Seorang gadis kecil berwajah imut tampak masih terlelap
meskipun sinar matahari sudah masuk melalui jendela kamarnya. Tak lama
kemudian, gadis kecil itu membuka matanya. Ia lantas duduk di tempat tidurnya
dan meletakkan bonekanya di depannya. Gadis kecil itu kemudian memejamkan
matanya sembari menghapalkan nama2 daerah Seoul.
“Amsa, Cheonho, Gandong-gu, Mongchongtoseong, Jamsil,
Seokchon, Sanseong, Bokjeong, Jangji, Munjeong, Garak Market, Songpa,
Namhansanseong, Dandaeogeori, Sinheung, Sujin dan Moran.”
Gadis itu kemudian menoleh ke kertas yang tertempel di
dinding. Ia tersenyum senang karena berhasil menghafal nama2 daerah itu tanpa
melakukan kesalahan sedikit pun.
Gadis kecil itu kemudian keluar dari kamarnya. Ia
mengambil makanan di atas meja dan memasukkannya ke dalam microwave. Gadis itu
kemudian menegak sebotol air, lalu duduk di hadapan sang bibi yang sibuk
memainkan tarot. Gadis itu bernama Yoo Geum Bi.
“Apa semuanya tidak berjalan baik antara bibi dan Paman
Young Tae?” tanya Geum Bi.
“Berikan padaku pekerjaan rumahmu.” Jawab sang bibi, Kim
Young Ji.
“Aku mengerjakan semuanya tadi malam.” Ucap Geum Bi.
“Lakukan saja apa yang kukatakan.” Jawab Young Ji.
Geum Bi pun terpaksa menyerahkan buku PRnya. Young Ji
lantas meminta pensil Geum Bi. Geum Bi protes karena harus bolak balik ke
kamarnya.Young Ji pun menuliskan sesuatu di buku PR Geum Bi.
“Apa kau pikir kau bisa menemukan jalan ke suatu tempat
yang belum pernah kau datangi hanya dengan sebuah alamat?” tanya Young Ji.
“Seseorang yang seusia denganku dapat melakukannya. Aku
bisa mencarinya dari ponselku.” Jawab Geum Bi.
Young Ji ternyata menuliskan nama daerah Jongno-gu di
buku PR Geum Bi. Ia menyuruh Geum Bi datang ke tempat itu jika sesuatu yang
buruk terjadi padanya. Geum Bi ingin tahu siapa yang tinggal di tempat itu.
Mata Geum Bi pun langsung terbelalak saat Young Ji bilang kalau seseorang yang
tinggal di sana adalah ayah Geum Bi.
Sementara itu di sebuah ruangan, Mo Hwi Chul bersama
beberapa orang lainnya tampak berlutut di hadapan Bae Jong Won. Anak buah Jong
Won berdiri di hadapan mereka sambil memegang sebuah kayu. Jong Won marah
karena mereka sudah dibayar 1 milyar won tapi hanya membawa sebuah replica.
Jong Won lantas menunjukkan stempel yang ada pada lukisan
itu. Ia berkata, stempelnya tidak menyatu dengan lukisan.
“Kalau kau ingin menipu seseorang setidaknya lakukan
dengan benar. Sungguh menyedihkan. Setidaknya bekerja keraslah untuk
menghasilkan pekerjaan yang memuaskan.” Ucap Jong Won.
“Seperti yang sudah kau ketahui, pembayarannya bahkan
belum kami terima. Kami tertangkap di tengah2. Tolong pertimbangkan hal itu.”
jawab Hwi Chul.
“Kau ingin kami melakukan apa agar kau merasa baikan?”
tanya Go Gil Ho, rekan Hwi Chul.
“Bawakan yang asli padaku, sudah jelas kan? Jangan berpikir
untuk melarikan diri. Orang2ku akan langsung menjadikan kalian donor organ.”
Ancam Jong Won.
Bersamaan dengan itu, baaak! Seseorang terlihat sedang
memotong2i daging di atas meja. Hwi Chul ngeri melihatnya.
