Sebelumnya...
Jin Eon terpaku kala melihat
Hae Gang menerima bunga dari Seok dengan wajah sumringah. Hae Gang
mempersilahkan Seok masuk. Dengan langkah gontai, Jin Eon beranjak mendekati
kamar Hae Gang. Ia bahkan menjatuhkan jaketnya ke lantai.
Sementara di dalam, Seok
termenung melihat nama Seol Ri di dalam daftar peserta yang mengikuti tes
klinis Pudoxin. Tak lama kemudian, Hae Gang datang dan memberikan catatan
pribadi Kim Sun Yong.
“Jadwal harian dan
kekhawatirannya selama tes klinis semuanya tertulis dengan singkat. Kalau kau
membacanya, kau tahu bagaimana harus memproses tuntutan. Saat kita memulai
tuntutan efek samping dari Pudoxin dan memunculkan pertanyaan tentang kematian
Kim Sun Yong, kita bisa membuat ini menjadi tuntutan kejahatan.” Ucap Hae Gang.
Seok pun langsung membaca
catatan Kim Sun Yong itu..
“Aku
menerima kompensasi dari perusahaan…” tulis
Kim Sun Yong di sana.
Seok langsung menatap Hae
Gang. Hae Gang pun mengangguk, membenarkan kalau dirinya mengambil kasus itu. Hae
Gang juga mengaku bahwa ia dan tim nya sudah menjebak Kim Sun Yong dengan
tuduhan penggelapan dana dan perjudian.
“Kalau aku mengatasi beberapa
lubang, aku bisa memenangkan kasus dengan mudah. Setelah aku menerima sebuah
kasus, itulah yang aku pikirkan. Di masa lalu, melebihi fakta yang ada dari
sebuah kasus, aku berpikir bahwa menang dengan segala cara demi klienku adalah
tugas dari seorang pengacara. Menang atau menjadi pemenang adalah kode etik
pengacara, melebihi nurani dan kebenaran. Tanpa mengetahui bahwa dia adalah
kekasih adikku, aku dengan kejam menekannya dan menginjak-nginjakny. Aku
melakukan itu pada Kim Sun Yong. Dari Presdir Min Tae Seok aku mendengar kalau
dia bunuh diri, dan mengatakan, " Pembersihan sudah selesai." Aku
melakukan itu, Seok.” Ucap Hae Gang dengan mata berkaca2.
“Dalam masa 100 tahun
perkembangan hidup, kau bisa melakukan kebaikan sekarang, dimulai dari sekarang,
60 tahun kemudian, kalau kau baik, maka tidak apa-apa.” Jawab Seok.
Hae Gang pun mengangguk,
masih dengan matanya yang berkaca…
Sementara itu, diluar. Dengan
tangan bergetar, Jin Eon berusaha menyentuh bel. Namun tiba2 saja Jin Eon
limbung. Wajahnya pucat dan basah oleh keringat.
Di dalam, Seok dan Hae Gang
masih membahas soal Kim Sun Yong.
“Apa kau melihat catatan
terakhirnya, 'Stasiun Imjingang, jam 7 malam?” tanya Seok.
“Dengan catatan itu, stasiun
Imjigang bukan tempat untuk bunuh diri tapi tempat untuk perjanjian. Dia bahkan
tidak bermimpi bahwa ini ada, jadi sembunyikan. Kalau kau mengungkapkan ini di
persidangan, Presdir Min Tae Seok tidak akan bisa lolos.” Jawab Hae Gang.
“Setelah mendapatkan ijin
dari orang tua Kim Sun Yong, mari kita periksa catatan kematiannya.” Suruh
Seok.
“Pengacara Baek, kau harus
menang.” Ucap Hae Gang.
“Kenapa kau, itu seharusnya kita.”
jawab Seok.
“Baik, mari kita menangkan
ini, Seok.” Ucap Hae Gang.
“Yeah! Ayo!” teriak Seok
sambil membuat kepalan tangan.
“Ayo, ayo, ayo!” teriak Hae
Gang yang juga membuat kepalan tangan.
Diluar, Jin Eon berkata
dengan pelan.
“Keluarlah. Cepatlah keluar. Tidak,
usir saja dia keluar. Beraninya di tempat seperti ini. Dikamar, ini hotel. Cepat
keluarkan dia. Jadi, keluarkanlah dia. Apa yang kau lakukan di dalam? Apa yang
kalian berdua lakukan? Apa yang kau lakukan sekarang?”
Jin Eon lantas memukul2kan
dahinya ke pintu. Seok terkejut mendengar suara di pintu, sementara Hae Gang
terhenyak. Seok ingin tahu suara apa itu. Hae Gang pun berkata pelan, bahwa
suara itu berasal dari Jin Eon. Seok bingung.
“Choi Jin Eon membenturkan
dahinya.” Ucap Hae Gang lagi.
Di luar, Jin Eon terus
membenturkan dahinya. Hae Gang yang mendengarnya di dalam pun tampak terluka.
Seok lantas bertanya, apa yang Hae Gang inginkan?
“Kalau aku berpura-pura tidak
tahu dan membuka pintu, maukah kau melihat wajahnya? Kalau dia terus
melakukannya, kepalanya akan pecah.” Ucap Seok.
Hae Gang terdiam sejenak.
Matanya terlihat jelas berkaca2. Tak lama kemudian, Hae Gang menyimpan berkas2
Kim Sun Yong di laci, kemudian mengambil wine dan dua gelas. Seok diam saja melihat
Hae Gang menuangkan wine itu ke dalam gelas, namun wajahnya tampak iba.
Sementara Jin Eon masih terus membenturkan dahinya ke pintu.
“Maafkan aku Seok-ah.Tapi dia
tipe orang yang akan melakukan itu sepanjang malam.” Ucap Hae Gang.
Seok pun meminum wine nya,
kemudian beranjak membukakan pintu.
“Apa-apaan ini? Do Hae Gang
bilang dia sudah selesai denganmu.” Ucap Seok.
“Apakah dia putus dariku atau
apalah itu, lebih baik kau pergi dari sini.” Jawab Jin Eon ketus.
Namun Seok diam saja dan
menatap Jin Eon dengan iba.
