Do Kyung setuju dengan permintaan Ji An, tapi dengan satu syarat. Ji An harus menyelesaikan acara ulang tahun perusahaannya yg ke-40. Menurut Do Kyung, Ha Jung tidak akan bisa bertanggung jawab untuk acara itu. Tapi Ji An menolak. Ia mengaku tidak bisa membodohi Tuan Choi dan Nyonya No selama itu. Ia juga berkata, yakin Ha Jung bisa bertanggung jawab jika lebih dipaksa lagi.
“Kamu bisa menunggu
sampai 24 Oktober, tapi tidak sampai 4 November?” tanya Do Kyung.
“10 hari lagi? Aku
tidak bisa menghindar dari orang tuamu begitu acaranya dimulai.” Jawab Ji An.
“Lantas, beri tahu
mereka hari ini. Aku sudah mengatakan syaratnya. Pikirmu aku menerima
permintaanmu tanpa mengharapkan apa-apa?” tanya Do Kyung.
“Kau sungguh tidak
tahu malu.” Desis Do Kyung.
“Kupikir aku harus
memberi tahu orang tuamu hari ini, jadi, aku sebisa mungkin tidak mengacaukan
acara.” Ucap Ji An.
“Kau sudah bekerja
cukup keras sejak tadi pagi. Jadi, kau sudah menyelesaikan apa saja? Aku
melimpahkan semua tanggung jawab kepadamu karena kupikir kau Eun Seok, jadi,
acaranya tidak akan berjalan tanpa dirimu.” Jawab Do Kyung.
Ji An masih ingin
menyodorkan Ha Jung, tapi Do Kyung langsung memotong kata2 Ji An.
“Bagaimana dengan perusahaan?
Kau tidak mau pekerjaanmu dihargai?” tanya Do Kyung.
“Aku mengkhawatirkan
perusahaan. Aku ingin diberi penghargaan. Aku ingin berusaha yang terbaik.”
Jawab Ji An.
“Lantas, lakukanlah. Aku
akan mengurus orang tuaku. Kau ada di video iklan untuk klien luar negeri. Pimpinan
yang memintanya sendiri agar kau bisa diakui. Semua ini menjadi masalah serius karena
orang tuamu membohongi kami, jadi, acara hari jadi ke-40 juga menjadi acara
penting. Acara ini sangat penting, jadi, jika kinerjamu baik, kau akan tetap
diakui.” Ucap Do Kyung.
“Baiklah.” Jawab Ji
An.
“Kau tidak bisa
menghindar menemui orang tuaku hari ini. Mereka sudah kembali. Bertahanlah
untuk hari ini. Mulai besok, aku akan membantumu menghindari orang tuaku.” Ucap
Do Kyung.
“Bagaimana?” tanya Ji
An.
“Pertama-tama, tersenyumlah
saat melihat mereka. Tersenyum kepada orang tuaku seperti sebelumnya.” Jawab Do
Kyung.
“Bagaimana bisa aku
tersenyum?” tanya Ji An.
“Jika kau tidak mau orang tuaku mengetahuinya, kau harus tersenyum. Jika tidak mau merusak pernikahan kakakmu, kau harus tersenyum. Tersenyum demi orang tuamu. Kau mencoba berkata jujur agar bisa memperbaiki semuanya, bukan? Katamu kau mau mengurangi penghinaan yang akan dihadapi orang tuamu.” Jawab Do Kyung.
“Memang benar...”
ucap Ji An dengan mata berkaca2.
“Aku akan memberi
tahu mereka begitu acaranya selesai. Bahwa kau langsung memberitahuku begitu
mengetahui segalanya dan aku menyuruhmu menyelesaikan acara hari jadi ke-40. Jadi,
jangan sampai mereka tahu sebelum saat itu. Jika acaranya berakhir sukses, berarti
pekerjaanmu bagus dan kau sudah berjasa kepada keluargaku, jadi, itu bisa
menebus semuanya.” jawab Do Kyung.
Ji An pun mengerti.
