Chung dalam hatinya berkata, jika Joon Jae meninggalkannya atau meninggalkan dunia ini, maka jantungnya akan berhenti.
“Jung Hoon mati karena
itu juga. Yang dicintai pergi, jantungnya membeku, mengeras, dan berhenti. Tanpamu, aku akan seperti itu juga. Kecuali
aku kembali ke laut, aku mungkin akan mati.” Ucap Chung.
Joon Jae terkejut, kau
akan mati?
“Kau bilang apa?” tanya
Chung.
“Yang baru saja kau
katakan, katakan lagi. Apanya yang berhenti dan mengeras? Apa yang akan
terjadi?” jawab Joon Jae.
“Kau mendengar suaraku?”
tanya Chung kaget.
“Kau bilang jantungmu
akan berhenti.” Ucap Joon Jae.
“Sejak kapan kau mulai
mendengarnya?” tanya Chung.
“Kau bilang kau akan
mati.” Ucap Joon Jae.
“Sejak kapan kau mulai
mendengar itu?” tanya Joon Jae.
“Kenapa kau akan mati?!”
teriak Joon Jae, akhirnya.
“Kau! Sejak kapan kau mengetahuinya?”
tanya Chung.
Joon Jae terdiam
sejenak, sebelum akhirnya menjawab bahwa ia tahu semuanya sejak awal.
“Siapa aku...dan dari
mana aku berasal, kau tahu semua itu?” tanya Chung.
“Aku tahu, aku ingat
semuanya. Bajingan gila yang berbagi payung denganmu saat hujan, playboy yang
memegang tanganmu saat kau sendirian, si gila yang memasak ramen untukmu,
adalah aku. Bahwa kau yang menyelamatkanku saat tenggelam dan juga putri duyung yang
menghapus ingatanku.” Jawab Joon Jae.
“Benar. Aku ingat
semuanya.” jawab Joon Jae.
“Bagaimana mungkin?”
Chung bertanya2.
“Sekarang jawab aku.
Apa yang kau bicarakan tentang kematian? Apa yang kau katakan tentang jantungmu
yang akan berhenti?” tanya Joon Jae.
“Bukankah kau bilang kau
mendengar itu semua?” tanya Chung.
“Hal itu. Apakah itu
semua benar? Bahwa jika aku tidak ada, jantungmu akan berhenti? Bahwa kau...akan
mati?” tanya Joon Jae.
“Kau sudah mendengar
semuanya. Kau bilang kau mendengar suaraku. Memang benar. Itu seperti yang kau
dengar. Ini bukan duniaku. Sekali aku keluar dari dalam air dan datang ke sini,
aku dapat memiliki jantung yang berdetak hanya untukmu.” Jawab Chung.
“Jadi maksudmu… kalau
aku mati, maka kau juga akan mati?” tanya Joon Jae.
“Benar. Bagaimanapun,
sekali kau tidak ada, aku juga tidak akan ada.” Jawab Joon Jae.
Seketika ingatan Joon
Jae melayang pada kata-kata Profesor Jin. Profesor Jin bilang, jika Joon Jae
tidak mencintai wanita itu dan wanita itu juga tidak mencintai Joon Jae, maka
Joon Jae dan wanita itu tidak akan mengalami. akhir yang tragis. Joon Jae dan
wanita itu hanya akan saling menyakiti karena cinta itu.
“Apa yang lebih buruk
dari takdir yang menyakitkan itu?” tanya Profesor Jin.
“Jadi masalahnya bukan
Ma Dae Young. Akulah… yang akan membunuhmu?” tanya Joon Jae dengan wajah syok.
“Heo Joon Jae, bukan
begitu.” ucap Chung.
Chung ingin menyentuh Joon Jae, mungkin dia mau menghapus ingatan Joon Jae. Tapi Joon Jae langsung menghindar.Ia tak mau Chung menghapus ingatannya. Keduanya lalu saling menatap dengan mata berkaca-kaca.