Adegan lalu beralih pada Geum Bi yang disuruh membuat diary berbentuk rekaman video yang direkam sendiri oleh gurunya sebagai pekerjaan rumah. Guru Geum Bi berkata, bahwa anak2 bisa membuatnya dengan tema yang mereka sukai, boleh tentang keluarga, perkenalan dengan teman2 atau aktivitas keseharian mereka dan videonya harus berdurasi satu menit.
Adegan lalu beralih pada Geum Bi yang disuruh membuat diary berbentuk rekaman video yang direkam sendiri oleh gurunya sebagai pekerjaan rumah. Guru Geum Bi berkata, bahwa anak2 bisa membuatnya dengan tema yang mereka sukai, boleh tentang keluarga, perkenalan dengan teman2 atau aktivitas keseharian mereka dan videonya harus berdurasi satu menit.
Geum Bi langsung menoleh pada temannya, Hwang Jae Ha. Ia
ingin tahu berapa kali Jae Ha bertemu ayah Jae Ha setelah orang tua Jae Ha
bercerai. Jae Ha berkata, tahun lalu ia bertemu ayahnya dua kali tapi tahun ini
ia belum bertemu ayahnya sama sekali.
Teman Geum Bi yang lain, Hong Sil Ra, cemburu melihat Jae
Ha ngobrol dengan Geum Bi.
“Bagaimana rasanya bertemu lagi dengan ayahmu setelah
sekian lama?” tanya Geum Bi.
“Awalnya terasa aneh tapi setelah memakan beberapa potong
pizza bersama, kami kembali dekat.” Jawab Jae Ha.
“Pizza?” gumam Geum Bi.
Adegan kembali pindah pada Hwi Chul dan rekannya yang
bingung harus melakukan apa. Heo Jae Kyung berkata ia tak mau menyerahkan ginjalnya
atau organnya yang lain. Gil Ho menyahut kalau mereka tidak bisa mundur bahkan
meski menjual harta benda mereka, mereka tetap tidak akan bisa membawa lukisan
yang asli.
“Kenapa kau duduk di sini saja dan khawatir akan dilukai
saat kau seharusnya menghajar si pelukis palsu itu!” sentak Hwi Chul pada Gil
Ho.
“Ketua geng itu tampaknya akan melakukan apa saja saat
marah.” Jawab Gil Ho.
“Sebelumnya kau mengatakan dia seperti orang bodoh. Orang
bodoh macam apa yang bisa mengenali keaslian stempel!” ucap Hwi Chul.
“Bagaimana bisa ketua geng itu menjalankan bisnis
pencucian uang dengan benda2 seni. Kita memang tidak boleh mempercayai siapa
pun.” Jawab Gil Ho.
“Kita tidak bisa diam di sini saja, haruskah kita lari?”
tanya Hwi Chul.
“Dia bilang akan menemukan kita sekali pun kita sembunyi
di pelosok gunung Korea Utara.” Jawab Jae Kyung.
Jae Kyung lantas menatap galak Hwi Chul dan bertanya apa
hanya ia saja yang mendengarkan kata2 si ketua geng.
“Lalu apa yang harus kita lakukan!” tanya Hwi Chul.
Seseorang tiba2 mengetuk pintu rumah mereka. Jae Kyung
pun langsung membukakan pintu karena orang dibalik pintu mengaku mau melakukan
inspeksi gas. Tapi setelah pintu dibuka, yang datang adalah polisi yang mau
menangkap Hwi Chul atas tuduhan menjual benda seni palsu.
Hwi Chul terkejut, hanya aku?
Geum Bi yang baru pulang sekolah terkejut mendapati
rumahnya yang sudah kosong. Ia hanya mendapati tas dan kartu tarot bibinya di
atas meja. Bibi Young Ji pun juga tidak ada. Geum Bi kemudian mengambil makanan
di meja dan memasukkannya ke dalam microwave.
Geum Bi lalu mengambil kartu tarot itu dan memainkannya.
“Tadi benar2 kartu perpisahan.” Ujarnya sedih.
