Perlahan-lahan, Joon Jae membuka matanya setelah melihat tragedi Dam Ryung dan Sae Wa. Tangisnya pecah karena merasa tak bisa melindungi Sae Wa. Saat teringat Sae Wa yang menusuk dirinya sendiri dengan tombak yang sudah menewaskan Dam Ryung, Joon Jae langsung memegangi dadanya yang terasa ngilu. Tangis Joon Jae kian deras. Tak lama kemudian, Joon Jae teringat janji Dam Ryung yang akan mencari Sae Wa, mencintai dan melindungi Sae Wa saat mereka terlahir kembali.
“Setelah
mengatakan itu, setelah janji seperti itu, aku lupa tentang itu. Meski dia
dilahirkan kembali dan mencariku, bertemu denganku, dan mencintaiku, aku tidak
bisa ingat apa pun. Aku hanya membuatnya menangis. Aku tidak dapat melindungi
semuanya.” sesal Joon Jae.
Sementara itu, Dae Young sedang menuju ke ruangan Profesor Jin. Ia membuka pintu dan mendengar Joon Jae bercerita pada Profesor Jin.
“Pria
itu berusia 27 tahun. Sama denganku saat ini. Gadis itu terperangkap dalam
jaring. Pria itu tewas saat berusaha menyelamatkan dia. Dan gadis itu menikam
dirinya sendiri dengan tombak yang menikam pria itu, lalu tewas bersamanya. Itu
adalah akhir cerita mereka.” Cerita Joon Jae.
“Kenapa
kami dilahirkan kembali dan kenapa kami bertemu lagi?” tanya Joon Jae.
“Bagi
seseorang untuk dilahirkan kembali, bukankah itu berarti ada mimpi yang belum
terpenuhi? Mimpi itu bisa jadi cinta yang tidak terpenuhi atau bisa jadi
keserakahan.” Jawab Profesor Jin.
“Mengapa
nasib buruk berulang?” tanya Joon Jae.
“Dari
kedua hal itu, yang manakah nasib buruk yang sebenarnya? Nasibmu dan orang yang
berusaha menyakitimu atau nasibmu dan orang yang kau cintai? Kalau kau tidak
mencintainya, dan dia tidak mencintaimu, maka tidak akan ada akhir yang tragis
seperti itu. Cinta kalian akhirnya membuat kalian terbunuh. Apa ada nasib yang
lebih buruk dari itu?” ucap Profesor Jin.
“Apa
kau pikir semua ini akan terulang?” tanya Joon Jae.
“Jika
kau berhenti di sini dan mengirimnya kembali ke tempat asalnya, bukankah kau akan
bisa menghindari akhir yang tragis itu?” tanya Profesor Jin.
“Tidak.
Fakta bahwa semuaya telah terulang bukanlah kutukan, tapi peluang. Peluang
untuk mengubah akhir cerita.” Jawab Joon Jae.
Dae
Young pun menutup pintu ruangan Profesor Jin. Ia lalu menyeringai sebelum
akhirnya beranjak pergi.
“Apa
kau yakin kau bisa mengubah takdir?” tanya Profesor Jin.
“Pasti
ada alasan untuk mengingat semuanya. Kali ini... aku akan melindunginya. Aku
pasti akan melindunginya.” Jawab Joon Jae.
Nam Doo yang lagi asyik dengan laptopnya dikejutkan dengan kedatangan Joon Jae. Datang2, Joon Jae langsung menanyakan Chung. Nam Doo berkata, Chung baru saja keluar dan tak tahu Chung pergi kemana. Setelah mendengar jawaban Nam Doo, Joon Jae pun langsung pergi dengan wajah panic.
“Wah,
ketika seorang pria dibutakan oleh wanita, dia jadi seperti itu. Dia tadinya
normal.” Ujar Nam Doo.
Chung
sendiri sedang dikerumuni anak-anak di mesin pencapit boneka. Ia berusaha keras
mengambil boneka gurita pink dari sana, namun selalu berakhir dengan kegagalan.
Tak lama kemudian, Joon Jae datang dan langsung menarik Chung ke dalam
pelukannya.
“Heo
Joon Jae, apa kau mimpi buruk?” tanya Chung heran.
“Mimpi
buruk itu... Sekarang aku sudah selesai dengan itu. Aku tidak akan mimpi buruk
lagi.” Jawab Joon Jae.
Joon Jae lantas melepas pelukannya dan menatap wajah Chung. Bayangan wajah Sae Wa seketika menari-nari di otaknya. Joon Jae lalu bertanya, apa ada yang mau Chung lakukan.
“Heo
Joon Jae, apa sebaiknya kita melakukan kegiatan tanpa makna?” tanya Chung.
Joon
Jae pun bingung, apa?
“Sebenarnya,
ada tiga tingkat cinta: cinta romantis, cinta panas, dan cinta kotor. Yang kita
akan lakukan adalah cinta romantis.” Jawab Chung.
“Apa
itu cinta romantis?” tanya Joon Jae.
“Minum teh, nonton film, makan bersama, merencanakan acara spesial, menyatakan cinta, hal-hal seperti itu. Tapi semua itu mengarah ke cinta kotor.” Jawab Chung.
“Kotor?”
tanya Joon Jae.
“Aku
juga sangat penasaran soal itu, tapi katanya itu hanya untuk para ahlinya. Dia
bilang kalau kita tidak hati-hati, ini bisa berakhir dengan buruk. Jadi, kita
harus hati-hati. Jadi, kita harus menikmati kegiatan formalitas dulu.” Jawab
Chung.