Chung menangis di kamarnya. Butiran2 mutiara yang berasal dari tangisnya, nampak berceceran di lantai. Sementara di teras, Joon Jae yang masih syok, memikirkan kata2 Profesor Jin.
“Apakah kau berpikir bahwa semua ini akan terulang sekali lagi? Jika kau berhenti di sini dan membiarkan wanita itu kembali ke mana dia berasal, bukankah seharusnya kau dapat menghindari akhir yang menyedihkan?” ucap Profesir Jin.
Joon Jae lantas
teringat akhir kisah Dam Ryung dan Sae Wa, dimana Dam Ryung mati tertusuk
tombak yang dilemparkan seseorang bercincin logam demi melindungi Sae Wa dan
Sae Wa mati bunuh diri dengan menusukkan tombak itu ke tubuhnya.
Tak lama kemudian, Nam Doo datang menghampiri Joon Jae. Nam Doo bertanya, apakah Joon Jae dan Chung bertengkar hebat. Joon Jae pun menjawab tidak.
“Lalu kenapa Chung
menangis?” tanya Nam Doo.
“Apakah dia menangis
dengan kencang?” tanya Joon Jae.
“Dia menangisi hatinya.
Jika kau tidak mau bertanggung jawab sampai akhir, sebaiknya kau
menyelesaikannya sekarang?” ucap Nam Doo.
“Mengapa semua orang menyuruhkuku
untuk menyelesaikan semuanya? Aku bahkan belum melakukan apapun untuk dia. Apakah
aku yang membuatnya menangis?” protes Joon Jae.
“Apakah aku membuatnya
menangis? Kau yang melakukannya, kenapa marah padaku?” ucap Nam Doo.
“Hyung. Ketika Chung
datang mencariku...itu karena keserakahannya. Tapi tidak mengirim Chung
pergi...aku pikir itu adalah keserakahanku.” Jawab Chung.
“Apa yang kau
bicarakan?” tanya Nam Doo bingung.
“Tapi kemudian, aku
tahu itu keserakahanku, tapi aku tetap tidak ingin mendengar alasan kenapa aku
harus memulangkannya. Aku tetap ingin membuat alasan supaya aku tidak harus
memulangkannya. Jika hal-hal seperti ini terus berlanjut, sesuatu yang buruk
dapat benar-benar terjadi padanya.” Jawab Joon Jae.
“Tapi kalau begitu,
sejak dari awal, Chung... aku terus merasa bahwa Chung berhutang sesuatu padaku.
Ini...aku pikir aku ingat tapi tidak...” ucap Nam Doo.
Dan Joon Jae pun
langsung menggeplak kepala Nam Doo.
“Kenapa kau terus
membicarakan sesuatu yang tidak kau ingat!” omel Joon Jae.
“Kenapa memukulku?”
protes Nam Doo.
Joon Jae masuk ke kamarnya dan ia langsung menatap ke arah kamar Chung. Di atas, Chung ingat saat ia pertama kali mengatakan dalam hatinya kalau ia adalah putri duyung. Chung pun tersadar, itulah pertama kalinya Joon Jae bisa mendengar suaranya. Chung juga ingat saat Joon Jae melindunginya di tempat sauna agar ia tak jatuh ke air.
“Saat itu dia sudah
tahu. Dia tahu semuanya.” ucap Chung.
Chung lalu ingat saat
Joon Jae menciumnya di bawah tangga kamarnya.
“Dia mengetahui
segalanya tapi kenapa dia melakukan itu?” tanya Chung.
Chung lantas membuka
pintu kamarnya dan melihat Joon Jae yang sedang menatap ke arahnya. Chung
kemudian turun dan berkata ada yang mau ia tanyakan. Chung menjelaskan, bahwa
saat dirinya sedang berenang, ia ketahuan oleh Nam Doo.
“Jo Nam Doo menjadi orang yang benar-benar berubah. Dia mengancamku akan menjualku demi uang.” Aku Chung.