Do Kyung lantas mengajak Ji An menemui orang tuanya di rumah. Do Kyung bilang,
setelah Ji An bertemu orang tuanya, ia akan bilang pada orang tuanya kalau Ji
An harus kembali ke kantor.
Namun Tuan Choi bisa membaca ada yang tidak beres dari ekspresi Ji An. Do Kyung pun menjelaskan, kalau Ji An hanya lelah karena harus duduk seharian. Do Kyung lantas mengaku tadi menyuruh Ji An meregangkan badan, lalu tulang Ji An retak.
“Kalian tahu klub
kebugaran di sebelah perusahaan kita? Aku mendaftarkannya di sana agar dia bisa
berolahraga sebelum bekerja.” Ucap Do Kyung.
“Dia seharusnya tidur
lebih lama.” Jawab Tuan Choi cemas.
“Katanya dia terus
bangun pagi-pagi.” Ucap Do Kyung.
“Kurasa aku harus
berolahraga seperti ucapan kakak.” Jawab Ji An.
“Benar. Itu mungkin
lebih baik.” Ucap Nyonya No.
“Bagaimana kabar kakek?
Kapan dia akan pergi kali ini?” tanya Do Kyung.
“Dia tidak pernah
memberi tahu tentang hal-hal seperti itu. Tapi kini sudah saatnya.” Jawab
Nyonya No.
“Eun Seok-ah, ayah merasa tidak enak hati karena perbuatan
Do Kyung kepadamu. Kamu pasti amat sedih, bukan?” tanya Tuan Choi.
“Tidak. Seperti yang
kukatakan kemarin, aku seharusnya lebih tahu.” jawab Ji An.
“Ya. Saat itu kami
tidak saling mengenal. Maaf aku tidak jujur kepada ibu.” Jawab Do Kyung.
“Baguslah Eun Seok
orangnya. Ibu sudah menduga hal ini akan terjadi, Do Kyung. Kenapa kau sangat
gegabah? Kenapa kau harus berurusan dengan orang biasa padahal ada Sekretaris
Yoo? Selain itu, kenapa kau memaafkan manajer umum itu? Kau seharusnya memecat
dia begitu menjadi wakil presdir. Dia membuat adikmu menyetir. Minta dia
mengundurkan diri besok.” Ucap Nyonya No.
Ji An langsung panic. Ia meminta Nyonya No untuk memaafkan Manajer Lee. Ji An bilang, Manajer Lee adalah tulang punggung bagi keluarganya.
“Apa hubungannya itu
dengan kita? Kau harus belajar dari hal ini. Ini sebabnya kau harus menjaga
jarak. Tidak ada gunanya mengetahui kehidupan pribadi para pegawai.” Jawab
Nyonya No.
Ji An kembali
menunduk. Tapi Tuan Choi setuju dengan Ji An. Tuan Choi bilang, jika mereka
memecat Manajer Lee, maka Eun Seok akan kehilangan muka di depan anggota tim
lainnya.
Do Kyung lantas pamit, mau balik ke kantor sama Ji An. Do Kyung bilang, ada pegawai di tim pemasaran yang melakukan kesalahan jadi Ji An harus memimpin keseluruhan proyek ultah Haesung. Tuan Choi mengajak mereka makan malam dulu. Gantian Ji An yang menjawab. Ji An bilang kalau mereka ada janji makan malam dengan agensi.
“Omong-omong, kenapa kau
tidak memakai kartu ibu? Ibu tidak mendapatkan pesan apa pun belakangan ini.”
tanya Nyonya No.
“Karena itu kartu
kredit premium, aku lebih sering memakai uang tunai karena takut ada orang yang
akan melihatnya.” Jawab Ji An.
Di jalan menuju kantor, Ji An berterima kasih pada Do Kyung yang sudah menolongnya. Do Kyung dengan ketus menjawab, kalau ia melakukan itu bukan demi Ji An.
“Tapi aku tetap
berterima kasih.” Ucap Ji An.
