Episode ini dibuka dengan cerita Sae Wa tentang seorang pemuda yang jatuh cinta pada mermaid. Dam Ryung pun bertanya, apa pemuda itu adalah dia. Sae Wa pun mendekati perahu Dam Ryung dan menatap Dam Ryung dalam2.
Di masa modern, kita melihat Joon Jae
yang berlari menyusuri jalanan dengan wajah cemas.
Kita lalu mendengar narasi Sae Wa…
“Dia
anak yang mencintai mermaid dan bisa mendengar suara mermaid. Tapi dia tidak
mengetahui hal penting kalau mermaid memiliki kemampuan khusus. Mermaid bisa
menghapus dirinya dari ingatan manusia melalui ciuman. Meski ingatannya dihapus berulang2, meski
dunia mereka berbeda, dia seorang anak yang ditakdirkan mencintai mermaid. “
Joon Jae berhenti berlari di
persimpangan jalan. Kepalanya mulai terasa sakit saat ia akhirnya mengingat
kebersamaannya dengan Sim Chung selama ini. Tak lama kemudian, Joon Jae kembali
berlari dan teringat saat ia mendengar suara hati Sim Chung yang takut ia
membencinya kalau tahu dirinya mermaid.
Joon Jae pun kembali berhenti berlari. Ingatannya akan kebersamaannya dengan Sim Chung di Spanyol pun kembali. Joon Jae pun syok menyadari kalau pria itu adalah dirinya.
Joon Jae kembali berlari. Ia berlari kesana kemari mencari Sim Chung. Ia memperlihatkan foto Sim Chung yang ada di ponselnya pada orang2, namun sayangnya tak satu pun orang 2 itu yang melihat Sim Chung. Tak lama, Joon Jae mendengar siaran radio dari mobil yang parkir di depannya bahwa hari itu black moon akan muncul dan dianggap pertanda buruk di masa lalu. Joon Jae pun menatap bulan sabit di langit Seoul.
Muncullah masa Joseon, dimana seorang
petugas memberitahu Dam Ryung tentang suap yang diberikan Bangsawan Yang pada
petinggi Hanyang bernama Jo Bong Hak. Petugas itu juga memberitahu tentang
surat yang dikirimkan Bangsawan Yang pada Jo Bong Hak kalau Dam Ryung sudah
terkena sihir mermaid yang jahat. Setelah itu, Jo Bong Hak mengajukan petisi
tertulis pada Raja. Petugas juga memberitahu kalau Bangsawan Yang memasang
jaring untuk menangkap si putri duyung.
Dam Ryung pun geram mendengarnya. Ia mencabut pedang milik si petugas lalu berjalan menuju penjara. Setibanya di sana, Dam Ryung mengarahkan pedang itu ke leher Bangsawan Yang.
“Tuanku, kenapa anda seperti ini?”
tanya Bangsawan Yang sambil tersenyum sinis.
“Matilah! Dan jangan pernah terlahir
kembali!” jawab Dam Ryung, lalu bersiap menebas leher Bangsawan Yang.
Tepat saat itu, Dae Young terbangun
dari tidurnya sambil menjerit ketakutan. Dae Young pun bertanya2, kenapa ia
bisa bermimpi seperti itu. Dae Young lalu membuka jendelanya dan melihat ke
langit. Bayangan akan sosok Bangsawan Yang yang sudah susah payah menangkap Sae
Wa namun terpaksa dilepaskan kembali ke laut karena Dam Ryung tiba2 saja muncul
di benaknya. Kata2 Bangsawan Yang saat melihat Dam Ryung mengembalikan Sae Wa
ke laut juga terngiang di telinganya. Saat itu, Bangsawan Yang berjanji akan
membunuh Dam Ryung. Dae Young lalu ingat mimpinya saat Dam Ryung akan menebas
leher Bangsawan Yang dan melarang Bangsawan Yang terlahir kembali.
Dam Ryung lalu menyeringai…
“Heo Joon Jae dan si putri duyung.”
Gumamnya.
Chung ke mall untuk mengembalikan
semua barang2 yang dibelinya dan meminta uangnya atas barang2 itu kembali.