“Baiklah,
mari kita lakukan. Apa yang dilakukan orang lain, mari kita lakukan semuanya.”
ucap Joon Jae.
Joon Jae lalu menggenggam tangan Chung dan mengajak gadis itu pergi. Mereka menikmati kencan romantic mereka. Berjalan-jalan, makan saling menyuapi sampai membuat orang lain iri, bermain DDR di pusat permainan sambil terus berpegangan tangan. Saat melewati permainan tinju, Chung meninju bantalannya hingga mendapat skor 999 dan mesin permainan tersebut berasap. Melihat itu, Joon Jae pun cepat-cepat membawa Chung kabur.
Mereka lalu menonton bioskop, Film Titanic. Para penonton lain merasa terganggu karena Chung menangis dengan tersedu-sedu saat melihat adegan sedih. Usai menonton dan setelah bioskop kosong, ada ahjumma yang menyapu lantai bioskop dan menemukan butiran mutiara yang asalnya dari tangis Chung.
Kencan
mereka berlanjut di kedai kopi. Wajah Joon Jae pun berubah serius dan berkata
bahwa ia hanya berandai-andai jadi Chung tidak perlu serius menjawabnya dan
meminta Chung menjawab dengan cepat.
Joon
Jae lalu menyebutkan adegan saat Jack menyelamatkan Rose dengan memberikan Rose
papan kayu agar Rose tetap terapung, namun pada akhirnya Jack sendiri mati
kedinginan dan tenggelam.
“Maksudku,
tidak mungkin itu akan terjadi tetapi kalau aku mati seperti itu, apa yang akan
kau lakukan?” tanya Joon Jae.
“Aku
akan mengikutimu.” Jawab Chung dengan cepat.
Joon
Jae pun langsung sewot mendengarnya.
“Hei!
Apa maksudmu akan mengikutiku? Apa kau gila? Dan kau perlu berpikir sebelum
merespon.” Ucap Joon Jae.
“Kau bilang untuk segera menjawab tanpa
berpikir.” Jawab Chung.
“Tapi
tetap saja, siapa yang menjawab seolah-olah mereka sedang diminta untuk pergi
ke toko kelontong?” ucap Joon Jae.
“Kalau
kau hidup, aku harus hidup denganmu dan kalau kau mati, aku harus mati
denganmu.” Jawab Chung.
“Apa
kau bodoh?” sewot Joon Jae.
Joon Jae lalu bertanya, apa arti kematian Jack kalau begitu? Jack mengorbankan diri demi Rose. Jack meminta Rose berjanji untuk tetap hidup dan tidak menyerah, bertahan hidup dan menemukan orang baik dan hidup sampai tua dengan bahagia.
Chung
pun balik bertanya, kalau dia mati apa Joon Jae akan hidup bahagia dengan orang
lain.
Joon
Jae terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab iya.
“Kau
benar-benar akan melakukannya?” tanya Chung.
“Jadi
kau lakukan lah hal yang sama. Jika sesuatu terjadi padaku kau teruslah hidup
dengan baik. Jangan menyerah. Hal baik, hal bagus. Miliki semuanya.” jawab Joon
Jae.
“Ada
apa, Heo Joon Jae? Kau bilang kau hanya mengatakan ini, tapi ada apa dengan
nada serius ini? Apa sesuatu akan benar-benar terjadi padamu?” tanya Chung.
“Aku hanya berandai-andai. Berjanjilah padaku. Kalau terjadi sesuatu, kau tidak akan memikirkan hal-hal aneh. Berjanjilah itu sampai akhir, kau akan hidup dengan baik.” Jawab Joon Jae.
“Aku
tidak bisa.” ucap Chung.
“Kenapa?”
tanya Joon Jae.
“Aku
merasa kalau aku berjanji, sesuatu yang buruk seperti itu akan terjadi.” Jawab
Chung.
“Aku
hanya berandai-andai.” Ucap Joon Jae.
“Aku
tidak mau!” jawab Chung.
Kencan
mereka hari itu akhirnya berakhir dengan pertengkaran. Dalam perjalanan pulang,
Joon Jae diam saja dan tak mau bicara dengan Chung. Joon Jae juga tak lagi
menggenggam tangan Chung. Ya, Joon Jae tak mau bicara sebelum Chung berjanji
padanya. Chung masih kekeuh gak mau janji. Joon Jae makin kesal. Melihat sikap
Joon Jae itu, Chung pun memutuskan juga tak mau lagi bicara dengan Joon Jae.
Sampai di rumah, Joon Jae langsung mengajak Tae Oh bicara di ruangan lain, sedangkan Chung menatap Joon Jae dengan sebal lalu duduk di dekat Nam Doo. Nam Doo yang bisa merasakan atmosfir ketegangan diantara Joon Jae dan Chung pun langsung bertanya pada Chung, apa Chung dan Joon Jae sedang bertengkar.
“Dia
terus mengatakan hal-hal aneh.” Jawab Chung.
“Hal
aneh apa?” tanya Nam Doo.
“Seperti
mengatakan itu, kalau terjadi sesuatu padanya, teruslah hidup dengan baik
sendirian. Itu aneh, kan?” jawab Chung.
Nam
Doo pun langsung tertawa heran. Chung heran melihat tawa Nam Doo.
“Sudah
tiba saatnya.” Jawab Nam Doo.
