Seorang tahanan tampak
melarikan diri di tengah malam. Ketahuan, dia pun langsung diburu oleh petugas
polisi dan anjing pelacak. Tahanan itu terus berlari, hingga akhirnya ia
berhasil mencapai jalan raya. Tepat saat itu, sebuah container melaju kencang ke
arahnya. Wajah si tahanan terkena cahaya lampu. Tahanan itu, Park Jung Woo!
Bukannya menghindari dari container yang melaju ke arahnya, tapi dia malah diam
di tempatnya dan menatap tajam container itu.
Seorang pria berhenti di lampu
merah. Ia kemudian menelpon seseorang yang bernama Shin Cheol Sik. Pria itu
marah karena Cheol Sik sudah menusuknya dari belakang. Cheol Sik yang saat itu
sedang menghabiskan waktu bersama para wanita di sebuah klub pun berkata bahwa
ia tidak mengerti apa yang dibicarakan pria yang ia panggil bos itu.
“Aku mendengarmu menyuruh
seseorang untuk menabrakku dengan truk atau menenggelamkanku!” ucap pria yang
dipanggil Cheol Sik dengan panggilan bos itu.
“Aku mengatakan itu karena aku
sedang marah. Kau mencoba mengambil semuanya.” jawab Cheol Sik.
“Apa kau benar2 berpikir kau
akan mendapatkan jalanmu sendiri? Akulah satu2nya orang yang akan mendapatkan
mereka semua dibawah sayapku!” ucap si boss, lalu membanting ponselnya karena
kesal.
Sebuah mobil berhenti di
belakang mobil si boss. Tak jauh dari kedua mobil itu, ada sebuah truk yang
sedang memata2i mereka. Tak lama kemudian, truk itu melaju kencang ke arah dua
mobil itu. Si boss awalnya tidak ngeh bahwa truk itu mau menabraknya, tapi saat
ia menyadari truk itu benar2 melaju padanya, ia terkejut. Truk itu pun langsung
menghantam kedua mobil. Si boss juga pemilik mobil yang berhenti di belakang
mobil si bos terluka parah.
Keesokan harinya, kita melihat
Jung Woo yang mengantarkan gadis kecilnya ke sekolah. Sang anak berkata, kalau
ia ingin memelihara seekor kucing namun Jung Woo tidak mengizinkannya. Begitu
tiba di depan gerbang sekolah, Jung Woo menurunkan anaknya dari gendongannya,
kemudian berpesan agar si anak bersikap baik pada guru dan temannya. Si anak
pun mengangguk. Jung Woo kemudian menyuruh anaknya menciumnya dan lalu mereka
melakukan toss.
Setelah anaknya masuk ke
sekolah, Jung Woo mendapat panggilan dari seorang detektif.
Cheol Sik datang ke pemakaman.
Anak buahnya langsung keluar untuk menyambutnya. Salah seorang yang berlari
untuk menyambut Cheol Sik terpaksa memakai sandal kecil karena tidak ada sepatu
di sana. Cheol Sik pun masuk, ia langsung disambut anak buahnya. Pemakaman yang
dihadarinya ternyata pemakaman Kim Yong Joo, pria yang dipanggil boss oleh
Cheol Sik.
Pria yang memakai sandal tadi
mengeluh karena sandalnya kekecilan. Tak hanya itu, ia juga melakukan
peregangan ketika yang lainnya menunduk memberi hormat pada Cheol Sik. Pria
yang berdiri disamping Jung Woo pun langsung menegur Jung Woo yang tidak
bersikap hormat pada Cheol Sik. Jung Woo pun menjawab, haruskah seorang jaksa
membungkuk memberi hormat pada orang2 seperti mereka?
Mendengar Jung Woo adalah
seorang jaksa, Cheol Sik pun langsung menatap tak senang pada Jung Woo. Namun
ketika Jung Woo menatapnya, ia langsung tersenyum ramah. Jung Woo pun bertanya
pada Cheol Sik, haruskah ia menunggu Cheol Sik di dalam?
