Mae Chang minta bantuan sang ayah untuk menemukan ladang poppi. Ia yakin sang ayah masih mengingat dimana tempat itu dan memohon agar sang ayah menyelamatkan anak-anak yang masih berada disana. Namun menurut sang ayah Mae Chang hanya melakukan hal yang sia-sia karena Seja sudah tewas.
“Saya akan menyelamatkan mereka.” Jawab Mae Chang.
“Kau tidak menghargai hidupmu sendiri, ya?” marah
sang ayah.
"Abeoji selalu mengatakan mereka yang berkuasa harus
kehilangan keseimbangan agar kita tidak terluka. Sebab itu, kita tidak memihak siapa-siapa.
Namun, lihatlah. Kita tidak melakukan apa-apa dan menunggu, sekarang
Pyunsoo-hwe dan Dae Mok yang berkuasa. Apakah kita harus bersikap sopan pada
Pyunsoo-hwe juga agar dapat melindungi nyawa sendiri?” ujar Mae Chang.
Sementara itu, di tempat persembunyian yang baru,
Woo Bo, Moo Ha dan Kwang Ryul sedang membahas ladang poppi. Mereka bersembunyi
di toko obat Ga Eun yang sudah tutup lantaran ibu dan adik Sun serta Ga Eun
sudah tinggal di istana. Woo Bo yakin lokasi ladang poppi itu tidak jauh dari
ibukota.
“Kalau berada jauh dari ibu kota akan sulit
mendistribusikannya.” Jawab Kwang Ryul.
“Juga ada resiko dirampok bandit di tengah jalan.”
Tambah Woo Bo.
“Mereka akan terlalu kentara kalau mempekerjakan
pengawal demi melindungi diri dari bandit.” Jawab Kwang Ryul.
Moo Ha yang sedari tadi berjaga di depan pintu pun
akhirnya angkat bicara.
“Jadi? Sekalipun tidak jauh dari ibu kota, bisa
makan waktu 10 tahun untuk memeriksa semua gunung?” tanyanya.
“Kau benar. Bisa makan waktu lama.” Jawab Woo Bo.
“Lalu, kenapa masih duduk di sini? Kalau kita
tertangkap, nyawa kita akan melayang.” Ucap Moo Ha.
“Kita harus menemukan ladang lalu mendapatkan bunga
poppinya untuk bisa membuat penawarnya. Bila Seja masih hidup, dia pasti akan
melakukannya.” Jawab Woo Bo.
Tiba-tiba seseorang datang. Moo Ha yang ketakutan langsung menyembunyikan dirinya dibalik selimut. Yang datang ternyata Mae Chang. Woo Bo terkejut Mae Chang bisa tahu keberadaan mereka.
“Saya juga tidak tahu. Saya hanya menduga-duga,
rupanya memang ada di sini.” Jawab Mae Chang.
Moo Ha pun bergegas menyibakkan selimut yang
menutupi dirinya saat tahu yang datang Mae Chang. Mae Chang heran sendiri liat
Moo Ha sembunyi dibalik selimut. Moo Ha beralasan ada tikus dan Woo Bo pun
langsung menggeplak mukanya.
“Kalian sedang mencari sesuatu. Sesuatu yang amat
berbahaya.” Tanya Mae Chang.
“Itu benar. Kami sedang mencari ladang poppi.” Jawab
Woo Bo.
“Saya rasa bisa membantu. Orang yang menggambar peta
ini, adalah saya.” ucap Mae Chang, mengejutkan mereka semua.
Mae Chang lalu mengaku kalau dirinya juga pernah
membuat pil poppi saat masih anak-anak. Mae Chang minta maaf karena baru
mengatakan hal itu sekarang.
Langkah Seja tiba di ruang penyimpanan pil poppi. Ia terkejut membaca nama semua pejabat yang ditulis di tabung bambu. Yang lebih membuatnya terkejut, nama Daebi Mama juga tertera disana. Seja pun geram. Tak lama kemudian, dua penjaga memergokinya dan Seja langsung kabur.
Berita seseorang yang menyusup ke ruang penyimpanan poppi pun sampai ke telinga Dae Mok. Dae Mok pun langsung mengutus Hwa Gun untuk membereskan masalah penyusup itu.