Joon Jae nampak kesal
mendengarnya. Chung pun melanjutkan kalimatnya, bahwa dia lah yang menghapus
ingatan Nam Doo karena Nam Doo tahu siapa dirinya.
“Tapi bagaimana denganmu? Walaupun kau tahu siapa diriku, apa kau tidak membenciku takut padaku?” tanya Chung.
“Apakah itu penting
bagimu?” tanya Joon Jae.
“Ya, ini penting
buatku.” Jawab Chung.
“Memang benar. Aku
tidak membencimu atau takut padamu karena kau memang bersikap aneh sejak awal.
Aku pikir kau memang seperti itu.” ucap Joon Jae.
“Syukurlah. Itu sudah
cukup untukku. Selama kau tidak membenciku. Jujur, sejak aku tahu bahwa aku
ketahuan, aku senang. Aku selalu berpikir, setiap malam sebelum aku tidur, apa
aku akan ketahuan hari ini atau besok. Jika aku ketahuan, akan seperti apa
reaksimu? Ekspresi wajahmu yang membenciku adalah mimpiku yang paling
menakutkan.” Jawab Chung.
“Untukku, mimpi yang
paling menakutkan adalah bahwa segala sesuatu akan terulang.”ucap Joon Jae.
“Mimpi bahwa segala
sesuatu akan terulang kembali?” tanya Chung.
Esoknya, Joon Jae membawa Chung ke museum yang sudah dibuka untuk umum dan memperlihatkan lukisan Dam Ryung. Chung sedikit terkejut melihat sosok Dam Ryung itu.
“Aku tahu apa yang kau
pikirkan, tapi aku lebih tampan.” Ucap Joon Jae.
“Siapa dia?” tanya
Chung.
“Seorang pria... yang
mencintai putri duyung.” Jawab Joon Jae.
Joon Jae lalu
menjelaskan bagaimana pria itu tenggelam saat masih dan diselamatkan putri
duyung. Keduanya tumbuh bersama dan saling jatuh cinta, tapi pria itu menikah
dengan wanita lain. Namun pada malam pertamanya, pria itu meninggalkan
pengantinnya dan terjun ke laut agar bisa bertemu lagi dengan putri duyung.
Putri duyung menciumnya dan menghilangkan semua ingatan tentangnya agar pria
itu tak lagi mencarinya.Namun setelah dewasa, mereka kembali bertemu dan
hubungan yang dikira sudah berakhir itu pun dimulai kembali.
“Lalu apa yang
terjadi?” tanya Chung.
Joon Jae pun teringat
mimpinya, bagaimana kisah itu menjadi tragedi saat Sae Wa naik ke daratan untuk
menemui Dam Ryung. Sae Wa dikejar2 anak buah Bangsawan Yang. Sae Wa akhirnya
tertangkap dan disiksa demi mutiara. Dam Ryung akhirnya mengembalikan Sae Wa ke
lautan. Namun Bangsawan Yang terus mengintai Sae Wa. Ia melempari Sae Wa dengan
tombak. Dam Ryung melompat ke air dan tertusuk tombak karena melindungi Sae Wa.
Sae Wa pun menusuk dirinya dengan tombak yang menewaskan Joon Jae.
Nafas Joon Jae
tercekat. Ia tak sanggup meneruskan ceritanya, namun Chung terus bertanya
apanya yang akan terulang. Joon Jae pun berkata, kalau mereka hidup bahagia.
“Tidak sakit atau
terluka. Punya banyak anak dan membesarkan anak mereka dengan baik.” ucap Joon
Jae.
Chung tersenyum lega,
namun ia tak mengerti kenapa air matanya menetes.
“Mereka pasti telah
melihat kita dalam mimpi mereka juga.” ucap Joon Jae.
“Lalu kenapa kau bilang
itu mimpi buruk?” tanya Chung.