Cheol Sik kemudian melakukan
penghormatan terakhir pada Yong Joo. Saat melakukan penghormatan terakhir, ia
pura2 menangis. Selesai melakukan penghormatan terakhir, Cheol Sik pun langsung
keluar menghampiri anak buahnya. Saat melihat Jung Woo, ia pun langsung
memberikan tatapan tak senangnya.
“Kau ingin aku melakukan apa?”
tanya anak buah Cheol Sik sambil menunjukkan senjata yang dibawanya.
“Belum terlalu terlambat. Bos
besar sedang mengawasi kita. Kita lakukan semuanya secara perlahan.” Bisik
Cheol Sik.
Cheol Sik kemudian menghampiri
Jung Woo. Dengan ramah, ia berkata kalau Jung Woo berani juga menemui mereka
sendirian. Jung Woo pun menjawab kalau mereka tidak akan datang ke tempat
seperti itu secara berkelompok karena mereka adalah orang2 sibuk.
“Bos besar menderita bertahun2
karena dirimu. Kita lihat saja apa dirimu bisa keluar dari sini hidup2.” Jawab
Cheol Sik, sambil menuang sojunya.
“Apa maksudmu menderita?” tanya
Jung Woo, lalu menatap anak buah Cheol Sik satu per satu.
Jung Woo lalu kembali menatap
Cheol Sik.
“Sayang sekali, aku sudah
berjanji kalau aku akan pulang lebih awal hari ini.”
“Kalau begitu telpon lah ke
rumah dan katakan kau tidak bisa pulang lebih awal.” Ucap Cheol Sik.
Cheol Sik kemudian mengupil.
Tak lama, salah seorang anak buahnya datang membawakan sup untuk Jung Woo.
Cheol Sik kemudian mencelupkan jempol bekas upilnya ke dalam sup Jung Woo,
kemudian mencuci jempolnya ke dalam soju Jung Woo.
“Baiklah, kita lihat saja siapa
yang akan menjadi pemenangnya. Coba sedikit, aku kesini minggu lalu dan rasa
makanannya sangat enak.” Ucap Jung Woo kemudian melahap sup ‘upil’ Cheol Sik
itu. Cheol Sik pun terkejut melihatnya, begitu juga seluruh anak buah Cheol
Sik.
“Aku mengirimkan surat
panggilan ini berkali-kali. Kenapa kau tidak datang?” ucap Jung Woo sambil
memberikan surat panggilannya.
“Apa kau di sini untuk
menemuiku?” tanya Cheol Sik, ia lalu tertawa dan merobek surat panggilan itu.
Tepat saat itu, seluruh anak
buah Cheol Sik berdiri dan siap menghajar Jung Woo.
“Meskipun aku merasa kasihan
kepadamu. Kau bisa datang ke sini kapan pun kau mau, tapi tidak akan menjadi
seperti itu setelah kau pergi.” Ucap Cheol Sik lagi.
“Tunggu sebentar. Apa kau
benar-benar akan melakukan hal seperti ini? Ikuti saja aku dengan tenang.”
Jawab Jung Woo setengah berbisik.
“Hei, aku pikir aku melihat
ruangan kosong di sini. Pergi antar dia ke ruangan itu.” suruh Cheol Sik pada
anak buahnya.
“Astaga. Apa kau ingin
menghajar seorang jaksa atau apa?” tanya Jung Woo.
“Bosku merawat mereka dengan sangat
baik. Mereka bahkan tidak tahu apa itu jaksa.” Jawab Cheol Sik.
Anak buah Cheol Sik pun
langsung mencengkram jas Jung Woo. Namun Jung Woo yang masih belum kelar
bicara, langsung menghempaskan tangan anak buah Cheol Sik dari kerahnya. Jung
Woo lantas mendekati Cheol Sik dan bertanya apa Cheol Sik tidak akan menyesal
melakukan itu padanya. Cheol Sik tidak menjawab pertanyaan Jung Woo dan malah
menyuruh anak buahnya membawa Jung Woo pergi.
