Sebelumnya...
Hae Gang yang hendak masuk ke
mobilnya dikejutkan dengan kedatangan Shin Il Sang. Shin Il Sang mengajak Hae
Gang bicara di suatu tempat. Hae Gang tak gentar, ia mengajak Shin Il Sang
pergi dengan mobilnya. Tepat saat itu, Jin Eon datang dan mengajak Shin Il Sang
bicara dengannya juga. Shin Il Sang langsung terdiam.
Lalu tiba2… Hae Gang
memanggil Jin Eon, Yeobo. Jin Eon terkejut.
Sekarang, Jin Eon, Hae Gang
dan si pembunuh Eun Sol duduk bertiga di ruangan Hae Gang. Jin Eon berkata, 9
tahun. Kalau Eun Sol masih hidup, maka usinya 9 tahun sekarang. Hae Gang
memandang tajam ke arah Shin Il Sang.
“Puteri kami akan segera
berumur 10 tahun. Aku tidak bisa membayangkan. Puteri kami akan berumur 10
tahun, waktu telah... Waktu telah berhenti di keluarga kami, sejak hari itu. Kami
bahkan tidak memiliki rumah tangga itu lagi. Kami hanya putus asa berpegang
pada kenangan itu dan tetap disana.” Ucap Jin Eon.
Jin Eon lantas menatap tajam
Shin Il Sang.
“Kau bukan satu-satunya yang
berada di penjara. Kau dan aku... dan isteriku telah hidup dalam penjara. Sejak
hari itu, kami tidak pernah menyebut nama anak kami. Kami masih tidak bisa...
isteriku tidak bisa... Kami tidak bisa menyebut nama anak kami dengan keras.”
Ucap Jin Eon.
“Tidak ada yang ingin
kukatakan kepadamu. Aku tidak pernah sekalipun melupakan ekspresimu sejak hari
dimana kita berbicara.” Jawab Shin Il Sang.
“Lalu kau seharusnya tidak
melakukan ini, apa rencanamu setelah kau dibebaskan? Aku tahu kau lebih cepat
dibebaskan dari penjara dan dalam masa percobaan. Aku peringatkan kau, tapi
kalau kau menghampiri isteriku lagi, kau akan langsung kembali ke penjara.”
Ucap Jin Eon.
“Lakukan sesukamu, lagipula
aku tidak punya tujuan. Selain isterimu, tidak ada lagi yang bisa kutemui.”
Jawab Shin Il Sang.
“Temui aku, temui aku saja.”
Ucap Jin Eon.
“Maukah kau meninggalkan
kami?” pinta Hae Gang.
“Tidak.” Jawab Jin Eon.
“Kumohon.” Pinta Hae Gang.
“Tidak.” Jawab Jin Eon.
“Sayang, kumohon, ada sesuatu
yang ingin kukatakan padanya.” Pinta Hae Gang.
Jin Eon tetap keberatan,
namun karena Hae Gang terus memohon, Jin Eon pun dengan berat hati meninggalkan
Hae Gang berdua dengan pembunuh anak mereka. Setibanya di luar, Jin Eon
berpikir sejena tentang apa yang akan dilakukan Shin Il Sang. Tak lama
kemudian, ia berbalik, mau masuk ke ruangan Hae Gang tapi ruangan Hae Gang
terkunci. Ya, Hae Gang yang menguncinya.
“Buka pintunya. Buka
pintunya, Hae Gang-ah! Buka pintunya sekarang!” teriak Jin Eon.
Tae Seok yang mendengar
teriakan Jin Eon langsung keluar dari ruangannya.
“Shin Il Sang, dengar! Dengar,
Shin Il Sang! Buka pintunya! Hei, buka pintunya. Buka pintunya sekarang. Dengar!
Dengar, Shin Il Sang! Buka pintunya!” teriak Jin Eon.
Hae Gang yang berdiri di
depan pintu diam saja mendengar teriakan Jin Eon. Tak lama kemudian, Hae Gang
berjalan ke arah Shin Il Sang dengan sorot mata yang tajam.
