Ruler : Master Of The Mask Ep 12

Sebelumnya...

  
“Bukankah kau Kepala Pedagang Keliling?” tanya salah seorang dari mereka.

Hwa Gun terkejut, Kepala Pedagang?

“Selama ini, aku begitu ingin bertemu denganmu, tapi tidak berhasil. Bagaimana bisa justru bertemu di sini?” ucap pedagang besar itu.

Lee Sun hanya tersenyum mendengarnya. Sementara Hwa Gun, dia tak hentinya memandangi Lee Sun. Ia tak menyangka akan bertemu Lee Sun lagi.


“Kudengar kau Kepala Pedagang Keliling. Ada urusan apa datang kemari?” tanya mereka yang lain.

“Kudengar, para saudagar kaya Joseon sedang berkumpul, untuk mendiskusikan langkah mereka selanjutnya, dan memang benar adanya.” Jawab Lee Sun sambil menatap ke arah Hwa Gun. Hwa Gun memandangi Lee Sun dengan air mata menggenang di pelupuk matanya.

“Apa maksudmu?” tanya mereka.


“Tidak seorangpun dari kalian tahu alasan Departemen Pengadaan Air mendadak menarik semua pinjaman mereka. Yakin dapat mengatasi krisis ini?” tanya Lee Sun.

Para saudagar kaya itu pun terdiam. Hwa Gun yang akhirnya mampu menguasai perasaannya, bertanya apakah Lee Sun tahu alasannya. Lee Sun mengaku kalau belum lama ini ia menangkap penjahat terkenal Hong Geum Gae.

“Kalian semua tahu itu? Aku pun menyelamatkan pedagang yang hampir dibunuhnya.” Ucap Lee Sun.

  
Ga Eun yang memperhatikan Lee Sun dari luar langsung sewot. Ia berkata, ini bukan saatnya bagi Chun Soo nya untuk membanggakan diri seperti itu. Chung Woon yang berdiri disamping Ga Eun, menyuruh Ga Eun menunggu sebentar.


“Menurut pedagang itu, di hari pertama kemunculan Hong Geum Gae, dia membunuh pedagang miskin yang menolak memberinya uang. Melihat itu, pedagang lain jadi ketakutan dan terus memberinya uang. Namun, penjahat itu. menjadi semakin dan semakin kejam, sampai suatu hari mencoba mengusikku. Tepat saat itu, aku terpikir hal ini. Bagaimana jadinya jika semua orang bersatu menghentikan dia sejak kali pertama membuat onar? Atau, seandainya aku memberi uang pada pedagang miskin itu, segala sesuatu saat ini mungkin berbeda. Sekarang ini aku memang baik-baik saja, namun siapa yang tahu suatu hari nanti... aku akan mati sama seperti dia?” Lee Sun menjelaskan.

  
Ga Eun yang masih menunggu diluar, tersenyum melihatnya. Lee Sun menjelaskan lebih lanjut. Ia bertanya, apakah mereka berbeda dari pedagang malang itu? Apakah mereka bisa mengatasi krisis ini?

“Harus menyingkirkan dinding penghalang serta tiang pembatas itu, apa kalian tidak mengerti?” ucap Lee Sun.

“Apakah maksudmu sekarang ini adalah pedagang tidak perlu membayar hutang mereka?” tanya Hwa Gun.

“Aku hanya ingin kau mencegah para pedagang mati. Jangan menekan para pedagang miskin. Sebagai gantinya, pinjami saja mereka uang.” Jawab Lee Sun.

“ Tapi, bagaimana kalau situasinya memburuk? Kami bisa hancur juga.” tanya  mereka.

“Justru kalau kalian tidak membantu mereka sekarang, kalian yang jadi target selanjutnya. Keserakahan Departemen Pengadaan Air kalian pikir hanya terhenti pada para pedagang kecil? Kalian sungguh memercayai itu?” jawab Lee Sun.

“Kami ini saudagar. Jika mengikuti saranmu kami akan dapat apa?” tanya Hwa Gun dengan mata berkaca-kaca.

“Kudengar, penjualan licorice dari Qing milik kalian mengecewakan. Aku bisa memobilisasi pedagang keliling untuk memasarkannya ke seluruh negeri.” Jawab Lee Sun.