“Apanya?”
tanya Chung.
“Periode
berlakunya cinta adalah tiga bulan. Ini sudah tiga bulan bagi kalian. Kau harus
bisa mengatasi ini dengan baik, atau kereta cepat menuju ke perpisahan kalian
akan segera datang.” jawab Nam Doo.
“Heo
Joon Jae bukan orang seperti itu.” ucap Chung.
“Heo
Joon Jae khususnya orang seperti itu. Aku sudah kenal dia selama sepuluh tahun,
dan dia tidak pernah punya pacar lebih dari tiga bulan. Mereka semua putus
sebelum itu.” jawab Nam Doo.
Chung
yang kesal mendengarnya, lantas bangkit dari duduknya dan mengibaskan jaketnya
ke wajah Nam Doo dan pergi menuju kamarnya.
Joon Jae menyuruh Tae Oh meningkatkan keamanan rumah semaksimal mungkin. Ia ingin bisa memonitor semua tempat dalam radius 100 meter setiap waktu. Jika ada usaha pembobolan dari luar, ia harus segera tahu.
“Apa
ini karena Ma Dae Young?” tanya Tae Oh. Joon Jae pun terdiam.
Dae Young menemui Profesor Jin. Profesor Jin terkejut melihat Dae Young. Dae Young berkata, sudah 9 bulan mereka tidak bertemu dan ia tahu tadi Joon Jae datang menemui Profesor Jin. Profesor Jin terdiam.
“Jangan
berpikir untuk bohong karena aku melihat semuanya.” ucap Dae Young.
Dae
Young lalu baringan di bangku dan menyuruh Profesor Jin menghipnotisnya seperti
yang dilakukan Profesor Jin pada Joon Jae tadi karena ia juga mau melihat akhir
mimpinya.
“Jadi
aku bisa tahu kenapa hidupku berubah. Mulai dari saat aku lahir aku selalu
berpikir kalau aku sedang dihukum. Aku ingin bertanya kenapa hidupku berubah
seperti itu. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku berpikir jawabannya terletak di
kehidupan itu.” ucap Dae Young.
Profesor
Jin pun mulai menghipnotis Dae Young. Dan pada saat tersadar, Dae Young nampak
terkejut.
“Itu
bukan aku.” ucap Dae Young.
“Lalu
siapa itu? Yang membunuh mereka?” tanya Profesor Jin.
Adegan
lantas berpindah pada sosok Chi Hyun yang dengan penampilan barunya memimpin
rapat direksi perusahaan CEO Heo. Ia mengumumkan bahwa untuk selanjutnya ia
yang memegang kekuasaan akhir setiap pengambilan keputusan.
"Kalian
mungkin sudah mendengarnya. Ke depannya, aku akan menjadi pemegang wewenang
untuk persetujuan akhir. Direktur yang nampak ragu pun bertanya pada CEO Heo
sedang sakit."
“Tidak,
dia sedang liburan untuk bersantai dan pemulihan. Meski setelah kembalinya dia,
ingin mundur dari perusahaan. Kalau ada yang disampaikan padanya, kau bisa
memberitahuku.” Jawab Chi Hyun.
“Tapi
masih ada hal yang perlu secara langsung dilaporkan padanya.” Ucap direktur
yang lain.
“Kenapa?
Apa kau takut kalau aku mengubah sesuatu? Kau tidak memercayaiku? Kalau kau di
pihak ayahku dan tidak bisa bekerja di bawahku, kau bisa pergi sekarang.” ucap
Chi Hyun.
Para
direktur pun langsung diam. Diamnya para direktur dianggap Chi Hyun mereka
setuju dengan keputusan Chi Hyun. Chi Hyun lalu bertanya, bisakah rapatnya
dimulai.
CEO Heo membuka matanya dan langsung melihat Chi Hyun di depannya. Chi Hyun berkata, bahwa tadi ia sudah bertemu dokter dan dokter mengatakan kondisi kesehatan CEO Heo sudah membaik. Chi Hyun lalu meminta ayahnya itu untuk menginap di rumah sakit beberapa hari lagi.
“Mataku
semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Ini masalah besar.” Jawab CEO Heo.
“Oh,
tapi karena baru saja di operasi untuk pendarahan akan sulit untuk melakukan operasi
untuk mata Ayah. Untuk sekarang, minum obat ayah dan berhati-hatilah agar tidak
memperburuk kondisi. “ ucap Chi Hyun.
“Chi
Hyun-ah, kau bisa menghubungi Joon Jae?” tanya sang ayah.
Wajah
Chi Hyun langsung berubah saat CEO Heo menyebut nama Joon Jae, tapi meskipun
kesal ia berusaha bersikap setenang mungkin. Chi Hyun mengaku ia langsung
menghubungi Joon Jae begitu sang ayah ambruk, tapi sepertinya Joon Jae sibuk.
CEO Heo percaya. Sementara Chi Hyun, ia mengepalkan tangannya dan terlihat
sangat marah.
Joon Jae dan Chung masih perang dingin. Chung memaki Joon Jae dalam hatinya, tanpa ia sadar kalau Joon Jae bisa mendengarnya.
“Dasar
picik! Dia cemberut akan hal itu dan tidak mau berbicara denganku? Aku pasti
sudah dibutakan oleh cinta. Aku kemudian menjadi lugu. Aku tinggal di dalam air
sepanjang hidupku dan datang ke daratan untuk pertama kalinya. Jadi, apa yang
aku tahu? Satu-satunya pria yang kebetulan aku temui adalah Heo Joon Jae itu.
