Hwi Chul mengecek Geum Bi di kamar, tapi ia bingung saat
mendapati kamar itu kosong. Ia bertanya2, apa Geum Bi sudah pergi. Namun ia
langsung menggerutu begitu melihat tas Geum Bi di pojokan.
Gang Hee termenung memandangi pajangannya. Tak lama
kemudian, Oppa nya yang sedari tadi berdiri di pojokan memandanginya, akhirnya
menghampirinya.
“Kenapa kau tidak menjualnya? Kenapa kau begitu ingin
mempertahankan rumah ini?” tanya Joon Pil.
“Karena ini peninggalan ayah.” jawab Gang Hee.
“Omong kosong. Lalu kenapa kau menjual semua itu? Itu
juga koleksi ayah. Kau seperti hantu. Hantu yang menetap di rumah ini. Sudah 17
tahun berlalu. Kau tidak lelah? Waktu pasti terus berjalan bagimu. Sekalipun
kau memilih hidup dalam kesengsaraan, Jun Hee tidak akan hidup kembali.” Ucap Joon
Pil.
“Kalau begitu, apakah jika aku menutup mata dan bersikap
sok kuat sepertimu, akan membuat segala tentangnya terlupakan? Bisakah kau
menghapus segalanya? Kau bisa melupakan semuanya?” teriak Gang Hee.
“Kenapa tidak bisa? Semua orang melupakan masa lalu dan
move on. Saat kami ingin melupakan dan move on, kau tiba-tiba kembali dan
membuat semua orang melarikan diri. Jika bukan karena kau, Ayah akan memiliki
kehidupan yang lebih tenang.” Jawab Joon Pil.
Tangis Gang Hee pun seketika keluar.
“Apakah sekali saja, Oppa pernah menatap mata Ayah, setelah
kejadian hari itu?” tanya Gang Hee.
“Apa maksudmu?” ucap Joon Pil tidak mengerti.
“Sama halnya dengan diriku. Ibu dan Ayah tidak pernah
menyalahkan kita, kan? Tapi mereka pun tidak pernah menatap mata kita (tidak
bertukar pandang). Oppa tidak mengerti? Kau pikir mereka sudah mengampuni kita?”
jawab Gang Hee.
Joon Pil pun menggeleng frustasi, ia lantas berteriak dan
menendangi kursi serta menjatuhkan barang2 di sampingnya. Saat Joon Pil ingin
melemparkan satu pajangan, Gang Hee berteriak marah.
“Saat kau memecahkan benda itu, aku akan bunuh diri.” Ucap
Gang Hee, membuat Joon Pil berhenti.
“Aku akan mendaftarkan rumah ini pada agen real estate.
Jadi jangan keras kepala.” Jawab Joon Pil, kemudian mengembalikan pajangan itu
ke tempatnya dan beranjak pergi.
Gil Ho sedang ada di toko barang antic. Ia memegang
pajangan antic seperti yang ada di rumah Gang Hee tadi. Pada si pemilik toko,
ia berkata bahwa keantikan benda itu begitu luar biasa.
“Aku bisa merasakannya. Seolah ada tsunami dalam hatiku.”
Ucap Gil Ho.
“Tsunami? Dasar tukang membual. Itu hanya tiruan.” Jawab si
pemilik toko.
“Bukan asli? Bagaimana bisa tiruannya tampak seperti yang
asli?” tanya Gil Ho.
“Wanita itu memiliki yang asli.” Jawab si pemilik toko.
“Kapan kau bisa menghubungi dia?” tanya Gil Ho.
“Kau yakin dapat menyelesaikannya? Kalian semua itu
bodoh, makanya aku tidak yakin bisa memercayai kalian bertiga.” Jawab si
pemilik toko.
“Jangan berkata begitu. Kami sudah melakukan penelitian
dan perencanaan selama sebulan untuk hal ini.” jawab Gil Ho.
“Aku tidak yakin. Dia mewarisi segalanya, tapi... dia
tidak tahu apa-apa soal benda antik, jadi mungkin saja berhasil.” Ucap si
pemilik toko.
“Kenapa dia... memercayakan segalanya padamu?” tanya Gil
Ho.