“Apa yang kau lakukan? Apa
kau tidak mendengar aku menyuruhmu pergi?” tanya Jin Eon.
“Menyedihkan sekali! Apa kau
benar-benar tidak tahu siapa tamu yang tidak diundang? Kalau kau bergerak satu
langkah saja, dia akan memanggil polisi lagi. Apa kau tahu? Kalau terjadi kasus
yang sama kedua kalinya, kau tidak bisa bebas hanya dengan menulis perjanjian.”
Jawab Seok.
“Apa-apaan! Biarkan saja aku
menjadi narapidana. Panggilah polisi, lebih baik aku masuk penjara.” Ketus Jin
Eon.
Jin Eon kemudian menerobos
masuk ke dalam. Ia terhenyak melihat botol wine dan dua gelas di atas meja,
serta jaket Seok dan Hae Gang yang tergeletak di kursi. Hae Gang sendiri duduk
di meja rias. Jin Eon menghampiri Hae Gang, ia terdiam melihat Hae Gang yang
sedang merias diri.
Jin Eon kemudian mendekati
Hae Gang. Hae Gang yang sedang merias dirinya tertegun melihat Jin Eon dari
cermin.
“Panggil polisi, lebih baik
bagiku pergi ke penjara.” Ucap Jin Eon.
Hae Gang diam saja. Jin Eon
yang sudah tak bisa lagi menahan dirinya pun melepaskan ikatan rambut Hae Gang.
Tak hanya itu, Jin Eon juga menghapus paksa lipstick di bibir Hae Gang.
“Hapus ini, jangan dipakai! Kenapa
kau memakai riasan, dimana kau memakainya? Untuk siapa kau memakainya? Jangan
pakai riasan, jangan pakai apapun! Aku bisa gila, aku benar-benar bisa gila
karenamu! Kau benar-benar ingin melihat aku menjadi gila?” ucap Jin Eon.
“Kenapa kau mempermalukan
dirimu sendiri seperti ini? Berhentilah ikut campur dan pergilah!” ketus Hae
Gang.
“Ikut campur?” tanya Jin Eon
heran.
“Tidak bisakah kau melihat
siapa dihadapanmu? Apa kau tidak melihat aku sedang bersama siapa?” jawab Hae
Gang.
“Jadi kau tidak melakukannya
dengan sengaja supaya aku melihatnya?” tanya Jin Eon.
“Apa kau sudah kehilangan
akalmu? Apa kau sudah gila?” ucap Hae Gang.
“Membawa orang asing ke kamar
hotel dan minum anggur? Aku mungkin sudah gila sekarang, tapi kau juga! Bukan
aku yang balas dendam, tapi kau! Kau bilang tidak ingat, kau tidak kenal pria
itu. Sejak kapan Do Hae Gang minum alkohol bersama pria yang tidak dikenalnya?”
jawab Jin Eon.
“Dia bukan orang asing! Dia
pria yang tinggal bersamaku selama 4 tahun. Saat aku bersamanya aku merasa
damai, jelas sekali dia bukan orang asing. Bukan karena pria itu, tapi aku yang
terasa asing, itu aku!” ucap Hae Gang.
Jin Eon terkejut, Apa?
“Aku menerima lamaran. Itu
adalah lamarannya yang ke-999. Apakah itu masuk akal? Dia bilang dia melamarku
setiap hari. Dia bilang akan melakukannya sampai 1,000 kali. Setelah ini,
setelah 1000 kali, kalau aku masih tidak menerimanya, dia akan menyerah. Aku
bilang padanya untuk memulai dari awal. Aku bilang mulai dari sekarang, kami
akan mulai dari awal.” Jawab Hae Gang.
Jin Eon syok, Apa?
“Pengacara Baek, kemarilah
daripada kau di sana.” Pinta Hae Gang.
“Aku hanya menunggu
kesempatan yang tepat untuk bergabung dengan kalian.” Jawab Seok sambil
beranjak mendekati mereka.
Seok lantas menggenggam erat
tangan Hae Gang.
“Sebelum Choi Jin Eon datang,
kami hidup seperti ini, kami berpegangan tangan bersama, dan hati kami menyatu.
24 jam sehari, kami hidup seperti itu. Bagiku, ini bukan awal yang baru, tapi
memulai apa yang telah kami miliki. Hidup yang kau curi dariku, aku
mendapatkannya kembali.” Ucap Seok.
Jin Eon emosi. Ia pun
melepaskan pegangan tangan itu dengan paksa. Seok menahan tubuh Jin Eon. Hae
Gang tampak ingin menangis. Seok pun menyuruh Hae Gang pergi. Hae Gang pun
pergi. Setelah Hae Gang pergi, Jin Eon terduduk lemas. Seok pun mengajak Jin
Eon bicara.
Diluar, tangis Hae Gang pun
pecah. Hae Gang lantas memungut jaket Jin Eon di lantai. Ia menggenggam kuat
jaket itu dan menempelkan jaket itu di wajahnya. Beberapa menit kemudian, Hae
Gang tersadar. Ia mencoba menguatkan hatinya, sebelum akhirnya beranjak pergi.
Jin Eon dan Seok duduk di
bar.
“Daripada di sini, aku
seharusnya pergi ke ring tinju. Kita seharusnya bertarung. Tidak masalah siapa
yang menang, kita seharusnya bertarung sampai kelelahan hari ini. Bagus sekali
kalau kau melepaskannya. Kalau kau benar-benar perduli padanya, supaya dia bisa
terbebas dari situasi ini, supaya dia bisa terbebas dari rasa sakit dimasa
lalunya. Akan bagus sekali, kalau kau bisa melepaskannya. Ikuti keputusannya. Kalau
dia meninggalkanmu, kau akan berhenti. Kau yang mengatakan itu padaku. Ini
bukan keputusan kita, tapi keputusannya. Aku tahu ini berat untuk diterima,
karena aku juga merasakannya. Tapi kau harus menerimanya. Kau menghormati
kata-kata itu, kata-kata yang kau ucapkan padaku.” Ucap Seok.
Jin Eon semakin emosi, tapi
ia diam saja dan memilih melampiaskan emosinya dengan minum2.
