Tae
Seok berusaha menyuap orang suruhan Hae Gang. Ia berjanji, akan memberikan 10%
lebih tinggi dari harga di pasaran asalkan pria itu mau membantunya.
“Dalam
kondisi sekarang, 100 ribu won per lembar saham, apa maksudmu dengan harga di
pasaran? Kau tidak hanya memegang pisau, tapi kau adalah seorang perampok. Aku
tidak terburu-buru, jadi aku akan duduk di sini dengan tenang sampai harganya
naik, itu adalah tujuan dari pemilik uangku.” Jawab pria itu.
“Lalu
kenapa kau datang kemari?” tanya Tae Seok.
“Kau
pikir kenapa? Aku datang kemari karena berpikir kau memanjat pohon untuk
memakan buahnya. Suaramu di telpon terdengar sangat putus asa, aku ingin
meningkatkan nilai diriku.” jawab pria itu.
“Kalau
begitu, 5% lebih tinggi dari harga pembelian.” Tawar Tae Seok.
“20%,
bagaimana? Sekarang ini, saham farmasi ini adalah lotere. Kalau obat baru yang
sekarang sedang dikembangkan diumumkan, maka harga saham akan membumbung tinggi.
Saat kau terburu-buru memanjat pohon, bukankah kau seharusnya mempertimbangkan
sebanyak itu?” ucap pria itu.
“10%.”
Ucap Tae Seok.
Karena
tak mencapai kesepakatan, pria itu pun minta diri.
“Kau
bisa kapan saja memanggilku kemari, benarkan? Meski perjanjiannya tidak
berhasil, kau berusaha supaya aku ditemukan oleh Do Hae Gang dan bekerja sama
dengannya.”ucap pria itu.
“Kau
tetap datang meski kau mengetahuinya?” tanya Tae Seok.
“Itu
benar, aku datang karena tahu akan mendapatkan sesuatu yang besar, jadi kau
tidak bisa merendahkan aku.” jawab pria itu.
Di
tengah2 pembicaraan, Tae Seok mendapat berita dari Manajer Byeon. Manajer Byeon
menyuruh Tae Seok membuka amplop yang sudah ada di meja Tae Seok sekarang. Dan
Tae Seok pun membukanya. Betapa terkejutnya ia membaca surat yang ada di dalam
amplop itu. Surat itu adalah surat pemberitahuan rapat pemegang saham dengan
adegan permohonan pemberhentian Presdir dan Wakil Presdir.
Tae
Seok pun emosi, Choi Jin Eon, bajingan
itu!
Di
ruangannya, Hae Gang sedang menulis surat resign-nya.
Tae
Seok dan pria itu akhirnya menemui kesepakatan!! Apakah ini artinya pria itu
berkhianat pada Hae Gang atau pura2 berkhianat??
Jin
Eon, Presdir Choi dan Hae Gang bertemu di kantor kejaksaan. Hae Gang mengaku
bahwa dirinya lah yang membuat kejaksaan memanggil Presdir Choi lagi.
“Usahamu
patut dipuji. Jadi, apa yang ada ditanganmu? Apakah harta kekayaan Jaksa Kim? Untuk
menangkapku, kau dengan bodohnya bermain tipuan dokumen kekayaan para jaksa? Kau
tanpa rasa takut telah mencuri sesuatu milikku. Bagaimana itu bisa berada di
tanganmu?” tanya Presdir Choi.
Hae
Gang pun terdiam, ia tak tega memberitahu Presdir Choi bahwa dokumen itu ia
dapat dari Jin Eon.
Tak lama kemudian, Jin Eon mengaku bahwa ia yang memberikan
dokumen itu pada Hae Gang. Presdir Choi terkejut.
“Daftar
jaksa yang kau suap, itu bukan Hae Gang, tapi perbuatanku ayah.” ucap Jin Eon.
“Apa? Kenapa
kau memberikan itu padanya? Kau!” ucap Presdir Choi dengan suara gemetar.
Presdir
Choi lalu memukuli Jin Eon dengan tongkatnya.
“Hentikan!
Kumohon hentikan!” teriak Hae Gang yang cemas melihat Jin Eon dipukuli.
Lalu
tiba2 saja, Presdir Choi jatuh. Jin Eon mau membantu ayahnya berdiri tapi
tangannya malah ditampik oleh sang ayah.
“Apakah
ini yang kalian berdua inginkan? Di depan matamu apa kau ingin aku diseret
keluar dan membuat supaya aku tidak bisa berdiri lagi? Tanpa tongkat, membuat
aku menghantam batu. Mengeluarkan isi perutku, mencabut hatiku dan menarik
mataku keluar. Kau ingin mengawetkan aku dan menggantungnya di tempat dimana
kau bisa melihatnya. Apa itu yang kau inginkan? Kecuali kita bertiga menjadi
hancur, apa yang akan kau dapatkan? Balas dendam? Kebenaran? Kalau kau balas
dendam, kalau kau tahu kebenarannya, apa ada yang akan berubah? Kalau kau
mengirimku ke penjara, apakah akan ada perbedaan? Jawab aku! Sesuatu telah
berubah kalau aku terus bergerak… Sesuatu menjadi lebih baik, aku sudah... Menyerahkan
hidupku, supaya bisa memberikan seluruh hidupku untukmu.” Ucap Presdir Choi.