Joon Jae kembali ke rumah dan langsung menanyakan apakah Chung sudah kembali pada Nam Doo dan Tae Oh. Nam Doo memberitahu Joon Jae kalau Tae Oh sedang memeriksa CCTV kompleks perumahan mereka juga tas belanja dari mall Gangnam dibawa semua oleh Chung. Joon Jae terkejut dan ingin tahu untuk apa Chung membawa semua itu. Nam Doo menduga kalau Chung mau menjual barang2 itu untuk menyewa rumah.
“Kenapa dia mau menyewa rumah
sedangkan dia punya rumah!” protes Joon Jae, lalu duduk di tengah2 Nam Doo dan
Tae Oh.
“Memangnya ini rumah Chung? Ini
rumahmu. Kau selalu bilang ini rumahmu.” Jawab Nam Doo.
“Kemana dia? Kau sudah periksa
mal-nya?” tanya Joon Jae.
“Kau pikir mudah meretas CCTV mal?”
protes Tae Oh.
Tapi Joon Jae tidak peduli dan menyuruh Tae Oh cepat meretas CCTV. Joon Jae bahkan meragukan kemampuan meretas Tae Oh. Mendengar itu, Tae Oh sewot dan langsung berusaha meretas CCTV mall untuk menemukan keberadaan Chung. Nam Doo pun menyuruh Joon Jae mencari Chung lewat GPS dari ponsel Joon Jae saja.
“Ponselnya dimatikan.” Jawab Joon
Jae.
“Hei, entah bagaimana firasatku aneh.
Apa dia mungkin pergi selamanya?” ucap Nam Doo.
Chi Hyun sedang berbicara dengan kolega bisnisnya di mall itu. Kolega bisnis Chi Hyun berterima kasih karena Chi Hyun sudah mau memperbaharui kontrak mereka dengan syarat yang menguntungkan. Di tengah2 pembicaraan, kolega bisnisnya melihat Chung yang sedang bermain ayunan listrik. Kolega bisnis Chi Hyun mau mengusir Chung, tapi Chi Hyun melarangnya. Chi Hyun beralasan karena mall yang sudah mau tutup dan tidak ada lagi customer, sehingga mereka bisa membiarkan Chung saja sebentar. Chi Hyun kembali menatap Chung. Pandangannya seakan terpesona melihat Chung yang bermain ayunan listrik itu.
Joon Jae menatap kamar loteng Chung dengan kamar sedih. Ingatan saat Chung turun dari kamar loteng dan ingin mendekatinya pun terbayang di benaknya. Joon Jae akhirnya masuk ke kamar Chung. Ia memandangi tempat tidur Chung dan wadah yang berisi kumpulan mutiara milik Chung. Joon Jae lalu duduk di tepi kasur Chung dan memegangi wadah berisi kumpulan mutiara yang berasal dari air mata Chung itu. Joon Jae pun seketika teringat pengakuan Chung.
“Rahasiaku
adalah aku berbeda darimu. Bahwa aku adalah putri duyung. Jika kau tahu siapa
aku sesungguhnya, kau pasti akan terkejut, terluka, dan takut padaku. Kau akan
meninggalkanku. Karena itulah aku berusaha agar tidak ketahuan.” Ucap Chung.
“Apa aku sudah masuk ke buku dongeng
anak2 atau kau yang datang ke dunia ini?” gumam Joon Jae.
Chung menyusuri sepanjang jalan
sambil memadangi lampu pohon natal yang dipasang di sepanjang jalan. Ia
teringat perkataan Dong Shik yang memuji dirinya dan Joon Jae sebagai pasangan
serasi. Saat itu, mereka tengah makan malam dengan Joon Jae berperan sebagai
CEO Kim Jae Yi. Ditanya oleh Dong Shik, kapan akan menikah, Joon Jae pun
berkata ia dan Chung akan menikah awal tahun depan di Dubai atau Eropa. Chung
pun langsung memandang Joon Jae dengan tajam. Mata Chung pun mulai berkaca2
saat teringat pengakuan Joon Jae bahwa Joon Jae adalah seorang penipu.