“Mungkin akan berbeda kalau
kau sendirian. Tapi bagimu, kau memiliki farmasi Cheon Nyeon, ayahmu dan kakak
iparmu. Pikirkanlah apa yang telah mereka lakukan pada dua bersaudara itu. Bagaimana
dia bisa kembali pada orang yang berusaha membunuhnya dan adiknya? Dengan orang
itu, bagaimana dia bisa menjadi keluarga lagi? Apa kau benar-benar berpikir itu
bisa? Sekali saja, buanglah keinginanmu. Dan keegoisanmu, dan pikirkanlah
kebahagiaan wanita itu? Tidakkah kau pikir kau menjadi berani? Betapa
sombongnya ini?” ucap Seok lagi.
“Aku merasa Hae Gang bersikap
aneh. Dia bukan orang yang tergesa-gesa, tapi sekarang dia terburu-buru. Dia
tidak pernah bertingkah berlebihan. Dia bersikap berlebihan setiap kali dia
melihatku. Dia menantang. Berteriak, mendorong, dan menolak, emosinya tidak
seperti itu. Aku hanya bisa merasakan kebulatan tekadnya. Apakah itu kebencian
ataukah cinta, aku belum tahu. Aku tidak tahu apakah dia benar-benar ingin
balas dendam atau dia berpura-pura balas dendam untuk menjauhkan aku. Aku
merasa Hae Gang berada di tepi sesuatu. Aku harus tahu kenapa Hae Gang seperti
ini. Kalau aku terus mengawasinya, aku yakin aku akan melihat pikiran Hae Gang
yang sebenarnya. Setelah aku menemukan jawabannya dan aku memahaminya aku akan
menyingkir tanpa sepatah katapun. Kalau dia benar-benar mengabaikan aku, Kalau
dia benar-benar lebih memilihmu daripada aku, aku akan melepaskan Hae Gang saat
itu. Akan tetapi, sampai saat itu, aku akan berusaha dengan semua kekuatan yang
aku miliki. Aku akan berusaha sampai aku menjadi gila. Aku tidak mampu
melakukan apapun untuknya. Tidak ada.” Jawab Jin Eon.
Seok pun kembali menatap Jin
Eon dengan iba.
Nyonya Hong teringat
perkataan suaminya tentang suaminya yang mencuri Ssanghwasan milik Ji Hoon. Tak
lama kemudian, Hae Gang datang. Begitu menginjakkan kaki di kediaman Presdir
Choi itu, Hae Gang langsung menghadap Nyonya Hong dan membungkukkan kepala
memberi hormat. Lalu tanpa berkata apapun, ia pergi menuju ruangan Presdir
Choi. Tapi baru sampai di depan pintu, Nyonya Hong mengajaknya bicara.
“Apa kau sudah lupa? Eun Sol,
kau melakukan hal buruk pada kami dan anakku. Yang kau lakukan lebih mengerikan.
Apa kau pernah sekalipun meminta maaf pada anakku? Bahwa kau menyesal, kau
salah, bahwa itu adalah salahmu, apa kau sudah meminta maaf? Tidak, kau tidak
melakukannya, lalu kenapa? Kau tidak pernah memohon ampunan dari anakku, lalu
kenapa? Kenapa kau tidak memikirkan luka yang kau sebabkan, tapi hanya
memikirkan luka yang kau terima? Kau seharusnya menebus dosa-dosamu dulu. Setelah
kembali dari kematian, bukankah seseorang harus bertobat dan bukan balas
dendam? Apa? Pewaris farmasi Cheon Nyeon? Tidak bisa melepaskan orang sepertimu,
cinta yang tidak berubah terhadap iblis sepertimu. Kenapa kau tidak berubah?
Tidak bisakah kau berubah? Kenapa?” ucap Nyonya Hong.
“Apa sebenarnya yang tidak
kau sukai dariku? Apakah masa laluku, masa sekarang atau masa depanku? Kau
harus memperjelas dirimu sendiri.Baru aku bisa memberikan respon yang kau
inginkan.” Jawab Hae Gang.
“Menghilanglah, aku ingin kau
pergi dari kehidupan anakku.” Ucap Nyonya Hong.
“Akan kulakukan.” jawab Hae
Gang.
Nyonya Hong terkejut, Apa?
“Aku akan pergi dari
kehidupan anakmu. Aku punya pria lain, ibu.” Jawab Hae Gang.
Nyonya Hong semakin terkejut,
Apa?
“Pria lain selain anakmu, aku
menyukai pria lain. Anakmu tidak ada dalam pikiranku, jadi jangan khawatir. Anakmu
yang masih menempel seperti lintah. Sebelum datang kemari, aku telah menolaknya
dengan kejam. Anakmu yang seperti lintah itu.” ucap Hae Gang.
“Ap-ap-apa? Lintah?” Nyonya
Hong terkejut.
“Ya, itu benar. Berlutut,
membuat alasan, memohon. Aku bahkan melaporkannya ke polisi, tapi dia tetap
datang mengangguku. Bahkan di depan pria yang aku kencani dia menyentuhku
seperti aku ini masih isterinya. Anakmu benar-benar terobsesi denganku.” Jawab
Hae Gang.
“Ap--ap--apa? Kau bahkan
melaporkannya ke polisi?” tanya Nyonya Hong kaget.
“Itu tidak ada gunanya. Itu
seperti berbicara dengan dinding, dia membuatku gila. Mantan suamiku yang aku
ceraikan datang setiap hari dan melakukan itu,. Pria macam apa dia? Aku ingin
berjalan baik dengan pria itu, ibu. Aku akan membuat dinding baja, tapi
nasehatilah juga anakmu. Anakmu menganggu.” Jawab Hae Gang.
“Tapi kau berkencan dengan
siapa? Siapa dia? Apa pekerjaannya?” tanya Nyonya Hong.
“Kau juga mengenalnya, dia
pengacara Baek Seok.” Jawab Hae Gang.
“Ah, Anaknya direktur Baek?”
tanya Nyonya Hong. Hae Gang mengiyakan.
“Apa dia menarik di matamu? Apa dia cukup baik untukmu?” tanya Nyonya
Hong.
“Standarku tidak terlalu
tinggi. Aku juga hidup dengan anakmu.” Jawab Hae Gang.
Nyonya Hong kaget, Apa??