Presdir
Choi lalu berdiri sendiri dan menatap kesal Hae Gang.
“Kalau
kau tidak berubah, maka tidak akan ada perubahan. Kalau Presdir tidak berubah,
tidak akan ada kemajuan. Semuanya berada di tanganmu, bagiku dan juga bagi
dirinya. Ayah, ayahku bukan satu-satunya yang ada di gunung itu. Aku, dia dan
kau ada di gunung itu dimana kalian berdua berada di sana pada tahun 1981. Tolong
turunlah sekarang, ayah. Kalau kau tidak turun, baik dia maupun aku tidak bisa
bergerak selangkahpun dari sini.” Ucap Hae Gang dengan suara lembut.
“Yang
kami inginkan adalah kau, Ayah. Ayah yang tidak bisa kami lupakan. Ayah yang
tidak bisa kami abaikan. Kami melakukan ini supaya kami tidak menelantarkanmu. Karena
kami tidak bisa menelantarkan menutupi ataupun mengabaikanmu. Kami melakukan
ini supaya kami tidak meninggalkanmu.” Ucap Jin Eon.
Presdir
Choi diam saja, ia hanya menghela napas berat. Hae Gang lantas mengambil
tongkat Presdir Choi yang masih tergeletak di lantai dan meletakkannya ke
tangan Presdir Choi. Namun Presdir Choi masih saja keras kepala.
“Seperti
tongkat ini, apa kau akan menggunakan aku sebagai senjata atau sebagai kakimu,
itu adalah pilihan ayah.” ucap Hae Gang.
Presdir
Choi terus mengunci mulutnya saat Jaksa Kim menanyakan keterlibatan Presdir
Choi dalam beberapa kasus seperti yang dikatakan Hae Gang. Jaksa Kim pun mulai
lelah dengan aksi tutup mulut Presdir Choi itu. Saat Jaksa Kim kembali
menanyakan keterlibatan Presdir Choi dalam kasus Farmasi Mido, Presdir Choi
tetap menutup mulutnya. Jaksa Kim pun mulai kesal. Ia pun memilih menenangkan dirinya sejenak dengan beranjak
keluar.
“Kasus
Farmasi Mido, aku akan menanggungnya sendiri. Aku bahkan menyingkirkan filenya.
Seperti yang tertera di dalam dokumennya, semuanya. Dilakukan oleh diriku
sendiri, tidak masalah jika aku melakukan semuanya.” ucap Hae Gang.
Presdir
Choi terkejut.
“Kalau
kau tidak mengakuinya, maka tidak ada artinya sama sekali aku melakukan semua
ini. Aku akan membiarkan kau tetap berada di sisi ibu, jadi, sekali ini saja. Sekali
saja, kumohon katakan yang sebenarnya. Lalu aku tidak akan bertanya lagi. Aku
hanya akan bertanya sekali ini saja lagi. Ayah, apa kau membunuh ayahku?” tanya
Hae Gang.
Tapi
Presdir Choi tetap bungkam. Hae Gang yang putus asa, akhirnya memilih pergi.
Tapi saat ia baru bangkit dari duduknya, Presdir Choi mengakui bahwa dirinya
lah yang membunuh ayah Hae Gang. Hae Gang syok. Ia sulit mempercayai kenyataan
kalau Presdir Choi lah pembunuh ayahnya.
“Aku
memotong tali ayahmu. Apa kau merasa lega sekarang? Kalau aku membuka pintu itu
dan mengaku pada Jin Eon, apakah kita… apakah aku bisa memulai kembali dengan
kalian berdua? Apakah kau akan menjadi kakiku dan membiarkan aku turun dari
gunung?” tanya Presdir Choi.
Tangis
Hae Gang pecah…
“Itu
hanya bisa dalam pikiranmu saja. Tidak perlu menutupi dosa-dosaku. Aku akan
membayar dosa-dosaku, aku akan menerimanya.” Ucap Presdir Choi.
Presdir
Choi lalu beranjak pergi meninggalkan Hae Gang. Diluar, ia bertemu Jin Eon yang
masih menunggunya.
“Aku
akan segera didakwa. Sekarang, Farmasi Cheon Nyeon, Hae Gang dan aku tidak akan
ada di sana, hanya ada kau saja. Hal yang sama juga berlaku bagi ibumu. Bisakah
aku mempercayaimu? Bisakah aku mempercayaimu dan akan menerima balasan atas
dosa-dosaku?” ucap Presdir Choi.
Jin
Eon pun terpengarah…
“Terima
kasih, karena tidak meninggalkan aku. Karena sudah menunggu di sini untukku. Aku
ingin pergi dengan kakiku sendiri. Jangan ikuti aku dan masuklah ke dalam.”
Ucap Presdir Choi.
Tangis
Jin Eon pun pecah. Presdir Choi kemudian beranjak pergi. Jin Eon menatap
kepergian sang ayah dengan mata basah.
Sementara
itu, Hae Gang masih duduk di dalam. Tak lama kemudian, Jin Eon masuk dan
menghampiri Hae Gang. Tangis Hae Gang pun pecah. Jin Eon memegang bahu Hae
Gang, untuk menguatkan Hae Gang. Hae Gang pun menggenggam erat tangan Jin Eon
di bahunya dan semakin kencang menangis.
0 Comments:
Post a Comment