Ruler : Master Of The Mask Ep 4 Part 1

Sebelumnya...


Mereka akan memotong tubuh seseorang karena mencuri seember air?” tanya PM Lee Sun tidak percaya.

“Yangseochong berada diluar yuridiksiku. Itu di luar kendaliku. Jika aku memaksa...

“Nyawa seseorang dipertaruhkan dan anda membahas soal yuridiksi? Apa itu tugas pegawai pemerintah? Beberapa hari lalu, ada pencuri yang memanjat tembok untuk menyelamatkan ayahnya. Sang Raja berbelas kasihan dan membebaskannya. Baginda Raja berkata, hukum ada untuk menegakkan keadilan. Tidak bisakah Anda menyelamatkan ayah anak ini karena kekuasaan anda?” ucap PM Lee Sun.

Tuan Han nampak ragu. Ga Eun ikut membujuk ayahnya, abeoji…


Lee Sun pun berlutut dan memohon agar Tuan Han menyelamatkan ayahnya. Tuan Han terdiam beberapa saat sebelum akhirnya ia menyadari keadilan lebih utama daripada hukum. PM Lee Sun dan Ga Eun pun tersenyum lega, begitu pula Lee Sun yang langsung mengucapkan terima kasih.

Tae Ho sedang mengadili ayah Lee Sun. Ia tak habis pikir, ayah Lee Sun mendapatkan penghidupan dari Yangseochong, tapi masih berani mencuri air dari sana. Ayah Lee Sun beralasan, ia terpaksa mencuri air demi menyelamatkan nyawa istri dan anaknya.

“Begitukah? Kaki dan tanganmu pantas dipotong, tapi karena kau telah bekerja untuk biro ini. Kami akan melepasmu setelah memotong tanganmu agar kamu tidak mencuri lagi.” Ucap Tae Ho.

Ayah Lee Sun ketakutan dan memohon ampun pada mereka.

“Seharusnya kau memikirkan itu sebelum mencuri air!” jawab Tae Ho.

Tangan ayah Lee Sun bersiap dipotong, tapi syukurlah Tuan Han datang tepat waktu. Lee Sun langsung berlari ke ayahnya dan memeluk erat ayahnya. Tak lama kemudian, PM Lee Sun dan Ga Eun juga datang. Hwa Gun mencoba mencari2 sosok PM Lee Sun di antara kerumunan orang.

“Mulai saat ini, Hanseungbu akan bertanggung jawab atas dia.” ucap Tuan Han.

“Kau lupa Departemen Pengadaan Air memiliki peradilan sendiri?” jawab Tae Ho sambil menatap tajam Tuan Han.

“Dia mencuri air dari Departemen Pengadaan Air, tapi daerah ini berada di bawah kekuasaanku. Jadi, wajar saja jika Hanseungbu mengambil tanggung jawab.” Ucap Tuan Han.

“Kau yakin tidak masalah ikut campur begini?” ancam Tae Ho.

Tapi Tuan Han tidak peduli dan menyuruh pengawalnya membawa ayah Lee Sun. Lee Sun menarik napas lega, begitu pula dengan PM Lee Sun dan Ga Eun yang langsung tersenyum. Keduanya pun bergegas pergi menuju pengadilan. Hwa Gun pun akhirnya bisa melihat PM Lee Sun di tengah kerumunan. Ia bergegas mengikuti PM Lee Sun.

Namun dalam perjalanan menuju Pengadilan Hanseongbu, PM Lee Sun menghilang.

Rupanya dia dibawa oleh Chung Woon. PM Lee Sun sempat kebingungan saat seseorang menyeretnya masuk ke sebuah gudang, namun begitu melihat wajah Chung Woon, ia langsung mengenali Chung Woon sebagai gurunya.

“Tapi bagaimana kamu mengenaliku?” tanya PM Lee Sun heran.

“Sebab Jeoha terlihat paling kekanakan dan bodoh, jelas itu anda.” Jawab Chung Woon.


PM Lee Sun tersenyum senang,

“Aku merindukan sarkasmemu itu.” ucapnya.

“Anda harus segera kembali.” Ucap Chung Woon.

“Aku belum bisa kembali.” Tolak PM Lee Sun.