“Kau bilang akan membayar
kejahatanmu? Kepada siapa? Polisi? Jaksa? Kalau bukan, kepada hukum Korea? Atau
pada Tuhan yang kau yakini?” tanya Hae Gang geram.
“Untukku, untuk puterimu.Tidak
seperti kau, setiap hari aku bertobat atas dosa-dosaku, tidak pernah sekalipun
aku melewatkannya.” Jawab Shin Il Sang.
“Jadi... apa kau sudah
memaafkan dirimu sendiri? Siapa yang bilang? Siapa yang bilang kau boleh
memaafkan dirimu? Puteriku belum memaafkanmu, aku juga tidak. Suamiku juga
tidak, jadi bagaimana bisa kau memaafkan dirimu? Siapa yang bilang kau boleh
memaafkan dirimu?! Kenapa kau bisa memaafkan dirmu sendiri?! KENAPA?!” teriak
Hae Gang.
“Kau pikir kau orang yang
baik dengan segala perbuatanmu? Apa kau tidak ingat apa yang telah kau lakukan
padaku? Karena dirimu, aku kehilangan segalanya, obatku, keluargaku. Semua yang
aku investasikan, pengakuan orang-orang padaku! Semua yang aku miliki! Obat
yang aku kembangkan selama 15 tahun, aku telah mengeluarkan uang banyak! Setelah
itu, semuanya lenyap dalam semalam. Kau mencuri uangku, dan mengambil semua
kekuatanku dan melimpahkan semua kesalahan padaku! DAN KAU MENYEBUT DIRIMU
MANUSIA?!” jawab Shin Il Sang sambil terus berjalan mendekati Hae Gang.
Hae Gang mundur ketakutan.
“Anak-anakku harus
bersembunyi dariku. Mereka menganggap aku kejam, mereka bilang tidak tahan
bahwa aku adalah ayah mereka! Kembalikan, kembalikan hidupku seperti yang dulu.
Kembalikan anak-anakku padaku!”
Shin Il Sang mulai menangis…
“Tapi mereka masih hidup,
anak-anakmu masih hidup. Puteriku sudah mati, puteriku sudah tidak ada di dunia
ini lagi. Aku tidak bisa melihatnya lagi, aku tidak bisa menyentuhnya, aku
bahkan tidak bisa memarahinya lagi. Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku
menyesal, bahwa aku bersalah, aku bahkan tidak bisa mendapatkan maaf darinya. Kau
membunuhnya. Tepat di depan mataku, padahal aku yang bersalah, kau membunuhnya!
Kalau kau ingin membunuhku, kau seharusnya membunuhku, kenapa kau membunuh
anakku? Kenapa? kenapa?”
Hae Gang menangis…
“Benar, kau yang seharusnya
mati. Aku seharusnya membunuhmu dan aku seharusnya mati bersamamu. Maka
semuanya akan berakhir! Maka tidak akan ada kesedihan seperti ini!” jawab Il
Sang.
“Benar, kau harus membunuhku,
maka aku bisa memaafkanmu.Tapi bukannya aku, kau malah membunuh anak yang tidak
berdosa. Kau membunuh anakku yang tidak melakukan kesalahan apapun! Harga dari
kesalahan itu bukannya empat atau lima tahun. Jadi jangan katakan kau sudah
membayar dosa-dosamu! Jangan mengatakan kau bertobat semudah itu! Jangan
mengatakan bahwa kau berhak untuk dimaafkan!” balas Hae Gang.
“Benar, mari kita akhiri ini,
ini akan menjadi akhir bagiku.” ucap Il Sang.
Il Sang mulai mencengram
kerah baju Hae Gang.
“Ini juga akan menjadi akhir
bagimu, hari ini kita akhiri bersama-sama, kau mengerti?” ancam Il Sang.
“Apakah itu yang kau inginkan
dariku? Aku mengerti, aku akan mati. Baiklah, aku akan mati ditangan yang sama
yang telah membunuh anakku. Aku akan mati dan menemui anakku dan bertanya
apakah dia memaafkanmu atau tidak. Sebagai balasannya, ini terakhir kalinya aku
harus bertemu denganmu, jadi pastikan kau membunuhku!” tantang Hae Gang.