Hwi Chul bersama para tahanan lainnya digiring masuk ke
bus karena mereka akan dipindahkan. Tahanan yang duduk di belakang Hwi Chul
memanggil Hwi Chul dengan nama Hee Chul dan berkata bahwa Hee Chul adalah bocah
yang dihajarnya saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar.
“Namaku Hwi Chul, bukan Hee. Hwi yang dalam bahasa China
artinya bersinar.” Jawab Hwi Chul.
“Lalu bagaimana dengan Chul? Apa artinya batangan besi?”
tanya si tahanan itu.
Hwi Chul kesal dan mau membalas tahanan itu tapi tahanan
yang duduk sebangku dengannya pun langsung menambahkan ucapan tahanan tadi
dengan berkata gelang besi yang bersinar. Tahanan yang sebangku dengan Hwi Chul
pun berpikir kalau orang tua Hwi Chul memberikan nama yang benar untuk Hwi
Chul.
Geum Bi duduk sendirian di halte sambil melihat alamat
yang ditulis bibinya di buku PRnya. Alamatnya Hwi Chul!!
Begitu sampai di rumahnya Hwi Chul, Gil Ho dan Jae Kyung
membelikan Geum Bi pizza dan sebotol soda. Geum Bi makan pizza dengan lahapnya,
sementara Gil Ho dan Jae Kyung menatapnya bingung. Jae Kyung lalu menggeser
botol sodanya ke dekat Geum Bi, tapi Geum Bi mengaku kalau pizza lebih nikmat
disantap sambil minum green tea dingin, lagian minum soda bisa membuat gigi
jadi sakit.
“Astaga, dia seperti nenek tua saja.” Sinis Jae Kyung.
“Kau bilang Hwi Chul adalah ayahmu? Kau yakin bibimu
menuliskan nama dan alamat yang benar?” tanya Gil Ho.
Geum Bi pun mengangguk. Geum Bi lantas dengan polosnya
bertanya apa pekerjaan ayahnya. Gil Ho dan Jae Kyung saling melirik, sebelum
akhirnya Gil Ho mengaku kalau Hwi Chul itu seorang seniman. Gil Ho juga meminta
dukungan Jae Kyung. Jae Kyung pun membenarkan perkataan Gil Ho. Tapi mereka
langsung diam saat Geum Bi ingin tahu dimana Hwi Chul.
Di halaman penjara, Hwi Chul ngobrol dengan Jong Won.
Jong Won bertanya, apa Hwi Chul pernah membunuh orang? Pertanyaan Jong Woon itu
langsung membuat Hwi Chul terdiam dan menatap Jong Won.
“Aku pernah. Jika kita bertemu di luaran sana, mungkin
kau sudah menjadi salah satu dari mereka. Meski begitu, bukan aku yang
melakukannya. Aku tinggal memberi perintah dan semuanya pun beres.” Jawab Jong
Won.
Hwi Chul diam saja… melihat reaksi Hwi Chul, Jong Won pun
tertawa. Jong Won berkata bahwa semua itu sudah berlalu dan dirinya bukan
seorang pendendam.
“Aku tidak akan memberikan perintah pada orang lain
seperti dirimu. Dan aku, seorang pendendam. Kau tahu bagaimana rasanya saat
menusukkan sebilah pisau di tubuh seseorang?” ucap Hwi Chul.
“Kau pintar membual rupanya.” Jawab Jong Won. Keduanya
lalu tertawa…
“Aku seorang aktor yang handal.” Ucap Hwi Chul lagi.
Keduanya kembali tertawa, namun saat Hwi Chul mengalihkan pandangannya, tawa
Jong Won langsung lenyap.
Gil Ho mengunjungi Hwi Chul di penjara. Ia berkata bahwa
ia merasa bersalah pada Detektif Mo saat melihat Hwi Chul berada di balik
jeruji besi. Hwi Chul pun marah dan berkata kalau Gil Ho harusnya merasa
bersalah pada dirinya, bukan mendiang ayahnya.