“Mari perjelas semua
ini. Kita bukan adik-beradik lagi. Kita orang asing.” Jawab Do Kyung. Di rumah,
aku akan bersikap seperti kakakmu. Hanya sampai proyek kita selesai.” Jawab Do
Kyung.
“Aku tahu.” ucap Ji
An.
Do Kyung lantas
teringat Ji Soo. Ia kemudian menghela nafas dan menanyakan apa yang dilakukan
Ji Soo sekarang pada Ji An.
Ji Soo merasa kesulitan menyusun meja riasnya. Sementara di dalam, Boss Kang lagi mikirin formula baru untuk rotinya agar bisa dimakan Hee dan Hyuk karena Hee dan Hyuk punya kesulitan mencerna roti dengan baik. Saat pandangannya tertuju pada Ji Soo yg masih sibuk ngurusin meja rias, ia pun bergegas menghampiri Ji Soo.
“Aku harus menyentuh
adonan yang lembut dan kenyal dengan amat hati-hati menggunakan ujung-ujung
jariku. Aku tidak boleh memegang perabotan kasar seperti itu.” jawab Boss Kang.
Boss Kang lantas
mengaku kalau ia harus memikirkan resep baru hari ini. Ji Soo pun juga mengaku
kalau ia baru saja memikirkan beberapa resep. Tapi sayangnya, Boss Kang tidak
mau mendengar resep Ji Soo.
Do Kyung menurunkan
Ji An di pinggir jalan. Begitu Ji An turun, Do Kyung langsung melajukan
mobilnya.
Hyuk mengirimkan foto
saat ia dan Ji An masih duduk di bangku SMA ke ponsel Ji An. Hyuk sudah
memutuskan akan menjadi teman baiknya Ji An saja. Hyuk mengaku pada sunbae nya
kalau Ji An hanya membutuhkannya sebagai teman baik.
Di ruangannya, tangis Ji An pecah begitu melihat foto itu. Ia pun langsung menyembunyikan wajahnya agar rekan2nya tidak melihat tangisnya.
Soo A dan Ji Tae sedang melihat2 gaun pengantin. Pilihan Soo A jatuh pada gaun yang terpasang di manekin, namun begitu mendengar harganya dua kali lipat dari harga gaun pengantin yg digantung, Soo A langsung mengajak Ji Tae pergi.
Ji Tae dan Soo A lalu
berakhir makan ramyeon di rumah komik. Ji Tae protes karena Soo A memilih makan
disana, padahal ia mau mentraktir Soo A makan enak.
“Di sini
nyaman.Tempat ini penuh kenangan bagi kita. Bukankah kau akan rindu menghabiskan
waktu di sini begitu kita menikah?” jawab Soo A.
“Kita bisa datang
kembali.” Ucap Ji Tae.
“Tapi rasanya tidak
akan sama.” Jawab Soo A.
“Setelah makan ini, ayo
kembali ke toko gaun pengantin. Kau hanya akan memakainya sekali. Kau harus
memakai gaun yang kau inginkan. Jangan berhemat untuk itu.” ucap Ji Tae.
“Jika kita mencoba mengikuti orang, kita bisa menghancurkan diri sendiri. Pada akhirnya, kita akan menderita. Jika tidak akan mengadakan pesta pernikahan mewah, mari singkirkan semua formalitas dan lakukan saja kemauan kita.” jawab Soo A.
“Apa memakai gaun
termurah adalah kemauan kita?” tanya Ji Tae.
“Tidak. Kita tidak
akan memakainya.” Jawab Soo A.
Soo A lantas
menunjukkan agendanya pada Ji Tae.
“Aku menuliskan
daftar barang untuk pernikahan kita. Kita hanya perlu membeli tempat tidur dan
selimut yang akan kita pakai. Kita harus melunasi utang kita dengan uang apa
pun yang tersisa. Lalu, mari menabung untuk membeli rumah.” Ucap Soo A.
“Soo A, apa yang
merasukimu?” tanya Ji Tae heran.