“Baik, matilah, matilah!”
ucap Il Sang, sembari mencekik Hae Gang!!
Diluar, Jin Eon panic. Ia berusaha
mendobrak pintu. Tiba2, Tae Seok dengan cool nya datang membawa kunci. Jin Eon
pun langsung menerobos masuk dan menjauhkan Il Sang yang masih mencekik Hae
Gang.
“Apa kau baik-baik saja?Apa
kau benar-benar akan tetap seperti ini? Menyisihkan aku dan melakukannya
sendirian? Apa sebenarnya yang kau lakukan?” sewot Jin Eon.
Hae Gang pun terduduk lemas…
Sementara itu, Tae Seok
mengikuti Il Sang ke lift. Tae Seok mengajak Il Sang minum bersama dan
memperkenalkan dirinya sebagai Presdir dari Farmasi Cheon Nyeon. Entah apalagi
yang direncanakan Tae Seok kali ini.
Jin Eon memberikan segelas
air pada Hae Gang yang masih syok.
“Setelah tahu semuanya... Kau
masih berpikir untuk memulai kembali denganku? Bagaimana mungkin? Bagiku, itu
mustahil.” Ucap Hae Gang pelan.
“Apa kau tahu perbedaan
antara kau dan aku? Kau kehilangan Eun Sol, tapi aku kehilangan Eun Sol dan kau.
Tapi kau hidup kembali. Eun Sol kita... aku tidak bisa bersamanya. Tapi
denganmu, aku punya kesempatan memulainya kembali. Saat bersamamu,tidak ada
yang mustahil. Apakah kau mengijinkan atau tidak, semua adalah keputusanmu.”
Jawab Jin Eon.
Tangis Hae Gang pun pecah. Ia
menggeleng sembari menatap Jin Eon.
Sementara itu, Seok baru saja
selesai memasak spaghetti untuk dirinya dan Hae Gang. Seok lalu mengirimi Hae
Gang SMS.
Kau
ada dimana? Kalau dekat rumah, masuklah. Spaghetti...
Jin Eon membujuk Hae Gang
pulang bersamanya. Hae Gang menolak. Jin Eon terus membujuk Hae Gang namun Hae
Gang tetap keras kepala. Jin Eon yang mengkhawatirkan keadaan Hae Gang pun
akhirnya merebut kunci mobil Hae Gang dan nyelonong masuk ke mobil Hae Gang.
Hae Gang menghela napas sembari menatap Jin Eon. Jin Eon menyuruh Hae Gang
masuk ke mobil. Hae Gang pun tak punya pilihan selain menuruti Jin Eon.
“Apa kau tidak akan memasang
sabuk pengamanmu? Apa kau ingin aku yang memasangnya untukmu, wakil presdir?”
tanya Jin Eon.
Hae Gang menghela nafasnya,
ia lalu memasang sendiri sabuk pengamannya.
“Kalau begitu, aku berangkat.”
Ucap Jin Eon, lalu melajukan mobil Hae Gang.
“Kau mau kemana sekarang?”
tanya Hae Gang.
“Aku juga tidak tahu.” jawab
Jin Eon.
“Bagaimana seseorang yang
memegang setir tidak tahu tujuannya?” protes Hae Gang.
“Alasan dan instingku berada
di tenggorokan orang lain, yang sedang bersama dengan orang yang memegang setir.”
Jawab Jin Eon.
“Apa kau benar-benar akan
tetap seperti ini? Kenapa tiba-tiba kau melakukannya? Kenapa kau seperti ini
lagi?” tanya Hae Gang.
“Karena sekarang malam natal.
Mari kita habiskan malam ini dengan tenang. Karena sekarang natal.” Jawab Jin
Eon.
Hae Gang pun tertegun
mendengarnya.
Jin Eon membawa Hae Gang ke
sebuah villa. Hae Gang bertanya, kenapa Jin Eon membawanya ke sana. Jin Eon
berkata kalau mereka kehabisan bahan bakar. Hae Gang mengira Jin Eon berbohong.
Hae Gang pun mengeceknya sendiri. Ia melirik ke indicator bahan bakar yang
menyala. Ia menarik napas kesal karena mereka memang kehabisan bahan bakar.