Jung Woo pun diseret keluar
oleh anak buah Cheol Sik. Saat itulah, Jung Woo mengeluarkan sebuah rekaman dan
memutar rekaman itu. Rekaman itu berisi percakapan Cheol Sik yang menyuruh
seseorang untuk menabrak atau menenggelamkan Yong Joo. Kita lalu diperlihatkan
flashback, ketika Cheol Sik yang duduk di mobilnya memberi perintah pada
seseorang melalui telepon untuk membunuh Yong Joo. Saat itu, Cheol Sik tak
sadar ada alat perekam di mobilnya.
Mendengar itu, anak buah Cheol
Sik pun marah pada Cheol Sik yang sudah membunuh Yong Joo. Cheol Sik pun
menyangkalnya dan menyebut rekaman itu omong kosong belaka. Jung Woo pun
langsung mengeluarkan surat perintah penangkapan Cheol Sik atas tuduhan
pembunuhan Kim Yong Joo. Cheol Sik ketakutan, dan ia pun berbisik pada Jung
Woo.
“Kau benar2 ingin
melakukannya?” bisik Cheol Sik.
“Kau bilang kau melihat ruangan
kosong di sini.” Jawab Jung Woo dengan suara pelan juga.
“Dan kau menyebut dirimu jaksa?
Ikuti saja hukum yang ada.” Ucap Cheol Sik.
“Kau bilang mereka tidak tahu
apa itu jaksa.” Jawab Jung Woo.
“Kau juga tidak akan lolos.”
Ucap Cheol Sik.
Seluruh anak buah Cheol Sik pun
sudah bersiap untuk menangkap mereka berdua. Jung Woo berkata, kalau Cheol Sik
seharusnya mengatakannya lebih cepat. Cheol Sik bertanya, apa yang akan
dilakukan Jung Woo sekarang. Jung Woo pun mulai berhitung. Tepat di hitungan
ketiga, Jung Woo mendorong Cheol Sik dan berusaha kabur sendiri. Cheol Sik yang
sudi mati di tangan anak buah sendiri, berusaha sekuat tenaga untuk meloloskan
diri.
Jung Woo dan Cheol Sik berhasil
kabur keluar. Sambil lari, Cheol Sik bertanya kenapa Jung Woo datang sendirian?
Jung Woo bilang kalau ia datang dengan detektif, Cheol Sik pasti tidak akan
datang. Cheol Sik lantas mengaku kalau ia tidak membunuh Kim Yong Joo. Cheol
Sik berkata, sebelumnya ia sudah melihat tubuh Yong Joo dan… Jung Woo pun
memotong perkataan Cheol Sik dengan berkata mereka bisa membicarakan hal itu
nanti.
Jung Woo terus berlari menuju
mobil yang ditunggui Tuan Go. Cheol Sik tampak mengekori Jung Woo. Jung Woo
berteriak, menyuruh Tuan Go membuka pintu mobil agar ia dan Cheol Sik bisa
langsung masuk ke mobil.
Cheol Sik dijebloskan ke dalam
sel. Di dalam sel, Cheol Sik terus berteriak kalau bukan dia pembunuhnya. Ia
juga menanyakan dimana jaksanya. Jung Woo sendiri sudah sampai di kantornya.
Tuan Go berkata, kalau seharusnya mereka membawa pasukan karena itu sangat
berbahaya. Jung Woo pun menjawab, kalau mereka tidak bisa menangkap Cheol Sik
seperti itu karena Cheol Sik itu cerdas.
“Kalau begitu kau harus
menelepon polisi. Itu sangat beresiko.” Ucap Tuan Go.
“Aku benar-benar baik-baik saja
sekarang.” jawab Jung Woo.
“Kau tidak baik-baik saja.
Dimana sepatumu?” tanya Tuan Go.
Dan Jung Woo pun terkejut
menyadari dirinya berlari tanpa sepatu. Tuan Go pun protes, karena Jung Woo
lagi2 melukai diri. Ya, kaki Jung Woo terluka.
