The Legend Of The Blue Sea Ep 15 Part 1

Sebelumnya...


Chung dalam hatinya berkata, jika Joon Jae meninggalkannya atau meninggalkan dunia ini, maka jantungnya akan berhenti.

“Jung Hoon mati karena itu juga. Yang dicintai pergi, jantungnya membeku, mengeras, dan berhenti.  Tanpamu, aku akan seperti itu juga. Kecuali aku kembali ke laut, aku mungkin akan mati.” Ucap Chung.

Joon Jae terkejut, kau akan mati?

“Kau bilang apa?” tanya Chung.

“Yang baru saja kau katakan, katakan lagi. Apanya yang berhenti dan mengeras? Apa yang akan terjadi?” jawab Joon Jae.

“Kau mendengar suaraku?” tanya Chung kaget.


“Kau bilang jantungmu akan berhenti.” Ucap Joon Jae.

“Sejak kapan kau mulai mendengarnya?” tanya Chung.

“Kau bilang kau akan mati.” Ucap Joon Jae.

“Sejak kapan kau mulai mendengar itu?” tanya Joon Jae.

“Kenapa kau akan mati?!” teriak Joon Jae, akhirnya.

“Kau! Sejak kapan kau mengetahuinya?” tanya Chung.

Joon Jae terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab bahwa ia tahu semuanya sejak awal.

“Siapa aku...dan dari mana aku berasal, kau tahu semua itu?” tanya Chung.

“Aku tahu, aku ingat semuanya. Bajingan gila yang berbagi payung denganmu saat hujan, playboy yang memegang tanganmu saat kau sendirian, si gila yang memasak ramen untukmu, adalah aku. Bahwa kau yang menyelamatkanku  saat tenggelam dan juga putri duyung yang menghapus ingatanku.” Jawab Joon Jae.

  
“Kau ingat semua itu?” tanya Chung.

“Benar. Aku ingat semuanya.” jawab Joon Jae.

“Bagaimana mungkin?” Chung bertanya2.

“Sekarang jawab aku. Apa yang kau bicarakan tentang kematian? Apa yang kau katakan tentang jantungmu yang akan berhenti?” tanya Joon Jae.

“Bukankah kau bilang kau mendengar itu semua?” tanya Chung.

“Hal itu. Apakah itu semua benar? Bahwa jika aku tidak ada, jantungmu akan berhenti? Bahwa kau...akan mati?” tanya Joon Jae.

“Kau sudah mendengar semuanya. Kau bilang kau mendengar suaraku. Memang benar. Itu seperti yang kau dengar. Ini bukan duniaku. Sekali aku keluar dari dalam air dan datang ke sini, aku dapat memiliki jantung yang berdetak hanya untukmu.” Jawab Chung.

“Jadi maksudmu… kalau aku mati, maka kau juga akan mati?” tanya Joon Jae.

“Benar. Bagaimanapun, sekali kau tidak ada, aku juga tidak akan ada.” Jawab Joon Jae.


Seketika ingatan Joon Jae melayang pada kata-kata Profesor Jin. Profesor Jin bilang, jika Joon Jae tidak mencintai wanita itu dan wanita itu juga tidak mencintai Joon Jae, maka Joon Jae dan wanita itu tidak akan mengalami. akhir yang tragis. Joon Jae dan wanita itu hanya akan saling menyakiti karena cinta itu.

“Apa yang lebih buruk dari takdir yang menyakitkan itu?” tanya Profesor Jin.

“Jadi masalahnya bukan Ma Dae Young. Akulah… yang akan membunuhmu?” tanya Joon Jae dengan wajah syok.

“Heo Joon Jae, bukan begitu.” ucap Chung.


Chung ingin menyentuh Joon Jae, mungkin dia mau menghapus ingatan Joon Jae. Tapi Joon Jae langsung menghindar.Ia tak mau Chung menghapus ingatannya. Keduanya lalu saling menatap dengan mata berkaca-kaca.