Jadi aku pikir dia adalah yang terbaik. Jika Seoul sangat jauh, seharusnya dia
katakan padaku. Dia terbang dengan pesawat. Tapi hanya untuk dia, aku butuh
waktu tiga bulan dan sepuluh hari untuk
berenang ke sini dan aku pikir tulang ekorku akan putus! Mengapa dia memintaku
untuk membuat janji yang tidak masuk akal seperti itu?”
Joon Jae yang udah gak tahan lagi mendengar makian Chung, akhirnya mendekati Chung dan menyuruh Chung berhenti bicara.
“Apanya?”
tanya Chung heran.
“Aku
bilang hentikan. Kau memakiku di dalam hatimu sekarang.” jawab Joon Jae.
“Heol!
Bagaimana dia tahu? Dia pasti punya indera tajam atas apa yang sedang
terjadi.</i> Aku pikir Heo Joon Jae adalah satu-satunya pria tampan di
dunia, tetapi ternyata begitu banyak pria tampan di TV. Apa dia pikir dia
satu-satunya pria yang tampan? Dia menderita Sindrom Pangeran dan berpikir
semua orang tertarik padanya!” maki Chung lagi.
“Hei!”
protes Joon Jae.
“Kenapa?!!”
Chung balas berteriak.
Nam
Doo pun keluar dan menyarankan mereka untuk putus kalau tidak cocok. Joon Jae
melarang Chung keluar rumah tapi Chung menolak dan berkata kalau ia sudah ada
janji. Joon Jae bertanya, siapa yang mau ditemui Chung. Chung balik bertanya,
siapa yang mau ditemui Joon Jae. Joon Jae pun langsung terdiam.
“Lihat,
kan? Kau bahkan tak dapat memberitahuku.” Ucap Chung dengan wajah cemberut.
“Benar.
Seharusnya adil.” Tambah Nam Doo.
“Kalau
begitu, kau pergi bersamanya, Hyung.” Suruh Joon Jae.
“Kenapa
aku harus ikut dia?” tanya Nam Doo.
“Baiklah!
Lakukan semaumu.” Ucap Joon Jae kesal, lalu beranjak pergi.
Setelah
Joon Jae pergi, Nam Doo memuji Chung. Ia berkata, Joon Jae sudah menyatu dengan
Mimi. Chung bertanya, apa itu Mimi?
“Penderitaan
gila! Mereka yang menjadi seperti obsesif dan terkurung.” Jawab Nam Doo.
“Tapi
aku tidak keberatan dengan hal itu.” ucap Chung.
“Karena
kau seperti ini, dia jadi lelah karenanya. Teguhkan hatimu dan jadilah kuat!”
jawab Nam Doo.
Joon
Jae pergi menjenguk Sopir Nam. Sopir Nam sudah sadar, tapi masih belum bisa
menggerakkan tubuhnya.Joon Jae pun bercerita, di kehidupan sebelumnya Sopir Nam
adalah sahabatnya yang selalu berada di sisinya. Tapi di kehidupan sekarang,
Sopir Nam lahir lebih awal dan selalu ada untuknya saat ia masih kecil.
“Sekarang,
siapapun yang membuatmu seperti ini aku akan menemukan dia.” ucap Joon Jae.
Joon
Jae lantas menunjukkan foto Dae Young dan meminta Sopir Nam mengedipkan mata
dua kali jika Dae Young pelakunya. Sopir Nam pun mengedipkan matanya dua kali.
Joon Jae lalu bertanya lagi, apa Sopir Nam menduga ada orang dalam yang
berhubungan dengan Dae Young. Dan Sopir Nam pun kembali mengedipkan matanya.
Namun Joon Jae tak sempat bertanya lebih banyak karena Chi Hyun keburu
memanggilnya.
“Waktu
itu aku sangat mabuk. Kau pasti terkejut setelah menerima panggilan telepon.”
Ucap Chi Hyun.
“Mengatakan
bahwa kau akan melindungi ibumu, dan aku harus melindungi ayahku, adalah
sesuatu yang kau katakan karena kau mabuk?” tanya Joon Jae heran.
“Bagaimana
dengan kesehatan ayah yang memburuk?” tanya Joon Jae.
“Oh,
dia sekarang sudah lebih baik. Hei, ayah kita menyerahkan semua pekerjaan
padaku dan pergi berjalan-jalan bersama teman-temannya. Juga, cepat atau lambat
kau akan tahu ini... Dia sudah mengesahkan wasiatnya di notaris. Dia meninggalkan
hampir semua asetnya kepadaku dan Ibu. Aku sudah katakan padanya untuk
mempertimbangkan berulang kali. Setelah bertemu denganmu terakhir kali, dia
pasti patah hati.” Ucap Chi Hyun.
Tapi
Joon Jae sama sekali tidak terpengaruh dan bertanya sejak kapan Chi Hyun jadi
seramah ini.
“Aku
akan membenci ayahku dengan caraku sendiri. Kau tak perlu mendesakku untuk
membencinya. Kalau kau terus melakukan ini, sepertinya kau punya beberapa motif
tersembunyi.” Ucap Joon Jae.
Chi
Hyun tersenyum sinis. Joon Jae yang malas meladeni Chi Hyun, memutuskan pergi.