Jin Eon yang duduk sendirian
di bar, bertanya2 apakah yang dialaminya adalah mimpi? Tak lama kemudian, Jin
Eon berkata kalau ia harus bangun dari mimpinya itu. Jin Eon lantas menjatuhkan
wajahnya ke meja.
“Ini adalah kebohongan. Kau
berbohong padaku, Hae Gang-ah. Do Hae Gang-ah.” Ucap Jin Eon.
Presdir Choi ingin tau alasan
Hae Gang menginginkan posisi Jin Eon. Hae Gang berkata, itu sebagai ganti dari perceraiannya.
“Kalau begitu, kau memilih
posisi karena perasaan pribadimu, benarkan?” tanya Presdir Choi.
“Tidak, kalau aku harus
mengambil alih farmasi Cheon Nyeon, aku harus membaca masa depan. Kekuatan
pertumbuhan di masa depan ditentukan dari penelitan dan pengembangan obat di
divisi R&B.” jawab Hae Gang.
“Ini bukan untuk balas dendam?”
tanya Presdir Choi.
“Aku harap dia menganggapnya
sebagai balas dendam.” Jawab Hae Gang.
“Kenapa?” tanya Presdir Choi.
“Karena aku terluka karena
dia.” jawab Hae Gang.
“Kalian berdua menikahlah,
lalu aku akan mengirim dia ke bagian penelitan.” Ucap Presdir Choi.
“Kapasitasku terlalu kecil
untuk menerima orang yang mengkhianati aku. Itu sudah hancur, bagian yang
hancur mungkin akan menjadi senjata untuknya. Kami akan berjuang di pertempuran
yang sama.” Jawab Hae Gang.
“Kalau begitu, biarkan dia
memelukmu kali ini. Kalian harus kembali bersama.Tubuh dan pikiran
bersama-sama, jagalah farmasi Cheon Nyeon.” Ucap Presdir Choi.
“Selama 4 tahun, cintaku
padanya telah lenyap.” Jawab Hae Gang.
“Cintanya berlebihan, kau
terima saja cintanya.” Suruh Presdir Choi.
“Tidak bagiku. Aku penuh
dengan kebencian, yang terbaik adalah berpisah. Aku ingin aku diterima karena
kemampuanku. Kalau aku dipilih karena aku adalah isterinya maka aku akan
menolaknya.” Jawab Hae Gang.
“Apa?” tanya Presdir Choi.
“Aku akan mempertimbangkan
kembali untuk kembali ke perusahaan.” Jawab Hae Gang.
“Hae Gang-ah.” Bujuk Presdir
Choi.
“Kalau kau memerlukan aku,
tolong singkirkan dia.” pinta Hae Gang.
“Ibu mertuamu menderita
Alzheimer.” Ucap Presdir Choi.
Nyonya Hong yang menguping
pembicaraan itu pun kaget. Ia tidak menyangka suaminya sudah mengetahui
penyakitnya.
“Dia minum obat sekarang,
jadi dia baik-baik saja. Tapi ke depannya akan jadi masalah. Semakin hari dia
akan bertambah parah.” Ucap Presdir Choi.
“Apakah orang itu juga tahu?”
tanya Hae Gang cemas.
“Dia tahu, dia berlatih
dengan ibunya setiap hari meskipun dia sibuk. Dan dia berbincang-bincang dengan
ibunya, tidak seperti dulu. Dia dan aku sangat terkejut. Aku akan menyerahkan
perusahaan dan menghabiskan waktu bersama ibu mertuamu. Itu sebabnya aku
memerlukanmu. Berada di sampingnya, berada di sampingku, apa kau tidak bisa? Aku
mohon padamu.” Jawab Presdir Choi.
“Maaf, tapi itu adalah
pilihanmu. Aku tidak pernah berpikir untuk menjadi isterinya lagi.” Ucap Hae
Gang.
Nyonya Hong kembali duduk di
ruang tengah. Ia baru menyadari kenapa Presdir Choi mengintilinya sepanjang
hari. Kenapa Jin Eon setiap pagi mengajaknya bicara. Tak lama kemudian, Tae
Seok dan Jin Ri datang.
“Oh, kau sudah pulang? Kalian
datang bersama, senang sekali melihatnya.” Ucap Nyonya Hong.
“Bersama apanya? Segera
setelah melihatku di pintu depan dia berteriak, "ahh, seperti aku sakit
kolera dan cacar saja. Kalau kau tetap seperti itu, aku akan meminta pria lain
untuk membawaku bersamanya.” Cerocos Jin Ri asal.
“Itu Santa. Santa Claus.”
Jawab Tae Seok menatap istrinya jahil.
“Apa?” tanya Jin Ri sambil
menatap tajam suaminya.
“Kalau seseorang mencuri
isteriku, balas dendam terbaik adalah... membiarkan dia menahan isteriku.Bawa
pria itu kesini, jadi aku bisa memberinya kompensasi atas penderitaannya dan
bonus setahun.” Jawab Tae Seok.
“Kenapa aku repot-repot
bicara?” ucap Jin Ri kesal.
Jin Ri lantas mengalihkan pandangannya
pada Nyonya Hong dan bertanya alasan ayah memanggil mereka. Nyonya Hong
terkejut, dia memanggilmu?
“Ya, dia mau makan malam
bersama kalau kami tidak sibuk.” Jawab Tae Seok.
“Ada apa?” tanya Jin Ri.
“Hae Gang ada di ruang
belajar.” jawab Nyonya Hong.
“Benarkah? Kalau begitu ayah
memanggil kami untuk makan malam bersama Hae Gang. Ayah seharusnya memeriksa
pikiran buruknya, kenapa kami?” ucap Jin Ri.
“Bagaimana dengan adik ipar?”
tanya Tae Seok cemas.
“Aku tidak tahu, entah dia
dipanggil atau diikut sertakan, siapa yang tahu?” jawab Nyonya Hong kesal.
Hae Gang minta diri. Presdir
Choi menyuruh Hae Gang makan dulu sebelum pergi. Hae Gang menolaknya. Presdir
Choi pun berkata kalau itu adalah makan malam terakhir Hae Gang bersama
dengannya. Hae Gang terkejut.