“Aku membantu ayahnya membeli beberapa koleksi saat masih
hidup. Aku mendapatkan keuntungan yang lumayan. Sejauh nuraniku bisa menerima. Kau
kan tidak punya nurani.” Jawab si pemilik toko.
Di kelasnya, Geum Bi lagi bicara dengan ibu gurunya. Ibu
guru yang baru saja mendengar berita terbaru Geum Bi sangat mencemaskan Geum
Bi. Ibu guru juga bertanya tentang Geum Bi yang pergi ke pengadilan. Geum Bi
hanya merunduk sedih. Ibu guru pun bilang bahwa Geum Bi tidak perlu khawatir
karena tidak ada yang tahu satu pun soal itu.
“Tidak perlu malu pada Ibu. Alasan Ibu mengatakan hal ini
adalah... Jika tiba-tiba... Maksud Ibu, kalau mendadak kau berada dalam bahaya,
cepatlah datang pada Ibu. Kau mengerti?” ucap ibu guru.
Geum Bi pun mengangguk pelan.
Gang Hee yang sedang menyetir bertemu dengan Geum Bi di
jalanan. Geum Bi duduk sendirian menunggu bis. Raut wajah gadis kecil itu
tampak sedih. Gang Hee iba menatapnya. Saat Gang Hee mau memanggil Geum Bi,
seseorang membunyikan klakson di belakang karena lampu yang sudah berubah
merah. Gang Hee pun terpaksa menjalankan mobilnya tanpa menghampiri Geum Bi.
Geum Bi yang baru pulang tertegun melihat Hwi Chul dan
Gil Ho lagi main kartu sambil menenggak bir bersama dua orang wanita. Botol2
bir dan kulit kacang berserak dimana2. Salah seorang dari teman wanita mereka menyapa
Geum Bi, bahkan memberikan Geum Bi selembar uang. Geum Bi diam saja sambil
menatap mereka dengan tatapan terluka. Tak lama kemudian, Geum Bi memilih masuk
ke kamarnya tanpa berkata apapun.
Gil Ho pun langsung menyeret Hwi Chul ke sofa…
“Anak itu akan terluka.” Ucap Gil Ho.
“Dia melukaiku lebih dulu. Tunggu dan lihat saja. Aku
akan mengembalikan kehidupan lajangku yang bahagia.” Jawab Hwi Chul.
“Dia mau pergi? Kau itu ayahnya dan dia baru bertemu
denganmu untuk pertama kali. Dia terlihat seperti anak yang manis. Kenapa kau
tidak membesarkan saja dia?” ucap Gil Ho.
“Kau bisa sembarangan bicara karena dia bukan anakmu.” Jawab
Hwi Chul.
Tak lama kemudian, Geum Bi keluar dari kamar. Hwi Chul
dan Gil Ho pun langsung menatap Geum Bi heran. Sementara Geum Bi menatap mereka
dengan tatapan galak. Geum Bi kemudian mengajak teman wanita Hwi Chul main
kartu miliknya. Hwi Cheol, Gil Ho dan teman wanita mereka langsung melongo
melihat Geum Bi yang menang dan menang terus. Teman wanita Hwi Chul pun merepet
karena harus menyerahkan semua uang mereka sebagai bayaran atas kekalahan
mereka.
“Maukah kau pergi makan daging denganku besok?” tanya
Geum Bi pada Hwi Chul sambil memamerkan uangnya.
Keesokan harinya, Gil Ho dan si pemilik toko antic sudah
berada di rumah Gang Hee. Gil Ho terkagum2 melihat koleksi benda antic milik
Gang Hee.
“Ini bukan koleksi sembarangan.” Ucap Gil Ho.
“Sudah kukatakan padamu. Memang kecil, tapi berharga.” Jawab
ahjussi pemilik toko antic.
“Bagaimana kalau begini? Aku akan menghubungi peneliti
benda antik. Kita dengarkan pendapatnya, dan jika kita sudah mencapai
persetujuan harga, kita tanda tangan kontrak. Mari kita lakukan.” ucap Gil Ho.
