roti.” Ucap Woo Joo polos.

(Dan aku pun menangis mendengar ucapan polos Woo Joo)

“Kau ingin makan roti?” tanya Yong Gi.

“Rotinya untuk ibu, bukan untukku.” Jawab Woo Joo.

“Apa maksudnya kau tidak mau. Lihat ibu, ya.” ucap Yong Gi, lalu memakan kimbab nya.


Tak lama kemudian, Gyu Seok datang menghampiri mereka. Woo Joo tercengang melihat Gyu Seok. Melihat ekspresi Woo Joo, Yong Gi pun menoleh ke belakang dan melihat Gyu Seok. Woo Joo menyapa Gyu Seok, ia bilang, Ni Hao (Hallo). Gyu Seok pun mengucapkan kata yang sama, tapi dalam Bahasa Korea. Gyu Seok lalu menyuruh Yong Gi pergi karena bangku yang diduduki Yong Gi dan Woo Joo adalah bangkunya.

“Bangkumu?” tanya Yong Gi aneh.

“Itu benar. Setiap hari pada jam 12.05, di kursi ini aku menyantap makan siangku sambil menikmati cahaya matahari.” Jawab Gyu Seok.

“Jadi maksudmu aku harus pergi dari sini? Aku tidak mau. Disana masih banyak kursi yang kosong. Kau bisa duduk dan makan di sana.” Ucap Yong Gi.

“Cepat habiskan makananmu dan pergilah. Sekarang sudah jam 12.07, kau punya waktu 20 menit lagi.” Jawab Gyu Seok.

“Aku tidak mau pergi. Kami tidak akan pergi sampai waktu pemeriksaan Woo Joo tiba. Kami tidak punya tempat untuk pergi, kami tidak punya yang dan aku sudah tidak punya kekuatan. Sejujurnya aku masih mencurigaimu, maksudku karena kau seorang dokter dan professor, jadi polisi mempercayai kata2mu tanpa melakukan penyelidikan. Di mataku, kau itu aneh, tidak normal dan misterius. Di mataku, kau terlihat seperti pelakunya.” Ucap Yong Gi.

“Cepat habiskan makananmu dan pergilah.” Jawab Gyu Seok.

“Woo Joo-ya, pencernaanmu tidak boleh terganggu jadi pastikan kau mengunyah makananmu dengan begitu pelan dan hati2. Hati2, oke. Kunyahlah sebanyak 100 kali.” Ucap Yong Gi.

Yong Gi pun kembali menyuapi Woo Joo kimbab, dan ia meledek Gyu Seok dengan menghitung setiap kunyahan Woo Joo. Gyu Seok diam saja melihatnya, tapi ekspresinya menunjukkan bahwa ia sedang berusaha menahan tawanya.

 
Nyonya Kim ke rumah sakit, sepertinya ia mau melihat Yong Gi dan Woo Joo. Di sana, ia bertemu dengan Tuan Baek yang juga baru tiba. Tuan Baek tidak bisa menjawab saat Nyonya Kim bertanya siapa yang sakit. Nyonya Kim pun mengira bahwa Baek Seok yang sakit. Tuan Baek tidak menjawab dan mengajak Nyonya Kim bicara di tempat lain.


Woo Joo mengajak Gyu Seok duduk bersama mereka. Yong Gi pun dengan terpaksa membiarkan Gyu Seok duduk disampingnya. Gyu Seok membuka serbetnya dan menutupi celananya dengan serbetnya. Melihat itu, Yong Gi pun kembali meledek Gyu Seok dengan mengatakan orang dewasa seharusnya bersikap seperti orang dewasa. Gyu Seok diam saja dan membuka kotak makan siangnya. Woo Joo ngiler melihat menu makan siang Gyu Seok.


Yong Gi pun dengan wajah manis meminta sosis Gyu Seok. Tapi Gyu Seok tidak mau membagi sosisnya, membuat Yong Gi kesal. Yong Gi lantas menyuruh Woo Joo minum susu dan berkata makan sosis bisa membuat Woo Joo kehilangan selera makan, tapi jika Woo Joo minum susu makan Woo Joo akan tumbuh tinggi, leher Woo Joo akan bertambah panjang dan tulang2 Woo Joo akan menguat dan Woo Joo akan memiliki hati yang baik.