“Bukan Jin Eon, aku akan
membuangmu, kau tidak perlu kembali ke kantor. Bagiku dan ibu mertuamu yang
menderita alzheimer, sepertinya ini adalah makan malam terakhir bersamamu. Kita
akan memberitahu keluarga supaya tidak ada kesalahpahaman. Bahwa takdir kami
bersamamu benar-benar akan berakhir hari ini. Mari kita panggil Jin Eon, juga.
Mari kita perjelas juga untuknya.” Ucap Presdir Choi.
Hae Gang terkejut…
Hae Gang sedang makan malam
bersama keluarga Jin Eon (minus Jin Eon).
“Aku yakin alasan kita
berkumpul bukan hanya untuk sekedar makan, ada apa? Apa yang ingin kau katakan
sampai gagap seperti itu.Kami menunggu lama leher itu akan patah, jadi nasinya
akan masuk ke hidung ke arah yang berlawanan.” Ucap Jin Ri.
“Berhentilah membuat pertunjukan
dan katakan apa yang kalian berdua diskusikan.” Pinta Nyonya Hong.
Nyonya Hong lantas menatap
sinis Hae Gang.
“Katakanlah pada kami, janji
apa yang kau terima? Apa kau setuju kembali ke perusahaan? Posisi apa? Kau
mendapatkan posisi apa?” tanya Nyonya Hong.
Hae Gang diam saja dan
menatap sedih Nyonya Hong.
Jin Eon pulang dalam keadaan
setengah mabuk. Langkahnya terhenti saat mendengar Jin Ri berkata kalau Hae
Gang menginginkan posisi Jin Eon. Hae Gang diam saja dan menatap Tae Seok.
Wajah Hae Gang seketika berubah tegang saat menyadari ada Jin Eon di
hadapannya. Hae Gang lantas memberi kode pada Tae Seok tentangg kehadiran Jin
Eon.
“Aku memutuskan untuk tetap
membiarkan Presdir Choi berada di bagian R&B, seperti yang kau inginkan.”
Ucap Tae Seok.
“Begitukah?” tanya Hae Gang.
“Kita bisa mendiskusikan
detailnya nanti.” Jawab Tae Seok.
“Tentu.” Ucap Hae Gang.
“Hae Gang menemukan pria lain
selain Jin Eon, sayang. Dia memintaku untuk menasehati Jin Eon karena dia ingin
berjalan baik dengan pria itu. Untuk itu, sadarlah dan jangan salah menilai
sayang.” Ucap Nyonya Hong pada Presdir Choi.
“Apakah itu benar?” tanya
Presdir Choi.
Hae Gang terdiam sejenak,
sebelum akhirnya mengiyakan kata2 Nyonya Hong.
“Selamat.” Ucap Presdir Choi.
“Apa? Selamat? Apa kau
bilang? Selamat? Apa kau bersungguh-sungguh?” tanya Nyonya Hong.
“Bukankah kau menginginkan
dia dan Jin Eon kembali bersama?” tanya Jin Ri.
“Dia menolaknya, dia tidak
menginginkannya. Dia sudah menyerah dengan Jin Eon.” Jawab Presdir Choi.
“Jadi dia bukan menantu kita
dan akan menjadi menantu orang lain. Aku rasa aku tidak perlu mendengar bahwa
kau akan menyerahkan Farmasi Cheon Nyeon kepadanya.” Ucap Nyonya Hong.
“Akan kutanya untuk yang
terakhir kalinya, perjelaslah keinginanmu sebelumnya pada keluarga. Membiarkan
Jin Eon di posisi R&B. Apakah kau menerima posisinya?” tanya Presdir Choi.
Hae Gang terkejut, begitupula
dengan Tae Seok dan Jin Ri.
“Tidak bisa. Jangan Hae Gang,
jangan bawa dia masuk ke perusahaan ayah. Aku tidak mengijinkannya ayah,
berikan posisimu kepadaku. Aku akan mengambil alih, aku akan menggunakan
keringatku, tubuhku, darahku, aku akan melakukannya ayah.” ucap Jin Eon sambil
menatap tajam Hae Gang.
“Jawab aku, apa kau akan
masuk kembali ke perusahaan sebagai wakil Presdir?” tanya Presdir Choi.
“Ayah!” bujuk Jin Eon.
Aku akan masuk kembali ke
perusahaan.” Jawab Hae Gang dengan tatapan penuh arti.
Semua terkejut….
“Aku mengerti, mari kita
siapkan kalau begitu.” jawab Presdir Choi.
Hae Gang mengangguk.
“Berjuanglah untuk perusahaan!”
suruh Presdir Choi pada Jin Eon.
“Tolong temui aku sebelum kau
pergi, wakil Presdir Do Hae Gang. Ada yang ingin kutanyakan padamu, aku tidak
bercanda, jadi setelah kau makan, sebelum kau pergi, tolong datang ke kamarku.”
Ucap Jin Eon syok.
Jin Eon lantas beranjak
pergi.
Setibanya di kamar, Jin Eon
melemparkan jaketnya ke kasur dengan emosi.
“Apakah ini masuk akal? Ada
aku dan Jin Eon.Bagaimana bisa dia memberikan jabatan itu pada seseorang yang
tidak ada hubungan darah dan musuh abadi.Sekarang, Do Hae Gang adalah
pimpinanku dan Jin Eon.” Ucap Jin Ri kesal.
“Aku akan menghancurkannya.”
Jawab Nyonya Hong.
“Ayah menaruh pasak sekeras
ini, apa yang bisa kita lakukan?” ucap Jin Ri.
“Aku tidak tahu, aku juga
tidak tahu. Kepalaku seperti mangkuk anjing. Aku tidak bisa memikirkan yang
lain selain menghancurkannya. Darahku mengering, darah anakku mengering, aku
harus mengeringkan darahnya juga.” jawab Nyonya Hong.
“Bergabunglah bersamaku ibu. Seperti
drakula, kita gigit dia dan biarkan darahnya mengalir.Mari kita tunjukkan
padanya rasanya darah.” Ucap Jin Ri.
Nyonya Hong pun setuju…
“Bagaimana aku bisa
menahannya untuk tidak melaporkanku pada jaksa dengan dokumen yang diambilnya
dari komputerku? Secara mengejutkan, adik ipar sudah berubah. Siapa yang
menyangka dia akan mencurinya. Pengacara Do dan aku akan sakit kepala. Adik
ipar akan menghalangi semua yang akan kita lakukan.” ucap Tae Seok pada Hae
Gang.