Tak lama, Chi Hyun datang menghampiri
Chung dan langsung membuyarkan lamunan Chung.
“Oh, keluarga Heo Joon Jae?” ucap Chung.
“Panggil saja aku Heo Chi Hyun.”
Jawab Chi Hyun.
“Heo Chi Hyun-ssi.” Panggil Chung.
“Tapi kau datang sendirian kesini? Joon
Jae mana?” tanya Chi Hyun.
“Disini sangat indah sekali. Di
tempat tinggalku, tidak ada hal yang indah seperti ini.” jawab Chung.
“Dimana? Di mana pun itu, pasti ada
suasana Natal.” Ucap Chi Hyun.
“Tapi ada tempat yang tidak punya
suasana Natal.” Jawab Chung.
Chi Hyun hanya tersenyum mendengar
jawaban Chung. Chung pun kembali berjalan dan Chi Hyun mengikutinya.
“Dimana rumahmu?” tanya Chi Hyun.
“Aku tinggal bersama dengan Heo Joon
Jae.” Jawab Chung.
“Kalian tinggal bersama?” tanya Chi
Hyun kaget.
“Aku di kamar atas, Dia di bawah. Heo
Joon Jae yang punya rumah.” Jawab Chung.
“Ah, begitu ya. Kau tidak bawa mobil,
'kan? Mau kuantar?” tanya Chi Hyun.
“Daripada mengantarku pulang, kau mau
mengantarku ke tempat itu?” jawab Chung.
Chi Hyun pun mengantarkan Chung ke
tempat yang dimaksud Chung. Chi Hyun terkejut karena Chung minta diantarkan ke
sauna. Ia bertanya, apa Chung serius mau tidur di sauna. Chung mengaku kalau ia
melihat di TV banyak orang2 yang kabur dari rumah tidur di Sauna. Chi Hyun pun
tak bisa apa2 lagi, selain menyuruh Chung jaga diri. Chung salah masuk ke
ruangan sauna pria. Chi Hyun panik dan langsung membimbing Chung ke ruangan
sauna wanita.
Chung lalu memperhatikan seorang ahjumma yang meletakkan barang2 ke dalam loker. Chung pun langsung menirukannya, namun sialnya ada beberapa siswi SMA yang melihat Chung memasukkan segepok uang ke dalam tas. Chung yang polos malah meletakkan tasnya yang berisi sejumlah uang juga ponselnya ke dalam loker.
Joon Jae yang sudah tidak sabaran bertanya pada Tae Oh, butuh waktu berapa lama lagi untuk memeriksanya. Tae Oh hanya berkata, tidak ada CCTV di ruang VVIP. Nam Doo berkata, kalau kemarin itu sangat menegangkan. Joon Jae dan Chung tidak saling bicara dan hanya saling menatap. Melihat Chung yang seperti itu, Nam Doo merasakan ada charisma yang aneh.
“Hyung. Apa kau tahu dongeng Putri
Duyung Kecil?” tanya Joon Jae.
“Omo. Tiba-tiba sekali kau bertanya
seperti itu.” jawab Nam Doo.
“Bukannya putri duyung naik ke
daratan dan jatuh cinta dengan pangeran?” tanya Joon Jae.
“Ya, dan penyihir memberikan kaki
baginya tapi setelah tengah malam, kakinya berubah jadi ekor dan dia tidak bisa
memakai sepatu kacanya, dan sang pangeran mencari pemilik sepatu.” Jawab Nam
Doo.
“Bukankah itu dongeng yang lain?”
tanya Joon Jae.
“Cinderella.” Jawab Tae Oh.
“Kau periksa saja itu.” suruh Joon
Jae, membuat Tae Oh memelototinya kesal.
“Bukankah dongeng anak-anak itu sama saja? Demikianlah, pangeran dan putri duyung jatuh cinta dan akhirnya menikah. Tamat.” Ucap Nam Do.
‘Begitulah versi Disney. Tapi versi
aslinya dia mati.” Jawab Tae Oh.