“Lalu haruskah aku membagi susunya pada pria itu?” tanya Woo Joo.

“Untuk apa kau membagi susumu padanya?” ucap Yong Gi.


“Bukannya tadi ibu bilang jika minum susu maka kau akan memiliki hati yang baik. Jika hatimu baik, maka pikiranmu tidak akan sempit. Dokter itu, tangannya besar, tubuhnya tinggi tapi otaknya kecil.” Jawab Woo Joo.

Yong Gi langsung tertawa puas sambil menatap Gyu Seok. Gyu Seok pun kesal, tapi ia memilih untuk tidak terpancing dan memasang earphone nya agar tidak terpancing dengan kata2 Woo Joo dan Yong Gi. Hahah…. Saya ngakak parah dengan scene ini.


Tuan Baek mengajak Nyonya Kim bicara di kantin rumah sakit. Tuan Baek yang bingung harus mengatakan apa malah diam saja. Nyonya Kim menyuruh Tuan Baek bicara sekarang karena dia harus pergi. Tuan Baek pun berkata bahwa ia ingin membicarakan tentang putri Nyonya Kim. Nyonya Kim terkejut.

“Bagaiamana kau tahu soal putriku? Aku sudah memintanya untuk merahasiakan soal ini. Pasti anakmu kan yang mengatakan soal Yong Gi.”

“Yong Gi?”

“Aku tahu dia di rumah sakit, itulah kenapa aku datang ke sini. Cucuku sedang sakit. Aku ingin mengajaknya pulang ke rumah, tapi aku bingung bagaimana caranya. Aku tidak tahu bagaimana kondisinya, tapi aku melihatnya berjalan ke sini bersama putrinya. Dia hanya memiliki satu kimbab untuk putrinya. Aku ingin menolongnya tapi aku tidak tahu bagaimana caranya.”


Tuan Baek pun terdiam. Sebenarnya ia ingin memberitahu Nyonya Kim soal Hae Gang, tapi urung melakukannya.


Jin Eon masuk ke rumahnya dengan buru2 dan langsung menemuinya ibunya yang duduk di ruang tengah sambil menatap buku harian. Nyonya Hong pun kaget melihat Jin Eon pulang lebih cepat. Jin Eon beralasan bahwa ia pulang untuk mengambil dasi. Nyonya Hong pun ingin membuatkan Jin Eon jus buah, tapi Jin Eon menolak. Nyonya Hong berkeras, ia bilang kalau ia memberikan buah Jin Eon pasti tidak akan memakannya, karena itulah ia akan membuatkan jus untuk Jin Eon.


Saat Nyonya Hong pergi ke dapur, Jin Eon melihat buku harian Nyonya Hong. Di sana tertulis nomor kontak Nyonya Hong, Presdir Choi, Jin Ri dan juga Jin Eon. Jin Eon pun menangis melihatnya. Begitu Nyonya Hong datang, Jin Eon buru2 menghapus tangisnya dan meminum jus buatan sang ibu.

“Kau tahu, aku sangat bahagia sekarang. Aku bersyukur untukmu, aku bersyukur untuk diriku sendiri. Aku benar2 bahagia sekarang.” ucap Nyonya Hong.

Jin Eon diam saja, wajahnya tertunduk sedih.


“Jin Eon-ah.” Panggil Nyonya Hong dan Jin Eon langsung menatap ibunya.

“Kau adalah yang nomor satu dan yang terbaik bagiku. Di pikiranku hanya ada dirimu. Bahkan jika aku melupakanmu, kau tidak boleh melupakan itu.” ucap Nyonya Hong.

“Apa ada yang ingin kau lakukan bersama anakmu? Kita harus menghabiskan waktu bersama mulai sekarang.” jawab Jin Eon.

“Benarkah? Kenapa begitu tiba2?” tanya Nyonya Hong.

“Kebahagiaan itu sederhana. Kita tidak membutuhkan yang lebih dari ini. Kita harus bahagia mulai sekarang, Nyonya Hong.” Jawab Jin Eon.