  
Pemungutan suara mulai dilakukan. Pengambilan suara ini dilakukan dengan memilih batu putih dan hitam. Setuju untuk batu putih, dan tidak setuju untuk batu hitam. Ga Eun dan Lee Sun yang menunggu diluar, sama2 cemas. Namun sepertinya voting menghasilkan suara yang sama sehingga harus diulang lagi.


Rakyat berkumpul, mereka cemas menanti kepulangan Ga Eun. Tak lama, Ga Eun pulang dengan wajah murung. Rakyat pun cemas melihat Ga Eun yang murung. Tapi kemudian, rona wajah Ga Eun berubah ceria. Ia memberitahukan kalau Kepala Pedagang berhasil meyakinkan para saudagar kaya untuk meminjami mereka uang. Semuanya bersyukur mendengar kabar bahagia ini.

Sebelumnya….

  
Sebelum memberikan persetujuan, Hwa Gun mengajukan persyaratan kalau Lee Sun harus mencari tahu alasan dibalik penarikan hutang yang dilakukan Departemen Pengadaan Air. Lee Sun menerima persyaratan itu.

  
Lee Sun pergi menemui Ga Eun. Ga Eun mengucapkan rasa terima kasih dan meminta Lee Sun menemui para pedagang kecil sebentar, namun Lee Sun dengan tegas menolak. Ia berkata, perjanjian itu antara pedagang keliling dengan para saudagar dan ia melakukannya bukan demi pedagang besar.

Tetap saja, Ga Eun berterima kasih pada Chun Soo nya. Ia berkata, tidak akan melupakan kebaikan Chun Soo nya dan berjanji mereka akan selalu setia pada Chun Soo nya.

“Sudah kubilang, aku melakukannya bukan karena kau. Jadi, kau tidak perlu berterima kasih atau loyal padaku.” tegas Lee Sun sekali lagi.

  
Ga Eun terkejut mendengarnya. Sementara Hwa Gun yang memperhatikan interaksi mereka dari kejauhan tampak cemburu.

  
Hwa Gun senang karena bertemu lagi dengan Putra Mahkota. Selama ini dia selalu yakin Putra Mahkota masih hidup. Ia lalu menyuruh Gon mencari tahu bagaimana kehidupan Putra Mahkota sekarang sampai bisa menjadi Kepala Pedagang.

“Kenapa anda tidak langsung tanya saja padanya?” tanya Gon.

“Aku takut dia akan menghilang lagi jika aku mengikuti dan serakah lagi akan dirinya.” Jawab Hwa Gun sedih.

  
Rakyat akhirnya berhasil membayar hutang mereka tepat pada waktunya. Tuan Kang sengaja berseru di depan orang2 Departemen Pengadaan Air, kalau bukan karena Kepala Pedagang, mereka sudah jadi gelandangan. Rakyat pun bersorak senang. Sontak saja, Tae Ho kesal mendengarnya.

  
Moo Ha menemui Ga Eun di pasar. Ia memberitahu kalau dirinya sudah berhasil melobi tabib istana agar Ga Eun bisa memasok obat ke istana. Ga Eun nampak senang. Moo Ha terharu karena akhirnya ia bisa membantu Ga Eun, padahal Ga Eun sudah memintanya bertahun2 yang lalu. Ga Eun pun berjanji akan melakukan yang terbaik supaya tidak membuat malu.

  
Ga Eun akhirnya sampai di depan istana. Ingatannya melayang ke saat2 terakhir ia ditangkap pengawal karena berniat membunuh Putra Mahkota.

“Tolong tunggu sebentar lagi, Ayah. Alasan Ayah harus mati semengenaskan itu... Aku pasti akan mengungkap kebenarannya.” Batin Ga Eun.


Tabib istana memuji kualitas obat2an Ga Eun. Ia pun setuju dan meminta Ga Eun menyiapkan  obat2an yang akan dihadiahkan Raja pada abdinya.


Saat dalam perjalanan pulang, Ga Eun tanpa sengaja green house nya Raja yang dijaga ketat beberapa prajurit. Seketika, Ga Eun teringat pesan terakhir Youngbin Lee yang menyuruhnya menemukan sesuatu yang tersimpan di dalam sebuah pot besar di green house itu. Youngbin Lee menyuruh Ga Eun memberikan benda itu pada Chun Soo, jika Ga Eun ingin tahu kebenaran macam apa dibalik kematian sang ayah.