Chung menangis di kamarnya. Butiran2 mutiara yang berasal dari tangisnya, nampak berceceran di lantai. Sementara di teras, Joon Jae yang masih syok, memikirkan kata2 Profesor Jin.


“Apakah kau berpikir bahwa semua ini akan terulang sekali lagi?  Jika kau berhenti di sini dan membiarkan wanita itu kembali ke mana dia berasal, bukankah seharusnya kau dapat menghindari akhir yang menyedihkan?” ucap Profesir Jin.

Joon Jae lantas teringat akhir kisah Dam Ryung dan Sae Wa, dimana Dam Ryung mati tertusuk tombak yang dilemparkan seseorang bercincin logam demi melindungi Sae Wa dan Sae Wa mati bunuh diri dengan menusukkan tombak itu ke tubuhnya.


Tak lama kemudian, Nam Doo datang menghampiri Joon Jae. Nam Doo bertanya, apakah Joon Jae dan Chung bertengkar hebat. Joon Jae pun menjawab tidak.

“Lalu kenapa Chung menangis?” tanya Nam Doo.

“Apakah dia menangis dengan kencang?” tanya Joon Jae.

“Dia menangisi hatinya. Jika kau tidak mau bertanggung jawab sampai akhir, sebaiknya kau menyelesaikannya sekarang?” ucap Nam Doo.


“Mengapa semua orang menyuruhkuku untuk menyelesaikan semuanya? Aku bahkan belum melakukan apapun untuk dia. Apakah aku yang membuatnya menangis?” protes Joon Jae.

“Apakah aku membuatnya menangis? Kau yang melakukannya, kenapa marah padaku?” ucap Nam Doo.

“Hyung. Ketika Chung datang mencariku...itu karena keserakahannya. Tapi tidak mengirim Chung pergi...aku pikir itu adalah keserakahanku.” Jawab Chung.


“Apa yang kau bicarakan?” tanya Nam Doo bingung.

“Tapi kemudian, aku tahu itu keserakahanku, tapi aku tetap tidak ingin mendengar alasan kenapa aku harus memulangkannya. Aku tetap ingin membuat alasan supaya aku tidak harus memulangkannya. Jika hal-hal seperti ini terus berlanjut, sesuatu yang buruk dapat benar-benar terjadi padanya.” Jawab Joon Jae.

“Tapi kalau begitu, sejak dari awal, Chung... aku terus merasa bahwa Chung berhutang sesuatu padaku. Ini...aku pikir aku ingat tapi tidak...” ucap Nam Doo.


Dan Joon Jae pun langsung menggeplak kepala Nam Doo.

“Kenapa kau terus membicarakan sesuatu yang tidak kau ingat!” omel Joon Jae.

“Kenapa memukulku?” protes Nam Doo.


Joon Jae masuk ke kamarnya dan ia langsung menatap ke arah kamar Chung. Di atas, Chung ingat saat ia pertama kali mengatakan dalam hatinya kalau ia adalah putri duyung. Chung pun tersadar, itulah pertama kalinya Joon Jae bisa mendengar suaranya. Chung juga ingat saat Joon Jae melindunginya di tempat sauna agar ia tak jatuh ke air.

“Saat itu dia sudah tahu. Dia tahu semuanya.” ucap Chung.


Chung lalu ingat saat Joon Jae menciumnya di bawah tangga kamarnya.

“Dia mengetahui segalanya tapi kenapa dia melakukan itu?” tanya Chung.
Chung lantas membuka pintu kamarnya dan melihat Joon Jae yang sedang menatap ke arahnya. Chung kemudian turun dan berkata ada yang mau ia tanyakan. Chung menjelaskan, bahwa saat dirinya sedang berenang, ia ketahuan oleh Nam Doo.

  
“Jo Nam Doo menjadi orang yang benar-benar berubah. Dia mengancamku akan menjualku demi uang.” Aku Chung.