“Sadarkah Yang Mulia betapa berbahayanya situasi ini?” marah Chung Woon.

“Kini situasi seorang rakyat lebih berbahaya daripadaku.” Jawab PM Lee Sun.

“Hamba sedang berusaha mengawal Yang Mulia kembali dengan selamat. Waktu kita tidak banyak. Ikut aku.” pinta Chung Woon.


“Guru, ingat ucapanmu kepadaku saat aku tidak ingin berlatih berpedang? Kau tanya apa aku menyerah melindungi rakyatku. Kau menakutiku dengan mengatakan seekor monster akan memakan rakyatku jika Putra Mahkota menyerah. Sekarang kau mengatakan bahwa aku harus berhenti melindungi rakyatku?” ucap PM Lee Sun.

Di Pengadilan Hanseongbu, Tae Ho masih berdebat memaksa agar hak peradilan ayah Lee Sun diberikan pada mereka. Tae Ho pun menyebut bahwa Tuan Han sudah melanggar perintah Raja.

“Ketika Raja membentuk Departemen Pengadaan Air untuk rakyatnya, Baginda memberi kami wewenang penuh atas penggunaan air dan pengadilan menyangkut itu.  Ini jelas melanggar perintah Raja. Bukankah begitu?”ucap Tae Ho.

Cuma satu ember air. Tindakannya demi menyelamatkan istri dan anaknya yang sekarat. Dia harus diberi pengampunan.” Jawab Tuan Han.

Tae Ho tak setuju, namun warga mulai bersuara memohon supaya ayah Lee Sun diberikan pengampunan. Tae Ho pun kesal. Tak lama kemudian, Kepala Hakim datang dan dengan entengnya melimpahkan kasus itu untuk ditangani Departemen Pengadaan Air. Semua orang pun tercengang. Tuan Han mencoba membela ayah Lee Sun, namun Kepala Hakim tak mau mendengar dan menyuruh Tae Ho membawa ayah Lee Sun. Tae Ho tersenyum puas.

Di saat ayah Lee Sun akan diseret pergi, Chung Woon pun datang dan mengumumkan kedatangan Putra Mahkota. Kepala Hakim menyuruh pengawal memeriksanya. Pengawal memeriksa perhiasan emas tanda pengenal Putra Mahkota dan ia langsung bergetar ketakutan menyadari sosok di hadapannya memanglah Putra Mahkota. Semua orang pun langsung bersujud.

PM Lee Sun pun dengan gagahnya berjalan ke arah Tae Ho. Hwa Gun tersenyum saat PM lee Sun melewatinya, ia melihat bekas luka titik di belakang telinga PM Lee Sun. PM Lee Sun menatap Tae Ho dengan tajam. Tak lama kemudian, ia melemparkan perhiasan emasnya ke hadapan Tae Ho. Tae Ho gemetaran, ia mengambil perhiasan emas itu dan mengembalikannya pada PM Lee Sun.

“Perhiasan giok itu milik siapa?” tanya PM Lee Sun.

“Ini perhiasan Yang Mulia.” Jawab Tae Ho terbata-bata.

“Kalau begitu, karena itu ada di tanganmu, maka itu milikmu.” Ucap PM Lee Sun.

“Apa maksud Yang Mulia? Mana mungkin hamba berani memiliki perhiasan giok Yang Mulia?” jawab Tae Ho.


“Seorang Putra Mahkota dipilih oleh dewa, jadi kau tidak akan menjadi Putra Mahkota meski memegangnya. Begitu pula dengan air. Di mana pun itu berada, air tidak boleh dikuasai seseorang karena itu diberikan kepada rakyat dari Langit. Apa aku salah?” ucap PM Lee Sun.

Tae Ho kebingungan harus menjawab apa. PM Lee Sun lantas menatap Kepala Hakim.

“Tugas seorang Hakim Kepala adalah melindungi rakyat! Kau tidak menganggapnya rakyat hanya karena dia berada di bawah Departemen Pengadaan Air?”  tanya PM Lee Sun.

“Tapi Yang Mulia, itu peraturan yang dibuat oleh Baginda Raja.” Jawab Kepala Hakim.