“Apa maksudmu
"lagi"? Apa hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya?” tanya Jin
Eon.
“Tidak, tidak sama sekali. Aku
salah bicara karena aku marah.” Jawab Hae Gang.
“Ah, aku mengerti. Ayo kita
keluar, wakil presdir.” Ucap Jin Eon.
“Aku tidak mau.” jawab Hae
Gang.
“Tanpa bensin, aku tidak bisa
menyalakan penghangat. Makanya kau harus mengisi penuh bensinnya, gangguan macam
apa ini? Kau tidak sengaja menghabiskan bensinmu kan?” tanya Jin Eon, yang
membuat Hae Gang langsung menatapnya.
“Oh, dingin, dingin sekali. Kalau
kau tidak mau mati beku, keluarlah, dingin begini, meski kita saling
berpelukan, kita akan tetap mati.” Ucap Jin Eon.
“Kita hanya harus menelpon
perusahaan asuransi.” Jawab Hae Gang.
“Ah, itukah yang kau
inginkan? Kalau begitu pergilah, sendirian, duluan, tanpa kesetiaan. Aku akan
masuk sendirian dan memanggil taksi besok pagi setelah malam ini tidur nyenyak.”
Ucap Jin Eon.
Jin Eon lalu turun dari mobil
Hae Gang dan bergegas masuk ke villa. Namun tak lama, Jin Eon berbalik dan
melambaikan tangannya pada Hae Gang. Hae Gang terpengarah melihatnya. Usai
melambaikan tangannya pada Hae Gang, Jin Eon kembali berjalan menuju villa.
Hae Gang berpikir sejenak,
sebelum akhirnya ikut turun dan menyusul Jin Eon. Jin Eon yang sudah berdiri di
teras tersenyum mendengar suara pintu mobil yang ditutup.
Jin Eon tampak sibuk
merapikan kasur, sementara Hae Gang menunggu di ruang tengah dengan wajah
cemberut. Usai merapikan kasur, Jin Eon pun menghampiri Hae Gang.
“Aku akan menaruh selimut dan
tidur dengan nyaman di lantai. Wakil presdir, kau bisa memakai tempat tidur
sendirian dengan nyaman.” Ucap Jin Eon.
Jin Eon lantas menyajikan
cemilan untuk Hae Gang.
“Kalau kau tidak lapar, makan
saja kentang manis dengan makgeolli. Pemiliknya mengatakan ini adalah hari yang
special. Jadi dia berusaha agar kita menghabiskan malam natal. Dia pikir kita
adalah pasangan. Dia bilang isteriku cantik dan mengharapkan yang terbaik
untukku.” Ucap Jin Eon.
Hae Gang tetap diam. Jin Eon
kemudian duduk disamping Hae Gang. Begitu Jin Eon duduk, Hae Gang langsung
menggeser posisi duduknya. Jin Eon lantas berkata kalau ia akan menggeser
mejanya.
“Kenapa?” tanya Hae Gang.
“Apa maksudmu
"kenapa"? Aku juga perlu tidur, aku perlu ruang untuk menaruh
selimutnya. Tidak ada banyak tempat di tempat tidur.” Jawab Jin Eon.
Jin Eon lantas menggeser meja
di depan Hae Gang. Setelah menggeser meja, ia mulai menggelar selimut di
lantai. Hae Gang yang tidak nyaman berpindah tempat duduk ke ruang makan. Jin
Eon menghela napas dan menghampiri Hae Gang.
“Tidak perlu berlebihan, mari
kita mandi lalu tidur, aku yakin kau juga lelah. Apa kau mau mandi duluan?”
tanya Jin Eon, namun yang ditanya malah diam saja.
“Aku akan mandi duluan.” Ucap
Jin Eon, lalu masuk ke kamar mandi.
Hae Gang cemas, ia takut
tidak bisa mengontrol perasaannya. Tiba2, ponselnya berdering. Ia menerima
panggilan dari Seok. Seok cemas, ia pikir Hae Gang mengalami kecelakaan. Hae
Gang berkata kalau ia sedang bersama Jin Eon dan meminta Seok menjemputnya.