Begitu tiba di ruangannya, Jung
Woo ternyata sudah ditunggu oleh seorang tamu. Dia adalah, Yeo Seong Soo dari
Firma Hukum Lee & Park. Seong Soo
mengajak Jung Woo bergabung ke dalam firma hukumnya. Ia berkata, kalau Jung Woo
mau bergabung dengan firma hukumnya, maka kualitas hidup Jung Woo pun akan
meningkat.
“Ini adalah keputusan yang
cukup besar untuk aku buat sendiri. Biarkan aku menelepon dulu.” Jawab Jung
Woo.
Jung Woo lalu menghubungi
seseorang yang bernama Ji Soo. Siapakah Ji Soo? Dia adalah istri Jung Woo.
Begitu Ji Soo menjawab panggilannya, Jung Woo pun me-loudspeaker pembicaraan
mereka agar Seong Soo bisa mendengar jawaban Ji Soo.
“Sebuah firma hukum baru saja
menawari aku pekerjaan. Dia mengatakan mereka akan membayar dengan gaji tahunan
setiap bulannya.” Ucap Jung Woo.
“Uang? Kalau ini adalah tentang
uang, aku juga bisa menghasilkan uang. Itu hanya sekadar jumlah uang. Aku
menikah karena aku ingin menjadi seorang istri jaksa. Ini sama sekali bukan
tentang uang. Kau terlihat fantastis saat kau berada di kantor kejaksaan. Bahkan
jangan berpikir tentang hal itu. Benar. Jangan lupa untuk mengambil kue. dalam
perjalanan pulang. Aku memesan satu dengan namamu. Sampai jumpa.” Jawab Ji Soo,
lalu menyudahi pembicaraan mereka.
Ji Soo bekerja sebagai pelayan
di sebuah supermarket. Begitu pelanggannya datang, Ji Soo pun bergegas
melayaninya.
Kembali ke Seong Soo yang
langsung beranjak pergi setelah mengetahui jawaban Jung Woo atas tawaran kerja
samanya. Namun sebelum pergi, Jung Woo berkata pada Seong Soo kalau ia akan
memeriksa kasusnya dengan hati2.
Kasus yang dimaksud Jung Woo
adalah kasus Presdir Cha. Begitu keluar dari ruangan Jung Woo, Seong Soo
langsung menghubungi Presdir Cha. Presdir Cha mengerti, kemudian mengakhiri
pembicaraan mereka. Tak lama kemudian, Presdir Cha diberitahu seketarisnya
kalau sudah waktunya dan Presdir Cha pun mengiyakan. Presdir Cha kemudian
menghampiri seorang wanita, tapi wanita itu malah tegang melihat Presdir Cha.
“Kenapa kau tidak tersenyum? Ini
adalah hari yang baik.” Ucap Presdir Cha.
Presdir Cha kemudian
menggenggam erat tangan wanita itu. Di hadapan beberapa wartawan, wanita itu
terpaksa menyunggingkan senyumnya. Presdir Cha dan wanita itu kemudian masuk ke
sebuah ruangan dimana semua orang sudah berkumpul untuk merayakan resminya Cha
Seon Ho menjadi seorang Presdir. Presdir
Cha lantas merangkul wanita itu, dan lagi2 wanita itu merasa tidak nyaman.
Sudah waktunya pulang dan semua
pegawai Jung Woo pun menitipkan hadiah untuk Ha Yeon pada Jung Woo. Ha Yeon
rupanya berulang tahun hari itu, dan pegawai Jung Woo merasa senang karena
berkat Ha Yeon mereka bisa pulang tepat waktu setahun sekali.
“Tuan Park, apa kau memiliki
rencana untuk memiliki anak kedua? Kau tahu pemerintah merekomendasikan keluarga
dengan banyak anak.” Ucap Tuan Go.
“Haruskah aku mencobanya malam
ini?” tanya Jung Woo.
Pegawai Jung Woo pun langsung heboh,
mereka kemudian kompak meneriakkan fighting untuk Jung Woo.