“Peraturan? Kau seharusnya berpikir untuk melindungi rakyat dengan peraturan itu, bukan menghukum mereka!” teriak PM Lee Sun.

PM Lee Sun lalu menyuruh Kepala Hakim membebaskan ayah Lee Sun. Ayah Lee Sun pun dibebaskan. Tae Ho terlihat kesal, namun ia tak bisa berbuat apa2. Rakyat langsung bersorak sorai. PM Lee Sun menatap rakyatnya dan pandangannya pun berhenti pada Ga Eun. Ga Eun menatap kagum PM Lee Sun. PM Lee Sun tersenyum senang menatap Ga Eun.


Sementara Hwa Gun, dia menyuruh Gon menunggu sebentar sampai Putra Mahkota benar2 pergi dari Hanseongbu.

Di dalam, Seja lagi protes karena Chung Woon menahannya padahal tadi Chung Woon yang ingin mereka lekas pergi. Chung Woon berkata, itu karena Seja baru saja mengumumkan tentang kehadiran Seja di depan umum, jadi mereka harus menunggu sampai Komandan Pengawal Istana datang.

“Ada orang yang harus kutemui sebelum pergi dari sini. Ada sesuatu yang perlu kudengar juga.” ucap Seja.

“Aku menerima perintah Raja untuk membawa anda pulang dengan selamat.” Jawab Chung Woon.


Chung Woon merasa ada yang mencurigakan di balik pintu. Ia lantas membuka pintu dan langsung menghunus pedangnya pada orang itu, tapi orang itu ternyata si pengawal yang sejak tadi ragu mau masuk ruangan Seja.

Dia datang untuk memberikan catatan investigasi yang ia lakukan sendiri. Seja ingin tahu alasan kecurigaan pengawal tersebut. Dia pun berkata, kecurigaannya bermula dari perkataan beberapa pekerja yang mabuk yang mengatakan kalau sumber air mongering seiring dengan pembangunan konstruksi Departemen Pengadaan Air.


Seja terpengarah. Ia langsung teringat pertanyaan Woo Bo tentang kenapa sumur bisa mongering padahal air sungai melimpah lebih banyak tahun ini. Seja pun mengerti. Pengawal itu pun menjelaskan lebih lanjut, kalau saat ia membuka penutup galian, air seketika membuncah keluar.

“Mereka sengaja menutup saluran air untuk mengeringkan sumur, lalu mereka mengalirkan air itu ke penampungan mereka. Benar?” tanya Seja.

Pengawal itu hanya tertunduk, seolah membenarkan ucapan Seja.


“Kenapa kau coba melaporkannya padaku diam-diam dan bukannya melaporkannya langsung kepada pemerintah?” tanya Seja.

“Ini Departemen Pengadaan Air. Bagaimana hamba bisa menyelidiki dan menuduh mereka terang2an? Para pejabat berkuasa melindungi mereka. Mereka yang jujur tidak memiliki kuasa sebesar itu.” jawab si pengawal.

“Karena itukah kau melaporkannya kepada Putra Mahkota?” tanya Chung Woon.

“Hamba melihat Yang Mulia di persidangan tadi. Hamba mengira Yang Mulia akan mengerti.” Jawab pengawal.

Jeoha nampak murka. Si pengawal yang takut namanya terseret2, bergegas pergi tapi kemudian Jeoha memanggilnya dan menyuruhnya menyiapkan penyelidikan. Chung Woon terkejut, ia tanya apa Jeoha mau melakukan penyelidikan. Jeoha berkata, Tuan Han yang akan melakukannya.


Chung Woon memanggil Tuan Han, namun saat kembali ia terkejut melihat pengawal yang melapor tadi berada diluar dan membawa nampan berisi air. Pengawal itu berkata dengan polosnya kalau Seja haus jadi ia keluar mengambil air. Chung Woon panic dan langsung masuk ke dalam. Benar saja, Seja menghilang. Chung Woon pun bergegas keluar menjadi Seja.


Tuan Han menemukan secarik pesan di meja yang berisi kalau Tuan Han dan Park Moo Ha akan menyelidiki Departemen Pengadaan Air. Pengawal yang bernama Park Moo Ha itu pun panic, sementara Tuan Han dengan senang hati menerima perintah Seja.