“Pada satu titik, kupikir aku mau hidup seperti orang lain. Aku mengakui hal itu. Tidak ingin hidup miskin? Aku masih tidak menginginkannya. Kau juga begitu, bukan? Kau tidak mau menikahiku karena tidak bisa memiliki yang orang lain miliki. Tapi lihat yang terjadi kepada kita.” jawab Soo A.
“Kita mengalah pada
cinta.” Ucap Ji Tae.
“Benar. Kita
benar-benar kalah. Jadi, kita harus mengakui kekalahan dan tidak boleh hidup
seperti yang lain.” Jawab Soo A.
“Kau yakin tidak akan
menyesal?” tanya Ji Tae.
“Aku amat menyesal saat
putus denganmu.” Jawab Soo A.
“Aku juga. Aku bahkan
tidak terpikirkan tentang alternatif ini. Kuharap kita memiliki rumah sebesar
ruangan ini di kafe buku komik. Aku sering memikirkan itu. Aku juga sangat
menyesal karena tidak bisa memintamu menikahiku. Aku sungguh menyesal.” Ucap Ji
Tae.
Di rumah, Ji Soo
minta ayahnya mijitin bahunya yg terasa nyeri. Ji Soo bilang, kalau tadi dia
bekerja keras di toko, sehingga bahunya terasa nyeri.
Tak lama kemudian, sang ibu pulang. Ji Soo pun langsung menyuruh ayahnya berhenti memijat karena merasa sudah lebih baik. Ji Soo lantas berdiri dan menatap sang ibu. Ia ingin tahu pekerjaan apa yg dilakoni ibunya.
“Hanya sebuah
restoran. Ibu menjadi kasir. Pekerjaan mudah.” Jawab sang ibu, lalu masuk ke
kamarnya.
Tuan Seo menghela napas mendengar jawaban istrinya. Tak lama kemudian, ia menyusul sang istri ke kamar. Tuan Seo melarang istrinya menggunakan uang yg didapat dari Restoran Haesung untuk anak2 mereka.
“Kau tahu berapa
penjualan kemarin? Kini, kita bisa membeli perhiasan untuk calon menantu kita.”
jawab Nyonya Yang.
“Jangan berani-berani
melakukan itu.” ucap Tuan Seo.
“Sejak memulainya, aku
ingin menghasilkan banyak uang dan membayar utang Ji Tae karena telah membeli
rumah ini. Aku akan memberikan semua yang Ji Soo inginkan. Aku akan mendukung
dia belajar membuat roti di luar negeri. Jika dia mau membuka toko roti, aku
akan membukakannya.” Jawab Nyonya Yang.
“Berikan semua
keinginan Ji Soo. Lagi pula, uang itu dari orang tuanya. Tapi jangan pakai satu
sen pun uang yang kau dapat dari kedai itu untuk anak-anakku. Tidak satu sen
pun. Jika melakukannya, kita bercerai.” Tegas Tuan Seo.
“Apa katamu?
Bercerai?” tanya Nyonya Yang kaget.
“Saat bilang mau mengirim Ji An ke keluarga itu, aku agak ragu-ragu. Aku kehilangan Ji An saat dia pergi. Kau tahu betapa aku menyesalinya?” ucap Tuan Seo.
“Kau membahas soal itu
lagi? Semuanya sudah berakhir.” Jawab Nyonya Yang.
“Siapa bilang sudah
berakhir? Aku akan membawa Ji An kembali. Apa pun yang kau katakan, aku tulang
punggung keluarga ini. Ji Tae dan tunangannya memutuskan menikah tanpa
ribut-ribut. Jadi, biarkan saja mereka. Mulai sekarang, akan kuurus semuanya.”
ucap Tuan Seo.
Perdebatan itu akhirnya terhenti karena Ji Tae membuka pintu kamar mereka. Ji Tae ingin bicara dengan mereka.
“Kami memesan Taman
Sangam sebagai lokasi pernikahan kami. Aku akan memakai setelan biasa dan Soo A
akan memakai salah satu gaunnya.” Ucap Ji Tae.