Joon Jae nampak kesal mendengarnya. Chung pun melanjutkan kalimatnya, bahwa dia lah yang menghapus ingatan Nam Doo karena Nam Doo tahu siapa dirinya.


“Tapi bagaimana denganmu? Walaupun kau tahu siapa diriku, apa kau tidak membenciku takut padaku?” tanya Chung.

“Apakah itu penting bagimu?” tanya Joon Jae.

“Ya, ini penting buatku.” Jawab Chung.


“Memang benar. Aku tidak membencimu atau takut padamu karena kau memang bersikap aneh sejak awal. Aku pikir kau memang seperti itu.” ucap Joon Jae.

“Syukurlah. Itu sudah cukup untukku. Selama kau tidak membenciku. Jujur, sejak aku tahu bahwa aku ketahuan, aku senang. Aku selalu berpikir, setiap malam sebelum aku tidur, apa aku akan ketahuan hari ini atau besok. Jika aku ketahuan, akan seperti apa reaksimu? Ekspresi wajahmu yang membenciku adalah mimpiku yang paling menakutkan.” Jawab Chung.

“Untukku, mimpi yang paling menakutkan adalah bahwa segala sesuatu akan terulang.”ucap Joon Jae.

“Mimpi bahwa segala sesuatu akan terulang kembali?” tanya Chung.

  
Esoknya, Joon Jae membawa Chung ke museum yang sudah dibuka untuk umum dan memperlihatkan lukisan Dam Ryung. Chung sedikit terkejut melihat sosok Dam Ryung itu.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku lebih tampan.” Ucap Joon Jae.

“Siapa dia?” tanya Chung.

“Seorang pria... yang mencintai putri duyung.” Jawab Joon Jae.


Joon Jae lalu menjelaskan bagaimana pria itu tenggelam saat masih dan diselamatkan putri duyung. Keduanya tumbuh bersama dan saling jatuh cinta, tapi pria itu menikah dengan wanita lain. Namun pada malam pertamanya, pria itu meninggalkan pengantinnya dan terjun ke laut agar bisa bertemu lagi dengan putri duyung. Putri duyung menciumnya dan menghilangkan semua ingatan tentangnya agar pria itu tak lagi mencarinya.Namun setelah dewasa, mereka kembali bertemu dan hubungan yang dikira sudah berakhir itu pun dimulai kembali.

“Lalu apa yang terjadi?” tanya Chung.


Joon Jae pun teringat mimpinya, bagaimana kisah itu menjadi tragedi saat Sae Wa naik ke daratan untuk menemui Dam Ryung. Sae Wa dikejar2 anak buah Bangsawan Yang. Sae Wa akhirnya tertangkap dan disiksa demi mutiara. Dam Ryung akhirnya mengembalikan Sae Wa ke lautan. Namun Bangsawan Yang terus mengintai Sae Wa. Ia melempari Sae Wa dengan tombak. Dam Ryung melompat ke air dan tertusuk tombak karena melindungi Sae Wa. Sae Wa pun menusuk dirinya dengan tombak yang menewaskan Joon Jae.


Nafas Joon Jae tercekat. Ia tak sanggup meneruskan ceritanya, namun Chung terus bertanya apanya yang akan terulang. Joon Jae pun berkata, kalau mereka hidup bahagia.


“Tidak sakit atau terluka. Punya banyak anak dan membesarkan anak mereka dengan baik.” ucap Joon Jae.

Chung tersenyum lega, namun ia tak mengerti kenapa air matanya menetes.

  
Joon Jae lalu mengajak Chung melihat keramik yang ada lukisan mereka berdua.

“Mereka pasti telah melihat kita dalam mimpi mereka juga.” ucap Joon Jae.

“Lalu kenapa kau bilang itu mimpi buruk?” tanya Chung.