Joon Jae pun gelagapan. Chung berkata, itu adalah mimpi yang indah. Apa Joon Jae takut mimpi indah itu terulang kembali. Joon Jae pun mengalihkan pembicaraan dengan melarang Chung bicara keras-keras karena itu akan mengganggu orang lain yang ada di sana.
“Mengganggu orang lain.
Orang lain mana?” tanya Chung sambil memperhatikan sekelilingnya.
Joon Jae pun langsung
kebingungan karena memang tak ada orang lain di sana.
“Kenapa? Apa yang kau
takutkan?” tanya Chung.
“Apanya yang berbeda?”
tanya Chung.
“Kau yang bilang, kalau
kau terus di sini, kau bisa mati.” Jawab Joon Jae.
“Kalau kau terus di
sisiku dan mencintaiku, jantungku akan terus berdetak. Mungkin sama bagi mereka
juga, karena mereka hidup bahagia selamanya.” Ucap Chung.
“Aku bukan pria itu.”
jawab Joon Jae.
“Apa maksudmu?” tanya
Chung.
“Kubilang aku tak bisa
yakin akan hatiku. Hal yang paling mudah berubah di dunia adalah hati
seseorang. Itu sebabnya pasangan mesra bisa putus dan pernikahan yang dikira
akan selamanya bisa berakhir juga. Mengetahui bahwa hidupmu tergantung pada
hatiku yang bahkan aku sendiri tak tahu.” jawab Joon Jae.
“Jadi kau takut akan
hal itu?” tanya Chung.
“Ya. Aku takut akan hal
itu.” jawab Joon Jae.
Chung pun langsung
memasang muka cemberut. Ia merasa itu tak adil, karena Joon Jae bisa mendengar
suara hatinya tapi ia tak bisa mendengar suara hati Joon Jae.
“Kenapa kau harus
mendengar isi hati seseorang yang hanya mengatakan kebenaran?” tanya Joon Jae.
Joon Jae lalu beranjak
pergi. Sementara Chung menatap kepergian Joon Jae dengan wajah sebal. Ia tak
setuju kalau Joon Jae orang yang jujur, karena dia tahu Joon Jae itu penipu.
Yoo Ran terus berusaha menghubungi nomor istri Sopir Nam, tapi sayangnya nomor itu sudah tak bisa dihubungi. Yoo Ran tak sadar, seseorang tengah mengawasinya dan bahkan mengikutinya sampai ke rumah.
Joon Jae masuk ke
kamarnya dan langsung disamperin Chung. Chung mengajaknya melakukan sesuatu.
Chung mengaku, bahwa ia tak mau membuat Joon Jae merasa terbebani atau takut
karenanya.
“Jadi?” tanya Joon Jae.
“Sebaiknya kita hapus
peristiwa kemarin. Yang kemarin saja.” Jawab Chung.
Joon Jae kaget, apa?
“Kalau kita hanya
menghapus yang kemarin dari otakmu, kita bisa kembali ke sebelumnya. Kau tidak
akan merasa terbebani atau apa.” Jawab Chung.
“Apa yang kau katakan?”
tanya Joon Jae.
“Aku bisa melakukannya. Kalau aku mengontrol kekuatanku dengan baik... kurasa aku bisa membuatnya berhasil.” Jawab Chung.
“Apanya yang berhasil?”
tanya Joon Jae.
“Tidak semudah
melakukannya di air, dan aku agak kekurangan stamina karena sudah lama di
darat. Tapi aku akan melakukan yang terbaik, ya? Tidak banyak, tapi hanya
sedikit. Mungkin satu atau setengah hari.” Jawab Chung.
“Apa yang dibicarakan
gadis ini?” tanya Joon Jae.
“Tutup saja matamu
rapat-rapat dan tahan.” Suruh Chung.
“Kenapa aku harus menutup
mataku?!” tolak Joon Jae.
“Tidak akan sakit.
Tunggu sebentar.” Ucap Chung.