Namun langkahnya terhenti saat Chi Hyun menanyakan kabar Chung. Ia menyuruh
Joon Jae menyampaikan salamnya pada Chung. Joon Jae nampak kesal. Melihat
kekesalan Joon Jae, Chi Hyun pun berkata, Joon Jae tak perlu melakukan itu
kalau tidak mau melakukannya. Chi Hyun lalu menepuk pundak Joon Jae dan
beranjak pergi.
Si A
sangat galau. Ia berniat mengirimkan pesan pada Joon Jae tentang ibu kandung
Joon Jae, tapi ia tak sanggup mengirimkannya. Tak lama kemudian, Yoo Ran datang
membawakan makanan untuk Si A. Si A pun langsung melompat dari tempat tidurnya
dan berdiri dengan sopan.
“Aku
dengar kau sakit. Kau bahkan tak dapat pergi bekerja. Cobalah makan bubur.”
Ucap Yoo Ran
Si A
pun merasa tidak enak karena sudah merepotkan Yoo Ran.
“Tidak
apa2. Panggil aku setelah kau selesai makan.’ Jawab Yoo Ran.
“Setelah
aku selesai, aku akan membersihkan sendiri. Tolong jangan pedulikan aku sama
sekali.” Ucap Si A.
Yoo
Ran yang malas berdebat akhirnya memutuskan pergi. Tapi saat mau melangkah
pergi, Si A tiba2 saja memeluknya dari belakang, membuatnya terkejut.
“Aku
ingin melakukan ini sekali saja.” Ucap Si A.
“Maafkan
aku, tapi aku merasa sedikit tidak nyaman.” Jawab Yoo Ran.
Si A
pun cepat-cepat melepaskan pelukannya dan meminta maaf.
Yoo
Ran langsung memberitahu Jin Joo soal Si A. Ia berkata, kalau Si A sepertinya
sakit karena sikapnya aneh. Tapi Jin Joo malah menganggap kalau Si A bukan
manusia normal. Yoo Ran lalu hendak pergi, tapi ia langsung berbalik ketika Jin
Joo menggerutu soal Seo Hee yang lagi2 mengabaikan teleponnya.
“Anak
mereka...” Yoo Ran menggantung kalimatnya.
“Anak?
Anak kandung Presdir Heo?” tanya Jin Joo.
“Iya,
apakah kau tahu sesuatu tentang putranya itu?” tanya Yoo Ran.
“Kenapa
kau penasaran, ahjumma?” tanya Jin Joo.
Yoo Ran pun tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan Jin Joo. Tapi meskipun begitu, Jin Joo tetap menjawab. Jin Joo berkata, kalau yang mengurus semua bisnis CEO Heo adalah Chi Hyun.
“Anak
kandungnya kabur dari rumah sepuluh tahun yang lalu, dan tak seorangpun yang
tahu di mana dia berada.” Ucap Jin Joo.
“Dia
kabur dari rumah? Dia tidak belajar ke luar negeri?” tanya Yoo Ran kaget.
“Belajar
ke luar negeri? Aku rasa tidak. Aku jelas mendengar bahwa dia kabur saat dia
masih SMA. Pada keadaan itu, jika anak Kang Seo Hee menerima semua harta
warisan, hanya orang-orang asing akan mendapatkan manfaat dari rumahnya. Presdir
Heo tidak terlalu cerdas. Ayah macam apa dia itu? Kenapa dia harus membuang
anaknya sendiri dan mendedikasikan dirinya pada anak orang lain? Ah,
benar-benar. Tidak peduli berapa banyak dia jungkir balik atas seorang wanita,
bagaimana mungkin dia begitu?” jawab Jin Joo.
Yoo
Ran pun langsung gusar. Melihat sikap Yoo Ran, Jin Joo pun terheran-heran. Yoo
Ran lalu minta izin keluar sebentar. Jin Joo gak mengizinkan karena
anak-anaknya sebentar lagi akan pulang dan Yoo Ran harus menyiapkan cemilan.
Tapi
Si A yang turun untuk membawa piring kotornya gak sengaja mendengar percakapan
mereka dan langsung memberi izin Yoo Ran pergi. Ia bahkan memanggilan Yoo Ran
dengan panggilan ibu-jumoni.
“Aku
akan mengurus anak-anak. Aku akan menyiapkan kudapan anak-anak dan mengantar
mereka les.” Ucap Si A.
Dan Yoo Ran pun langsung pergi. Jin Joo ngomel2. Si A membela Yoo Ran dengan berkata, Yoo Ran pasti punya keperluan penting. Si A juga protes karena Jin Joo memanggil Yoo Ran dengan sebutan Ajumma.
“Aku
harus memanggil seorang ahjumma, ahjumma. Apa lagi aku harus memanggil dia?”
jawab Jin Joo.
“Sekarang
ini siapa yang memanggil pembantu rumah tangganya ahjumma? Tren sekarang adalah
eommonim.” Ucap Si A.
“Bibi,
perbedaan usia antara ahjumma itu dan aku tidak sebesar itu untuk aku
memanggilnya eommonim.” Jawab Jin Joo.
“Eommonim
tidak lebih dari berbagi makanan yang sama dan tidur di bawah atap yang sama. Dia
menyiapkan makananku dan bahkan mencuci pakaianku.” Ucap Si A.
Namun
tiba-tiba saja, Si A berteriak membuat Jin Joo kaget.
“Aku
bahkan membiarkan Ibu mencuci pakaian dalamku! Oh, aku bisa gila!” ucap Si A
panik.