Joon Jae pun gelagapan. Chung berkata, itu adalah mimpi yang indah. Apa Joon Jae takut mimpi indah itu terulang kembali. Joon Jae pun mengalihkan pembicaraan dengan melarang Chung bicara keras-keras karena itu akan mengganggu orang lain yang ada di sana.

“Mengganggu orang lain. Orang lain mana?” tanya Chung sambil memperhatikan sekelilingnya.

Joon Jae pun langsung kebingungan karena memang tak ada orang lain di sana.

“Kenapa? Apa yang kau takutkan?” tanya Chung.

  
“Hanya saja kita berada dalam situasi yang berbeda dengan waktu itu.” jawab Joon Jae.

“Apanya yang berbeda?” tanya Chung.

“Kau yang bilang, kalau kau terus di sini, kau bisa mati.” Jawab Joon Jae.

“Kalau kau terus di sisiku dan mencintaiku, jantungku akan terus berdetak. Mungkin sama bagi mereka juga, karena mereka hidup bahagia selamanya.” Ucap Chung.

“Aku bukan pria itu.” jawab Joon Jae.

“Apa maksudmu?” tanya Chung.

“Kubilang aku tak bisa yakin akan hatiku. Hal yang paling mudah berubah di dunia adalah hati seseorang. Itu sebabnya pasangan mesra bisa putus dan pernikahan yang dikira akan selamanya bisa berakhir juga. Mengetahui bahwa hidupmu tergantung pada hatiku yang bahkan aku sendiri tak tahu.” jawab Joon Jae.

“Jadi kau takut akan hal itu?” tanya Chung.

“Ya. Aku takut akan hal itu.” jawab Joon Jae.

Chung pun langsung memasang muka cemberut. Ia merasa itu tak adil, karena Joon Jae bisa mendengar suara hatinya tapi ia tak bisa mendengar suara hati Joon Jae.

“Kenapa kau harus mendengar isi hati seseorang yang hanya mengatakan kebenaran?” tanya Joon Jae.

Joon Jae lalu beranjak pergi. Sementara Chung menatap kepergian Joon Jae dengan wajah sebal. Ia tak setuju kalau Joon Jae orang yang jujur, karena dia tahu Joon Jae itu penipu.


Yoo Ran terus berusaha menghubungi nomor istri Sopir Nam, tapi sayangnya nomor itu sudah tak bisa dihubungi. Yoo Ran tak sadar, seseorang tengah mengawasinya dan bahkan mengikutinya sampai ke rumah.


Joon Jae masuk ke kamarnya dan langsung disamperin Chung. Chung mengajaknya melakukan sesuatu. Chung mengaku, bahwa ia tak mau membuat Joon Jae merasa terbebani atau takut karenanya.

“Jadi?” tanya Joon Jae.

“Sebaiknya kita hapus peristiwa kemarin. Yang kemarin saja.” Jawab Chung.

Joon Jae kaget, apa?

“Kalau kita hanya menghapus yang kemarin dari otakmu, kita bisa kembali ke sebelumnya. Kau tidak akan merasa terbebani atau apa.” Jawab Chung.

“Apa yang kau katakan?” tanya Joon Jae.

“Aku bisa melakukannya. Kalau aku mengontrol kekuatanku dengan baik... kurasa aku bisa membuatnya berhasil.” Jawab Chung.

“Apanya yang berhasil?” tanya Joon Jae.

“Tidak semudah melakukannya di air, dan aku agak kekurangan stamina karena sudah lama di darat. Tapi aku akan melakukan yang terbaik, ya? Tidak banyak, tapi hanya sedikit. Mungkin satu atau setengah hari.” Jawab Chung.

“Apa yang dibicarakan gadis ini?” tanya Joon Jae.

“Tutup saja matamu rapat-rapat dan tahan.” Suruh Chung.

“Kenapa aku harus menutup mataku?!” tolak Joon Jae.