Sebelum pulang, Jung Woo mampir
ke toko kue untuk mengambil pesanan kue yang dipesan Ji Soo atas namanya. Si
penjaga toko pun berkata kalau ia tak menemukan pesanan atas nama Jung Woo, yang
ada di dalam daftar pesanan atas nama Park Bong Goo. Mendengar itu, Jung Woo
pun langsung meralat kalau namanya adalah Park Bong Goo.
Jung Woo pulang ke rumah. Dan
benar saja, Ji Soo memang memesan kue atas nama Park Bong Goo. Begitu Jung Woo
pulang, Ha Yeon pun langsung menyambutnya dengan gembira. Di sana juga ada Tae
Soo yang sengaja datang untuk memberikan hadiah ulang tahun pada Jung Woo.
“Kenapa kau menyebut dirimu
Bong Goo sebelumnya?” tanya Ha Yeon pada ayahnya.
“Saat ayah dan ibu mulai berkencan,
ibumu memanggilku Bong Goo.” Jawab Jung Woo.
“Kenapa?” tanya Ha Yeon.
“Karena ayah dulu terlihat
kampungan.” Jawab Ji Soo.
“Itu tidak benar.” ucap Jung
Woo.
Dan mereka pun akhirnya
tertawa. Tae Soo kemudian pamit karena dia harus bekerja malam itu. Jung Woo
mengajak Tae Soo makan kue dulu sebelum pergi, tapi Tae Soo menolak dan berkata
ia akan memakan kuenya tahun depan. Sebelum pergi, Tae Soo berjanji akan
membawa Ha Yeon jalan2 ke taman hiburan pada hari libur.
Mereka bertiga lalu menyanyikan
lagu selamat ulang tahun untuk Ha Yeon. Ha Yeon pun langsung cemberut saat sang
ayah salah menyebutkan umurnya ketika menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Ji
Soo yang merekam, memberi kode pada Jung Woo kalau Jung Woo salah menyebutkan
umur Ha Yeon. Jung Woo pun buru2 meralatnya. Rasa tak senang Ha Yeon makin
bertambah saat melihat semua hadiahnya berupa boneka binatang termasuk hadiah
dari ayahnya. Tapi ia langsung berseru senang saat diberi kode oleh sang ibu.
Jung Woo kemudian menemani Ha
Yeon tidur dengan menyanyikan lagu nina bobo. Tapi Ha Yeon tak kunjung tidur.
Saat Jung Woo bertanya, kenapa Ha Yeon masih belum tidur, Ha Yeon pun berkata
ia akan tidur setelah Jung Woo selesai bernyanyi. Jung Woo pun terus bernyanyi,
hingga akhirnya Ha Yeon mulai tidur.
Ji Soo masuk ke kamar Ha Yeon
dan mendapati Jung Woo yang ketiduran dengan Ha Yeon. Ji Soo kemudian
membangunkan Jung Woo. Jung Woo terbangun, dan keduanya lalu tersenyum menatap
Ha Yeon yang sudah tertidur pulas. Jung Woo lantas membelai Ha Yeon, sebelum
akhirnya ia dan Ji Soo kembali ke kamar mereka.
Di kamar, Ji Soo mengobati luka
di kaki Jung Woo. Jung Woo pun meringis saat Ji Soo mengobati lukanya. Ji Soo
pun meminta Jung Woo jangan cengeng. Ia berkata bagaimana Jung Woo bisa jadi
jaksa kalau Jung Woo menjadi seorang yang pengecut.
“Kau ingat Tuan Joo? Dia
menjadi jaksa karena dia mudah takut.” Jawab Jung Woo.
Jung Woo kemudian menanyakan
apa ibu Ji Soo sampai dengan selamat? Ji Soo berkata bahwa ibunya sangat
merindukan Ha Yeon saat ibunya berada di luar negeri. Jung Woo lalu mulai
berbaring sambil berkata kalau mereka bisa pergi ke sana lain kali.
“Kapan itu?” tanya Ji Soo.
“Jangan berkata seperti itu. Sebuah
firma hukum menawarkan pekerjaan hari ini. Haruskah aku menerima tawaran itu?”
ucap Jung Woo.