Chung pun mulai mendekati Joon Jae untuk menciumnya. Joon Jae menghindar. Chung terus mengejar Joon Jae hingga akhirnya Joon Jae terdesak ke dinding. Chung membujuk Joon Jae dengan berkata, tidak akan sakit jadi Joon Jae harus percaya padanya. Chung pun mulai menahan kedua tangan Joon Jae di dinding. Joon Jae yang tidak mau, menghempaskan tangan Chung dan berlari keluar.
Mereka kejar-kejaran
diluar. Nam Doo yang duduk bersama Tae Oh di dapur heran melihat keduanya.
Sementara Tae Oh, dia cemburu! Chung terus mengejar Joon Jae, hingga akhirnya
keduanya jatuh di sofa dan Chung masih berusaha mencium Joon Jae.
“Hei, apa yang mereka
lakukan? Apa mereka sedang main tangkap aku kalau bisa? Kemarin dia menangis
seperti bumi runtuh dan tangisannya menciptakan badai.” Ucap Nam Doo.
Tae Oh yang cemburu
langsung pergi ke kamarnya tanpa berkata apapun.
Saat tidur, Joon Jae dengan sengaja menguasai kasur dan selimutnya biar Chung gak punya kesempatan untuk berada di dekatnya dan menciumnya. Tak lama, Chung membuka pintu kamarnya dan bertanya, apa benar2 tidak boleh. Dan Joon Jae menyuruh Chung menutup pintu kamar.
“Akan bagus kalau aku
bisa menghapus setengah hari saja.” Ucap Chung.
“Apa menghapus hari itu
membuat semuanya tidak terjadi? Sudah kukatakan. Apa yang akan kau lakukan
kalau aku berubah pikiran dan tidak menyukaimu lagi?” tanya Joon Jae.
“Heo Joon Jae, aku
putri duyung yang pandai menilai orang. Kau pikir aku akan datang sejauh ini
untuk mengikuti pria yang mudah berubah pikiran? Aku tahu begitu melihatmu,
bahwa kau adalah seseorang yang layak untuk kucintai seumur hidup.”jawab Chung.
“Katamu ada yang salah
dengan matamu.” Ucap Joon Jae.
Chung pun bingung, apa?
Joon Jae lalu
mengingatkan Chung tentang apa yang Chung katakan dalam hati saat mereka lagi
marahan kemarin
“Ada yang salah dengan mataku. Aku dulu naif. Apa yang kutahu ketika aku menjalani seluruh
hidupku di air, dan ini pertama kalinya ke darat? Heo Joon Jae hanya pria
pertama yang kutemui. Dia pikir dia pria paling tampan di dunia, ketika aku
nonton TV, ternyata ada banyak. Dia pasien yang menderita sindrom pangeran.”
Ucap Chung saat itu.
“Jadi kau dengar semua
itu? Kau bisa berpikir apa saja ketika marah. Bukan karena kau sedikit
berpikiran sempit untuk pura-pura tidak mendengar apa pun padahal dengar
semuanya.”jelas Chung.
Chung pun bergegas
turun dan berkata akan lebih baik kalau ia menghapus ingatan Joon Jae seminggu
ini. Joon Jae yang tak mau pun akhirnya mengalihkan pembicaraan dengan
menawarkan liburan ke laut timur, atau haruskah ia memberi Chung tiket pesawat
ke suatu tempat, seperti Boracay.
“Lautan itu pasti
hangat dan menyenangkan. Aku akan mengunjungimu dari waktu ke waktu. Aku bisa
menemuimu ketika pergi surfing.
“Baiklah. Aku tidak
akan melakukan apa-apa padamu. Mari kita tidur sambil pegangan tangan.” Ucap
Chung.
Tapi Joon Jae tidak
percaya.
“Aku serius. Aku tidak
akan melakukan apa-apa. Hanya tidur sambil memegang tanganmu. Kau tidak
percaya?” ucap Chung.
“Benar-benar tidak.”
Jawab Joon Jae, lalu menutupi kepalanya dengan selimut.
