Dongpal dan Chorim duduk di taman, dibawah teriknya sinar matahari. Chorim terus menepuk-nepuk kakinya yang pegal setelah setengah hari berlarian dengan Dongpal. Melihat itu, Dongpal ingin memeriksa kaki Chorim. Tapi Chorim malah mendorong Dongpal karena kesal.
Dongpal pun minta maaf.
"Maaf? Kau kira maafmu bisa menyelesaikan semuanya! Kau menghancurkan rencana pernikahanku, padahal kau tidak akan melakukan sesuatu untukku! Kau menolakku mentah-mentah!" sewot Chorim.
"Itu tidak benar. Kau pikir aku ini apa?" jawab Dongpal.
"Kau pikir aku ini apa!" teriak Chorim.
Saking kesalnya, Chorim bahkan sampai memukul Dongpal dengan sepatunya. Dongpal pun memeluk Chorim.
Ia minta maaf dan berjanji akan memperlakukan Chorim dengan baik mulai sekarang.
Tapi Chorim yang masih marah meminta Dongpal melupakan semuanya. Chorim lalu menangis.
Dongpal pun melepas pelukannya dan menatap Chorim.
"Noonim. Jeong Chorim-ssi, uljima." pinta Dongpal.
"Kau akan menepati janjimu, kan?" tanya Chorim.
"Tentu saja, jika tidak maka aku anaknya anjing." jawab Dongpal.
Chorim tersenyum dan Dongpal kembali memeluk Chorim.
Gilja tampak lemas. Ia hanya bisa berbaring di kasurnya. Cemas, Soyoung pun berniat mengambilkan obat untuk Gilja tapi Gilja berkata, dirinya baik-baik saja.
"Kemana mereka pergi? Mereka bahkan tidak bisa dihubungi." ucap Soyoung lagi.
Tak lama kemudian, Roo Bi pulang. Ia terkejut setelah mendengar cerita soal Chorim dan Dongpal dari Soyoung. Roo Bi lalu menanyakan Chorim. Soyoung bilang, Chorim masih tak bisa dihubungi. Soyoung lantas berpikir, Dongpal melakukan semua itu karena cinta. Soyoung juga bilang, pernikahan Chorim dan Gongnam dibatalkan.
"Cinta itu aneh. Cinta... cinta..." gumam Soyoung.
Di apartemennya, In Soo memikirkan sikap aneh Roo Bi belakangan ini. Kemudian, In Soo menghubungi Roo Bi. In Soo mengaku cemas, ia takut Roo Bi sakit lagi. Roo Bi berkata, bahwa dirinya merasa lebih baik setelah berjalan.
Roo Bi lalu minta maaf karena sudah merusak makan siang mereka.
"Roo Na-ssi, apa kau ingat sesuatu?" tanya In Soo.
"In Soo-ssi, kita bicara lagi besok. Aku harus bicara dengan ibuku." jawab Roo Bi berkaca-kaca.
In Soo pun menghela nafas karena Roo Bi memutuskan panggilannya begitu saja.
Geum Hee dan Daepung bertemu di sebuah kafe. Geum Hee akhirnya memberikan uangnya pada Daepung, tapi Geum Hee juga heran karena teman Daepung yang bekerja sebagai makelar tidak datang. Daepung beralasan, temannya ada di Busan karena pasar real estate di sana terbakar.
"Jangan cemaskan kontraknya. Dia sudah menyusunnya dan menitipkannya padaku." ucap Daepung, lalu memberikan surat kontraknya.
Tanpa rasa curiga sedikit pun, Geum Hee pun membubuhkan capnya.
Dongpal dan Chorim masih berkeliaran di jalanan.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Dongpal-ssi? Kita tidak bisa terus disini sepanjang malam." ucap Chorim.
Tapi Dongpal diam saja, ia terus mengutuk dirinya dalam hati karena masih tidak bisa mengaku pada Chorim bahwa dirinya sudah punya anak.
"Dongpal-ssi." panggil Chorim. Dongpal pun meminta Chorim mendengarkannya dengan baik.
"Aku tidak punya uang. Aku tidak berhasil di sekolah. Aku bukan pria baik. Apa kau masih mencintaiku?" tanya Dongpal. Chorim mengangguk.