“Pergilah tidur, Bong Goo-ssi. Kau
harus bangun pagi besok.” Jawab Ji Soo, sambil menyelimuti Jung Woo.
“Itu benar. Aku ada pertemuan
di pagi hari. Aku harus mengikuti aturan.” Ucap Jung Woo.
“Apa?” tanya Ji Soo.
“Tidak ada. Jam enam. Tolong
bangunkan aku jam 6 pagi.” Jawab Jung Woo.
Jung Woo pun mulai tertidur.
Saat Jung Woo mulai tertidur, Ji Soo mencium keningnya dan bergumam kalau
suaminya itu terlihat sangat kelelahan.
Keesokan harinya, Jung Woo
terbangun karena suara Ha Yoon dan Ji Soo. Namun begitu ia membuka mata, ia
sudah mengenakan seragam tahanan nomor 3866 dan dikelilingi para napi lainnya.
Jung Woo terkejut setengah mati. Seong Gyu pun diberi tugas oleh salah satu
napi yang paling tua diantara mereka untuk mengawasi keadaan diluar.
“Dimana aku?” tanya Jung Woo.
“Kau ada di penjara. Ada apa,
narapidana 3866? Kau tidak tahan berada di sini? kau terbiasa mengirim orang ke penjara.”
Jawab napi lainnya.
“Aku seorang jaksa di...”
“Aku sudah tahu. Kau seorang
jaksa pembunuhan di Distrik Pusat Seoul. Kau menempatkan cukup banyak orang di
penjara ini.” jawab napi itu.
“Apa kau tahu siapa aku?” tanya
Jung Woo.
“Mengecewakan sekali. Kita
mandi bersama-sama kemarin. Apa kau tidak ingat? Aku bahkan menggosok
punggungmu untukmu.” Jawab napi itu.
Jung Woo lalu teriak2 mencari
istri dan anaknya. Napi itu pun berkata kalau Jung Woo sudah membunuh mereka.
Napi yang tua pun marah dan menggeplak kepala napi yang mengatakan Jung
Woo sudah membunuh Ha Yeon dan Ji Soo.
“Sudah aku katakan untuk tidak
bercanda tentang hal itu. Apa kau tidak tahu kenapa penandanya berwarna merah? Belum
diputuskan bahwa dia akan dieksekusi.” Ucap napi yang tua.
Jung Woo kebingungan. Ia
berkata bahwa dirnya sedang tidur di rumah. Napi yang tadi memberitahu bahwa
Jung Woo membunuh Ha Yeon dan Ji Soo pun berkata bahwa Jung Woo sudah dipenjara
selama tiga bulan. Napi itu kemudian menyodorkan kaca pada Jung Woo. Jung Woo
syok melihat penampilannya di kaca.
Tiba2, Seong Gyu teriak kalau polisi
datang. Napi yang paling tua pun langsung menarik Jung Woo untuk duduk berbaris
bersama mereka. Begitu melihat polisi, Jung Woo langsung berdiri dan
menghampiri polisi. Ia meminta izin untuk menelpon, tapi polisi tidak
mengizinkannya. Jung Woo memaksa. Seong Gyu yang tak mau Jung Woo dapat masalah
lagi pun langsung menarik paksa Jung Woo untuk duduk bersama mereka. Ia
mengingatkan kalau sipir yang akan melakukan absen malam ini. Ia meminta Jung
Woo menjaga sikap agar tidak dihukum lagi.
Sipir pun datang dan mulai
mengawasi pengabsesan narapidana. Mereka diabsen dengan cara berhitung. Tiba
giliran Jung Woo, Jung Woo tak menjawab. Seong Gyu pun mengabsenkan Jung Woo.
Ia menyebut lima untuk Jung Woo dan enam untuk dirinya. Sipir yang tahu Jung
Woo tidak menjawab, langsung menyuruh petugas membuka pintu.
Sipir langsung menghampiri Jung
Woo. Begitu sipir masuk, yang lain langsung berdiri memberi hormat namun tidak
dengan Jung Woo. Jung Woo duduk di tengah kebingungannya sambil menyebut nama
Ha Yoon. Sipir pun bertanya, apa Jung Woo hilang ingatan lagi? Jung Woo berkata
kalau ia harus kembali ke rumahnya.