“Mati?” kaget Joon Jae.
“Sepertinya.” Jawab Tae Oh.
“Siapa? Pangeran? Putri duyung?”
tanya Joon Jae.
“Betul! Sepertinya si putri duyung
yang mati.” Sahut Nam Doo.
“Kenapa putri duyung yang mati? Dongeng
anak-anak apaan itu?” protes Joon Jae.
“Ya, makanya itu. Anak membaca
dongeng itu, jadi kenapa karakternya mati? Tapi kenapa kita membahas hal
seperti itu? Belakangan ini saja, anak kecil tidak membaca dongeng klasik lagi.”
Jawab Nam Doo.
“Ah, terserahlah!” sewot Joon Jae
sambil merebut minumannya Nam Doo. Nam Doo dan Tae Oh pun menatap heran Joon
Jae.
Chung berjalan di tengah2 beberapa
orang yang bersantai di lantai sauna. Karena tempatnya penuh, Chung akhirnya
membawa alas tidurnya ke ruangan yang tertutup. Chung mengambil posisi
disamping seorang pria tua yang tertidur pulas. Saat Chung mau menggelar alas
tidurnya, pria itu malah berguling mengambil tempatnya. Chung pun kemudian
menyingkir ke tempat yang ada di depannya, tapi tiba2 seorang ahjumma datang
dan menyuruhnya pergi.
Tae Oh sudah mulai tertidur, sementara Joon Jae masih sibuk melacak keberadaan Chung tapi ia tak menemukannya. Joon Jae mencarinya sampai pagi. Tapi tetap saja ia tak berhasil melacak jejak Chung. Joon Jae mulai lelah. Tak lama, ia kepikiran sesuatu dan langsung beranjak pergi. Kemana kah Joon Jae? Dia pergi menemui teman tunawisma nya Chung.
“Kau tahu kisah apa yang dibaca
dengan penuh emosi?” si tunawisma bertanya balik.
“Apa?” tanya Joon Jae.
“Menurutku Romeo dan Juliet. Aku
menangis membacanya. Shakespeare, memang ada gunanya menjadi master.” Jawab
tunawisma.
“Kau melihatnya? Chung?” tanya Joon
Jae sekali lagi. Si tunawisma pun menyuruh Joon Jae duduk di sebelahnya.
“Di dunia in .ada banyak kisah cinta.
Tapi dari semua kisah cinta itu jika kau mengesampingkan retorika dan kata-kata
yang tidak penting maka hanya tersisa satu kalimat.” Ucap si tunawisma.
“Apa?” tanya Joon Jae.
Joon Jae pun langsung mendengus kesal
dan bangkit dari duduknya.
“Maksudku kalau kau baik-baik padanya,
dia pasti takkan pergi.” Ucap tunawisma.
“Kalau kau lihat Chung, bilang
padanya hubungi aku. Harus, ya! Harus!” pinta Joon Jae, lalu pergi menuju
mobilnya.
“Lihatlah? Dia harusnya dengar apa
kataku. Kalau tidak, dia pasti akan menyesalinya.” Gumam tunawisma.
Tunawisma lalu berteriak pada Joon
Jae, memberitahu Joon Jae kalau ia ada di sana setiap Hari Senin, Rabu, Jumat,
jadi Joon Jae bisa datang menemuinya. Tapi Joon Jae gak peduli dan masuk ke
mobilnya. Joon Jae kembali melihat GPRS nya, tapi keberadaan Sim Chung tetap
tidak bisa dilacak karena ponsel Chung yang masih mati. Joon Jae putus asa.
Sementara itu, kumpulan siswi
menengah atas itu sedang melihat isi tas Chung. Mereka takjub melihat segepok
duit di dalam tas Chung. Salah satu siswa lantas menyalakan ponsel Chung. Tepat
saat itu, Joon Jae mengecek GPRSnya dan langsung memacu mobilnya menuju ke
tempat Chung.
Kumpulan siswi SMA itu lagi bagi2
duit. Siswi yang pertama kali melihat Chung pun protes karena mendapat bagian
sedikit. Siswi yang membagikan uang pun berkata kalau dia duluan yang menemukan
uangnya. Siswi lain menyahut, kalau mereka harus membagi uang itu sama rata.