Sementara
itu, Yoo Ran akhirnya tiba di kediaman CEO Heo. Ingatannya langsung melayang ke
masa lalu, ke saat2 ia pergi meninggalkan kediaman CEO Heo.
Kilas
Balik!
Yoo Ran nampak menggeret kopernya keluar dari kediaman CEO Heo. Bersamaan dengan itu, Seo Hee pun datang bersama Chi Hyun. Mereka bertemu di depan pagar. Seo Hee yang tak mau Chi Hyun mengetahui apa yang terjadi, menyuruh Chi Hyun masuk duluan dan menyapa CEO Heo. Chi Hyun mengerti dan ia masuk ke dalam dengan wajah ceria.
”Kau
akan pergi sekarang? Aku sengaja datang terlambat, agar tiba setelah kau
pergi.” Ucap Seo Hee.
“Apa
kau puas?” tanya Yoo Ran.
“Maafkan
aku. Meskipun kau mungkin tidak percaya, aku tidak melakukannya dengan
sengaja.” Jawab Seo Hee.
“Oh, benarkah? Aku percaya padamu. Aku perlu memercayai itu. Kau harus membesarkan Joon Jae-ku sekarang. Aku berharap kau adalah orang yang baik lebih dari orang lain.” Ucap Yoo Ran.
“Itu
benar. Aku yakin suamiku sudah mengatakan padamu, tapi tolong jangan muncul
sampai Joon Jae kita menjadi dewasa. Dengan
cara itu dia dapat terbiasa tumbuh dengan keluarga baru.” Jawab Seo Hee.
Seo
Hee lalu memegang tangan Yoo Ran dan meyakinkan Yoo Ran kalau dia akan
membesarkan Joon Jae dan mencintai Joon Jae lebih dari dia mencintai Chi Hyun,
putranya sendiri.
Kilas
Balik End!
Yoo Ran memberanikan diri memencet bel. Seo Hee yang melihat wajah Yoo Ran dari layar intercom pun kesal. Ia tak habis pikir dengan keberanian Yoo Ran datang ke rumahnya. Begitu masuk, Yoo Ran langsung menatap Seo Hee dengan emosi.
“Di
mana Joon Jae-ku?”
“Di
mana dia? Kenapa kau bertanya tentang anakmu padaku? Dia kan anakmu.”
Yoo
Ran terkejut, apa?!
“Tampaknya
kau datang karena mengetahui bahwa anakmu tidak ada di rumah kami. Kenapa kau
tanyakan itu padaku? Aku tak pernah mengusirnya. Dia pergi atas kemauan
sendiri. Dan suamiku tidak benar-benar mencari dia, itulah mengapa jadi seperti
ini. Aku pikir kalian berdua masih saling berhubungan, tapi aku rasa tidak.”
Jawab Seo Hee.
“Kau
bilang kau akan membesarkan dia dengan baik.” Protes Yoo Ran.
“Rencanaku
begitu, tapi apa yang bisa kulakukan sejak dia pergi?” jawab Seo Hee.
Emosi
Yoo Ran pun akhirnya meledak…
“Inikah
mengapa kau melarang kami bertemu? Untuk membuat anakku jadi milikmu, suamiku
jadi milikmu, dan posisiku jadi milikmu. Inikah sebabnya!” tanya Yoo Ran.
“Kau sungguh lucu. Hei! Jangan berpura-pura baik. Kau sebaiknya menyerah saja. Kalau aku, aku tak akan menyerah. Aku tak akan lari, meninggalkan anakku. Hanya karena aku bilang padamu untuk jangan bertemu, kau benar-benar tidak menemui dia? Apa kau bodoh?” ucap Seo Hee.
Yoo
Ran tak habis pikir, apa?
“Jika
kau tidak mau teh, bisakah kau pergi sekarang? Aku benar-benar lelah.” Ucap Seo
Hee.
“Kang
Ji Yeon!” sentak Yoo Ran.
“Namaku
Kang Seo Hee.” Jawab Seo Hee sambil menatap tajam Yoo Ran.
“Tidak,
namamu Kang Ji Yeon. Anakku. Aku pasti akan menemukan dia dan membawa kembali
ke tempat di mana dia seharusnya berada. Kau, juga. Aku akan membawamu kembali
ke posisi aslimu.” Ucap Yoo Ran.
Setelah
mengatakan itu, Yoo Ran beranjak pergi. Seo Hee yang ketakutan dengan ancaman
Yoo Ran pun langsung menghubungi orang suruhannya.
Yoo
Ran melangkah gontai menyusuri jalanan sampai tak sadar ada mobil yang hendak
menyerempetnya dari belakang. Untung saja, ada Chung yang dengan sigap langsung
menarik Yoo Ran ke pinggir. Mobil yang mau menyerempet Yoo Ran tadi pun
langsung pergi. Yoo Ran tersenyum saat tahu Chung lah yang menyelamatkan
nyawanya sekali lagi.
“Kau
harus berhati-hati dengan mobil. Perhatikan mobil yang datang. Dia bilang
jangan melamun.” Ucap Chung.
“Siapa yang bilang?” tanya Yoo Ran.
“Seseorang
yang aku suka. Kami mengatakan kami akan pergi berbelanja bersama-sama.” Jawab
Chung sambil menggandeng lengan Yoo Ran.
“Oh,
itu benar. Apa dia menunggu lama?” tanya Yoo Ran.
“Tidak
apa-apa. Ini janji satu-satunya yang aku punya hari ini.” jawab Chung, lalu
mengajak Yoo Ran pergi.