Nyonya Hong pun mengangguk dan tersenyum bahagia.


Nyonya Kim masih di rumah sakit. Tanpa sengaja, ia melihat Yong Gi dan Woo Joo berjalan ke arahnya. Nyonya Kim pun buru2 membalikkan badannya. Setelah Yong Gi dan Woo Joo berjalan melewatianya, Nyonya Kim pun bergegas mengikuti Yong Gi sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan. Yong Gi mengajak Woo Joo duduk di bangku di koridor rumah sakit. Nyonya Kim pun terus berjalan melewati Yong Gi. Saat tiba di depan Yong Gi, Nyonya Kim pun pura2 terjatuh. Yong Gi terpancing dan langsung menolong Nyonya Kim.

“Apa kau mau kuantar ke ruang gawat darurat?” tanya Yong Gi.

“Tidak perlu, aku hanya perlu istirahat saja sebentar. Bisakah kau mengantarku pulang?” pinta Nyonya Kim.


“Tapi aku sibuk, begini saja, berikan aku nomor telepon keluargamu.” Jawab Yong Gi.

“Aku tidak punya keluarga.” Ucap Nyonya Kim.

“Ibu, tidak bisakah kita mengantarkan nenek ke rumahnya?” tanya Woo Joo.

“Woo Joo-ya, kau tidak boleh memanggilnya nenek. Kau tidak mengenalnya.” Jawab Yong Gi.

Nyonya Kim pun makin berpura2 sakit. Yong Gi yang kasihan akhirnya mengantarkan Nyonya Kim pulang.


Setibanya di rumah, Woo Joo membantu Nyonya Kim berbaring. Nyonya Kim menanyakan letak selimut Nyonya Kim. Tapi Nyonya Kim bilang dia tidak perlu selimut dan hanya perlu berbaring. Yong Gi lantas pergi ke dapur untuk mengambil air. Nyonya Kim bangun dan menyuruh Woo Joo duduk disampingnya.

“Ini punyamu, Nek.” Ucap Woo Joo sambil menyerahkan kantong belanjaan Nyonya Kim.

“Ini untukmu.” Jawab Nyonya Kim berkaca2, lalu memeluk Woo Joo erat2. Yong Gi yang melihat itu dari dapur pun kaget.

“Nenek menangis?” tanya Woo Joo.

“Tidak. Kenapa aku harus menangis. Aku tidak menangis.” Jawab Nyonya Kim, lalu melepaskan pelukannya dan menatap Woo Joo.

“Itu karena kau manis. Karena kau sangat manis.” Ucap Nyonya Kim sambil mengelus pipi Woo Joo.

“Ibuku juga suka menangis karena aku manis.” Jawab Woo Joo, membuat Nyonya Kim semakin menangis.


Melihat tangis Nyonya Kim, Yong Gi buru2 keluar dari dapur dan memberikan segelas air untuk Nyonya Kim. Nyonya Kim beralasan ia menangis karena teringat pada cucunya. Yong Gi pun langsung menarik Woo Joo untuk berdiri. Nyonya Kim mengajak Yong Gi makan malam di rumahnya, tapi Yong Gi menolak dengan alasan ia harus pergi mencari pekerjaan.

“Pekerjaan? Pekerjaan seperti apa yang kau butuhkan?” tanya Nyonya Kim.

“Kau lihat, kan? Karena aku harus sering ke rumah sakit, jadi aku tidak bisa mengerjakan apapun yang menyita banyak waktuku. Aku hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau apapun yang tidak menyita banyak waktuku.” Jawab Yong Gi.

“Bekerjalah dirumahku. Aku tidak bisa melakukan pekerjaan sendiri karena kesehatanku. Kalau kau setuju, datanglah dan bantu aku. Bagiku, tidak ada masalah dengan anakmu. Saat kau bekerja, aku bisa bermain dengan anakmu dan aku tidak akan merasa kesepian lagi.” Ucap Nyonya Kim.

Yong Gi pun terdiam dan menatap wajah Nyonya Kim lekat2.