“Kita melakukannya bersama2, tapi hanya aku yang di
penjara!” protes Hwi Chul.
“Bersabarlah sedikit. Aku akan mengeluarkanmu dari sini
segera!” jawab Gil Ho.
“Bagaimana bisa kau mengatakan itu setelah kau memberiku
pengacara public? Kita bekerja selama 15 tahun tapi kau tidak punya loyalitas
padaku!” protes Hwi Chul.
“Kau bukan satu2nya yang ada di sana. Geng yang menyuruh
kita mendapatkan lukisan aslinya sudah ditangkap semua. Kita tidak perlu lagi
susah2 mendapatkan lukisan yang asli. Aku tidak percaya kita seberuntung ini.”
jawab Gil Ho.
“Kau masih bisa bicara begitu dengan keadaanku sekarang?
Beruntung apanya!” marah Hwi Chul.
“Kau akan segera bebas.” Jawab Gil Ho.
“Jelaskan padaku bagaimana caranya? Haruskah aku membuat
kekacauan?” tanya Hwi Chul kesal.
“Putrimu datang mencarimu.” Jawab Gil Ho. Hwi Chul kaget,
apa?
“Ini adalah kejahatan pertamamu. Sebelumnya kau tidak
pernah memiliki catatan criminal. Jika kau mengatakan kau memerlukan uang untuk
menghidupi putrimu, kau akan mendapat keringanan hukuman. Pengacara juga
mengatakan hal yang sama.” Jawab Gil Ho.
“Apa kau sudah gila? Aku tidak punya anak!” ucap Hwi
Chul.
Persidangan Hwi Chul pun digelar. Hakim bertanya pada
pengacara Hwi Chul, apa pengacara Hwi Chul yakin putri Hwi Chul ingin hidup
bersama Hwi Chul. Pengacara Hwi Chul pun berkata, kalau putri Hwi Chul ada
bersama mereka saat ini. Hakim terkejut, dia datang??
Tak lama, masuklah Geum Bi. Geum Bi terus berjalan menuju
bangku penonton sambil menatap ayahnya yang duduk di kursi terdakwa. Hwi Chul
menatap heran sosok gadis kecil yang berjalan sambil menatapnya. Geum Bi
kemudian membacakan surat yang ditulis oleh bibinya untuknya.
Geum
Bi-ya, secara financial aku tidak mampu lagi menghidupimu. Jika kau datang ke
alamat yang bibi tulis di buku PRmu, kau akan bertemu ayahmu. Lupakan bibi dan
berbahagialah dengan ayahmu. Aku selalu mendoakan yang terbaik.
Hwi Chul langsung melotot melihat Gil Ho. Gil Ho nyengir
lebar.
Hakim bertanya, kapan pertama kali Geum Bi bertemu dengan
sang ayah. Geum Bi berkata kalau ia baru bertemu ayahnya hari ini. Semuanya
terkejut. Hakim kemudian berkata, akan mengirimkan Geum Bi ke panti asuhan jika
Geum Bi mau. Tapi Geum Bi kekeuh mau tinggal bersama ayahnya.
Hwi Chul terkejut. Ia kemudian berdiri dan mau mengatakan
sesuatu pada hakim, tapi pengacaranya langsung menginjak kakinya. Hwi Chul pun
langsung menatap tidak setuju ke arah rekannya.
Hwi Chul pun bebas, ia langsung menemui rekannya yang
menunggu diluar.
“Bagaimana cara aku mengatasi kegilaan ini? Kau yang
menulis surat itu, kan?” tuduh Hwi Chul pada Gil Ho.
“Dia yang menulisnya. Aku hanya mendiktekannya saja. Kau
semestinya berterima kasih pada anak itu. Kau bebas karena dia.” jawab Gil Ho.
“Apa yang harus kulakukan dengan dia?” tanya Hwi Chul.
“Dia kan putrimu, kenapa kau tanya padaku?” ucap Gil Ho.
“Siapa ibunya?” tanya Hwi Chul.
“Apa maksudmu?” Gil Ho nanya balik.