“Tidak akan sakit. Tunggu sebentar.” Ucap Chung.


Chung pun mulai mendekati Joon Jae untuk menciumnya. Joon Jae menghindar. Chung terus mengejar Joon Jae hingga akhirnya Joon Jae terdesak ke dinding. Chung membujuk Joon Jae dengan berkata, tidak akan sakit jadi Joon Jae harus percaya padanya. Chung pun mulai menahan kedua tangan Joon Jae di dinding. Joon Jae yang tidak mau, menghempaskan tangan Chung dan berlari keluar.

Mereka kejar-kejaran diluar. Nam Doo yang duduk bersama Tae Oh di dapur heran melihat keduanya. Sementara Tae Oh, dia cemburu! Chung terus mengejar Joon Jae, hingga akhirnya keduanya jatuh di sofa dan Chung masih berusaha mencium Joon Jae.

“Hei, apa yang mereka lakukan? Apa mereka sedang main tangkap aku kalau bisa? Kemarin dia menangis seperti bumi runtuh dan tangisannya menciptakan badai.” Ucap Nam Doo.

Tae Oh yang cemburu langsung pergi ke kamarnya tanpa berkata apapun.


Saat tidur, Joon Jae dengan sengaja menguasai kasur dan selimutnya biar Chung gak punya kesempatan untuk berada di dekatnya dan menciumnya. Tak lama, Chung membuka pintu kamarnya dan bertanya, apa benar2 tidak boleh. Dan Joon Jae menyuruh Chung menutup pintu kamar.

“Akan bagus kalau aku bisa menghapus setengah hari saja.” Ucap Chung.

“Apa menghapus hari itu membuat semuanya tidak terjadi? Sudah kukatakan. Apa yang akan kau lakukan kalau aku berubah pikiran dan tidak menyukaimu lagi?” tanya Joon Jae.

“Heo Joon Jae, aku putri duyung yang pandai menilai orang. Kau pikir aku akan datang sejauh ini untuk mengikuti pria yang mudah berubah pikiran? Aku tahu begitu melihatmu, bahwa kau adalah seseorang yang layak untuk kucintai seumur hidup.”jawab Chung.

“Katamu ada yang salah dengan matamu.” Ucap Joon Jae.

Chung pun bingung, apa?


Joon Jae lalu mengingatkan Chung tentang apa yang Chung katakan dalam hati saat mereka lagi marahan kemarin

“Ada yang salah dengan mataku. Aku dulu naif.  Apa yang kutahu ketika aku menjalani seluruh hidupku di air, dan ini pertama kalinya ke darat? Heo Joon Jae hanya pria pertama yang kutemui. Dia pikir dia pria paling tampan di dunia, ketika aku nonton TV, ternyata ada banyak. Dia pasien yang menderita sindrom pangeran.” Ucap Chung saat itu.

“Jadi kau dengar semua itu? Kau bisa berpikir apa saja ketika marah. Bukan karena kau sedikit berpikiran sempit untuk pura-pura tidak mendengar apa pun padahal dengar semuanya.”jelas Chung.

Chung pun bergegas turun dan berkata akan lebih baik kalau ia menghapus ingatan Joon Jae seminggu ini. Joon Jae yang tak mau pun akhirnya mengalihkan pembicaraan dengan menawarkan liburan ke laut timur, atau haruskah ia memberi Chung tiket pesawat ke suatu tempat, seperti Boracay.

“Lautan itu pasti hangat dan menyenangkan. Aku akan mengunjungimu dari waktu ke waktu. Aku bisa menemuimu ketika pergi surfing.

“Baiklah. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Mari kita tidur sambil pegangan tangan.” Ucap Chung.

Tapi Joon Jae tidak percaya.

“Aku serius. Aku tidak akan melakukan apa-apa. Hanya tidur sambil memegang tanganmu. Kau tidak percaya?” ucap Chung.