Setelah mereka pergi, mobil itu datang lagi dan mengawasi mereka berdua. Untunglah Tae Oh langsung datang dan memotret si pengendara mobil itu. Si pengendara mobil? Dia langsung melajukan mobilnya dengan terburu-buru begitu Tae Oh datang. Setelah mobil itu pergi, Tae Oh teringat kata2 Joon Jae.
Kilas
Balik!
“Aku
tidak bisa mengatakan padanya untuk tinggal di rumah sepanjang hari. Ikuti dia
dengan baik, tanpa ketahuan.” Suruh Joon Jae.
Tae
Oh senyum2 diberi tugas seperti itu. Melihat ekspresi Tae Oh, Joon Jae pun
langsung mengomeli Tae Oh.
Kilas
Balik End!
Saat
berbelanja, Yoo Ran memberitahu Chung bagaimana caranya membedakan ikan segar.
Chung pun berkata, ikan2 di supermarket itu tidak segar. Chung mengaku ia belum
pernah menemukan ikan segar.
“Tempat
kau berasal pasti punya banyak ikan yang bagus. Apakah kau tinggal di dekat
laut?” tanya Yoo Ran.
“Sesuatu
seperti itu.” jawab Chung.
“Kau
pasti merindukannya.” Ucap Yoo Ran.
“Tapi
ada banyak makanan enak di sini, jadi tidak apa-apa. Haruskah kita makan es
krim sebelum kembali?” jawab Chung.
“Ya,
aku merasa benar-benar tertekan, tapi aku merasa lebih baik sekarang karena aku
bertemu denganmu.” Ucap Yoo Ran.
Mereka
lalu kembali bergandengan menuju kasir. Tae Oh pun diam2 memotret mereka dan
mengirimkan fotonya ke Joon Jae. Sayangnya pada foto tersebut, tidak terlihat
wajah Yoo Ran. Tapi Joon Jae merasa tidak asing dengan sosok tersebut.
Joon Jae sendiri lagi di kantor polisi, menemui Mimi aka Detektif Hong. Detektif Hong memberikan laporan psikologis Dae Young. Ia kemudian bertanya, apa Joon Jae pernah mendengar seorang wanita yang bernama Kang Ji Yeon. Joon Jae berkata, ia tak pernah mendengar nama itu.
“Dia
adalah satu-satunya wanita yang terlibat dengan Ma Dae Young, tapi aku tidak
bisa menemukannya. Pendaftaran penduduknya dibatalkan karena keberadaannya
tidak diketahui. Kami mencurigai mereka punya anak.” Ucap Detektif Hong.
“Kemudian,
mereka masih bisa membantu dia untuk melarikan diri, entah itu si wanita atau
si anak.” Jawab Joon Jae.
“Itu
mungkin.” ucap Detektif Hong.
“Berikan
aku informasi itu juga. Nam Doo Hyung menemukan orang lebih baik dari seorang
polisi yang khas.” Jawab Joon Jae.
“Bagaimana
bisa aku terlibat dengan penipu ini?” gerutu Detektif Hong.
Joon
Jae seketika teringat di kehidupan sebelumnya, Detektif Hong sangat baik
padanya. Joon Jae lalu tersenyum dan menepuk bahu Detektif Hong.
“Polisi
kami, Petugas Hong adalah orang yang
jauh lebih baik dari yang kukira.” Ucap Joon Jae.
“Orang
ini! Apa kau gila ?! Memangnya aku terlihat seperti temanmu!” protes Detektif
Hong.
Joon Jae kemudian melihat laporan medis Dae Young dan menemukan nama Profesor Jin di sana. Detektif Hong berkata, sejak 2009, Profesor Jin menterapi Dae Young paling sering setiap beberapa bulan.
Mereka
pun langsung menemui Profesor Jin. Profesor Jin mengakui kalau Dae Young adalah
pasiennya. Detektif Hong bertanya, apa Dae Young sering menemui Profesor Jin
akhir2 ini. Profesor Jin terdiam sesaat sebelum akhirnya berkata kalau Dae
Young tidak pernah menemuinya belakangan ini. Detektif Hong percaya, namun
tidak dengan Joon Jae. Joon Jae tahu Profesor Jin berbohong saat melihat
Profesor Jin yang mengetuk-ngetuk jarinya.
Chung
mengantar Yoo Ran ke rumah Si A. Chung akhirnya menyadari kepanikan Joon Jae
dan Nam Doo saat itu karena mereka baru tahu kalau itu rumah Si A. Chung lalu
beranjak pergi padahal Yoo Ran mau mengajaknya mampir. Setelah Chung pergi, Tae
Oh pun memotret Yoo Ran yang hendak masuk rumah.
Selesai
memotret Yoo Ran, Tae Oh bergegas menyusul Chung tapi tiba2 saja, Si A muncul
di hadapannya. Si A menatap galak Tae Oh.
“Noona,
tidak seperti itu.” ucap Tae Oh.
“Apapun
yang kau pikirkan, tidak seperti itu.” jawab Tae Oh.
Tae
Oh mau cepat2 pergi karena Chung makin menjauh tapi Si A malah menahannya.
“Mau
kemana? Kau benar-benar memiliki gejala yang serius! Apa yang akan kau lakukan
dengan gambar pintu rumahku? Apakah kau ingin merasakan kehadiranku sampai
sejauh itu?” tanya Si A.
“Aku
akan gila.” gumam Tae Oh.