“Dia tidak akan
memakai gaun pernikahan?” tanya Nyonya Yang.
“Kami tidak mau
mengikuti orang lain. Lagi pula, keluarganya Soo A sedang tidak ada di Korea. Kerabat
kita juga tidak banyak. Jadi, kami hanya akan mengundang beberapa teman dekat
dan kolega untuk mengurangi jumlah tamu.” Jawab Ji Tae.
“Ji Tae, kita memang
tidak punya uang, tapi pernikahan macam apa itu? Kau tidak mau menikah di aula
pernikahan. Setidaknya busanamu harus pantas.” Ucap Nyonya Yang.
“Tapi banyak orang mengadakan pernikahan sederhana. Banyak orang dari negara lain berpakaian seperti itu.” bela Ji Soo.
“Kita tidak berada di
negara lain, bukan?” sewot Nyonya Yang.
“Soo A bilang dia
tidak keberatan?” tanya Tuan Seo.
“Dia pasti berpikir
kita amat miskin. Bagaimana bisa pengantin wanita tidak memakai gaun
pernikahan?” ucap Nyonya Yang.
“Bukan itu alasannya.”
Jawab Ji Tae.
“Itu pasti alasannya.
Bagaimana jika kita kaya?” tanya Nyonya Yang.
“Bu, kami ingin
menabung uang itu agar bisa segera membeli tempat tinggal sendiri.” Jawab Ji
Tae.
“Baiklah. Keputusanmu
bagus. Ayah minta maaf dan berterima kasih.” Ucap Tuan Seo.
Tambah kesal, Nyonya Yang langsung masuk ke kamarnya. Nyonya Yang juga menolak saat Ji Tae bilang kalau Soo A ingin membelikan sesuatu. Ji Soo menyusul Nyonya Yang ke kamar.
Tuan Seo nyusul Ji Tae ke kamar. Ia memberikan uang pada Ji Tae. Ji Tae menolak, tapi Tuan Seo tidak peduli dan meletakkan amplopnya di meja Ji Tae. Tuan Seo juga berkata, akan memasang wallpaper di kamar Ji Tae. Sontak, Ji Tae menangis melihat uang dari sang ayah.
Sementara si bungsu
lagi sibuk ngitungin duit2 hasil kerja kerasnya di sana sini. Ji Ho bahkan
berencana berhenti kerja di mall agar bisa bekerja full time di klub. Tiba2, Ji
Ho teringat si Cinderella aka Seohyun. Ji Ho takut Seohyun ngasih tahu Ji An
dia bekerja.
Sementara itu, Seohyun juga takut kalo Ji Ho bilang ke Ji An dia sering ke klub. Begitu Ji An pulang, Seohyun sok berbasa basi nanyain kabar Ji An. Melihat ekspresi Ji An yang biasa2 aja, Seohyun yakin Ji Ho belum ngasih tahu Ji An dia sering ke klub.
Sampai di kamar, Ji An menemukan hadiahnya di atas meja. Ji An pun makin tertekan. Merasa hadiah itu bukan miliknya, ia pun menyimpan hadiah dari Tuan Choi di dalam lemari tanpa melihat apa hadiahnya.
Beralih ke Supir Kim yang tiba2 saja menghentikan laju mobil saat mobil sudah jauh dari kediaman Seohyun. Sontak, Seohyun bingung dan tambah bingung karena Sopir Kim menyuruhnya duduk di depan. Walaupun bingung, Seohyun menurut. Tapi saat mau masuk mobil, Ji Ho tiba2 nongol dan memanggilnya Cinderella. Seohyun pun panic dan bergegas nyamperin Ji Ho.
“Diamlah. Kau tahu
ini di mana?” bisik Seohyun.
“Ini area perumahan
Pyeongchang-dong dan jalannya terbuka bagi semua orang.” Jawab Ji Ho.
“Semua orang mengenal
diriku. Aku lahir dan besar di sini.” Ucap Seohyun.
“Lantas, jangan
berbicara denganku.” Jawab Ji Ho.