Jin Eon baru saja tiba di kantornya dan langsung disambut oleh tiga bawahannya. Jin Eon pun meminta bawahannya berhenti memperlakukannya sehormat itu. Saat hendak masuk ke ruangannya. Seketaris Byeon (sekarang kita panggil seketaris aja ya, karena Manajer Byeon udah jadi seketarisnya Jin Eon) bertanya Jin Eon darimana saja. Jin Eon pun langsung menatap Seketaris Byeon.

“Anda tidak pernah memberitahukan kemana anda akan pergi. Seorang seketaris harus tahu kemana atasannya pergi dan apa yang ada di dalam pikiran atasannya. Tolong biarkan kami tahu kemana anda pergi.” Pinta Seketaris Byeon.

“Baiklah, aku akan memberitahu kemana saja aku pergi sepanjang kau tidak melaporkannya pada Direktur Eksekutif.” Jawab Jin Eon.


Jin Eon masuk ke ruangannya dan mendapati Hyun Woo sedang melihat foto2 kronologis kecelakaan yang menimpa Hae Gang. Hyun Woo bilang seseorang mengirimkan foto itu, tapi ia tidak tahu siapa pengirimnya. Jin Eon melihat sebuah foto dan memikirkan sesuatu. Dalam foto itu, terlihat sebuah truk yang hendak menabrak mobil Yong Gi.


Di ruang kerjanya, Presdir Choi juga sedang melihat foto2 yang sama.

(Mungkinkan Presdir Choi yang mengirim foto2 itu pada Jin Eon? Atau seseorang juga mengirimkan foto2 itu pada Presdir Choi??)


Hyun Woo berkata, bahwa mereka bisa mengetahui siapa yang mengirimkan truk itu dengan melacak truk itu. Jin Eon setuju, ia berkata perusahaan rental mobil juga sudah bersedia mengirimkan jalur yang dilalui truk itu pada hari kecelakaan.

“Hae Gang seharusnya pergi ke bandara tapi kenapa dia memutar mobilnya menuju bendungan Wonju?” tanya Jin Eon.

“Dimana kau pada hari itu?” tanya Hyun Woo.

“Aku? Tanggal 16 September 2011… 16 September 2011….”

Jin Eon pun menyadari sesuatu. Ia menyebutkan daerah Gangneung. Jin Eon bilang pada hari itu ada konferensi pers di Gangneung. Hyun Woo pun berpikir bahwa Hae Gang ingin menemui Jin Eon sebelum ia pergi ke bandara. Mendengar itu, wajah Jin Eon langsung berubah sedih.


Flashback…..

Jin Eon berjalan gontai menjauhi mobil Hae Gang dengan wajah sedih. Di mobil, Hae Gang berkali2 membunyikan klaksonnya, memanggil Jin Eon. Namun Jin Eon tak bergeming dan terus berjalan menjauhi mobil Hae Gang. Jin Eon berusaha sekuat mungkin agar dirinya tidak goyah. Keduanya sama2 terluka.

(Scene flashback ini ep 9. Saat itu, Hae Gang ke rumah Jin Eon untuk meminta dukungan Predir Choi. Selesai menemui Presdir Choi, Hae Gang malah dipaksa menandatangani surat perceraian oleh Nyonya Hong dan Jin Ri. Tepat saat itu, Jin Eon pulang dan Presdir Choi keluar dari ruang kerjanya. Jin Eon memohon, agar Presdir Choi menyetujui perceraiannya dengan Hae Gang. Hae Gang pun goyah, ia menandatangani surat perceraian akhirnya dan pergi begitu saja dari rumah Jin Eon dengan tatapan kosong)

Flashback end…


Hae Gang yang masih belum sadarkan diri mulai mendapatkan kembali ingatannya. Ia ingat saat Jin Eon berjalan menjauhi mobilnya. Sementara itu, di ruangannya, Jin Eon menangis mengira Hae Gang ingin menemui dirinya sebelum pergi ke China.


Tiba2, sebuah fax masuk. Dengan tangan gemetar, Jin Eon mengambil fax hasil tes DNA Hae Gang. Jin Eon menangis haru membaca hasil tes DNA itu. Hasil tes DNA itu menunjukkan bahwa Hae Gang dan Yong Gi adalah orang yang sama.