Seok pun segera berangkat menjemput Hae Gang.
Tak lama setelah berbicara
dengan Seok, Jin Eon keluar dari kamar mandi. Ia menyuruh Hae Gang mandi. Namun
Hae Gang menolaknya tanpa sedikit pun menatap Jin Eon.
“Aku bukan kotoran anjing. Kau
kelewatan dengan mengabaikan aku, lihatlah aku. Lihatlah aku, lihat saja aku,
Do Hae Gang.” ucap Jin Eon.
“Baik, aku lihat Kenapa? Apa?
Apa yang akan kau lakukan? Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Hae Gang.
“Aku tidak tahu apa yang kau
harapkan, tapi aku tidak akan melakukan apapun, tidak akan. Aku tidak akan
menyentuhmu. Kita ini rekan kerja, dan kau wanita milik orang lain. Aku merasa
tidak nyaman dan tidak menyukai situasi ini. Aku tidak punya perasaan ataupun
emosi sekarang ini. Dimataku, kau seperti pohon mati. Kau seperti boneka plastik yang hanya mengedipkan matanya.”
Jawab Jin Eon.
“Apa? Pohon mati? Boneka
plastik yang hanya mengedipkan matanya?” ucap Hae Gang kesal.
“Makanya aku menyuruhmu untuk
tenang.” Jawab Jin Eon.
Jin Eon lalu menatap wajah
Hae Gang dari jarak dekat.
“Jadi, hentikanlah.” Pinta
Hae Gang.
Hae Gang yang mulai merasa
gugup mengalihkan pembicaraan dengan mengomeli Jin Eon karena Jin Eon
meneteskan air dimana2.
“Aku selalu menyuruhmu untuk
mengeringkan diri didalam setiap kali kau mandi.” Ucap Hae Gang.
Hae Gang kemudian tertegun
setelah mengatakannya. Sementara Jin Eon tersenyum mendengar omelan Hae Gang.
Ingatan keduanya lalu melayang ke masa lalu, saat mereka masih bersama.
Flashback…
Saat
itu, Jin Eon keluar dari kamar mandi tanpa mengeringkan diri sehingga airnya
menetes kemana2. Hae Gang yang baru saja selesai membersihkan rumah pun kesal.
Ia langsung mengomeli Jin Eon.
“Aku
selalu menyuruhmu untuk mengeringkan diri sebelum keluar. Keringkan dengan
benar di dalam dan keringkan rambutmu. Berapa kali aku sudah mengatakannya
padamu? Berapa kali? Apakah itu sulit? Aku sudah berulang kali mengatakannya,
kenapa kau tidak mendengarkan?” sewot Hae Gang.
Tapi
yang disewotin malah senyum2.
“Aku
seharusnya dibunuh, aku adalah orang yang tidak bisa ditinggalkan sendirian. Kau
tidak perlu menahannya dan bunuh saja aku sekarang. Jangan menahannya dan bunuh
aku. Dengan cintamu.” Ucap Jin Eon.
“Berikan
handuknya padaku.” Pinta Hae Gang.
Hae
Gang pun mengeringkan tubuh Jin Eon. Ia mengelap tangan dan wajah Jin Eon
sambil mengomel. Tapi yang diomelin malah menggodanya.
“Ini
seperti berbicara dengan dinding. Bohong saja kalau kau pintar. Ingatan buruk
begitu, setiap kali kau mandi. Aku sudah muak, sungguh.” Omel Hae Gang.
“Seperti
berbicara dengan dinding. Bohong saja kalau kau pintar. Ingatanmu seperti ikan
emas, oh! aku sangat lelah!” balas Jin Eon.
“Kenapa
kau meniru aku? Apa kau berhak untuk meniruku?” protes Hae Gang.
“Apa
kau bertanya karena kau benar-benar tidak tahu?” tanya Jin Eon.
“Apa
yang tidak aku tahu?” tanya Hae Gang balik.
“Kenapa
aku masih basah setelah aku mandi.” Jawab Jin Eon.
“Apa
itu? Maksudmu kau sengaja melakukannya? Kenapa?” tanya Hae Gang.