"Meskipun sesuatu terjadi padaku, bisakah kau mencoba memahamiku?" tanya Dongpal. Chorim lagi2 mengangguk.
"Bahkan meski aku sudah punya anak? Meski aku bukan pria lajang?" tanyanya dalam hati.
"Bagaimana jika aku merahasiakan masa laluku darimu?" tanya Dongpal.
Sontak Chorim kaget. Tapi kemudian, Chorim meminta Dongpal mengatakan hal yang lain. Ia tidak mau membicarakan soal masa lalu.
Dongpal masih ingin mengakui kebenarannya, tapi ponsel Chorim malah berbunyi tepat saat Dongpal mau mengakui semuanya. Sebuah pesan masuk, dari Soyoung. Soyoung menyuruh Chorim pulang. Dalam pesannya,
Soyoung juga bilang kalau Gilja sudah memaafkan mereka.
Chorim pun langsung mengajak Dongpal pulang setelah membaca pesan Soyoung.
Di kamarnya, Roo Na stress memikirkan kata-kata terakhir Roo Bi. Tak lama kemudian, Gyeong Min datang dan ingin tahu apa yang sedang Roo Na pikirkan. Roo Na mengaku, sedang memikirkan Roo Bi.
"Aku juga tidak bisa tidur karena Roo Na." jawab Gyeong Min.
"Roo Na ttaemune wae? (Roo Na kenapa)" tanya Roo Na.
"Aku kakak iparnya, tapi aku tidak bisa memperlakukannya dengan lebih baik lagi." jawab Gyeong Min.
"Roo Na, Roo Na. Berhentilah mencemaskan Roo Na. Roo Na bukan istrimu! Tapi aku!" sewot Roo Na.
"Kenapa kau begitu terganggu?" tanya Gyeong Min.
"Roo Na punya In Soo, jadi berhentilah mencemaskannya. Pikirkanlah istrimu sendiri, aku, Jeong Roo Bi." jawab Roo Na.
Roo Na lantas bertanya, haruskah ia berhenti bekerja agar mereka bisa memiliki anak. Gyeong Min diam saja. Roo Na pun memeluk Gyeong Min.
"Aku tidak bisa menemukan siapa dirimu." jawab Gyeong Min, lalu melepaskan pelukan Roo Na.
"Apa maksudmu? Kau mau bilang kalau aku bukan Jeong Roo Bi yang kau kenal?" tanya Roo Na.
Gyeong Min yang tidak mau bertengkar pun memilih keluar dari kamarnya tapi Roo Na menahannya. Roo Na memegang tangan Gyeong Min.
"Jangan menghindariku. Katakan kenapa! Kau bilang kau mencintaiku. Tapi sekarang tidak lagi? Katakan padaku! Katakan!"
Gyeong Min pun menghempaskan tangan Roo Na. Tapi saat menghempaskan tangan Roo Na, kuku Roo Na tak sengaja mencakar wajah Gyeong Min. Melihat luka di wajah Gyeong Min, Roo Na pun meminta maaf.
"Apa yang seharusnya kulakukan? Menjadi pialamu? Terkadang aku bertanya-tanya, jika kecelakaan itu tidak pernah terjadi, bisakah semua ini dicegah? Apakah kecelakaan itu, membuatmu tidak lagi mencintaiku?" tanya Gyeong Min.
"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Aku tidak berubah. Aku masih mencintaimu." jawab Roo Na.
"Bukan sebagai mahasiswa miskin, tapi sebagai Wakil Presdir JM Group." ucap Gyeong Min, lalu beranjak pergi.
Kesal, Roo Na pun membuang kosmetiknya ke lantai.
Sesampainya di rumah, Chorim langsung menanyakan Gilja. Soyoung bilang, Gilja hanya di kamar saja sepanjang hari.
"Tapi kau bilang, dia sudah memaafkan kami." jawab Chorim.
"Bagaimana jika tidak? Ini sesuatu yang harus kau lalui." ucap Soyoung.
"Roo Na ada di kamarnya?" tanya Chorim.
"Dia baru saja keluar." jawab Soyoung.
Soyoung lalu memuji Dongpal. Menurutnya, apa yang dilakukan Dongpal itu sangat keren. Dongpal cegukan. Soyoung pun sadar Dongpal habis minum. Chorim menyuruh Soyoung mengambilkan segelas air untuk Dongpal.