Dengan wajah sumringah, Hae Gang berlari ke kantor Baek Seok. Ia menggedor pintu sambil berteriak2 memanggil nama Hae Gang namun pintu tak kunjung terbuka.

Jin Eon pun menghubungi ponsel Hae Gang.


Sayanganya, ponsel Hae Gang berada di tangan Tae Seok. Produser Kim bilang bahwa Jin Eon masih tidak tahu kondisi ‘Yong Gi’ (read : Hae Gang). Tae Seok lantas menanyakan tentang bodyguard yang disewa Jin Eon untuk menjaga ‘Yong Gi’. Produser Kim bilang setelah diserang, tubuh bodyguard itu dibuang di dekat rumah.

(oooh jadi pria yang ikut diserang di depan rumah Baek itu bodyguard sewaan Jin Eon toh)

Tae Seok pun menyuruh Produser Kim mengakhiri hidup ‘Yong Gi’ sekarang. Ia menyuruh Produser Kim menyuntikkan potassium ke tubuh ‘Yong Gi’!!!

Jin Eon menghubungi pengawalnya. Pengawalnya mengaku bahwa ia kehilangan kontak dengan pengawal yang menjaga Hae Gang. Jin Eon pun cemas, ia mencoba menghubungi Baek Seok tapi Baek Seok tidak menjawab panggilannya.


Jin Eon melajukan mobilnya menuju rumah Baek Seok. Setibanya di sana, ia terkejut melihat garis polisi yang terpasang di tempat Hae Gang ditusuk. Jin Eon syok melihat darah Hae Gang yang bercecer di sana.


Jin Eon berlari ke ruang UGD. Bersamaan dengan itu, Baek Seok melangkah gontai keluar dari ruang UGD. Baek Seok cemburu menatap Jin Eon. Sementara Jin Eon yang masih syok tidak memperdulikan Baek Seok dan terus berjalan menuju ruang UGD. Namun pintu ruang UGD dikunci dari dalam saat ia mencoba membukanya.

“Hae Gang-ah! Hae Gang-ah!” teriak Jin Eon sambil menggedor pintu ruang UGD.


Baek Seok pun menoleh dan menatap Jin Eon dengan tatapan terluka.

“Yeobo! Yeobo! Yeobo! Ayo kita pulang! Yeobo! Aku ingin kembali! Ke rumah kita! Kembali padamu! Aku ingin kembali! Yeobo! Aku tahu ini terlambat, tapi Yeobo….! Berikan aku kesempatan sekali lagi. Kembalilah padaku! Hae Gang-ah!” teriak Jin Eon.

Di dalam, Hae Gang mulai sadar dan kembali teringat masa lalunya.

“Apa kau tahu, sekarang aku lebih, lebih dan lebih mencintaimu dibandingkan saat kita pacaran dulu.” Ucap Jin Eon.

“Ayah, tolong singkirkan orang ini agar dia tidak bisa muncul lagi di hadapanku. Agar aku dapat melanjutkan hidupku tanpa melihatnya, agar aku tidak memiliki kenangan apapun tentangnya.” Ucap Jin Eon.

“Kau tahu, semua makhluk di dunia ini saling membutuhkan. Aku untukmu. Dan kau, untukku.” Ucap Jin Eon.


Hae Gang juga ingat saat ia mencoba bunuh diri dengan terjun ke sungai dan Jin Eon datang menyelamatkannya.


“Bernapaslah! Aku bilang bernapaslah! Bernapaslah, Yeobo!” teriak Jin Eon sambil terus menekan  dada Hae Gang.

Hae Gang menangis.


Sementara di luar, Jin Eon dan Baek Seok masih terus menunggui Hae Gang. Tak lama kemudian, Hae Gang siuman!

Bersambung…………….

3 Comments:

  1. Husnafanany said...:

    Syukurin pny istri mlh lirik yg lain ,,,kalo sedih y aling mendukung,,namanya rumah rangga tak selamanya adem ayem ,,,nan od saat igu d butuhkan dukungan satu sama lain

Post a Comment