Tak lama kemudian, Joon Jae datang dan langsung minta ponsel Chung
dikembalikan. Siswi yang membagi duit pun berkata ponsel itu miliknya. Siswi
yang memegang ponsel Chung menyembunyikan ponsel Chung di balik punggungnya.
Joon Jae pun menarik siswi itu, lalu memutar siswi itu ke belakang dan merebut
ponsel Chung. Siswi yang membagi duit bersikeras ponsel itu miliknya. Joon Jae
pun langsung menelpon ke nomor Chung dari ponselnya. Seketika ponsel Chung
berdering, membuat para siswi itu terdiam.
“Ini punya pacarku. Mana pacarku?”
tanya Joon Jae.
“Aku tidak tahu.” jawab salah satu
siswi.
“Kalian boleh ambil uangnya. Katakan
saja di mana dia.” ucap Joon Jae.
Siswi yang membagi duit langsung
memberitahu kalau Chung ada di sauna. Teman2nya pun protes. Joon Jae tersenyum
lantas mengajak siswi yang membagi duit bersalaman. Siswi yang membagi duit
ragu2 bersalaman dengan Joon Jae. Joon Jae pun langsung menarik siswi yang
membagi duit ke dalam pelukannya dan mengambil tas Chung. Teman2 siswi yang
membagi duit protes dan berusaha merebut tas Chung. Joon Jae pun langsung
mengangkat tas Chung tinggi2 sehinggga siswi2 nakal itu tidak bisa mengambilnya
lagi.
“Ahjussi, kau siapa?” tanya salah
satu siswi kesal.
“Aku siapa? Aku penipu. Jika kalian
seperti ini, kalian juga akan berubah seperti aku. Jika pria yang kalian sukai
menanyai pekerjaan kalian maka kalian harus berbohong tentang semuanya.
Kebohongan. Kalian mau seperti itu?” tanya Joon Jae, lalu pergi.
Para siswi itu pun protes. Tapi tidak
dengan siswi yang memegang tas Chung tadi yang merasa jantungnya berdebar2
karena sempat dipeluk Joon Jae. Teman2nya pun ikut memuji ketampanan Joon Jae.
Sementara itu, Chung bersama dengan
Chi Hyun di sauna. Sepertinya, Chi Hyun menemani Chung semalaman. Chi Hyun mau
memberikan telur rebus pada Chung, tapi Chung sudah duluan mengambil telur
rebusnya sendiri dan memecahkan telur itu dengan keningnya. Chi Hyun sedikit
tersenyum melihatnya. Chi Hyun lalu bertanya, apa Chung bisa tidur nyenyak.
“Tidak, aku tidak bisa tidur dan juga
aku tidak nafsu makan.” Jawab Chung, lalu memakan habis telurnya dengan sekali
makan.
Chi Hyun tertawa kecil melihatnya.
Chi Hyun lalu mengaku kalau ia mencemaskan Chung karena hari itu ia libur,
makanya ia datang ke sauna menemani Chung. Chung lagi2 memecahkan telur
rebusnya dan langsung melahapnya sekali makan tanpa menanggapi kata2 Chi Hyun.
“Sepertinya kau lapar lagi. Makanlah
itu sambil minum sari beras ini.” ucap Chi Hyun lagi.
Tak lama kemudian, Joon Jae pun tiba
di sauna dan melihat Chung yang sedang makan telur rebus. Ingatan Joon Jae
seketika melayang pada kata2 Chung, kalau Joon Jae itu orang baik saat mereka
bertemu untuk yang pertama kalinya setelah tiba di Seoul. Saat itu, Chung juga
mengaku kalau ia tidak punya nama tapi menurut seseorang ia bukan orang aneh.
Joon Jae ingin tahu siapa orang itu. Chung hanya menjawab orang itu adalah orang
yang baik.
