Ga Eun melapor pada Daebi Mama kalau dia tidak menemukan sesuatu yang aneh pada kiriman orang Pyunsoo-hwe untuk Raja. Ga Eun bilang, hanya ada sebuah vas yang berisi bunga anggrek dan terselip tabung bamboo di sana namun tidak ada yang istimewa.
“Apakah itu anggrek mahal?”
tanya Daebi Mama.
“Tidak, bukan.” jawab Ga
Eun.
“Namun Jusang jarang
menganggap sesuatu itu berharga. Satu-satunya yang membuat ia terobsesi berat
adalah…”
Daebi ingin mengatakan kalau
Raja terobsesi berat pada Ga Eun, namun tak jadi dan ia memuji kerja Ga Eun.
Setibanya diluar, Ga Eun
bertanya2 sendiri kenapa Raja terus saja menolongnya.
Keesokan harinya, Jae Hon menghadap Daebi. Ia nampak ingin mengatakan sesuatu pada Daebi. Daebi bertanya, apa yang mau dikatakan Jae Hon.
“Apakah anda pun mengetahui
ini? Bahwa orang yang naik tahta lima tahun lalu bukanlah Seja Jeoha yang asli?”
tanya Jae Hon.
Daebi terkejut, namun
anehnya ia cepat2 menyangkalnya.
“Anda tidak tahu?” tanya Jae
Hon.
“Jenderal! Apa kau menyadari
betapa berbahaya ucapanmu barusan itu?” jawab Daebi.
“Maaf telah mengagetkan anda,
Mama. Namun, anda harus mendengar kebenarannya. Raja yang saat ini memangku tahta,
bukanlah Seja Jeoha asli. Dia pengganti yang dikirim oleh Pyunsoo-hwe.” Ucap
Jae Hon.
“Pyunsoo-hwe meletakkan Raja
palsu?” tanya Daebi.
“Begitulah, Mama. Memang
sulit untuk dipercaya.” Jawab Jae Hon.
“Tidak, sama sekali tidak. Benar. Aku tidak bisa bilang bahwa aku tak pernah mencurigainya. Jelas-jelas Pyunsoo-hwe membunuh Raja terdahulu, namun Jusang tidak melakukan apa-apa.” Jawab Daebi.
“Di hari kematian mendiang
Raja, saya tengah tidak berada di ibukota. Saya merasa sangat bersalah.” Sesal
Jae Hon.
“Jangan menyalahkan dirimu. Jika
kau tidak memimpin pasukanmu, maka penjajah pasti sudah memasuki tanah kita.”
jawab Daebi.
“Keadaan sudah berubah. Saya
bisa menggerakkan pasukan saya. Saya memiliki 10 ribu pasukan berkuda dan 30
ribu pasukan bersenjata. Pasukan elit saya mampu bergerak secepat angin, dan mencapai
ibukota dalam 20 hari. Saya akan kembali dengan pasukan besar. Saya akan
mengoyak semua iblis anggota Pyunsoo-hwe, dan meluruskan keadaan.” Ucap Jae
Hon.
Entahlah apa yang dipikirkan
Daebi namun, ia tampak memikirkan kata2 Jae Hon.
Pertemuan Daebi dan Jae Hon sampai ke telinga Dae Mok. Hwa Gun yakin Jae Hon datang bukan hanya untuk mengucapkan salam. Menteri Joo cemas kalau Jae Hon menggerakkan pasukan untuk melawan mereka.
“Tapi, bukankah dia tidak
setia pada mendiang Raja? Dia bahkan tidak bergerak saat mendiang Raja
diserang. Kenapa sekarang dia memihak Daebi?” ucap Menteri Heo.