Geum Bi yang lagi menunggu bus, teringat saat memergoki
Hwi Chul lagi berjudi semalam. Tak lama kemudian, mobil Gang Hee berhenti tepat
di hadapannya. Gang Hee membunyikan klakson, membuat Geum Bi terkejut. Gang Hee
kemudian tersenyum pada Geum Bi. Senyum Geum Bi lantas mengembang begitu
melihat Gang Hee.
“Kau tinggal dimana? Aku akan mengantarmu.” Ucap Gang
Hee.
“Bibi mau kemana?” tanya Geum Bi.
“Aku? Ke kuil.” Jawab Gang Hee.
“Berdoa?” tanya Geum Bi.
“Seperti itulah.” Jawab Gang Hee.
“Apakah aku boleh ikut?” tanya Geum Bi.
“Tidak masalah kau ikut, tapi pasti akan membosankan.” Jawab
Gang Hee.
“Aku tidak keberatan. Kumohon?” pinta Geum Bi sambil tersenyum imut.
Gang Hee pun setuju dan tersenyum.
Di kuil, Geum Bi duduk menunggu Gang Hee yang lagi berdoa
di depan persembahan. Geum Bi kemudian melihat seisi kuil dan orang2 yang
berdoa. Tak lama kemudian, Gang Hee tersenyum pada Geum Bi. Geum Bi pun
membalas senyuman Gang Hee.
“Untuk apa persembahan tadi?” tanya Geum Bi saat mereka
sudah berada di mobil.
“Jika aku tidak membuat persembahan, arwah mendiang tidak
akan memiliki makanan.” Jawab Gang Hee.
“Benarkah?” tanya Geum Bi.
“Mungkin juga tidak. Itu hanya pendapat orang-orang. Jika
orang tuamu mengijinkan, kau boleh makan malam di rumah Bibi.” Jawab Gang Hee.
“Bolehkah?” tanya Geum Bi sumringah.
“Tentu saja.” Jawab Gang Hee.
Gang Hee tersenyum bahagia melihat Geum Bi yang makan
dengan lahap di depannya.
Sementara itu, Gil Ho dan Hwi Chul lagi membicarakan
seorang wanita bernama Joo Young yang mirip dengan Geum Bi. Hwi Chul pun
berseru, si saiko itu? Hwi Chul lantas berkata wanita itu sama sekali tidak
mirip Geum Bi.
Tak lama kemudian, Geum Bi pun datang dan langsung
meminta Hwi Chul membelikannya apel, kacang dan buah pir. Tepat saat itu, Hwi
Chul menerima telepon dari penagih kartu kredit. Hwi Chul marah dan berkata
kalau ia sudah membayar tagihan kartu kreditnya seminggu lalu.
Keesokan harinya, begitu bel berbunyi… Geum Bi langsung
berlari pulang dengan muka sumringah.
Tapi setibanya di rumah, ia kecewa melihat Hwi Chul yang
tak membelikan pesanannya. Hwi Chul pun marah.
“Kau tidak ada kegiatan atau semacamnya? Kenapa kau
menyuruhku membelikanmu bahan persembahan? Aku mencoba menahan diri sampai
sejauh ini, jangan membuat keberuntunganmu sendiri melayang. Apakah begini cara
Bibimu mendidik dirimu?” ucap Hwi Chul.
“Bagaimana dengan Paman? Apakah begini cara Ibu Paman
mendidik Paman?” balas Geum Bi.
Hwi Chul pun langsung memukul kepala Geum Bi. Tangis Geum
Bi pun terbit.
“Jaga kata-katamu.” Ucap Hwi Chul.
“ Aku bukan sedang main-main.” Jawab Geum Bi.
“Lalu, untuk apa semua itu?” tanya Hwi Chul.
“Peringatan kematian Ibuku.” Jawab Geum Bi.
“Kau bilang kalau kau tidak punya Ibu.” Ucap Hwi Chul.
“Paman juga tidak akan mendoakan dia. Sama seperti Bibiku
yang tidak pernah peduli akan dirinya. Apa yang akan terjadi pada Ibuku jika
aku juga tidak mendoakan dia?” jawab Geum Bi.
“Lupakan. Orang yang sudah mati tidak tahu apa-apa. Tidurlah.