  
Ga Eun ingin mendekat, tapi penjaga tiba2 mengumumkan kedatangan Raja. Sontak, semua langsung menunduk termasuk Ga Eun. Setelah Raja melewatinya, Ga Eun menoleh, menatap Raja dan ingatannya seketika melayang ke saat2 ayahnya dieksekusi oleh Raja.


Di dalam green house, Sun menanyakan kabar ibunya pada prajurit. Prajurit berkata, kalau ibu Sun sekarang membuka toko obat di Pasar Seomun. Sun bahagia, apalagi setelah mendengar Ga Eun yang menjalankan toko obat itu dan menjaga ibu serta adiknya.

“Nama adik anda adalah Kko Mool. Dia menjadi pemimpin teman-teman sebayanya.” Ucap prajurit itu.

“Apakah adikku baik-baik saja?” tanya Sun.

“Benar, Yang Mulia.” Jawab prajurit, membuat Sun bahagia bukan main.

“Yang Mulia... kenapa tidak menemui keluarga anda saja?” tanya prajurit.

“Aku juga ingin begitu, tapi kalau keberadaan keluargaku diketahui Dae Mok, pasti dia akan menyandera mereka.” Jawab Sun sedih.

Sun lalu memberi perintah prajurit itu untuk menjaga ibunya, adiknya serta Ga Eun.

  
Tae Ho mengadu pada Dae Mok tentang Kepala Pedagang keliling yang berhasil meyakinkan para saudagar untuk meminjamkan uang mereka pada pedagang kecil. Dae Mok langsung bertanya pada anak buahnya yang lain, apakah dia tahu sesuatu soal orang itu.

“Semua pedagang keliling di seluruh penjuru Joseon bersatu dan menjadikan dia pimpinan mereka.”

“Bukan dia yang mencalonkan diri? Namun para pedagang sendiri yang menjadikan dia pimpinan?” tanya Dae Mok.

Dae Mok pun mengerti dan menyuruh anak buahnya mencari informasi tentang Kepala Pedagang itu.

  
Chung Woon menceritakan temuan mereka pada Woo Bo tentang Departemen Pengadaan Air yang menyimpan banyak uang dan menimbun tembaga. Mereka ingin tahu apa kira2 yang direncanakan Dae Mok.

“Jika perdagangan terhenti akibat terbatasnya peredaran uang, bagaimana kiranya kondisi negeri ini?” tanya Woo Bo.

Lee Sun pun langsung paham kalau Dae Mok menginginkan otoritas keuangan.


“Jika uang yang beredar kurang, Menteri Keuangan harus membuat lebih banyak lagi. Namun, tidak bisa dibuat tanpa tembaga. Kemudian, Dae Mok akan muncul... dan mengatakan memiliki stok tembaga serta mampu memproduksi uang. Otomatis, ia mendapatkan otoritas pencetakan uang. Itulah kegunaan tembaganya.” Ucap Lee Sun.

Lee Sun pun langsung mengajak Chung Woon bergerak, mereka harus memasok tembaga juga.


Lee Sun kembali menemui Hwa Gun. Hwa Gun jelas senang bisa bertemu Lee Sun lagi. Lee Sun berkata, kalau ia membutuhkan bantuan Hwa Gun. Hwa Gun senang karena Lee Sun datang menemuinya.


“Kudengar, sangat sulit mendapatkan tembaga di Joseon. Negeri ini mengimpor sangat banyak dari Jepang. Aku datang untuk bertanya apakah kau tahu alasan tembaga kita tidak cukup?” tanya Lee Sun.

“Aku mengenal saudagar tembaga Jepang dengan baik dan kurasa dia pasti tahu alasannya.” Jawab Hwa Gun.

“Bisa kau kenalkan aku dengan orang itu?” tanya Lee Sun.

“Tentu saja. Tapi, untuk bertemu dia sekarang kau harus ke Biro Perdagangan.” Jawab Hwa Gun.

“Kalau begitu, aku akan lekas ke Biro Perdagangan sekarang. Bisa kau tulis surat pengenal untukku?” pinta Lee Sun.

“Daripada surat, bagaimana kalau kau bawa saja seseorang yang fasih Bahasa Jepang? Dia juga mengenal baik Biro Perdagangan?” ucap Hwa Gun.

“Aku akan sangat berterima kasih kalau mau mengirim orang bersamaku.” Jawab Lee Sun.

“Ya, aku akan mengenalkan dia padamu.” Ucap Hwa Gun.