Begitu Hwa Gun keluar, Gon langsung menghampiri Hwa Gun. Tapi Hwa Gun yang masih marah pada Gon, tidak ingin melihat Gon lagi. Gon pun bertanya, apa yang Hwa Gun pikirkan. Ia berkata, ingin membantu Hwa Gun.
“Bila aku menyuruh, kau juga siap mengkhianati
kakekku?” tanya Hwa Gun, mengejutkan Gon.
“Aghassi. Saya merenung dan berpikir keras apa yang terbaik untuk
Aghassi. Namun, saya gagal menemukan jawabannya. Sebab itu, beri saya perintah.
Saya akan patuh.” Ucap Gon.
“Aku akan ke ladang poppi. Bersiaplah.” Jawab Hwa
Gun.
Hwa Gun akhirnya tiba di ladang poppi. Ia menatap
sekeliling ladang poppi dengan tatapan lirih. Tak lama, Woo Jae datang. Hwa Gun
mengaku disuruh kakeknya untuk menangkap si penyusup.
“Ah, aku rasa itu bukan apa-apa. Para pemburu dan
petani kadang memang tersesat kemudian sampai di sini. Ini hari pertama awal
bulan, jadi aku harus mengontrol pendistribusian. Aku akan kembali ke sini
setelah selesai. Nah, berkelilinglah.” Ucap Woo Jae.
Hwa Gun berencana membakar ladang poppi! Gon pun terkejut mendengarnya. Hwa Gun berkata, ladang poppi adalah sesuatu yang berharga bagi kakeknya dan ia akan merebut hal yang paling berharga bagi kakeknya itu. Hwa Gun lalu menyuruh Gon mengecek apakah benar Chung Woon dikurung disana.
Ga Eun masih menangisi kepergian Seja. Tak lama kemudian, Kepala Kasim datang memberitahu Ga Eun bahwa Ga Eun akan segera dinobatkan sebagai selir tingkat dua. Ga Eun ingin menolak, namun tak bisa karena Kepala Kasim mengatakan para dayang akan dihukum atas tuduhan tidak bisa melayani Ga Eun dengan baik.
Sun menghampiri Ga Eun yang menyendiri di tepi danau. Ga Eun terkejut dan langsung melihat ke sekelilingnya. Sun berkata, hanya ada mereka berdua di sana. Sun lantas mengingatkan Ga Eun tentang masa kecil mereka.
“Semasa kanak-kanak, kita sering menghanyutkan
lentera bersama.” Ucap Sun.
“Aku ingat. Saat kita usia 10 tahun? Kita membuat
permohonan dan berlari mengikuti arus sungai untuk melihat lenteranya pergi. Sampai
akhirnya tidak tampak lagi.” Jawab Ga Eun.
“Aghassi saat itu membuat permohonan apa?” tanya
Sun.
“Apa yang aku minta sudah tidak kuingat lagi.” Jawab
Ga Eun.
“Aku, di sisi Aghassi dan menjadi pria yang layak,
itulah permohonanku. Sejak saat itu tidak, bahkan sebelum itu, Aghassi aku
selalu mencintaimu.” Batin Sun.
Sun lalu berkata, bahwa istana adalah tempat paling
aman untuk Ga Eun. Ga Eun hendak protes, namun Sun langsung memotong
kata-katanya dengan mengatakan tidak akan menjadikan Ga Eun selir. Apa yang ia
lakukan sekarang hanya untuk menipu seseorang selama beberapa waktu.
Tak lama kemudian, kunang-kunang muncul dan tangis Ga Eun langsung berjatuhan teringat kenangannya bersama Seja. Sementara Sun, nampak tersenyum bahagia bisa menatap kunang-kunang lagi bersama Ga Eun. Namun senyum Sun seketika menghilang saat ia melihat tangis Ga Eun.
“Gara-gara aku. Jeoha tewas, karena aku.” jawab Ga
Eun.
“Itu tidak benar. Itu karena aku. Dia tewas karena
aku.” ucap Sun.
“Tidak, Lee Sun-ah. Dae Mok, meski bukan kau, siapa
saja bisa dia jadikan sebagai Raja palsu.” Jawab Ga Eun.