Sudah lewat waktu tidurmu.” Suruh Hwi Chul.
Di kamar, Geum Bi membuat persembahannya sendiri. Ia
meletakkan kue2 di atas meja, kemudian menaruh kertas bergambar apel, kacang
dan buah pir di atas piring dan mendoakan ibunya.
Tak lama kemudian, Hwi Chul membuka pintu dan tersentuh
saat menatap apa yang dilakukan Geum Bi. Hwi Chul kemudian pergi dan Geum Bi
langsung menoleh ke pintu.
Gil Ho memberikan pengarahan pada Hwi Chul dan Jae Kyung
terkait operasi mereka.
“Aku melatih kalian secara terpisah, tapi operasi kali
ini... akan dilakukan pada seorang wanita berusia 30 tahunan yang ingin menjual
sejumlah koleksi barang antic. Dia... wanita introvert yang mana tidak tertarik
untuk bersenang-senang, fokus pada pekerjaannya, dan begitu menjaga privasinya.
Dia begitu menghargai peninggalan orang tuanya. Dia mewarisi kekayaan yang luar
biasa, tapi dibanding mempertahankan dan mengembangkannya, dia berencana
menyumbangkan seluruhnya untuk amal, dan tetap berada di dunianya. Dia lelah
pada lingkungan kelas atas, dan ingin mengakhiri segalanya. Bisa dibilang, dia
anti sosial.
“Kau berbelit2. Jadi maksudmu dia mau menjual seluruh
warisan miliknya?” tanya Hwi Chul.
“Kau kasar sekali, tapi ya, benar begitu. Tidak perlu
merasa bersalah tentang operasi kali ini. Kita masuk ke sana, dan menyelesaikan
semuanya dengan baik. Kita hanya membantunya.” Jawab Gil Ho.
“Bagaimana caranya?” tanya Jae Kyung.
“Aku pihak pembeli, dan Hwi Cheol akan menjadi peneliti
barang antik.” Jawab Gil Ho.
“Lalu, aku? “ tanya Jae Kyung.
“Persiapkan kontraknya. Kau bertugas sebagai pengacara.” Jawab
Gil Ho.
“Kita bagi rata keuntungannya?” tanya Jae Kyung.
“Seolah kita tidak pernah membaginya saja.” Jawab Gil Ho.
“Kapan kita mulai?” tanya Hwi Chul.
Tapi Gil Ho malah melemparkan tumpukan kertas pada Hwi
Chul.
“Ini adalah daftar barang-barang antik, detailnya dan
perkiraan harga. Ingatlah semuanya dalam dua hari.” Ucap Gil Ho.
“Kenapa aku?” protes Hwi Chul.
“Lalu, siapa lagi? Kau tidak memiliki penampilan seperti
seorang pembeli yang kaya raya.” Jawab Gil Ho.
“Jae Kyung, pengacara itu peran yang membosankan.Kau jadi
peneliti barang antiknya saja.” Suruh Hwi Chul.
“Tidak mau. Seorang wanita adalah musuh terburuk bagi
wanita lain. Dia tidak akan memercayai seorang peneliti wanita. Wanita hamil
adalah yang terburuk, tahu!” tolak Jae Kyung.
“Astaga.” Desis Hwi Chul.
Hwi Chul pun tidak punya pilihan lain selain menerima
perannya sbg peneliti barang antic. Tapi begitu melihat daftar barang antic yang
dikasih Gil Ho tadi, Hwi Chul terkejut dan langsung menatap kedua rekannya.
Sementara kedua rekannya malah mengepalkan tangan memberikan semangat untuknya.
Di taman, Hwi Chul dengan susah payah menghafal nama2
barang antic itu. Lalu tiba2 saja, ia melihat bayangan wajah Gang Hee di
langit. Dan, Hwi Chul pun langsung melukis wajah Gang Hee di kertasnya.
Gil Ho menyuruh Hwi Chul menghafal nama2 itu dari yang
terpendek agar lebih mudah menghafalnya tapi Hwi Chul tidak mau dan memilih
menghafal dari nama yang terpanjan. Gil Ho pun kesal dibuatnya. Tak lama
kemudian, Geum Bi keluar dari kamar dan mengambil sebotol air dari kulkas.