  
Lee Sun pun berterimakasih. Lee Sun lalu menyeruput tehnya. Hwa Gun terus menatap Lee Sun dengan mata berbinar-binar, sampai2 Lee Sun heran sendiri dan bertanya kenapa Hwa Gun menatapnya seperti itu.

“Kau... tidak mengenaliku? Apa... aku berubah banyak? Pernah sekali kau menyelamatkan hidupku.” Jawab Hwa Gun.


Lee Sun pun langsung teringat akan gadis yang sempat menolongnya di hari Tuan Han dieksekusi dan gadis itu memperkenalkan dirinya sebagai Hwa Gun. Hwa Gun meminta Lee Sun memanggil namanya jika mereka bertemu lagi nanti.

“Hwa Gun? Bukankah kau pernah bilang namamu Hwa Gun?” tanya Lee Sun.

“Kau sudah ingat?” Hwa Gun tersenyum manis.


“Saat itu kau sudah membantuku, tapi aku belum berterima kasih dengan benar.” jawab Lee Sun sambil tersenyum juga.

“Jangan berterima kasih. Betapa bahagia bisa bertemu kembali, kau tidak akan memahami perasaanku.” Ucap Hwa Gun.


Moo Ha yang baru saja keluar dari istana, dikejutkan dengan Woo Bo yang tiba2 sudah berada di depannya. Woo Bo pun menggeplak muka Moo Ha dan berkata kalau Moo Ha seharusnya menyambut pria yang lebih tua dari Moo Ha dengan baik.

“Siapa coba yang suruh berdiri seperti hantu begitu!?” protes Moo Ha. Ia pun kembali digeplak oleh Woo Bo.

“Pak Tua ini tetap kasar.” Sewotnya.


Moo Ha lantas melirik ke arah Chung Woon dan Lee Sun, ia kemudian bertanya pada Woo Bo siapa mereka berdua. Namun saat melihat wajah Lee Sun, ia merasa tidak asing. Lee Sun pun menyapa Moo Ha. Ia menanyakan kabar Moo Ha. Seketika Moo Ha teringat dengan pemuda yang berlutut di halaman rumah Ga Eun.

“Kau pemuda yang berlutut itu. Kau tumbuh dengan baik, sudah kuduga.” Seru Moo Ha.


Moo Ha lantas melirik ke Chung Woon.

“Kita belum pernah bertemu.” Ujar Moo Ha.

Moo Ha manggut-manggut, ia lalu mencoba melihat rupa Chung Woon, namun Chung Woon langsung menunduk dan menyembunyikan wajahnya dibalik tudung bambunya

  
Moo Ha dan Woo Bo mabuk bersama. Woo Boo mengoceh kalau saat ini adalah kesempatan Moo Ha untuk sukses jadi Moo Ha tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu. Moo Ha tidak boleh jadi petugas rendahan terus.

“Jika ini berhasil, kau pasti akan jadi pejabat tinggi.” Ucap Woo Bo.

“Apa? Pejabat tinggi? Kalau begitu, aku juga bisa... berjalan dan makan bersama para menteri? Bahkan menghadiri rapat istana?” tanya Moo Ha.

Woo Bo manggut2.


“Omong kosong! Dasar pria tua licik. Beraninya kau coba membodohiku? Kau pernah coba menghentikanku yang berusaha menjadi abdi setia Raja, katanya aku tak akan berumur panjang. Sekarang, kau ingin aku sukses?” seru Moo Ha sebal.
“Dulu itu, karena kau belum siap. Sekarang, waktunya sudah tepat.” Ujar Woo Bo.

“Sungguh? Tepat untuk apa?” tanya Moo Ha.

“Berikan kami tembaga, otomatis kau menjadi pejabat tinggi. Bahkan mungkin menjadi asisten Menteri Dalam Negeri. Kau bisa terus naik dan naik... menjadi Perdana Menteri.” Jawab Woo Bo.

Moo Ha syok, Perdana Menteri?


Woo Bo lalu memberikan kode pada Lee Sun. Langsung saja, Lee Sun menyodorkan sebuah kertas ke Moo Ha dan meminta Moo Ha membubuhkan cap jempol di sana. Moo Ha yang mabuk, membaca tulisan di kertas itu.

Jika kau membawakan kami tembaga, kami akan menjadikanmu pejabat tinggi. Namun jika tidak.kau harus membiayai makgeolli dan beras Pak Tua.

Tanpa pikir panjang, si bodoh Moo Ha langsung membubuhkan cap jempolnya.