Dae Mok lantas memberikan tugas pada Hwa Gun. Ia menyuruh Hwa Gun mencari tahu apa yang dibicarakan Daebi dan Jae Hon. Tak hanya itu, Dae Mok juga mengambil cambuknya dan memberikannya pada Hwa Gun. Ia mengizinkan Hwa Gun memanggil pasukan kalau memang diperlukan. Dae Mok juga mengingatkan Hwa Gun kalau masa depan Pyunsoo-hwe ada di tangan Hwa Gun.
Kwang Ryul menemui Woo Bo karena Jae Hon ingin bertemu dengan Seja secara pribadi. Woo Bo berkata, akan menyampaikannya pada Seja. Saat Kwang Ryul hendak pergi, Woo Bo mencoba mencari tahu alasan Jae Hon kembali ke ibukota. Kwang Ryul bilang akan menjelaskanya nanti pada Seja.
Jae Hon sedang berjalan menuju kediaman Kwang Ryul. Ninja nya Pyunsoo-hwe tampak mengikutinya diam2. Jae Hon yang mengetahui itu, dengan lincahnya memanjat tembok dan berhasil menghindari kejaran orang Pyunsoo-hwe.
Chung Woon tampak cemas karena Seja mengunjungi Kwang Ryul di larut malam. Seja bilang, itu karena ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Sesampainya di sana, Jae Hon langsung berlutut, memberi penghormatan pada Seja. Seja terkejut melihat Jae Hon.
“Saya selalu merasa ini
aneh. Dia boneka Pyunsoo-hwe, Raja palsu. Sekarang, semuanya masuk akal.” Ucap
Jae Hon.
“Lee Sun tidak bersalah sama
sekali. Dia kesulitan karena aku.” bela Seja.
“Anda tidak boleh
membelanya. Menduduki singgasana milik Jeoha saja merupakan pengkhianatan. Jeoha,
sekarang juga, mari serang Pyunsoo-hwe.” Ajak Jae Hon.
Seja terkejut, Jenderal!
“Singkirkan mereka semua dan balaskan dendam mendiang Raja. Singkirkan semua dalam sekali libas dan koreksi segala hal yang salah. Saya dan pasukan akan mengabdi pada anda sampai mati.” Ucap Jae Hon.
“Jika kau menggerakkan
pasukan di perbatasan, penjajah akan memasuki tanah kita.” jawab Seja.
“Saya sudah menandatangani
perjanjian damai dengan mereka. Sekarang ini saat yang tepat untuk menggerakkan
semua tentara perbatasan. Anda harus membuat keputusan.” Ucap Jae Hon.
Tiba2, terdengar suara Woo
Bo diluar. Mereka pun langsung berlari keluar.
Woo Bo berlutut, ia memohon agar Seja tidak menggunakan pasukan untuk menyerang Pyunsoo-hwe. Jika Seja memutuskan menyerang, akan terjadi peperangan lahan dan rakyat akan menderita.
Jae Hon ikut berlutut,
membujuk Seja menggerakkan pasukan.
Seja tampak bingung. Ia menatap ke arah Woo Bo dan berkata kalau sekarang rakyat pun sudah menderita karena ulah Pyunsoo-hwe.
“Jika aku menunda dan
ragu-ragu akan lebih banyak nyawa melayang. Berapa lama lagi aku harus
menunggu? Kapan pertarungan ini akan mencapai akhir?” ucap Seja.
“Nyawa Jeoha selalu
dipertaruhkan. Jalan hidup anda dipenuhi oleh peperangan yang tiada ujungnya. Namun,
hanya ada satu cara untuk menyingkirkan Pyunsoo-hwe, serta menyelamatkan
rakyat.” Jawab Woo Bo.
“Apa maksudmu nyawa Jeoha
selalu dipertaruhkan? Beraninya kau bicara begitu?” sewot Jae Hon.
Jae Hon lalu memohon agar
Seja menggerakan pasukan untuk membasmi Pyunsoo-hwe.
Seja semakin bingung. Ia
tidak tahu harus mengikuti saran Woo Bo atau Jae Hon.
fighting unnie 👍👍