Gil Ho kemudian melihat lukisan Gang Hee yang dibuat Hwi
Chul, dan ia terkejut.
“Bagaimana kau bisa tahu wajahnya? Wajah wanita ini... yang
kita targetkan dalam operasi... Ini bukan dia? Tampaknya mirip.” Ucap Gil Ho.
“Astaga, diamlah.” Sentak Hwi Chul.
Di sekolah, Jae Ha sedang mengajarkan Geum Bi caranya
membuat klip video. Setelah tau caranya, Geum Bi pun bergegas pulang ke rumah.
Di rumah, Hwi Chul lagi sibuk memasak ramen. Geum Bi pun
langsung mengarahkan kameranya pada Hwi Chul. Hwi Chul kesal dan langsung
menyuruh Geum Bi menyingkirkan kamera itu tapi Geum Bi tetap saja merekam Hwi
Chul.
“Berapa banyak yang kau masak?” tanya Geum Bi.
Hwi Chul pun terpaksa memasak ramennya lagi karena
ramennya tadi diseruput oleh Geum Bi.
Esoknya, Geum Bi memperlihatkan videonya di depan guru
dan teman2 sekelasnya. Dalam video itu, terlihat Gang Hee yang sedang berdoa di
kuil juga Hwi Chul yang sibuk memasak ramen. Sil Ra menatap sinis video itu,
sedangkan ibu guru kaget melihat video itu.
Hwi Chul, Gil Ho dan Jae Kyung sudah tiba di depan rumah
Gang Hee. Gil Ho pun memperingatkan kedua rekannya untuk tidak menciptakan
masalah. Jae Kyung protes, ia bilang harusnya Hwi Chul yang dicemaskan karena
Hwi Chul yang suka bikin masalah.
“Aku akan membuatmu berada di posisiku suatu hari nanti.”
Sewot Hwi Chul.
Gang Hee sendiri lagi sibuk ngurusin tanamannya di
halaman. Hwi Chul terkejut melihat sosok Gang Hee di hadapannya. Gang Hee
lantas menghampiri mereka. Jae Kyung langsung memberikan kartu namanya dan
memperkenalkan diri dengan nama Heo Gyung. Gang Hee lantas menatap Hwi Chul.
Hwi Chul diam saja dan tampak salah tingkah. Melihat itu, Jae Kyung pun
langsung menginjak kaki Hwi Chul.
“Saya Mo Hwi Cheol.” Ucap Hwi Chul. Gang Hee lantas
mengajak mereka masuk.
“Kenapa kau memberi tahu dia nama aslimu?” marah Jae
Kyung.
Geum Bi memutar rekaman video Hwi Chul yang masak ramen
berulang2. Ia melihatnya dengan wajah sumringah. Namun ia terdiam saat melihat
lukisan wajah Gang Hee. Ingatan Geum Bi pun melayang pada kata2 Gil Ho tentang
lukisan wanita yang dibuat Hwi Chul adalah target mereka. Geum Bi pun langsung
beranjak pergi setelah mengingat itu.
Sementara itu, Gang Hee bersiap membubuhkan stempelnya di
surat kontrak jual beli. Namun tiba2 saja, Hwi Chul menegurnya. Hwi Chul
terdiam sesaat, ia tidak tega menipu Gang Hee, tapi akhirnya ia hanya meminta
Gang Hee berhati2 agar stempel itu tidak mengenai baju Gang Hee. Gil Ho pun
langsung menatap kesal Hwi Chul.
Saat Gang Hee hendak kembali membubuhkan stempelnya,
suara bel terdengar. Gang Hee pun bergegas membukakan pintu. Begitu Gang Hee
pergi, Gil Ho langsung mengomeli Hwi Chul. Jae Kyung kesal karena banyak sekali
halangan bagi Gang Hee membubuhkan cap stempel.
Tak lama kemudian, ketiganya terkejut melihat sosok Geum
Bi di hadapan mereka. Geum Bi menatap Hwi Chul dengan tatapan galak.
Preview Ep 2
Makasiiih sinopsisnya , suka bangettt ide ceritanya oh my gem bi ❤❤❤❤