“Kalau begitu, kita harus
mengeluarkan rintangan itu sebelum kita jatuh dan terluka.” Jawab Hae Gang.
“Tapi, apa kau akan pergi
begitu saja? Dia bilang ingin bertanya padamu, jadi kau harus datang?” tanya
Tae Seok.
“Tidak perlu mengantarku.”
Jawab Hae Gang.
Hae Gang membuka pintu
keluar, namun langkahnya terhenti di depan pintu. Ia teringat kata2 Presdir
Choi tadi tentang Nyonya Hong yang terkena Alzheimer. Tak hanya itu, Hae Gang
juga teringat kata2 Jin Eon yang tidak setuju ia masuk perusahaan.
Aku
akan mengambil alih, aku akan menggunakan tubuhku, keringatku, darahku, aku
akan melakukannya.” Ucap Jin Eon.
Hae Gang pun tidak jadi
pergi. Ia ingin menemui Jin Eon. Namun langkahnya terhenti saat ia menyadari
Jin Eon telah berdiri di hadapannya.
“Kau bilang ingin bertanya
padaku, langsung saja.” Ucap Hae Gang.
“Naiklah, itu tidak bisa
dikatakan di sini.” Jawab Jin Eon.
Namun langkah Hae Gang
terhenti tepat di samping Jin Eon. Hae Gang terdiam sejenak, sebelum akhirnya
ia menyuruh Jin Eon mengambilkan obat sakit kepala untuknya. Jin Eon langsung
pergi mengambil obat dan air untuk Hae Gang. Setelah Jin Eon pergi, Hae Gang
tampak menahan tangis.
Hae Gang melangkah gontai ke
kamar Jin Eon. Ia mengedarkan pandangannya menatap sekeliling kamar Jin Eon
dengan tatapan sedih. Tak lama kemudian, Hae Gang masuk ke ruang kerja Jin Eon.
Hae Gang tertegun saat melihat bola kaca di meja Jin Eon. Bola kaca yang dulu
pernah membuatnya tertegun saat ia dan Jin Eon bertemu kembali setelah 4 tahun,
namun dirinya dalam keadaan amnesia.
Tangis Hae Gang baru pecah
saat melihat foto2 dirinya di kamera Jin Eon.
Tanpa disadari Hae Gang, Jin
Eon sudah berdiri di belakangnya. Jin Eon
pun tersenyum melihat apa yang dilakukan Hae Gang.
“Hae Gang-ah.” Panggil Jin
Eon, membuat Hae Gang terkejut. Jin Eon lantas mendekati Hae Gang. Hae Gang
membeku karena kepergok Jin Eon.
“Maukah kau melihatku? Angkat
kepalamu.” Pinta Jin Eon.
Perlahan2, Hae Gang pun
berbalik dan menatap Jin Eon. Tangis Jin Eon pecah begitu melihat tangisan Hae
Gang. Perlahan2, Jin Eon pun mengusap air mata Hae Gang. Untuk sesaat, Hae Gang
menikmati sentuhan tangan Jin Eon di pipinya. Beberapa menit kemudian, ia
melangkah mundur.
“Aku berbau alkohol,
benarkan? Aku tahu kau tidak menyukainya. Aku tahu. Daerah terbatas. Aku tahu,
aku tidak akan mendekat, ambillah obat pereda sakitnya.” Ucap Jin Eon.
“Itu adalah kebohongan.”
Jawab Hae Gang, membuat Jin Eon terhenyak.
“Foto itu. Aku di foto itu. Orang-orang
di foto selalu berbohong. Kebahagiaan, bersenang-senang, bergembira. Kalau kau
hanya melihat foto itu, aku yang berdiri di sini, kelihatan memalukan dan gila.
Kita berbahagia. Kita sangat berbahagia, dan tidak ada yang bisa
menggantikannya di dunia ini. Kita pernah memiliki masa bahagia. Aku bersyukur.
Kalau kau tidak ada di sana, aku tidak akan memiliki kebahagiaan di dalam
hidupku. Tapi penderitaanku hilang dari kameramu. Kau tahu apa perbedaan antara
kau dan aku? Apa kau tahu alasan kita tidak bisa bersama lagi? Kau hanya
mengingat aku yang ada di dalam kamera ini. Tapi, aku ingat aku yang tidak ada
di dalam kameramu. Kau tidak tahu kan? Saat kau tidur, aku membayangkan
menamparmu dan mencekik lehermu berulang kali. Aku memberimu air minum yang aku
ambil dari toilet dan menaruh lemon di dalamnya. Aku melakukan itu, aku
melakukannya saat aku hidup bersamamu. Aku tidak bisa kembali. Ini seperti jam
mati. Itu sudah berlalu. Itu adalah jam Choi Jin Eon dan Do Hae Gang yang
berhenti. Kalau aku menatap jam setiap hari seperti dirimu, itu tepat dua kali
sehari. Tapi, itulah kita. Aku akan menghapus fotonya.” Ucap Hae Gang.
Hae Gang pun mulai menghapus
fotonya di kamera Jin Eon.
“Siapa kau yang sudah maju ke
depan untuk menghentikan waktu? Siapa kau yang berjalan menuju ke farmasi Cheon
Nyeon lagi tanpa rasa takut? Jangan masuk ke perusahaan, bahkan jangan berada
di dekatnya. Maka aku tidak akan mengganggumu.” Jawab Jin Eon.
“Aku akan memutuskan hidupku
sendiri.” Ucap Hae Gang.
“Hidup itu, hidupmu, bahkan
beberapa hari yang lalu, kau akan menyesalinya. Kau takut.” Jawab Jin Eon.
“Aku tidak ingat. Tidak, itu
saat aku tidak bisa mengingat diriku. Karena aku tidak mengenal diriku sendiri,
aku tidak yakin siapa diriku.” ucap Hae Gang.
“Jadi kau mau jadi anjing
pemburu lagi di farmasi Cheon Nyeon?” tanya Jin Eon.
“Tidak, aku akan menjadi
pemiliknya.” Jawab Hae Gang.