Mereka lalu menuju ke dermaga. Chung Woon nampak menggendong Moo Ha. Setibanya di sana, Lee Sun menunggu orang yang fasih bicara Jepang kiriman Hwa Gun, tapi yang nongol malah Hwa Gun. Hwa Gun mengaku, dia sendirila orang yang fasih bicara Jepang dan kenal baik Biro Perdagangan.


Lee Sun lantas membantu Hwa Gun naik ke atas kapal. Hwa Gun nampak senang bisa pergi dengan Lee Sun.

  
Selama perjalanan, Hwa Gun yang tertidur di perahu nampak kedinginan. Melihat itu, Lee Sun yang memang perhatian sama semua orang langsung melepas jubahnya dan memakai jubahnya untuk menyelimuti Hwa Gun. Setelah itu, Lee Sun lantas memejamkan matanya. Hwa Gun membuka matanya dan menatap Lee Sun penuh cinta.

  
Chung Woon yang berdiri disamping Lee Sun, melihat tatapan Hwa Gun ke Lee Sun. Ia pun mengerti kalau Hwa Gun sudah jatuh cinta pada Lee Sun.


Mereka akhirnya tiba di tempat tujuan. Chung Woon yang sudah bertanya2 pada pedagang sekitar pun berkata, kalau bajak laut yang mengemudikan kapal mengangkut tembaga. Sontak, Moo Ha merasa ngeri. Ia mau pergi saja, tapi Lee Sun langsung menunjukkan surat perjanjian itu.

  
Moo Ha tidak masalah, lebih baik ia membiayai makgeolli Woo Bo daripada menghadapi bajak laut. Namun saat ia bangkit dari duduknya, seorang gisaeng cantik berjalan dengan anggun menuju panggung. Gisaeng itu lalu menyanyikan lagu di hadapan mereka dan Moo Ha nampak terpesona.

  
Gisaeng itu melihat Moo Ha dan tersenyum padanya. Sontak, Moo Ha langsung terduduk lemas dan memegangi dadanya yang berdebar-debar. Lee Sun tersenyum geli melihatnya, namun pandangannya tak sengaja melihat ke arah gelang yang dipakai gisaeng itu. Moo Ha lantas berterimakasih pada Lee Sun yang sudah membawanya kesana.

  
Hwa Gun sedang mengorek informasi dari saudagar jepangnya. Orang Jepang itu berkata, kalau mereka merampas milik bajak laut, jelas akan ada pembalasan dendam. Meskipun setelahnya bajak laut itu menghamburkan uang tak jelas.

“Namun, kelihatannya bukan bajak laut penyelundupnya?” tanya Hwa Gun.

Orang Jepang itu mengangguk.

  
Di tengah makan malamnya, Lee Sun dikejutkan dengan kehadiran Woo Jae. Sontak, Lee Sun langsung mencari Hwa Gun dan menarik gadis itu untuk bersembunyi. Hwa Gun pun merasa deg2an karena jarak mereka yang begitu dekat.

  
“Kurasa, kita datang ke tempat yang tepat.” Ucap Lee Sun sambil terus menatap Woo Jae.

“Apa... maksudmu itu?” tanya Hwa Gun.

“Pria itu... puteranya pimpinan Kelompok Pyunsoo Dae Mok. Sebuah organisasi bayangan yang mengendalikan Joseon di balik layar.” Jawab Lee Sun.

  
Hwa Gun pun mulai tegang sambil menatap ke arah sang ayah. Mereka lalu melihat Woo Jae yang menerima sebuah kertas dari seorang pria.

“Bagaimanapun, aku perlu mengetahui yang tetua mereka coba lakukan.” ucap Lee Sun.

  
Tengah malam, di saat semua orang sudah tertidur, seorang wanita bercadar menyelinap masuk ke kamar Woo Jae. Ia mengambil kertas yang diterima Woo Jae tadi. Kertas itu berisi gambaran sebuah denah.

  
Tak disangka2, Lee Sun juga menyelinap masuk kesana. Ia terkejut melihat wanita bercadar itu mencuri apa yang diincarnya. Lee Sun pun mencoba menghentikan wanita itu, tapi wanita itu malah menyerangnya. Lee Sun terkejut saat tanpa sengaja matanya melihat gelang wanita itu. Gelang wanita itu sama dengan gelang yang digunakan gisaeng tadi.

0 Comments:

Post a Comment