“Kenapa kau datang
lagi?” tanya Seohyun.
“Kau memberi tahu
kakakku kalau kau melihatku?” tanya Ji Ho.
Seohyun pun merasa di
atas angin begitu menyadari Ji An gak tahu Ji Ho bekerja. Ji Ho pun membalas
Seohyun dengan berkata, Seohyun juga takut ketahuan sering ke klub. Mereka pun
akhirnya memutuskan untuk saling menjaga rahasia. Seohyun bahkan meminta nomor
ponsel Ji Ho juga.
Hee yang lagi menuju
kafenya, celingak celinguk nyariin Boss Kang. Tak lama, Boss Kang lewat. Boss
Kang seperti biasa, menggunakan setelan jas. Ia jalan dengan terburu2 sambil bicara
dengan seseorang di telpon. Hee pun heran sendiri melihat Boss Kang lewat
begitu saja tanpa menyapanya.
Ji Soo tampak
kewalahan membungkus banyak roti di toko. Diluar, antrian para pembeli sudah
semakin panjang. Tak lama, Boss Kang datang dan langsung membantu Ji Soo.
Ternyata, yg bicara dengan Boss Kang di telpon tadi adalah Ji Soo yang
memintanya segera datang ke toko.
Do Kyung sudah mengambil keputusan kalau ia dan Ji An yang akan bertanggung jawab untuk acara Haesung. Sementara Ha Jung akan bertugas hanya sebagai asisten Ji An. Do Kyung lalu bertanya, apa Ji An sudah meralat pesan grup nya.
“Ya. Kami
menyampaikan permohonan maaf di akun media sosial dan situs web kita.” jawab Ji
An.
“Sudah
menemukan lokasi acaranya?” tanya Do Kyung.
“Aku sudah
mendapatkan draf desain panggungnya dari dua kandidat.” Jawab Ji An.
Ji An lalu
menunjukkan konsep panggungnya. Tapi Do Kyung merasa kurang sreg dengan
panggungnya. Ji An pun berjanji, akan mencari solusi lain.
“Kaus putih untuk
kontes mencetak akan diberikan di lokasi. Kita seperti memaksa mereka membeli jika
kaus itu dipajang di toko kita.” ucap Do Kyung.
“Ya. Kami akan
melakukan itu.” jawab Ji An.
“Baiklah. Aku akan
kembali sore nanti.” Ucap Do Kyung.
Sepeninggalan Do Kyung, tim pemasaran merasa aneh dengan sikap Do Kyung yang mengecek langsung kabar terbaru soal acara Haesung setiap hari. Manajer Lee pun merasa, Ji An sudah membuat kesalahan.
“Ha Jung-lah yang
berbuat salah.” Bela Senior Song.
Kesal, Ha Jung
langsung balik ke mejanya. Sementara Ji An diam saja.
Saat di pantry, Ji An
teringat kata2 Do Kyung kalau mereka adalah orang asing sekarang. Wajah Ji An
pun langsung berubah sedih, namun ia berusaha tegar.
Setelah kembali ke
mejanya, Ji An sibuk mencoret2 konsep panggungnya.
“Kain celup berwarna
alami akan digantung di sini. Jika tiangnya lebih dekat, kainnya tidak akan
terlihat. Akan bagus jika tiangnya terbuat dari kayu.” Gumam Ji An.
Seketika, Ji An
teringat Hyuk. Ji An pun langsung menelpon Hyuk dan mengajak Hyuk ketemuan.
Beralih ke Ji Soo yang penasaran melihat Boss Kang menulis sesuatu di buku. Ji Soo pun mendekat dan pura2 mengelap meja di dekat Boss Kang supaya bisa melihat apa yang ditulis Boss Kang. Tapi Boss Kang langsung menutup bukunya.Ji Soo langsung kesal dan berhenti mengelap meja serta melepas celemeknya.
Tanpa Ji Soo sadari,
di depan toko, Do Kyung sedang berdiri menatapnya dengan tatapan lirih.
0 Comments:
Post a Comment