“Benar-benar tidak.” Jawab Joon Jae, lalu menutupi kepalanya dengan selimut.

“Dia tidak tertipu.” Ucap Chung dalam hati.

“Aku bisa dengar itu. Kau sendiri melakukan hal yang baik. Kau putri duyung yang seharusnya naif dan polos, tapi kau begitu vulgar, bahkan pandai berbohong! Coba bacalah dongeng saat senggang. Di antara leluhurmu tidak ada yang playgirl sepertimu!” jawab Joon Jae.

“Astaga.” Dengus Chung kesal, lalu bersiap ke atas.

“Kau yakin tidak akan melakukan apa-apa padaku?” tanya Joon Jae.

Chung pun langsung berbalik dan berkata, ia berjanji.

Joon Jae tersenyum dan langsung menyuruh Chung rebahan disampingnya. Begitu Chung rebahan disampingnya, Joon Jae pun melarang Chung melakukan apapun karena dia akan memeriksa apakah jantung Chung baik2 saja. Joon Jae lantas mendekap Chung erat.


Keesokan harinya, Seo Hee diantar sopirnya yang kemarin mengikuti Yoo Ran, sedang menuju suatu tempat. Seo Hee terkejut, saat tau Yoo Ran pembantunya Jin Joo. Seo Hee lalu teringat saat ia dan Chi Hyun juga CEO Heo menyantap kepiting saus kecap bikinan pembantunya Jin Joo yang tak lain adalah Yoo Ran. CEO Heo sempat tertegun saat mencicipi rasa kepiting itu.

Seo Hee tersenyum kesal menyadari ia, suami dan anaknya menyantap masakannya Yoo Ran. Tak lama, ia menyuruh sopirnya ke rumah Jin Joo.


Jin Joo sedikit terkejut Seo Hee datang mengunjunginya. Jin Joo menanyakan soal insiden waktu itu, apa Seo Hee akan melupakannya.

“Of course. Siapa saja bisa seperti itu kalau sedang mabuk.” Jawab Seo Hee.
Seo Hee lalu minta dibuatkan secangkir teh. Tapi Jin Joo malah menawarkan kopi dan menyuruh Yoo Ran membuatkan dua cangkir kopi yang enak. Seo Hee lalu bertanya, tentang Yoo Ran yang membuatkan masakan untuknya dan keluarganya.

“Itu benar. Kau bilang suamimu menyukainya, kan? Mau gimana lagi. Dia bilang dia akan berhenti.”jawab Jin Joo.

“Berhenti?” tanya Seo Hee.

“Ya. Dia pekerja yang baik. Dia pasti dapat tawaran dari tempat lain atau apa. Dia tiba-tiba bilang mau berhenti.” Jawab Jin Joo.


Tak lama kemudian, Yoo Ran pun datang membawa dua cangkir kopi dan ia langsung terdiam menahan kekesalannya begitu melihat Seo Hee. Yoo Ran baru mendekat dan meletakkan cangkir itu di meja setelah Jin Joo memanggilnya. Setelah meletakkan cangkir itu, Yoo Ran mau pergi tapi Seo Hee langsung memuji keahlian memasak Yoo Ran.

“Kami sangat menikmati masakanmu. Kudengar kau mau berhenti. Sudah memutuskan mau ke mana? Kalau belum, bagaimana dengan rumahku?” tanya Seo Hee.


Yoo Ran yang tadinya malas meladeni Seo Hee, akhirnya berbalik dan setuju kerja di rumah Yoo Ran.Mendengar itu, Jin Joo yang lagi minum pun langsung menyemburkan minumannya dan berpikir kalau Yoo Ran sedang mabuk.

“Bolehkah aku memasak di rumahmu? Kau tidak akan menyerahkan kamar utama, tapi dapur tidak apa-apa?” ucap Yoo Ran.


Seo Hee tersenyum kesal mendengarnya.