Chung yang lagi asyik makan telur rebus, akhirnya melihat Joon Jae yang sedang berjalan ke arahnya. Chung pun berdiri dan berjalan ke arah Joon Jae. Joon Jae semakin mempercepat langkahnya dan langsung memeluk erat Chung. Chi Hyun pun memalingkan wajahnya mengetahui kedatangan Joon Jae. Joon Jae mendekap Chung cukup lama, sebelum akhirnya ia melepaskan Chung dan memarahi Chung.
“Kau ini. Siapa yang menyuruhmu pergi
dari rumah dan tinggal di sini? Kau tahu betapa susahnya aku mencarimu?” omel
Joon Jae.
Joon Jae lalu bertanya, bagaimana
Chung bisa ke sana.
“Heo Chi Hyeon-ssi yang mengantarku
kesini.” Jawab Chung sambil melihat Chi Hyung yang sudah berdiri di sampingnya.
Joon Jae terkejut dan langsung menatap ke arah Chi Hyun. Chi Hyun minta Joon Jae jangan salah paham. Chi Hyun menjelaskan, kalau semalam ia tak sengaja bertemu Chung dan Chung mengaku tidak mau pulang ke rumah Joon Jae. Joon Jae pun langsung menanyakan itu pada Chung. Chung membenarkan kalau dirinya tidak mau pulang. Joon Jae kesal, lalu menyuruh Chi Hyun pulang duluan dan mengajak Chung bicara empat mata.
Chung mengaku kalau ia mengembalikan
barang2 yang terakhir dibelinya. Chung bilang ia tak butuh barang2 itu dan akan
segera mengembalikan uang itu pada Joon Jae. Joon Jae pun berkata, kalau ia
sudah menangani soal itu dan mengembalikan uang serta ponsel Chung. Chung pun
terkejut uang dan ponselnya ada di tangan Joon Jae.
“Aku ini orang jahat, tapi juga
banyak orang yang lebih parah dari aku. Jadi berhati-hatilah.” Ucap Joon Jae.
Chung diam saja. Joon Jae lalu bertanya, apa Chung sudah makan. Chung pun berkata, ia sudah makan telur dan minum sari beras. Joon Jae bertanya, apa Chung ingin makan yang lain. Chung bilang tidak. Tapi dalam hati, ia berkata mau makan tteobokki, sundae, rumput laut, tangsuyuk, es serut stroberi dan melon, pangsit goreng, pangsit rebut dan sup adonan rumput laut. Joon Jae yang bisa mendengar suara hati Chung pun berkomentar kalau Chung belum makan sampai kenyang. Joon Jae lalu berkata, kalau ia sudah masak iga bakar di rumah untuk Chung. Chung dalam hatinya bilang iga sapi paling enak kalau dibumbui. Joon Jae pun langsung bilang ia masak iga sapi bumbu.
“Sepertinya enak.” Batin Chung lagi.
“Enak sekali. Sampai-sampai gurihnya meleleh
di mulutku.” Jawab Joon Jae.
“Aku baik2 saja.” Ucap Chung, tapi
dalam hatinya ia mengaku mau makan iga sapi bumbu.
Joon Jae pun tertawa dan mengajak Chung pulang. Tapi Chung kekeuh tidak mau pulang. Joon Jae mau tahu alasan kenapa Chung tidak mau pulang. Chung dalam hati bilang karena Joon Jae seorang penipu. Joon Jae pun berusaha focus mendengar suara hati Chung.
“Kau bajingan jahat yang menipu
orang. Kau juga sudah menipuku. Tapi, kenapa aku tidak kecewa? Padahal kau
orang jahat? Kenapa aku tidak mampu meninggalkanmu, orang yang menipuku?” batin
Chung.
Joon Jae pun pura2 menyerah. Ia menyuruh Chung tetap di sauna kalau Chung tak mau pulang. Joon Jae lalu berkata, kalau Chung tak boleh pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal. Chung pun menjawab, kalau ia janji akan mengucapkan selamat tinggal. Joon Jae memberitahu Chung sekali lagi kalau dia mau pergi. Chung pun menyuruh Joon Jae pergi. Joon Jae pun betul2 beranjak keluar, tapi sampai di luar, ia mengintip Chung dan berusaha menajamkan pendengarannya tapi Chung tidak berkata apa2, padahal Joon Jae sudah berharap kalau Chung akan mencegahnya pergi.