“Palsu? Kau benar. Aku palsu. Namun, perasaanku asli,
Aghassi.” Ucap Sun.
Gon memberitahu Hwa Gun kalau semuanya sudah siap.
Hwa Gun lalu mengajak Gon untuk membebaskan Chung Won.
Namun begitu masuk ke dalam gua, mereka langsung disambut oleh pedang Seja. Seja ingin tahu siapa yang ditahan disana. Hwa Gun pun terkejut mendengar suara Seja. Gon dan Seja kemudian bertarung. Cahaya lilin akhirnya menerangi wajah Seja. Hwa Gun terkesiap melihat Seja yang masih hidup.
“Gon-ah, hentikan!” teriak Hwa Gun seketika. Hwa Gun lantas berlari memeluk Seja. Hwa Gun bersyukur Seja masih hidup. Seja bingung sendiri melihat Hwa Gun ada di sana.
“Chung Woon, kau datang menyelamatkan dia, 'kan?”
tanya Hwa Gun.
Seja menangis melihat kondisi Chung Woon. Kedua tangan Chung Woon diborgol ke atas dengan rantai besi. Sementara tubuh Chung Woon dipenuhi percikan darah. Chung Woon terkejut melihat Seja masih hidup. Seja pun langsung membebaskan Chung Woon dan memeluk erat Chung Woon.
“Apa kau bisa bergerak?” tanya Seja cemas.
“Sekalipun kehilangan satu mata hamba namun hamba
masih bisa bertarung lebih baik dari Anda. Jadi, jangan cemas.” Jawab Chung
Woon.
Seja tersenyum pahit mendengarnya.
“Lokasi pelaksanaan ritualnya tidak jauh dari ladang
poppi ini dan dihubungkan melalui terowongan rahasia.” Jawab Hwa Gun.
Gon tiba-tiba datang dan memberitahu kalau penjaga
akan segera datang. Hwa Gun langsung menyuruh Seja pergi, tapi Seja menolak
karena ingin membebaskan anak2 itu terlebih dahulu.
“Aku sudah melihat anak-anak membuat pil poppi. Anak-anak
itu memegang pil poppi dengan tangan telanjang. Racunnya menyerap melalui kulit
mereka. Saat dosisnya sudah fatal, ruam merah pun muncul. Kemudian anak-anak itu
akhirnya tewas. Apakah prediksiku benar?” tanya Seja.
Hwa Gun pun membenarkan.
Sekali lagi, Hwa Gun membenarkan.
“Kenapa harus para gadis kecil?” tanya Seja tak
habis pikir.
“Kudengar mereka membuat tangan kecil dan rapuh itu memetik
kelopak bunganya agar pil sempurna.” Jawab Hwa Gun.
“Aku ditinggalkan di tanah kosong setelah tidak
sadarkan diri usai meminum anggur poppi. Tempat itu dipenuhi mayat anak-anak
yang tewas di tempat ini. Salah seorang anak yang sekarat memberiku air. Itu
sebabnya aku masih hidup. Aku tidak akan membiarkan anak-anak itu menanti
kematian mereka.” Ucap Seja.
“Aku mengerti. Selamatkan anak-anak itu.” jawab Hwa
Gun.
Hwa Gun berencana mengalihkan perhatian para penjaga sementara Seja dan Chung Woon membebaskan anak-anak itu. Setelah Seja dan Chung Woon pergi, Hwa Gun meminta cambuk Pyunsoo-hwe dari Gon. Gon awalnya tak setuju, namun ia juga tak bisa membantah perkataan Hwa Gun.
Seja dan Chung Woon menyusup ke ruang pembuatan pil poppi. Anak2 ketakutan karena mengira Seja dan Chung Woon adalah bagian dari orang2 yang mengurung mereka.
“Jangan takut. Kami, datang menyelamatkan kalian.”
Ucap Seja.
Chung Woon memaksa anak2 itu ikut dengan mereka.
Sontak saja, anak2 itu ketakutan dan Seja pun langsung menyebutkan nama Yang.
Seorang anak yang bernama Oh Wol mengaku mengenal Yang.