Selagi Soyoung di dapur, Chorim merapikan pakaian Dongpal. Ia kesal saat melihat kaus kaki Dongpal yang bolong.
Mereka berdua lantas menemui Gilja. Dongpal meminta maaf atas apa yang sudah ia lakukan. Gilja pun bangun dan melemparkan bantalnya pada Dongpal. Chorim ikutan meminta maaf.
"Chef No, aku sudah bicara padamu sebelumnya, tapi apa yang kau katakan padaku? Kau bilang, tidak mau menikah. Kau bilang, kau ingin yang terbaik untuk Chorim. Lalu apa ini!" marah Gilja.
"Maafkan aku. Aku akan melakukan apapun yang kau suruh. Tapi aku tidak bisa kehilangan Chorim." jawab Dongpal.
"Kapan kau akan dewasa? Berapa usiamu? Bagaimana bisa kalian berdua begitu mirip?" tanya Gilja.
"Benar, eonni. Kami berjodoh." jawab Chorim.
"Dari yang kudengar, kau tinggal di rumah yang kecil bersama temanmu yang usianya lebih tua. Lalu kau akan mengajaknya tinggal bersamamu? Dia adik iparku, tapi dia sudah seperti putriku sendiri. Dia menjalani kehidupannya yang sulit tanpa orang tuanya. Bisakah kau melayaninya sebagai suami yang baik?" tanya Gilja.
Gilja pun terus memarahi Chorim. Menurut Gilja, tidak seharusnya Chorim menolak pria yang baik seperti Gongnam.
Chorim pun meminta maaf. Ia mengaku, tidak bisa mengontrol perasaannya.
Dongpal terus berlutut. Chorim pun menyuruh Dongpal bangun, tapi Dongpal tak bergeming. Akhirnya, Chorim pun membantu Dongpal berdiri tapi Dongpal tiba-tiba saja jatuh. Chorim panik. Tapi Dongpal ternyata tidur, bukan pingsan. Suara dengkurannya terdengar sangat keras.
Gyeong Min berdiri di ruang baca, memikirkan semua kenangannya bersama Roo Bi.
Tak lama kemudian, Tuan Bae masuk. Gyeong Min terkejut ayahnya belum tidur. Sang ayah bilang, ingin membaca buku sebentar. Gyeong Min lalu menutupi lukanya. Tuan Bae terkejut melihat luka di wajah Gyeong Min.
Roo Na menyusul Gyeong Min. Saat melihat Tuan Bae juga ada di sana, ia terkejut dan langsung keluar lagi. Sadar lah Tuan Bae kalau Gyeong Min dan Roo Na sedang bertengkar.
Tuan Bae pun mengajak Gyeong Min minum.
"Kau hanya boleh minum sedikit karena kau memerlukan pengobatan." ucap Tuan Bae.
Tuan Bae lantas mencoba menasehati Gyeong Min.
"Bahasa Inggris memiliki pepatah, laut yang tenang tidak melahirkan pelaut handal kecuali jika kau memegang dayungmu dengan kuat dan melawan ombak.Saat nenekmu menentang pernikahanmu, apa yang terjadi?"
"Maafkan aku, ayah."
"Ayah mengerti apa yang kau alami. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya tetapi seorang istri juga bertanggung jawab atas suaminya. Saat pertama kali aku berniat menikahi ibumu, tidak hanya nenek, tapi semua orang di sekelilingku menentangnya. Tapi aku yakin dialah orangnya. Sampai saat ini aku yakin aku benar. Ibumu membesarkan dirimu dan juga Se Ra sampai kalian tumbuh menjadi anak-anak yang baik." ucap Tuan Bae.
"Aku tahu ayah." jawab Gyeong Min.
"Aku memberikan kuliah panjang pada anakku." ucap Tuan Bae, lalu tertawa.
Gyeong Min pun menghela nafasnya.
Keesokan harinya, nenek dan Nyonya Park terkejut melihat Tuan Bae dan Gyeong Min tidur di ruang baca.
Nyonya Park pun langsung membangunkan keduanya. Saat itulah, nenek melihat luka di wajah Gyeong Min. Nenek langsung menyuruh Gyeong Min ke kamarnya.