“Kau tidak akan bisa.” ucap
Jin Eon.
“Kenapa tidak?” tanya Hae
Gang.
“Karena aku yang akan jadi
pemiliknya.” Jawab Jin Eon.
“Kau akan menang dariku?”
tanya Hae Gang sinis.
“Ya, aku akan mengalahkanmu, Hae
Gang-ah.” Jawab Jin Eon.
“Baiklah, mari kita lihat.”
Ucap Hae Gang.
“Serahkan jurnal dan videonya.”
Pinta Jin Eon.
Hae Gang kaget, apa?
“Yang kau ambil dari tasnya
tanpa sepengetahuannya. Jurnal dan video Kim Sun Yong.” Ucap Jin Eon.
“Kau mendengarnya dari siapa?”
tanya Hae Gang.
“Dari Profesor Min Gyu Seok.”
Jawab Jin Eon.
“Siapa?” tanya Hae Gang
kaget.
“Berbahaya bagimu kalau kau
menyimpannya. Berikan padaku, aku akan menyimpannya, aku mohon padamu.” Pinta
Jin Eon.
“Aku memberikannya pada Presdir
Min Tae Seok.” Jawab Hae Gang.
Jin Eon kaget, Apa?
“Dengan syarat dia
melepaskanmu.” Jawab Hae Gang.
Jin Eon terhenyak. Hae Gang
lalu beranjak pergi.
Seok yang baru kembali ke
rumah terkejut melihat Seol Ri yang sedang sibuk memasak di dapur. Seok pun
teringat kata2 Hae Gang tentang Seol Ri yang mengikuti tes klinis Pudoxin.
“Oppa!” teriak Seol Ri,
membuyarkan lamunan Seok.
“Ada apa? Apa yang barusan
kau pikirkan? Kau memikirkan wanita itu lagi kan? Kalau kau terus begitu, aku
akan menenggelamkanmu.” Ucap Seol Ri.
“Dan kau?” tanya Seok.
“Kau mau aku mengatur makan
malam untukmu? Kalau kau mau, aku akan sangat berterima kasih. Taruh tasmu dan
cuci tanganmu, aku akan mengaturnya dengan cepat. Menu malam ini adalah sup
tahu.” jawab Seol Ri.
Tapi bukannya makan, Seok
melamun lagi di depan makanannya.
“Kenapa kau tidak makan? Apakah
itu hobi barumu? Melamun setiap saat.” Ucap Seol Ri.
“Aku akan menikmati
makanannya.” Jawab Seok.
“Kau berbau seperti alcohol. Bukan
bir, bukan soju. Anggur? Liquor?” tanya Seol Ri.
“Liquor?” jawab Seok.
“Dengan siapa?” tanya Seol
Ri.
“Choi Jin Eon.” Jawab Seok.
Seol Ri terdiam mendengar
nama Jin Eon.
“Setelah kau selesai makan,
taruh saja di bak cuci dan aku akan mencucinya setelah memeriksa PR anak-anak.”
Ucap Seol Ri kemudian.
Seol Ri lantas beranjak
pergi. Setelah Seol Ri pergi, Seok kembali melihat catatan peserta yang ikut
tes klinis Pudoxin. Di sana juga tertulis, peserta yang mengikuti tes klinis
Pudoxin menerima pembayaran sebesar 990 ribu Won.
Seol Ri kembali ke kamarnya.
Ia menyalakan laptopnya, namun ia tidak bisa konsentrasi karena Hae Gang. Ya,
ia teringat ucapan Hae Gang waktu itu.
“Apa
saja yang kau lakukan selama 4 tahun ini? Apa yang kau lakukan setelah kau
mencurinya dariku? Kenapa pria itu masih saja datang kepadaku dan berlutut
memohon cintaku? Kenapa dia menggangguku? Kenapa dia masih menyiksaku? Ambillah
dia, aku akan membuangnya untukmu.Aku menyuruhmu untuk mengambilnya. Singkirkan
dia dari pandanganku, kumohon.” Ucap Hae Gang.
Seol Ri menghela napas
teringat kata2 Hae Gang. Ia lantas melirik ponselnya. Tak lama kemudian ia
mengambil ponselnya dan berniat menghubungi Jin Eon, namun ia kembali teringat
kata2 Hae Gang.
“Kenapa?
Kau tidak bisa melakukannya?” tanya Hae Gang.
Seol Ri pun memilih mematikan
ponselnya ketimbang menghubungi Jin Eon. Tak lama kemudian, terdengar suara
Seok yang menyuruhnya keluar.
“Ini teh krysantium buatan
ayah, minumlah.” Suruh Tuan Baek.
“Aku benar-benar pulang ke
rumah, aku bisa minum teh buatan ayah.” jawab Seol Ri.
Seol Ri tertegun saat minum
teh buatan sang ayah. Seol Ri bahkan sampai menangis.
“Ayah membuat tehnya sangat
enak, sampai-sampai dia menangis. Mari kita beli saja daripada membuatnya, itu
lebih murah.” Ucap Seok.
“Apa yang mau kau katakan?”
tanya Tuan Baek.
“Aku telah menjadwalkan tes
kesehatan.” Jawab Seok.
“Kenapa tiba-tiba kau mau
menjalani tes kesehatan?” tanya Tuan Baek heran.
“Ini bukan tiba-tiba. Semua
orang sudah melakukannya kecuali keluarga kita. Jangan katakan apapun dan
lakukan saja, kau juga.” jawab Seok.
“Oppa, apa kau menerima uang
suap? Aku masih berumur 20 tahunan kenapa aku harus menjalani tes kesehatan?”
ucap Seol Ri.
“Seminggu lagi kau akan
berumur 30.” Jawab Seok.
“Apa? Aku masih berumur 20
tahunan sampai awal maret kalau aku menghitungnya dengan kalender Cina.” Ucap
Seol Ri.
“Hei, memangnya kenapa umur
30? Meski kau berumur 30 tahun, pikiranmu tetap berumur 20 tahunan. Dengan kata
lain, kalian harus menjalaninya, mengerti?” jawab Seok.
“Biayanya tidak hanya ₩1 atau
2.” Gumam Tuan Baek dan Seol Ri kompak.