“Cobalah untuk mengingatnya. Pasti ada seseorang yang
mirip dengannya” jawab Jae Kyung.
“Dia tak mungkin ingat, dia kan menghabiskan waktu
bersama dengan banyak wanita.” Ucap Gil Ho.
“Kau pasti senang kan punya putri semanis dia?” jawab Jae
Kyung, tapi setelah itu Jae Kyung berubah marah. Ia bertanya kenapa tubuh Hwi
Chul murahan sekali. Setelah marah2, ia langsung pergi.
“Kenapa kau jadi marah padaku? Akulah yang seharusnya
gila di sini!” teriak Hwi Chul.
“Kau beneran tidak tahu?” tanya Gil Ho.
“Apa maksudmu?” Hwi Chul nanya balik.
“Sudah lupakan. Aku ada urusan bisnis yang harus
kuselesaikan jadi aku pergi dulu.” Jawab Gil Ho, lalu pergi.
Hwi Chul berteriak, hei, kau mau kemana! Gil Ho-ya! Gong
Gil Ho!
Hwi Chul lantas mendekati Geum Bi. Ia tanya, siapa namamu
tadi? Eun Bi?
“Geum Bi.” Jawab Geum Bi.
“Baiklah, Geum Bi. Geum yang artinya emas, kan?” tanya
Hwi Chul.
“Bukan, tapi sisik ular!” protes Geum Bi.
“Sisik ular? Baiklah. Astaga, sisik ular?” komentar Hwi
Chul. Hwi Chul lalu menanyakan ibu Geum Bi.
“Aku tidak punya Ibu.” Jawab Geum Bi.
“Semua orang pasti punya Ibu, suka ataupun tidak. Beberapa
bahkan sampai memiliki dua atau tiga Ibu.” Ucap Hwi Chul.
Geum Bi lantas menatap ke arah penjara.
“Apakah kau seorang penipu, Paman?” tanya Geum Bi.
"Paman? Kalau begitu, aku bukan ayahmu. Kau tahu di mana
kita sekarang? Tempat di mana pembohong dikurung.” Jawab Hwi Chul, bermaksud
nakut2in Geum Bi.
Geum Bi pun langsung beranjak ke arah penjara.
“Kau mau kemana?” tanya Hwi Chul.
“Kau bilang kalau kau bukan ayahku. Aku harus pergi dan
mengatakan pada mereka kebenarannya karena aku tidak ingin dipenjara.” Jawab
Geum Bi.
“Berhenti, Eun Bi.” Suruh Hwi Chul.
“Aku Geum Bi.” Ralat Geum Bi.
“Tunggu sebentar.” Ucap Hwi Chul sambil menarik Geum Bi. Karena Geum Bi gak mau berhenti,
akhirnya Hwi Chul menggendong paksa Geum Bi. Geum Bi pun langsung berteriak
kalau Hwi Chul mau menculiknya.
“Baiklah. Aku mengerti. Kita sebaiknya... mendiskusikan
hal ini. Kau ingin menemukan ayah kandungmu, kan? Baiklah. Mari kita mulai. Di
mana kau tinggal?” tanya Hwi Chul.
Geum Bi pun membawa Hwi Chul ke rumahnya, tapi ia tak
bisa membuka kunci rumahnya. Geum Bi pun berulang2 kali memasukkan kata
kuncinya, tapi tetap tidak bisa dibuka (tanda demensia kah??). Melihat itu, Hwi
Chul pun langsung mengira Geum Bi berbohong.
“Kau buruk dalam hal sekolah, kan?” tanya Hwi Chul.
“Passwordnya masih berfungsi sampai kemarin lusa.” Jawab
Geum Bi.
“Tak apa. Kau tidak perlu malu. Sekolah memang tidak
mengajarkan hal-hal yang berguna.” Ucap Hwi Chul.
“Paman juga buruk dalam hal sekolah, kan?” dengus Geum Bi
kesal.
“Apakah kau merasa lebih baik jika aku mengaku seperti
itu?” tanya Hwi Chul.