Joon Jae turun ke lantai bawah dan di sana ia bertemu Chi Hyun. Chi Hyun memberitahu Joon Jae kalau CEO Heo sedang sakit. Awalnya Joon Jae tidak peduli dan terus berjalan melewati Chi Hyun, tapi baru beberapa langkah, ia berhenti dan kembali menghampiri Chi Hyun untuk bertanya ayahnya sakit apa.
“Kata dokter dia kena katarak. Penglihatannya
makin memburuk.” Jawab Chi Hyun.
“Aku sudah bilang padamu, rawat dia
dengan baik. Antar dia ke rumah sakit.” Ucap Joon Jae, lalu pergi.
Chi Hyun pun berkata kalau CEO Heo
adalah ayah kandung Joon Jae sekaligus ayah pertama yang ia miliki. Joon Jae
pun berhenti melangkah. Chi Hyun lalu berkata, kalau ia akan menuruti kata Joon
Jae mungkin karena ia anak tiri yang bertingkah seperti anak kandung, tapi Chi
Hyun bersyukur CEO Heo menjadi ayahnya jadi Chi Hyun akan selalu mendukung dan
melindungi CEO Heo.
Joon Jae menanggapi perkataan Chi
Hyun dengan sinis.
“Bersyukurlah. Teruslah mendukung, dan
melindunginya. Setelah ayahku menjadi ayahmu ada banyak hal yang gagal
kulindungi.”
Joon Jae lalu pergi. Chi Hyun
mendesah pelan sambil menatap kepergian Joon Jae.
Di kantin, Kepala penyidik sedang
melihat data Dae Young. Pada tahun 1988, beralamatkan di Sujeong-dong, nomor
423, tanggal 15 April, Dae Young pindah rumah. Selain itu, ada seorang wanita
bernama Kang Ji Hyun yang pindah ke rumah yang sama di hari yang sama.
“Ma Dae Yeong sudah menikah?” tanya rekan Kepala Penyidik.
“Ma Dae Yeong sudah menikah?” tanya rekan Kepala Penyidik.
“Tidak. Tindakan kriminalnya Ma Dae
Young memang sulit diselidiki tapi lain soal keluarganya. Dia itu yatim piatu
dan belum pernah menikah.” Jawab Kepala Penyidik.
“Kang Ji Hyun. Siapa itu? Nama ini saja saja tak pernah muncul saat
penyelidikan awal. Saat aku menanyai teman buruh konstruksinya, dia bilang dia tak
punya kekasih.” Ucap rekan Kepala Penyidik.
“Salin data kependudukannya Kang Ji Hyun
ini dan juga Kartu Keluarga-nya.” Suruh Kepala Penyidik.
Rekan Kepala Penyidik pun langsung
menyalinnya. Kang Ji Hyun sudah menikah dua kali dan kedua suaminya meninggal.
Suami pertama bernama Kim Tae Hoon dan yang kedua bernama Park Sang Jin.
Kepala Penyidik dan rekannya pun langsung menanyai bekas tetangganya Kang Ji Hyun. Tetangga Ji Hyun bilang kalau Ji Hyun sangat cantik dan merasa itulah alasan para pria mau menikahinya walaupun dia sudah punya anak. Kepala Penyidik terkejut mendengarnya. Tetangganya menjelaskan lebih lanjut, kalau suaminya meninggal setahun setelah pernikahan mereka. Suaminya yang sehat2 saja entah kenapa bisa menjadi buta.
Penyidik lalu menanyai tetangga Ji
Hyun yang lain. Pria tua itu berkata, kalau Ji Hyun dulunya agen asuransi. Beberapa lama setelah pernikahan mereka, penglihatan
suaminya mulai memburuk. Kabarnya si suami meninggal karena penyakit
komplikasi. Kepala Penyidik pun terlihat curiga.
Bersambung ke part 2…..
0 Comments:
Post a Comment