Yong Gi masih stress
memikirkan jurnal Kim Sun Yong yang hilang. Kata2 Gyu Seok bahwa bukan Tae Seok
pencurinya terngiang2 di telinganya. Yong Gi pun menyesal. Ia berkata,
seharusnya ia menitipkan jurnal itu pada Seok. Tak lama kemudian, Woo Joo masuk
dan mengajak Yong Gi makan, tapi Yong Gi mengaku tidak lapar.
“Kenapa? Tadi juga ibu tidak
makan. Nenek khawatir.” Ucap Woo Joo.
“Nenek khawatir?” tanya Yong
Gi.
“Nenek maju mundur, maju
mundur dan terus melakukan ini, whooooo, whoooooo.. nenek begitu.” jawab Woo
Joo.
“Apa gunanya? Dia tidak
berbicara.” Ucap Yong Gi.
“Berbicara tentang apa?”
tanya Woo Joo.
“Ibu. Ibu ini Hong Gil Dong. Aku
tidak bisa memanggil ayahku ayah Aku tidak bisa memanggil ibuku ibu. Aku ini
Hong Gil DDONG. Ddong [kotoran], kotoran anjing, sembelit. Aku berhenti
sembelit sekarang.” jawab Yong Gi.
“Apa ibu harus buang air
besar? Kalau begitu lakukanlah biar ibu bisa makan.” Ucap Woo Joo.
“Ini tidak akan berhasil, ayo
kita laporkan. Mari kita panggil polisi dan memintanya untuk menangkap dan
memukuli pencuri yang mengambil barang milik ibu.” Jawab Yong Gi.
“Hmmm? Polisi? Menangkap dan memukulinya?
Tidak boleh, tidak boleh ibu!” ucap Woo Joo.
“Hmm? Ada apa denganmu? Ada
apa? Kau tahu sesuatu, benarkan? Kau tahu siapa pencurinya, benarkan? Siapa? Siapa
pencuri jahat itu?” tanya Yong Gi.
“Bibi. Bibi cantik yang mirip
dengan ibu.” Jawab Woo Joo.
Yong Gi terkejut..
“Ulang tahun... Si jahat
itu...dia... Bisa-bisanya dia? Bisa-bisanya dia padaku?” protes Yong Gi.
Yong Gi pun langsung melabrak
Nyonya Kim.
Bersambung ke part 2....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
Kumpulan Sinopsis
- Sinopsis Adamas
- Sinopsis Again My Life
- Sinopsis Alice
- Sinopsis Anna
- Sinopsis Babel
- Sinopsis Big Mouth
- Sinopsis Blessing of the Sea
- Sinopsis Blind
- Sinopsis Defendant
- Sinopsis Different Dreams
- Sinopsis Fantastic
- Sinopsis Graceful Family
- Sinopsis Gyeongseong Creature
- Sinopsis Happiness
- Sinopsis Hide and Seek
- Sinopsis Hide Identity
- Sinopsis I Have a Lover
- Sinopsis King Maker : The Change of Destiny
- SInopsis King the Land
- Sinopsis Lies of Lies
- Sinopsis Love Rain
- Sinopsis Maestra
- Sinopsis Moving
- Sinopsis My Golden Life
- Sinopsis My Happy End
- Sinopsis My Perfect Stranger
- Sinopsis Oh My Geum Bi
- Sinopsis Perfect Marriage Revenge
- Sinopsis Ruby Ring
- Sinopsis Ruler : Master Of The Mask
- Sinopsis Selection : The War Between Women
- Sinopsis Song of the Bandits
- Sinopsis still 17
- Sinopsis Temptation Of An Angel
- Sinopsis The Game : Towards Zero
- Sinopsis The Glory
- Sinopsis The Great Show
- Sinopsis The Legend Of The Blue Sea
- Sinopsis The Police Station Next to The Fire Station
- Sinopsis The Princess Man
- Sinopsis The Promise
- Sinopsis The World of the Married
- Sinopsis The Worst of Evil
- Sinopsis Train
- Sinopsis Undercover
- Sinopsis Unknown Woman
- Sinopsis Vigilante
- Sinopsis Watcher
- Sinopsis Wonderful World
Labels
- Adamas (1)
- Again My Life (20)
- Alice (6)
- Babel (47)
- Big Mouth (24)
- Blessing of the Sea (24)
- Blind (9)
- Defendant (35)
- Different Dreams (81)
- Fantastic (42)
- Flower of Evil (10)
- Good Witch (3)
- Graceful Family (63)
- Happines (24)
- Hide and Seek (77)
- Hide Identity (1)
- I Have a Lover (88)
- King Maker : The Change of Destiny (62)
- Lean Of You - Jung Yup (1)
- Lee Yoo Ri Setuju Bintangi Drama MBC Selanjutnya Spring Must Be Coming (1)
- Lies of Lies (32)
- live up to your name (36)
- Love Rain (16)
- Love Story - Lyn (1)
- Maestra (5)
- My Golden Life (100)
- My Happy End (15)
- Oh My Geum Bi (6)
- Perfect Marriage Revenge (2)
- Ruby Ring (181)
- Ruler : Master Of The Mask (56)
- Selection : The War Between Women (63)
- SInopsis King the Land (1)
- Temptation Of An Angel (22)
- The Game : Towards Zero (50)
- The Glory (1)
- The Great Show (62)
- The Legend Of The Blue Sea (39)
- The Police Station Next to The Fire Station (3)
- The Princess Man (24)
- The Promise (211)
- The Road : The Tragedy of One (1)
- The Second Anna (5)
- The World of the Married (21)
- The Worst of Evil (1)
- Train (2)
- Undercover (9)
- Unknown Woman (92)
- VIP (1)
- Watcher (65)
Blog Archive
- ► 2020 (285)
- ► 2019 (614)
- ► 2018 (436)
- ► 2017 (209)
Recent Comments
Followers
-
[Sebelumnya ] Di kediamannya, Hae Sung sedang latihan dibimbing oleh Chang Suk. “Pikiran kosong, mata kosong, tapi setelah ia menemuk...
-
Sebelumnya.... 1 Tahun Kemudian…. Hae Sung dan Chang Suk tampak sedang bersiap2. Chang Suk berkata, setahun sudah berlalu. Hae ...
0 Comments:
Post a Comment