“Dia tidak tertipu.”
Ucap Chung dalam hati.
“Aku bisa dengar itu. Kau
sendiri melakukan hal yang baik. Kau putri duyung yang seharusnya naif dan
polos, tapi kau begitu vulgar, bahkan pandai berbohong! Coba bacalah dongeng
saat senggang. Di antara leluhurmu tidak ada yang playgirl sepertimu!” jawab
Joon Jae.
“Astaga.” Dengus Chung
kesal, lalu bersiap ke atas.
“Kau yakin tidak akan
melakukan apa-apa padaku?” tanya Joon Jae.
Chung pun langsung
berbalik dan berkata, ia berjanji.
Joon Jae tersenyum dan
langsung menyuruh Chung rebahan disampingnya. Begitu Chung rebahan
disampingnya, Joon Jae pun melarang Chung melakukan apapun karena dia akan
memeriksa apakah jantung Chung baik2 saja. Joon Jae lantas mendekap Chung erat.
Keesokan harinya, Seo Hee diantar sopirnya yang kemarin mengikuti Yoo Ran, sedang menuju suatu tempat. Seo Hee terkejut, saat tau Yoo Ran pembantunya Jin Joo. Seo Hee lalu teringat saat ia dan Chi Hyun juga CEO Heo menyantap kepiting saus kecap bikinan pembantunya Jin Joo yang tak lain adalah Yoo Ran. CEO Heo sempat tertegun saat mencicipi rasa kepiting itu.
Seo Hee tersenyum kesal menyadari ia, suami dan anaknya menyantap masakannya Yoo Ran. Tak lama, ia menyuruh sopirnya ke rumah Jin Joo.
Jin Joo sedikit
terkejut Seo Hee datang mengunjunginya. Jin Joo menanyakan soal insiden waktu
itu, apa Seo Hee akan melupakannya.
“Of course. Siapa saja
bisa seperti itu kalau sedang mabuk.” Jawab Seo Hee.
Seo Hee lalu minta
dibuatkan secangkir teh. Tapi Jin Joo malah menawarkan kopi dan menyuruh Yoo
Ran membuatkan dua cangkir kopi yang enak. Seo Hee lalu bertanya, tentang Yoo
Ran yang membuatkan masakan untuknya dan keluarganya.
“Itu benar. Kau bilang
suamimu menyukainya, kan? Mau gimana lagi. Dia bilang dia akan berhenti.”jawab
Jin Joo.
“Berhenti?” tanya Seo
Hee.
“Ya. Dia pekerja yang
baik. Dia pasti dapat tawaran dari tempat lain atau apa. Dia tiba-tiba bilang
mau berhenti.” Jawab Jin Joo.
Tak lama kemudian, Yoo Ran pun datang membawa dua cangkir kopi dan ia langsung terdiam menahan kekesalannya begitu melihat Seo Hee. Yoo Ran baru mendekat dan meletakkan cangkir itu di meja setelah Jin Joo memanggilnya. Setelah meletakkan cangkir itu, Yoo Ran mau pergi tapi Seo Hee langsung memuji keahlian memasak Yoo Ran.
“Kami sangat menikmati
masakanmu. Kudengar kau mau berhenti. Sudah memutuskan mau ke mana? Kalau
belum, bagaimana dengan rumahku?” tanya Seo Hee.
Yoo Ran yang tadinya malas meladeni Seo Hee, akhirnya berbalik dan setuju kerja di rumah Yoo Ran.Mendengar itu, Jin Joo yang lagi minum pun langsung menyemburkan minumannya dan berpikir kalau Yoo Ran sedang mabuk.
“Bolehkah aku memasak
di rumahmu? Kau tidak akan menyerahkan kamar utama, tapi dapur tidak apa-apa?”
ucap Yoo Ran.
Seo Hee tersenyum kesal
mendengarnya.