“Ini adalah rumahmu sekarang. Beritahu
aku kalau kau membutuhkan sesuatu.” Jawab sipir.
“Aku perlu menelepon. Biarkan
aku menelepon.” Pinta Jung Woo.
“Tapi kau tidak memiliki
siapapun untuk ditelepon sekarang.” jawab sipir.
Namun sipir tetap meminjamkan
ponselnya. Jung Woo pun bergegas menghubungi Ji Soo, namun ponsel Ji Soo tak
bisa dihubungi meski ia mencobanya berkali2. Jung Woo terkejut. Sipir pun
langsung mengambil ponselnya dan meminta Jung Woo menerima kenyataan mulai
sekarang.
“Apa ini kenyataan?” gumam Jung
Woo, lalu menerjang sipir.
“Ini tidak masuk akal. Aku
tertidur di rumah kemarin. Aku bersama Ji Soo. Dimana Ji Soo dan Ha Yeon!”
teriak Jung Woo.
Para petugas pun langsung
menarik Jung Woo. Sipir menyuruh anak buahnya memasukkan Jung Woo ke ruangan
lain. Sipir melihat Jung Woo yang diseret pergi dengan tatapan senang dan
bergumam bahwa jaksa bukanlah sesuatu yang istimewa.
Jung Woo dimasukkan ke ruang
isolasi. Jung Woo terus berteriak2 memanggil istri dan anaknya. Ia bahkan
berusaha mendobrak pintu. Jung Woo lalu duduk dan mencoba mengingat2 semuanya.
Dan dalam ingatannya kalau kemarin ia masih merayakan ulang tahun Ha Yeon
bersama Ji Soo. Jung Woo lantas melihat luka di kakinya yang sudah sembuh.
“Tidak masuk akal. Omong
kosong.” Gumam Jung Woo.
Tangis Jung Woo kemudian pecah.
Dalam tangisnya, ia memanggil2 istri dan anaknya. Jung Woo kemudian berteriak,
KENAPA!!!!
Lalu kita pun mendengar narasi
Jung Woo…
“Rasanya seperti ulang tahun Ha Yeon baru saja
kemarin, tapi ternyata sudah empat bulan lalu. Aku menjadi narapidana hukuman
mati yang membunuh Ji Soo dan Ha Yeon. Dan aku tidak memiliki ingatan tentang
itu... sama sekali.”
Fix, aku jatuh cinta sama drama
ini…. asli penasaran gilaaak kenapa Jung Woo bisa dituduh membunuh Ha Yeon dan
Ji Soo, tapi benarkah Ha Yeon sudah mati??? Melihat Jung Woo yang tidak
ingat sama sekali kalau dia sudah membunuh istri dan anaknya, mengingatkanku
pada serialnya Park Hae Jin, Bad Guys… di sana, Park Hae Jin (aku lupa nama
perannya) dituduh sebagai pelaku pembunuhan berantai. Tapi kemudian terungkap,
kalau pelakunya adalah Jaksa Oh (diperankan Kim Tae Hoon). Jadi Park Hae Jin
ini dicekoki obat gitu, dalam pengaruh obat dia diminta membunuh seseorang tapi
alam bawah sadarnya yang membuat dirinya tidak melakukan pembunuhan itu. Jadi
dia hanya keliaran di sekitar calon korbannya tanpa membunuh korbannya, dan
yang membunuh korbannya adalah Jaksa Oh…
Aku curiga sama Presdir Cha…
Jung Woo kan lagi nanganin kasus Presdir Cha tuh, ditambah lagi Jung Woo juga
menolak tawarannya Seong Soo atas perintah Presdir Cha… Bisa aja kan Presdir
Cha yang ngebunuh Ha Yoon dan Ji Soo untuk menjebak Jung Woo. Tapi aku masih
berharap, Ha Yeon masih hidup…
0 Comments:
Post a Comment