“Karena
kau mengeringkan aku, karena Do Hae Gang mengeringkan aku.” jawab Jin Eon.
Hae
Gang pun kesal mendengarnya dan menyuruh Jin Eon mengeringkan diri sendiri.
“Aku
seharusnya tidak memberitahumu. Siapa yang bilang kejujuran adalah kebijakan
terbaik? Siapa? Dasar bodoh.” Ucap Jin Eon.
“Lincoln.”
Jawab Hae Gang, membuat Jin Eon bengong.
“Dia
sudah tidak ada lagi, jadi pastikan kau mengelap semua air yang ada dilantai
dari sini kesana.Cepat.” ucap Hae Gang.
Dan
Jin Eon pun langsung mengerjakannya. Hae Gang tersenyum melihat Jin Eon yang
mengelap air yang berceceran di lantai.
Flashback
end…
Hae Gang yang sudah tak
sanggup menahan perasaannya akhirnya berkata kalau dia akan pergi. Hae Gang
memberitahu Jin Eon bahwa tadi ia menghubungi Seok dan meminta Seok
menjemputnya. Mendengar itu, Jin Eon kecewa.
“Aku akan meninggalkan kunci
mobilku, jadi bawa mobilku besok.” Ucap Hae Gang, lalu pergi.
Diluar, Seok memang sudah
menunggu Hae Gang. Begitu melihat Hae Gang, Seok tersenyum dan melambaikan
tangannya ke arah Hae Gang. Namun sayang, Hae Gang tidak menyadari kehadiran
Seok, karena tepat saat Seok melambaikan tangan pada Hae Gang, Hae Gang
berbalik dan menatap ragu ke arah villa.
Di dalam, Jin Eon berharap
kalau Hae Gang akan kembali.
“Dengan kakimu sendiri,
dengan keinginanmu sendiri, kembalilah.” Ucap Jin Eon sambil menghadap ke
pintu.
Diluar, Hae Gang masih ragu
untuk masuk. Seok yang mengerti akhirnya mengirimi pesan ke Hae Gang bahwa ia
tidak bisa datang menjemput Hae Gang. Setelah membaca pesan Seok, Hae Gang pun
kembali ke villa.
Hae Gang membuka pintu, ia
mendapati ruangan yang sudah gelap. Hae Gang terus berjalan masuk, sampai
akhirnya ia menyadari bahwa Jin Eon berdiri di belakangnya. Jin Eon menghampiri
Hae Gang. Keduanya saling bertatapan, sebelum akhirnya Hae Gang berkata hanya
untuk hari ini, karena hari ini adalah hari natal.
“Aku tidak mau. Karena natal
selalu ada setiap tahun. Karena natal selalu ada sampai aku mati. Aku tidak mau
seperti ini hanya hari ini saja.” Jawab Jin Eon.
Dan, cuuup! Hae Gang yang
sudah tidak tahan pun mengecup bibir Jin Eon. Jin Eon terkejut. Keduanya lalu
bertatapan kembali. Tak lama kemudian, Hae Gang kembali mengecup Jin Eon.
Beberapa menit kemudian, Hae Gang melepaskan kecupannya. Jin Eon memegang kedua
pipi Hae Gang, lalu mengecup bibir Hae Gang.
“Tolong hentikan dan katakan
bahwa kau mencintaiku. Selamanya. Masih, bahkan sampai sekarang. Benar
begitukan? Katakan padaku bahwa itu cinta, Do Hae Gang. Katakan padaku bahwa kau
mencintaiku.” Pinta Jin Eon.
“Maafkan aku. Aku salah. Aku
berpikir tentang masa lalu, jadi aku merindukanmu. Tidak lebih dan tidak kurang
dari itu.” jawab Hae Gang.
“Begitukah? Aku tidak
menyadarinya. Aku hampir membuat kesalahan lagi Yang tidak bisa aku perbaiki. Aku
lelah, aku akan tidur duluan.” Ucap Jin Eon kecewa.
Begitu Jin Eon pergi, Hae
Gang pun memejamkan matanya karena merasa bersalah pada Jin Eon. Hae Gang
kemudian membuka matanya dan menatap ke arah perginya Jin Eon.