Geum Bi pun terus berusaha membuka kunci rumahnya.
“Sudah cukup. Membuka pintu itu tidak akan ada untungnya
juga.Kau bilang kalau dia meninggalkanmu sendirian?” tanya Hwi Chul.
Hwi Chul pun akhirnya pergi ke kantor real estate.
“Rumah itu sudah sejak lama dilelang. Baru-baru ini baru
terjual.” Ucap si pemilik kantor, seorang pria tua.
“Apakah kau tahu kemana pemilik sebelumnya pergi?” tanya
Hwi Chul.
“Mana aku tahu?” jawab pria itu.
“Apakah kau mendengar rumor tentang dia?” tanya Hwi Chul.
“Sekalipun tahu, aku tidak bisa membagi informasi
pribadinya denganmu.” Jawab pria itu.
Hwi Chul pun kesal dan mengancam akan melaporkan pria tua
itu karena sudah merekrut pegawai illegal.Si pria tua ketakutan dan akhirnya
berkata kalau pemilik rumah itu bertemu dengan seorang pria tua kaya raya. Tapi
ada juga rumor yang mengatakan kalau dia
pergi ke Vietnam.
“Hanya itu saja yang kudengar.” Jawab pria tua itu.
Usai dari kantor real estate, Hwi Chul mondar mandir di
jalan sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan pada Geum Bi. Geum Bi mengaku
lapar. Awalnya Hwi Chul tidak mau makan, tapi akhirnya ia setuju makan karena
perutnya juga lapar.
Hwi Chul membawa Geum Bi ke restoran mewah. Mereka
mengambil makanan sesukanya lalu duduk di meja. Hwi Chul mulai makan, tapi Geum
Bi ragu apakah ia harus memakan makanan itu.
“Apakah aku sungguh boleh memakan ini?” tanya Geum Bi.
“Tentu saja, kan sudah ada di piringmu. Tidak boleh
sampai terbuang percuma.” Jawab Hwi Chul.
Geum Bi pun mulai makan dengan lahapnya. Selesai makan,
Geum Bi bertanya apa yang harus mereka lakukan sekarang. Hwi Chul yang asyik
menyeruput kopi malah bertanya apa Geum Bi suka nonton drama?
“Kau pernah menonton karakter wanitanya pingsan, kan? Berpura-puralah
kau keracunan makanan, lalu jatuh ke lantai saat kuberikan isyarat. Beraktinglah
seolah kau sedang sakit. Kau bisa, kan?” ucap Hwi Chul.
“Tidak mau.” tolak Geum Bi.
“Kalau begitu, malang sekali. Itu berarti, polisi akan
datang menangkapku, lalu mereka juga akan membawamu ke panti asuhan. Itukah
yang kau mau?” ancam Hwi Chul.
Geum Bi pun terdiam.
“Jangan teriak berlebihan. Beraktinglah dengan benar. Akan
lebih meyakinkan jika keningmu banjir keringat. Kau tidak perlu melakukannya
kalau memang tidak mau. Mau kupercikkan air di keningmu?” ucap Hwi Chul.
Geum Bi diam saja sambil menatap sebal sosok ayah di
hadapannya.
“Baiklah. Kau siap? Siap. Action. Jatuhkan dirimu.” Suruh
Hwi Chul, tapi Geum Bi cuma bengong sambil menatapnya sebal.
“Jatuhkan dirimu ke lantai. Letakkan tanganmu di perut
dan jatuhkan diri ke lantai. Action. Ayolah.” Bujuk Hwi Chul
Bukannya nurut, Geum Bi malah ngambil kartu tarot bibinya
dan beranjak pergi. Geum Bi terus berjalan mencari seseorang yang bisa
diramalnya. Dan saat ia menemukannya, ia pun langsung berjalan menuju meja
sepasang kekasih.
“Aku akan membacakan kartu tarot untuk kalian.” Ucap Geum
Bi.
“Tidak perlu. Kami baik-baik saja.” Jawab si pria.