“Kami, dikirim Yang menyelamatkan kalian. Yang
meminta kami menyelamatkan kalian semua. Agar aku bisa memenuhi janjiku pada
Yang, tolong ikuti aku pergi dari sini.” Ucap Seja.
“Yang sekarang di mana?” tanya Oh Wol.
“Yang bersama dengan orang tuanya. Kami akan
mengantar kalian pada orang tua kalian juga, jadi semuanya, ikutlah dengan
kami.” jawab Chung Woon.
Namun Seja tak ingin membohongi anak2 itu. Ia memberitahu, bahwa Yang sudah meninggal. Rupanya anak2 itu sudah tahu kalau mereka akan meninggal saat ruam di tubuh mereka sudah muncul.
“Tidak ada gunanya meskipun kami mengonsumsi pil
poppi. Bagaimanapun, kami akan mati. Lalu, kenapa harus kabur?” jawab Oh Wol.
“Melihat kalian mati, adalah hal yang tidak
kuinginkan. Sampai akhir, aku akan mencari cara menyelamatkan kalian.” Ucap
Seja.
Anak2 itu pun bersedia kabur dan mengikuti Seja. Seja dan Chung Woon membimbing anak-anak itu kabur, namun sialnya ketahuan para penjaga yang berjaga di atas menara. Para prajurit pun langsung menyebar mengejar anak2 itu. Terpaksalah Seja dan Chung Woon bertarung menghadapi mereka. Saat mereka kewalahan menghadapi para prajurit, Hwa Gun pun datang membantu.
“Kalian adalah pengawal dari Pyunsoo-hwe. Kalau
begitu, kalian pasti tahu arti dari cambuk ini. Kalian semua, harus mematuhi
perintahku!” ucap Hwa Gun sambil menunjukkan cambuknya.
Hwa Gun lantas meminta penjaga membiarkan anak2 itu
pergi. Penjaga tak setuju. Hwa Gun pun kembali menegaskan kalau ia adalah cucu
Dae Mok sekaligus Daepyunsoo-hwe. Penjaga pun tak bisa apa2 lagi selain
membiarkan para penyusup kabur membawa anak2.
Tak lama kemudian, Tae Ho datang. Ia terkejut saat
mengetahui Hwa Gun lah yang membantu
para penyusup kabur bersama anak-anak2. Tae Ho lantas menyuruh penjaga mengejar
mereka.
Gon memberitahu Hwa Gun kalau para prajurit sudah tak jauh di belakang mereka. Hwa Gun bergegas menghampiri Seja dan menyuruh Seja pergi tanpanya. Namun Seja menolak. Ia takut Hwa Gun akan terluka. Hwa Gun meyakinkan Seja kalau ia akan baik-baik saja karena ia adalah cucu Dae Mok. Tapi Seja tetap tak setuju.
“Namaku Hwa Gun.” Ucap Hwa Gun.
“Kau harus selamat,
Hwa Gun-ah.” Pinta Seja.
Hwa Gun kemudian mendorong Seja, agar Seja pergi. Seja menatap cemas Hwa Gun. Hwa Gun membatin, kalau bertemu dengan Seja adalah suatu kebahagiaan untuknya.
Seja akhirnya pergi. Hwa Gun menyuruh Gon mengawal dan melindungi Seja. Awalnya Gon tak setuju, tapi Hwa Gun memaksa. Terpaksa lah Gon menuruti Hwa Gun.
Hwa Gun berbalik arah. Ia berpapasan dengan Tae Ho
dan para prajurit. Tae Ho kesal dan menyuruh para prajurit mengejar si
penyusup.
Hwa Gun kembali ke ladang poppi. Tak lama kemudian, Woo Jae menghampirinya. Woo Jae ingin protes karena Hwa Gun membantu pelarian anak2 itu, tapi belum sempat protes, Hwa Gun keburu melemparkan obor ke ladang poppi hingga ladang itu mulai terbakar.
Woo Jae panic, ia dan para prajurit berusaha
memadamkan api, namun gagal.
Sementara itu, Seja, Gon dan Chung Woon yang melihat kepulan asal yang berasal dari ladang poppi pun terkejut. Mereka tak menyangka, Hwa Gun berani membakar ladang poppi.
0 Comments:
Post a Comment