Seja dengan terburu2 meninggalkan pengadilan. Tepat saat itu, seorang pria berpakaian merah muncul di belakangnya. Hwa Gun yang sudah menunggu sejak tadi di depan pengadilan bersama Gon, langsung menunjuk ke arah pria itu dan berkata pria itu adalah Jeoha.Gon pun bergegas pergi.


Namun saat mengawasi pria berpakaian merah itu, ia melihat Chung Woon mendekati pria itu dan Chung Woon pun melengos pergi begitu saja. Sadarlah Gon kalau pria itu bukanlah Seja.Gon langsung menyuruh anak buahnya mencari Hwa Gun.

Hwa Gun sendiri menunggu kedatangan Seja dengan wajah berseri2 di tengah pasar. Tak lama, Seja datang dan tersenyum kepadanya. Seja kemudian berlari ke arahnya namun ternyata Seja tersenyum bukan untuknya, tapi untuk Ga Eun yang berdiri tak jauh di belakang Hwa Gun.

Begitu Seja menghampirinya, Ga Eun langsung membahas saat Seja menyelamatkan ayah Lee Sun. Ga Eun lalu menirukan ucapan Seja saat Seja menyuruh Kepala Hakim membebaskan ayah Lee Sun. Ga Eun berkata dengan wajah berseri2, kalau Seja itu sangat mengagumkan.

“Mengagumkan?” tanya Seja senang.

Ga Eun membenarkan. Keduanya kemudian tertawa dan di belakang, Hwa Gun menatapnya dengan tatapan cemburu.

Dae Mok tertawa tidak percaya saat Gon mengadu bahwa ia baru saja ditipu Hwa Gun. Dae Mok tidak menyangka kalau cucunya bisa mengenali wajah Seja. Dae Mok pun langsung menyuruh Gon mencari Hwa Gun. Tak lama kemudian, pelayan datang dan memberitahu kalau Kepala Yangseocheong ingin bertemu.

Tae Ho berlutut meminta maaf karena ia tak bisa berbuat apa2 saat Seja muncul. Dae Mok pun berkata, kalau ia benci kalimat tidak bisa apa2. Dae Mok pun menyuruh Tae Ho mencari tahu caranya agar hal itu tidak terjadi lagi.

Lee Sun menunggu ayahnya di depan pengadilan. Begitu sang ayah keluar, ia langsung tersenyum lebar.


Mereka pun bergegas pulang, namun karena sang ayah tak sanggup lagi berjalan, Lee Sun pun menggendong sang ayah.

“Kau tahu cara menuliskan nama yang Nona Ga Eun berikan kepadamu?” tanya ayahnya.

“Aku bisa membaca dan menulis apa saja. Katakan saja. Aku akan menulisnya.” Jawab Lee Sun.

“Benarkah? Guru Woo Bo bilang kau harus terus belajar.” ucap sang ayah.

“Tapi ayah tidak suka aku belajar.” ucap Lee Sun.

Lee Sun lantas bertanya, kenapa Ayah mengisi ember air Guru Woo Bo?

“Karena dia miskin.” Jawab sang ayah. Sang ayah kemudian bertanya, apa Lee Sun mau terus belajar. Lee Sun pun terdiam.

“Bagaimanapun, jangan biarkan orang lain memukulmu. Jika ada yang memukulmu karena kau anak pengemis yang belajar, beri tahu mereka bahwa ayahmu sudah bukan pengemis.Beri tahu mereka bahwa ayah membawa air.” Ucap sang ayah.

“Aku akan bekerja dari pagi. Aku akan belajar di malam hari.” Jawab Lee Sun.

“Terserah kau saja.” Ucap sang ayah.

Namun tiba2, mereka dipukul dari belakang hingga keduanya jatuh. Dengan samar2, Lee Sun bisa melihat ayahnya yang diseret pergi, namun ia kembali dipukul Tae Ho hingga ia pingsan. Begitu sadar, ia melihat ayahnya sudah tak bernyawa dan tergantung di pohon. Lee Sun mendekati ayahnya. Ia memeluk kaki sang ayah dan memanggil2 ayahnya dengan wajah panic.


0 Comments:

Post a Comment