Di kamarnya, nenek menginterogasi Gyeong Min. Nenek yakin, Roo Na lah yang melukai wajah Gyeong Min. Tapi Gyeong Min berbohong, ia bilang wajahnya terluka saat ia sedang membaca buku. Nenek tidak percaya dan yakin Roo Na pelakunya. Gyeong Min pun terus berbohong, ia meyakinkan nenek kalau bukan Roo Na yang melakukannya.
Se Ra sendiri juga terkejut melihat wajah Gyeong Min. Nyonya Park pun mencubit pinggang Se Ra agar Se Ra berhenti memperhatikan luka Gyeong Min.
"Roo Bi pergi lebih awal lagi?" tanya Se Ra.
Gyeong Min pun mengangguk, mengiyakan.
"Bukankah setidaknya kau harus tahu dia pergi kemana." ucap Se Ra, membuat Gyeong Min terdiam.
Daepung memberikan Dongpal uang sewa rumah. Dongpal dan Jihyeok pun penasaran darimana Daepung mendapatkan uang itu. Tapi Daepung melarang mereka bertanya dan menyuruh mereka makan saja.
Nenek masuk ke kamar Geum Hee. Geum Hee memberi tahu nenek kalau ia sudah menandatangani kontraknya. Nenek senang mendengarnya. Geum Hee lantas berterima kasih pada nenek karena nenek sudah meminjamkan uang itu padanya.
"Tapi kau tidak memberitahu soal ini pada Gyeongsuk, kan?" tanya nenek.
Sepanjang perjalanan, Roo Bi diam saja dan terus memandang keluar jendela. In Soo berusaha mengajak Roo Bi bicara tapi Roo Bi tidak terlalu menanggapi omongan In Soo.
In Soo lalu memutar musik klasik. Sontak, Roo Bi teringat kenangannya bersama Gyeong Min. In Soo pun memegangi tangan Roo Bi.
"Orang yang harusnya memegangi tanganku adalah Gyeong Min. Orang yang harusnya mendengarkan musik ini bersamaku adalah Gyeong Min. Bae Gyeong Min, Gyeong Min-ssi." ucap Roo Bi dalam hati.
Roo Na sedang pemotretan. Sepanjang pemotretan, Roo Bi terus memperhatikan Roo Na dan teringat kata- kata Roo Na tentang seseorang yang memiliki ribuan wajah.
"Benar, aku akan menunjukkan 1000 wajahku." ucap Roo Bi dalam hati.
Di ruang rapat, Se Ra marah-marah. Se Ra marah karena Roo Na lebih memilih melakukan pemotretan daripada menghadiri rapat.
Se Ra bilang, Roo Na kepala tim marketing, jadi Roo Na harusnya menghadiri rapat.
Jin Hee pun minta maaf. Ia bilang, seharusnya ia mengingatkan Roo Na lagi soal rapat itu kemarin.
Akhirnya, mereka memulai rapat itu tanpa Roo Na.
Nona Yoon memberitahu, salah satu dari 5 finalis yang mengikuti kontes adalah Roo Bi.
Sekarang, Roo Na sudah berada di ruang ganti dan sedang berbicara dengan Jin Hee. Roo Na mengaku, tidak tahu soal rapat itu. Jin Hee pun berkata, bahwa ia sudah ribuan kali mengingatkan Roo Na soal rapat itu.
"Lalu apa masalahnya? Itu hanya kontes konyol." ucap Roo Na.
"Konyol? Kontes ini dibuat agar kita mendapatkan ide untuk memulai proyek baru." jawab Jin Hee.
Tak lama kemudian, Roo Bi pun datang dan menatap Roo Na dengan wajah kesal.
Roo Na lantas memarahi Jin Hee yang tidak sopan kepadanya. Roo Na bilang, meski Jin Hee seniornya di kampus, tapi di kantor Jin Hee adalah bawahannya.
Jin Hee pun kesal dan Roo Na langsung memutuskan panggilannya begitu saja.
Roo Na lalu menghela nafas. Setelah itu, ia menyuruh Roo Bi pulang setelah selesai mengembalikan baju-bajunya.
Roo Bi pun mulai membereskan baju-baju Roo Na sambil terus menatap Roo Na.
Bersambung......
0 Comments:
Post a Comment