“Bisa kau membacakan kartunya untuk kami?” tanya si
wanita. Geum Bi pun mengangguk.
Sementara itu, Hwi Chul mulai berjalan mencari Geum Bi.
Hwi Chul pun akhirnya menemukan Geum Bi yang sedang meramal dengan kartu tarot.
Hwi Chul lantas pura2 ngambil makanan dan mengawasi Geum Bi. Dan ia terkejut
melihat wanita yang diramal Geum Bi mulai menangis. Pacar wanita itu tampak
kesal, ia lantas memberikan Geum Bi uang dan menyuruh Geum Bi pergi.
Geum Bi kemudian menghampiri Hwi Chul. Dan berkat uang
itu, mereka bisa membayar makanannya.
Hwi Chul lantas menyeret Geum Bi keluar dan ingin tahu
apa yang dibilang Geum Bi pada wanita itu.
“Kita tidak bisa makan sepanjang hari karena ayah sudah
kehilangan pekerjaan dan tidak ada beras lagi di rumah. Terlebih, hari ini
adalah ulang tahunku. Tapi kita bahkan tidak memiliki makanan. Aku juga
mengatakan padanya bahwa kita mungkit akan ditangkap polisi tapi setidaknya
kita ingin makan dulu meski sedikit.” Jawab Geum Bi.
Hwi Chuk pun syok.
“Paman marah?” tanya Geum Bi. Hwi Chul diam saja sambil
menatap gemes Geum Bi.
“Aku bercanda. Aku tidak bicara seperti itu.” jawab Geum
Bi kesal dan beranjak pergi.
“Hey, tunggu. Kau mengatakan pada wanita itu bahwa aku
ini ayahmu?” tanya Hwi Chul
“Tidak.” Jawab Geum Bi.
“Baguslah.” Ucap Hwi Chul.
“Tapi dia melihat kita berjalan keluar dari sana bersama,
maka mungkin dia berpikir begitu.” jawab Geum Bi, membuat Hwi Chul panik.
“Paman aneh. Kenapa juga peduli sekali? Dia bahkan
mungkin tidak akan mengingat wajah Paman.” Ucap Geum Bi.
“Apa yang kau katakan padanya? Apa yang sudah kau katakan
padanya sampai dia meneteskan air mata
begitu?” tanya Hwi Chul.
“Aku tidak perlu menjelaskannya pada Paman.” Jawab Geum
Bi.
“Apa pekerjannya?” tanya Hwi Chul.
“Kenapa? Kau ingin memeras dia?” tanya Geum Bi.
“Dasar berandal. Kau bahkan tahu tentang pemerasan?”
rutuk Hwi Chul.
“Aku tahu. Pekerjaan
sampah. Menghasilkan sesuatu hal, tidak lama kemudian, mengembalikannya ke
keadaan semula. Benar, kan?" ucap Geum Bi menirukan ucapan Gil Ho tadi.
Hwi Chul pun makin frustasi dibuatnya.
“Kemana kita pergi?” tanya Geum Bi.
“Aku tidak tahu.” jawab Hwi Chul galak.
Hwi Chul kemudian pergi. Dan Geum Bi bergegas
mengikutinya sambil bertanya kemana mereka akan pergi.
Sementara itu, wanita yang tadi diramal Geum Bi, baru
saja tiba di rumahnya. Dia diantar pulang oleh kekasihnya. Wanita itu adalah Go
Gang Hee, dan pacarnya bernama Choi Jae Jin.
“Kita seharusnya minum di tepi sungai Han. Lagi pula,
sedang tidak ada orang di rumahmu, kan. Lihatlah, hari ini cerah sekali.” Ucap
Jae Jin.
“Justru itu sebabnya aku harus lekas pulang.” Jawab Gang
Hee.
“Oke. Mari kita pikirkan. Kau pasti sangat banyak pikiran
sekarang. Kau akan berubah pikiran setelah beberapa saat. Benar, kan?” tanya
Jae Jin.
“Terima kasih atas tumpangannya. Aku juga menikmati makan
malam tadi.” Jawab Gang Hee, lalu turun dari mobil Jae Jin.