“Aku tidak tahu kenapa kau di sini atau apa yang ingin kau cari tahu. Tapi kau salah. Satu-satunya alasan aku hidup seperti orang mati adalah karena kau mungkin membahayakan Joon Jae. Sekarang tidak ada yang dapat menghentikan diriku.” ucap Yoo Ran.


Jin Joo yang tak tahu apa2, makin panic dengan sikap Yoo Ran. Tak lama kemudian, Seo Hee menyuruh Jin Joo pergi karena ia mau bicara berdua saja dengan Yoo Ran.Tapi saat Jin Joo mau pergi, Yoo Ran pun menjelaskan semuanya pada Jin Joo.

“Kau pernah bilang ada wanita berhati busuk yang mencuri suami temannya dan mengambil tempatnya. Kau tidak tahu di mana istri pertamanya, yang disingkirkan. Itu aku. Istri pertama yang disingkirkan. Dan orang ini adalah wanita berhati busuk itu.” ucap Yoo Ran.

Jin Joo terkejut mendengarnya. Sementara Seo Hee? Dia kesal bukan main.


Jin Joo lari ke kamarnya dan langsung menghubungi temannya untuk memberitahukan soal istri pertama CEO Heo. Ia dengan wajah bangga berkata, bahwa rumahnya akan menjadi situs sejarah.

Seo Hee meninggalkan rumah Jin Joo dengan wajah kesal.


Di rumahnya, Joon Jae dan Nam Doo sedang membahas soal Kang Ji Yeon bersama Detektif Hong dan asisten Detektif Hong.

“Hyung, bukankah kau pernah menyelidiki tentang Kang Ji Yeon yang kukatakan sebelumnya?” tanya Joon Jae.

“Ya, aku melakukan penelusuran, tapi aku tidak pernah melakukan penyelidikan yang membuat bulu kudukku berdiri seperti ini. Orang-orang dan hal-hal yang menyelimuti wanita ini semuanya mencurigakan.” Jawab Nam Doo.

“Dia menikah dua kali dan kedua suaminya mati setelah menjadi buta.” Sambung Detektif Hong.


“Tapi dia punya alibi dan mereka didiagnosis, sehingga Kang Ji Yeon memenangkan keseluruhan asuransi setelah kematian mereka. Tapi itu belum semuanya.Wanita ini adalah seorang yatim piatu sehingga dia diadopsi, tapi semua anggota keluarga adopsinya meninggal dengan misterius.” Ucap Nam Doo.

“Apakah itu sungguhan?” tanya Joon Jae.

“Kita baru saja merinding.” Jawab Nam Doo.

“Jadi bagaimana sekarang? Dimana dia?” tanya Joon Jae.

“Kita tidak bisa tahu keberadaannya saat ini sama sekali. Tapi kalau itu seorang wanita dari teman sekelasnya, aku berpikir dia mungkin hidup di bawah identitas yang berbeda. Tapi masalahnya adalah, ada fakta mencengangkan lain.” Jawab Nam Doo.

“Berhenti membocorkan info sepotong demi sepotong, ungkapkan semuanya dalam sekali cerita.” Sewot Detektif Hong.

“Aku harus melakukannya seperti ini agar ada sensasi. Fakta yang mencengangkan lainnya adalah bahwa Kang Ji Hyun ini dari Jecheon. Aku terus bertanya-tanya di mana aku terus melihat nama SMA-nya, tapi itu dari selama waktu aku mencari ibumu. Dia berasal dari SMA yang sama.” Jawab Nam Doo.

Joon Jae pun merasa bingung mendengarnya.


Seo Hee menjemput CEO Heo di rumah sakit. Di depan mobil, sudah ada seseorang yang menunggu mereka. Begitu sudah di mobil, Seo Hee memperkenalkan seketaris baru sekaligus sopir yang akan menggantikan tugas Sopir Nam. Siapakah dia?? Dia adalah Ma Dae Young!


0 Comments:

Post a Comment