“Aku
akan gila juga! Kepalaku akan meledak, hanya dengan masalahku sendiri! Fakta
penting adalah bahwa tidak ada ruang untukmu dalam hatiku.” Jawab Si A.
“Tidak
apa-apa kalau tidak ada ruang, sungguh.” Ucap Tae Oh.
Tae
Oh lantas panic menyadari Chung yang sudah hilang dari pandangannya. Dan ia pun
buru-buru pergi tapi Si A mengira Tae Oh pergi karena tegurannya.
“Apa
aku terlalu keras? Cinta memang merepotkan.” Ucap Si A.
Chung sudah ada di dekat rumah. Ponselnya lalu berbunyi dan ia menjawab teleponnya dengan gembira karena mengira telepon itu dari Joon Jae tapi ternyata itu dari Chi Hyun. Chi Hyun bilang ia ada di depan rumah Joon Jae. Chi Hyun lalu melihat Chung. Wajahnya langsung berseri2 begitu melihat Chung. Chi Hyun pun langsung mendekati Chung dan membantu Chung membawakan belanjaan.
Joon Jae dan Detektif Hong keluar dari ruangan Profesor Jin. Tak lama kemudian, Joon Jae menyuruh Detektif Hong ke mobil duluan karena ada yang mau ditanyakannya pada Profesor Jin. Joon Jae lalu masuk ke ruangan Profesor Jin seorang diri.
“Dia
datang kemarin.” Ucap Profesor Jin.
“Kenapa
dia datang?” tanya Joon Jae.
“Jika
dia tidak minum obatnya, dia tidak bisa mengendalikan kejahatan alaminya.”
Jawab Profesor Jin.
“Dia seseorang yang membunuh Dam Ryung dan Sae Wa. Dia mengejar kita bahkan di sini juga.” ucap Joon Jae.
“Dia
juga melihat akhir dirinya sendiri kemarin, dan mengatakan bahwa bukan dia yang
membunuhnya.” Jawab Profesor Jin.
Joon
Jae kaget, apa? Dia tidak membunuh? Lalu siapa?
“Dia
tidak bilang padaku jadi aku juga tidak tahu.” jawab Profesor Jin.
Joon
Jae pun terdiam.
“Aku
sudah bilang kan, kamu tidak bisa
mengubah takdir semudah itu. Bahkan sekarang, kirim orang ke tempat dia berada.”
Ucap Profesor Jin.
“Apakah
Ma Dae Young kembali lagi ke sini?” tanya Joon Jae.
“Aku
sudah bilang padanya bahwa aku akan menyiapkan obatnya. Dia akan segera datang.”
jawab Profesor Jin.
“Saat
dia datang, bisakah kamu menghubungiku?” pinta Joon Jae.
“Pasti.”
Jawab Profesor Jin.
Setelah
itu, Joon Jae menerima pesan dari Tae Oh. Tae Oh meminta maaf karena kehilangan
jejak Chung.
Joon
Jae panic. Ia langsung mencari Chung bersama Detektif Hong. Detektif Hong yang
juga panic bahkan sampai melanggar lampu lalu lintas dua kali. Joon Jae menyuruh
Detektif Hong bertanggung jawab kalau sampai Chung bertemu dengan Dae Young.
Detektif Hong protes, tapi Joon Jae gak peduli. Joon Jae lantas berusaha
menghubungi Chung tapi tidak diangkat.
Chi Hyun duduk di meja restoran seorang sendiri. Di atas meja ada ponsel Chung. Ponsel Chung terus-terusan berdering. Chi Hyun yang tahu itu dari Joon Jae pun langsung mematikan ponsel Chung. Tak lama kemudian, Chung kembali. Chung tak tahu kalau Joon Jae sedang mencarinya. Chung mau ikut dengan Chi Hyun karena Chi Hyun berkata akan mentraktir Chung.
Setelah makanan disajikan, Chung bertanya Chi Hyun lebih suka disiram (saus disiram ked aging) atau dicelup (daging dicelup ke saus). Chi Hyun yang dengan ragu2 menjawab dicelup. Chung pun mengaku kalau ia juga lebih suka dicelup tapi Joon Jae suka disiram makanya mereka suka bertengkar saat makan. Mendengar nama Joon Jae, Chi Hyun pun langsung berubah kecewa.
“Berapa
lama kau tinggal dengan Joon Jae?” tanya Chi Hyun.
“Tiga
bulan.” Jawab Chung.
“Oh,
tiga bulan. Hanya kalian berdua?” tanya Chi Hyun.
“Tidak,
dengan teman-teman Heo Joon Jae juga.” jawab Chung.
“Itu
melegakan.” Ucap Chi Hyun sembari tersenyum lega.
“Apa
yang melegakan?” tanya Chung.
“Bukan
apa-apa.” Jawab Chi Hyun.
Dae Young kembali mengingat akhir mimpinya saat ia dihipnotis oleh Profesor Jin. Dalam mimpinya, ia melihat Bangsawan Yang melemparkan tombak sekuat tenaga ke arah Sae Wa. Seseorang diatas perahu juga ikut melemparkan tombak. Tepat saat itu, Dam Ryung menceburkan diri ke laut dan memeluk Sae Wa. Tombak kedua itulah yang menewaskan Dam Ryung dan Sae Wa. Si pelempar mengenakan cincin logam, namun Dae Young tak bisa mengingat wajah si pembunuh dengan jelas.
0 Comments:
Post a Comment