Setelah Gang Hee turun, Jae Jin menurunkan kaca mobilnya
dan bertanya, peringatan kematiannya hari Sabtu, kan? Kau mau ke sana bersama?
Gang Hee menggeleng.
“Aku akan meneleponmu.” Jawab Jae Jin lalu beranjak
pergi.
Sementara itu, Hwi Chul yang sudah tiba di rumahnya
berkata pada Gil Ho kalau besok dia akan membawa Geum Bi ke rumah penampungan
anak hilang. Gil Ho yang asyik nonton tv sambil ketawa ketiwi berkata kalau
seharusnya Hwi Chul berterima kasih pada Geum Bi.
“Jika sampai ketahuan pengadilan, kau akan mendapat
tambahan hukuman karena membuat testimoni palsu di persidangan.” Ucap Gil Ho.
“Kau tahu kan aku benci anak-anak. Apa yang sudah kau
lakukan?” jawab Hwi Chul.
“Aku bisa melihat kemiripan antara dirimu dan anak itu.”
ucap Gil Ho.
“Tidak masuk akal.” Jawab Hwi Chul sebal.
“Dia mirip denganmu saat masih muda dan polos.” Ucap Gil
Ho.
“Kau yang merusak moralku.” Maki Hwi Chul.
“Itu benar.” jawab Gil Ho. Gil Ho lalu ketawa ngakak
melihat tayangan televise, tapi berikutnya tawanya langsung lenyap.
“Kita luruskan dulu. Kau yang memintaku mengajarimu. Aku
tidak pernah mengarahkanmu pada dunia kelam ini.” ucap Gil Ho.
“Lupakan saja. Tunggu sampai aku menangkap bibinya.”
Jawab Hwi Chul sebal.
Sementara itu, di kamar, Geum Bi menangis mendengar
percakapan Hwi Chul dan Gil Ho.
“Lihat itu. Pikirkan baik-baik. Dia benar-benar mirip
denganmu.” Ucap Gil Ho.
“Diam kau, bisa?” jawab Hwi Chul.
“Aku lebih tua darimu.” Protes Gil Ho.
“Baiklah, pria tua. Hentikan.” Jawab Hwi Chul.
Di sisi lain, kita melihat Gang Hee yang teringat pada
ramalan Geum Bi.
“Kau dapat melihat langkahmu, tapi tidak tahu kemana
tujuanmu. Hatimu menyuruh untuk pergi, tapi kau tidak bisa melakukannya. Kau
tidak yakin apakah kau memang ingin pergi, tapi tetap di sini dan menentang
hatimu sendiri. Jika kau pergi, kau akan kehilangan sesuatu yang berharga. Jika
tetap di sini, kau akan terus menangis.” Ucap Geum Bi.
Balik lagi ke Hwi Chul yang merebahkan dirinya di sofa.
Hwi Chul kemudian teringat akan tangisan Gang Hee saat diramal Geum Bi. Ia pun
penasaran apa yang dikatakan Geum Bi. Tak lama kemudian, Hwi Chul mematikan
lampu dan bergegas tidur.
Geum Bi menangis dalam tidurnya.
Beberapa menit kemudian, kita melihat Geum Bi yang
berdiri sambil memeluk bantal dan menatap Hwi Chul yang masih tidur pulas. Geum
Bi kemudian mendekati Hwi Chul dan menatap wajah Hwi Chul secara detail. Tak
lama kemudian, ia tersenyum. Saat mau menyentuh wajah Hwi Chul, tiba2 Hwi Chul
bergerak dan itu membuat Geum Bi langsung berdiri karena terkejut.
Hwi Chul yang baru bangun, langsung nyariin Gil Ho. Tapi
Gil Ho tak ada di rumah. Hwi Chul kemudian memeriksa Geum Bi di kamar tapi ia
tak menemukan Geum Bi di sana.
“Dia sudah pergi? Mengecewakan sekali.” Gumam Hwi Chul.
0 Comments:
Post a Comment