“Aku tidak tahu kenapa kau
di sini atau apa yang ingin kau cari tahu. Tapi kau salah. Satu-satunya alasan
aku hidup seperti orang mati adalah karena kau mungkin membahayakan Joon Jae. Sekarang
tidak ada yang dapat menghentikan diriku.” ucap Yoo Ran.
Jin Joo yang tak tahu apa2, makin panic dengan sikap Yoo Ran. Tak lama kemudian, Seo Hee menyuruh Jin Joo pergi karena ia mau bicara berdua saja dengan Yoo Ran.Tapi saat Jin Joo mau pergi, Yoo Ran pun menjelaskan semuanya pada Jin Joo.
“Kau pernah bilang ada
wanita berhati busuk yang mencuri suami temannya dan mengambil tempatnya. Kau
tidak tahu di mana istri pertamanya, yang disingkirkan. Itu aku. Istri pertama
yang disingkirkan. Dan orang ini adalah wanita berhati busuk itu.” ucap Yoo
Ran.
Jin Joo terkejut
mendengarnya. Sementara Seo Hee? Dia kesal bukan main.
Jin Joo lari ke
kamarnya dan langsung menghubungi temannya untuk memberitahukan soal istri
pertama CEO Heo. Ia dengan wajah bangga berkata, bahwa rumahnya akan menjadi
situs sejarah.
Seo Hee meninggalkan rumah
Jin Joo dengan wajah kesal.
Di rumahnya, Joon Jae
dan Nam Doo sedang membahas soal Kang Ji Yeon bersama Detektif Hong dan asisten
Detektif Hong.
“Hyung, bukankah kau pernah
menyelidiki tentang Kang Ji Yeon yang kukatakan sebelumnya?” tanya Joon Jae.
“Ya, aku melakukan
penelusuran, tapi aku tidak pernah melakukan penyelidikan yang membuat bulu
kudukku berdiri seperti ini. Orang-orang dan hal-hal yang menyelimuti wanita
ini semuanya mencurigakan.” Jawab Nam Doo.
“Dia menikah dua kali
dan kedua suaminya mati setelah menjadi buta.” Sambung Detektif Hong.
“Tapi dia punya alibi
dan mereka didiagnosis, sehingga Kang Ji Yeon memenangkan keseluruhan asuransi
setelah kematian mereka. Tapi itu belum semuanya.Wanita ini adalah seorang
yatim piatu sehingga dia diadopsi, tapi semua anggota keluarga adopsinya meninggal
dengan misterius.” Ucap Nam Doo.
“Apakah itu sungguhan?”
tanya Joon Jae.
“Kita baru saja
merinding.” Jawab Nam Doo.
“Jadi bagaimana
sekarang? Dimana dia?” tanya Joon Jae.
“Kita tidak bisa tahu
keberadaannya saat ini sama sekali. Tapi kalau itu seorang wanita dari teman
sekelasnya, aku berpikir dia mungkin hidup di bawah identitas yang berbeda.
Tapi masalahnya adalah, ada fakta mencengangkan lain.” Jawab Nam Doo.
“Berhenti membocorkan
info sepotong demi sepotong, ungkapkan semuanya dalam sekali cerita.” Sewot
Detektif Hong.
“Aku harus melakukannya
seperti ini agar ada sensasi. Fakta yang mencengangkan lainnya adalah bahwa Kang
Ji Hyun ini dari Jecheon. Aku terus bertanya-tanya di mana aku terus melihat
nama SMA-nya, tapi itu dari selama waktu aku mencari ibumu. Dia berasal dari
SMA yang sama.” Jawab Nam Doo.
Joon Jae pun merasa
bingung mendengarnya.
Seo Hee menjemput CEO Heo di rumah sakit. Di depan mobil, sudah ada seseorang yang menunggu mereka. Begitu sudah di mobil, Seo Hee memperkenalkan seketaris baru sekaligus sopir yang akan menggantikan tugas Sopir Nam. Siapakah dia?? Dia adalah Ma Dae Young!
0 Comments:
Post a Comment