Bersambung ke part 2...........
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
About Me
Kumpulan Sinopsis
- Sinopsis Adamas
- Sinopsis Again My Life
- Sinopsis Alice
- Sinopsis Anna
- Sinopsis Babel
- Sinopsis Big Mouth
- Sinopsis Blessing of the Sea
- Sinopsis Blind
- Sinopsis Defendant
- Sinopsis Different Dreams
- Sinopsis Fantastic
- Sinopsis Graceful Family
- Sinopsis Gyeongseong Creature
- Sinopsis Happiness
- Sinopsis Hide and Seek
- Sinopsis Hide Identity
- Sinopsis I Have a Lover
- Sinopsis King Maker : The Change of Destiny
- SInopsis King the Land
- Sinopsis Lies of Lies
- Sinopsis Love Rain
- Sinopsis Maestra
- Sinopsis Moving
- Sinopsis My Golden Life
- Sinopsis My Happy End
- Sinopsis My Perfect Stranger
- Sinopsis Oh My Geum Bi
- Sinopsis Perfect Marriage Revenge
- Sinopsis Ruby Ring
- Sinopsis Ruler : Master Of The Mask
- Sinopsis Selection : The War Between Women
- Sinopsis Song of the Bandits
- Sinopsis still 17
- Sinopsis Temptation Of An Angel
- Sinopsis The Game : Towards Zero
- Sinopsis The Glory
- Sinopsis The Great Show
- Sinopsis The Legend Of The Blue Sea
- Sinopsis The Police Station Next to The Fire Station
- Sinopsis The Princess Man
- Sinopsis The Promise
- Sinopsis The World of the Married
- Sinopsis The Worst of Evil
- Sinopsis Train
- Sinopsis Undercover
- Sinopsis Unknown Woman
- Sinopsis Vigilante
- Sinopsis Watcher
- Sinopsis Wonderful World
Labels
- Adamas (1)
- Again My Life (20)
- Alice (6)
- Babel (47)
- Big Mouth (24)
- Blessing of the Sea (24)
- Blind (9)
- Defendant (35)
- Different Dreams (81)
- Fantastic (42)
- Flower of Evil (10)
- Good Witch (3)
- Graceful Family (63)
- Happines (24)
- Hide and Seek (77)
- Hide Identity (1)
- I Have a Lover (88)
- King Maker : The Change of Destiny (62)
- Lean Of You - Jung Yup (1)
- Lee Yoo Ri Setuju Bintangi Drama MBC Selanjutnya Spring Must Be Coming (1)
- Lies of Lies (32)
- live up to your name (36)
- Love Rain (16)
- Love Story - Lyn (1)
- Maestra (5)
- My Golden Life (100)
- My Happy End (15)
- Oh My Geum Bi (6)
- Perfect Marriage Revenge (2)
- Ruby Ring (181)
- Ruler : Master Of The Mask (56)
- Selection : The War Between Women (63)
- SInopsis King the Land (1)
- Temptation Of An Angel (22)
- The Game : Towards Zero (50)
- The Glory (1)
- The Great Show (62)
- The Legend Of The Blue Sea (39)
- The Police Station Next to The Fire Station (3)
- The Princess Man (24)
- The Promise (211)
- The Road : The Tragedy of One (1)
- The Second Anna (5)
- The World of the Married (21)
- The Worst of Evil (1)
- Train (2)
- Undercover (9)
- Unknown Woman (92)
- VIP (1)
- Watcher (65)
Blog Archive
- ► 2020 (285)
- ► 2019 (614)
- ► 2018 (436)
- ► 2017 (209)
Recent Comments
Followers
-
[Sebelumnya ] Di kediamannya, Hae Sung sedang latihan dibimbing oleh Chang Suk. “Pikiran kosong, mata kosong, tapi setelah ia menemuk...
-
Sebelumnya.... 1 Tahun Kemudian…. Hae Sung dan Chang Suk tampak sedang bersiap2. Chang Suk berkata, setahun sudah berlalu. Hae ...
Yess ... Semangat terus mbk..💪💪😁😁😁